Vous êtes sur la page 1sur 3

ANEMIA

Beberapa studi menemukan, banyak anak anak dan orang dewasa di seluruh dunia anemia
kekurangan zat besi. Angka Indonesia juga tercatat tinggi. Pada anak – anak, kekurangan zat besi
dapat menyebabkan masalah kognisi serius. Sebuah studi dalam jurnal medik Faediatric Drugs
menunjukan, kekurangan anak besi pada anak batita di kaitkan dengan gangguan perkembangan
mental dan psychomotor yang kemungkinan tak bisa di perbaiki. Kekurangan zat besi juga
membuat anak kurang bisa konsentrasi, cepat marah dan IQU rendah.

Berikut, penjelasan pakar kesehatan tentang penyebab, cara mengatasi dan mencegah anemia dan
kekurangan zat besi.

PENYEBAB ANEMIA PADA ANAK

Anemia kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari normal ada bermacam – macam. Ada
anemia difisiensi zat besi, anemia hemullitik, talasemia. Masing – masing anemia mempunyai
cara penanganan sendiri – sendiri, tidak semuanya di kasih preparat zat besi. Kalau kita bicara
preparat zat besi seperti sangcbion berarti berbicara mengenai anemia difisiensi zat besi.

Anemia difisiensi zat besi biasanya di sebabkan bila ada pengeluaran yang masif, misalnya
karena kecelakaan, darah banyak keluar, atau kekurangan gizi yang berkepanjangan. Selain
makro nutri berkurang, termasuk nutri – nutri yang dalam hal ini mineral zat besi, bisa
menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Begitu juga penyerapan yang kurang baik atau absorpsi.
Atau soal cacingan pada anak – anak.

Anemia defisiensi zat besi berarti kekurangan zat besi, padahal zat besi mineral yang penting
untuk m embentuk hemoglobin sel darah merah. Kalau kita kekurangan zat besi, kalau kita
kekurangan zat besi, otomatis hemoglobinnya berkurang. Bila hemoglobinnya berkurang berarti
anemia. Untuk cacingan, semua nutrisi akan kompetisi sam si cacing termasuk zat besi. Ajdi
anak – anak lebih mudah terserang anemia. Masih di tambah lagi infgeksi usus yang
menghambat penyerapanya. Penyebab yang lainnya adalah kebutuhan yang relatif meningkat
pada manusia. Sebenarnya pemasukan biasa – biasa saja tetapi kalau kebutuhannya relatif
meningkat, ototmatis relatif kekurangan.Kebutuhan yang meningkay ada pada kondisi tertentu.
Misalnya pada saat tumbuh kembang. Dari bayi Cuma sekian, begiitu umur 3 – 4 tahun, tumbuh
kembangnya melonjak. Kalu sudah dewasa tumbuh kembangnya sedikit – sedikit, atau malah
cenderung stabil. Tetapi kalau pada anak – anak, tumbuh kembangnya akan terasa. Dalam
kondisi ini relatif membutuhkan gizi yang lebih banyak, termasuk zat besi. Artinya kebutuhan
relatif meningkat.

Ibu – ibu hamil juga kebutuhannya banyak. Sama dengan masa tumbuh kembang anak, tapi pada
ibu hamil artiinya bukan hanya ibu yang butuh tapi juga bayi dalam kandungannya. Ibu
menyusui juga begitu. Itulah kondisi – kondisi ynag rentan terhadap anemia.

Kenapa banyak insiden pada anak – anak terhadap anemia? Pertama, seperti di jelaskan di atas
memang dasar kebutuhannya relatif sedang meningkat pada anak – anak. Jadi kebutuhan akan
zat besi relatif besar di banding pada usia lain. Kedua , anak – anak yang cacingan, terutama
anak – anka di negara – negara berkembang juga rentan. Ketiga, variasi makanan. Usahakan
variasi makanan semenarik mungkin. Biasanya anak – anak senang kalau ayam di bentuk seperti
apa. Prinsipnya jangan memaksakan anak yang dapat membuat si anak trauma. Di berikan pada
jam – jam tertentu, disiplin waktu, jadi anak terbiasa.Disiasati menu makananya, misalnya anak
tidak suka sayuran sedemikian rupa supaya tidak terlihat dan membuat si anak jadi tertarik.

