Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
FOREWORD
The present Draft Atlas dated 31 January 2011 has been prepared in the framework of the The structure of the present Draft Atlas is based on a Conceptual Framework, comprising (1)
Jakarta Coastal Defence Strategy project (JCDS). This project is undertaken under the um- Spatial and Environmental context;; (2) Socio-Economic Context;; (3) Infrastructure Systems
brella of bilateral cooperation between the Government of Indonesia (GOI) represented by the and Facilities;; and (4) Institutional Context. Available data have been visualized as thematic
Ministry of Public Works as its Executing Agency, and the Government of The Netherlands maps, diagrams, tables and pictures, and are presented with due reference to their sources of
(GON) represented by Partners for Water. A multi-disciplinary expert team of Deltares, Urban information. The Draft Atlas will serve as basis for a flood risk assessment, mapping out the
Solutions, Witteveen en Bos, Triple-A Team, Pusair and ITB has been mobilized to provide flood hazards, the vulnerability to flooding, and the capacity to mitigate the impacts from flood-
technical assistance. The project duration is from October 2010 to June 2011. ing. The Draft Atlas will further serve as basis for identifying strategic options and developing
strategic directions for the development of a Coastal Defence Master Plan, which will be the
Throughout the centuries Jakarta has suffered serious flooding. In recent years frequency and logical next step.
intensity of flooding has noticeably increased, affecting larger areas and claiming more casual-
ties and damage. Based on extrapolation of current trends, such as land subsidence, rising The Atlas is a public document that is accessible as a printed book, on CD-Rom, and via Inter-
seawater level, climate change and rapid urban growth the flooding problems are expected to net web site. The present Draft Atlas is still far from complete, and during the next few months
become critical over the next decades for the northern part of Jakarta that now accommodates the presented information will be thoroughly checked and corrected, gaps will be identified and
over 4 million people. Hence the urgent need for effective, feasible and sustainable solutions. missing information will be added. For this purpose, we welcome comments and inputs.
The purpose of the JCDS project is to set a strategic decision-making process into motion that
will lead to effective, feasible and sustainable solutions. For this purpose the project aims at
making a thorough diagnosis of the flood problems, at developing common perceptions among Jakarta, 31 January 2011
stakeholders, experts and decision-makers, and at developing shared views on the available
options and broad consensus on strategic directions. For the purpose of supporting the deci-
sion-making process the JCDS project applies the so-called Triple-A concept, comprising three
practical planning tools:
ATLAS that systematically bundles relevant information from multiple sources,
AGENDA that integrates existing and proposed plans from different stakeholders,
ATURAN-MAIN (=Rules-of-the-game) that define the mechanisms for stakeholder
participation in planning, investment and implementation.
DAFTAR ISI
4.5 Masyarakat dan Donor 4.3 Pemerintah Kab. / Kota 1.3 Hidrologi 1.5 Lingkungan
LSM lokal Dinas terkait Air permukaan Ekosistem air
LSM Internasional Badan koord. antar daerah Pengambilan air tanah Deboisasi hulu
Donor Internasional Hukum dan peraturan 4. Profil 1. Profil Tata Ruang Peningkatan permukaan laut Kehilangan pohon bakau
Penegakan hukum Kelembagaan dan Lingkungan Pasang surut astronomis Zona hijau
Polisi Pencemaran air
3.5 Air dan Sanitasi 3.3 Energi 2.3 Profil Sosial 2.5 Ekonomi
Air bersih Produksi listrik Kemiskinan dan tenaga kerja Profil ekonomi makro
Air limbah dan sanitasi Distribusi listrik Pendidikan Sektor ekonomi
Pengelolaan persampahan Sumber listrik cadangan 3. Profil 2. Profil Kesehatan Hubungan ekonomis
Prasarana Sosial-Ekonomi Isu-isu gender Hubungan kota-desa
3.4 Bangunan Air 3.1 Area Terbangun 2.1 