DAMPAK ANEMIA PADA KESEHATAN DAN KECERDASAN ANAK

Dampak anemia sangat krusial pada kesehatan dan kecerdasan. Karena anemia kadang – kadang
tidak kelihatan dan kadang kita juga selalu mengabaikannya, entah karena kita tidak tahu atau
kurangnya perhatian. Dampaknya sangat terasa, tidak hanya secara individual, bahkan bisa
sampai tingkat satu generasi. Sebenarnya ini sangat urgensi. Anemia itu kurang darah, kurang
hemoglobin. Padahal darah memiliki peran penting dalam transpor nutrisi dan oksigen ke seluruh
tubuh, termasuk sel – sel otak.

Kalau sel – sel otak kurang oksiigen atau nutrisi, metabolisme tidak optimal, jadi tingkat
kecerdasan anak pun terpengaruh. Produktivitas, tingkat kecerdasan, daya tangkap untuk belajar,
aktivitas semua terganggu.Dampak secara langsung dari gejalanya sudah kelihatan. Anak – anak
yang anemis biasanya letih, lemas, cepat lesu, tidak konsentrasi dalam belajar. Secara mental
juga biasanya anak tidak memiliki semangat juang, mudah putus asa, dan rewel.
Drai gejala – gejala anemis tersebut kita tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa anak itu
anemis. Harus di sertai dengan pemeriksaan fisik di laboratorium.

Faktor penyebab anemia itu banyak kalau boicara anemia yang difesiensi zat besi memang faktor
nutrisi, mau tak mau asupan dari makanan. Nutrisi di negara – negara berkembang memang
masih menjadi masalah. Sebenarnya anemia defesiensi zat besi bukan hanya masalah di negara
berkembang. Menurut WHO, anemia defesiensi zat besi masih merupakan masalah nutrisi
terbesar di dunia. Tingkat insiden anemia tetap tinggi di sebabakan masalah nutrisi, ketidak
tahuan, juga hal – hal praktis yang ternyata mengganggu keberhasilan suplementasi dari zat besi.

CARA MENCEGAH ANEMIA

Cara pencegahan menurut WHO, yang pertama edukasi ke masyarakat. Ini penting. Edukasi ini
sangat luas, edukasi tidak hanya untuk sekelompok orang. Tapi juga ke daerah – daerah yang
terkadang edukasi tidak nyambung. Yang kedua, menambahkan zat besi pada makanan seperti di
negara – negara berkembang. Yang ketiga untuk pencegahan anemia kita harus mengadakan
penganekaragaman makanan, 4 sehat 5 sempurna, semua zat besi sudah terpenuhi.

MENGATASI ANEMIA DENGAN MAKANAN

Pertanyaanya, apakah bisa mengatasi anemia dengan makanan? Selama kita yakin kita masih
bisa mengatasi itu dengan makanan hal itu bisa di lakukan, suplementasi mungkin bisa di
kesampingkan. Sayangnya, insidenanemia masih banyak, jadi kalau dari nutrisi kemungkinan
harus ada suplementasi. Sebenarnya ada kebijakan, bila ibu hamil dalam satu populasi itu lebih
dari 30% mengalami anemia, sudah dapat di berikan suplementasi pada populasi tersebut.
Sedangkan wanita hamil di Indonesia hampir 50% anemia. Jadi sebenarnya sudah urgen anemia
di Indonesia untuk di lakukan edukasi. Sepintas tampaknya mudah, tapi apakah setiap hari kita
melihat seorang ibu memberikan 4 sehat 5 sempurna? Banyak kendalanya, dari masalah biaya,
anaknya tak mau. Proses pemasakan yang keliru juga kadang ikut memicu rendahnya asupan zat
besi.

Vous aimerez peut-être aussi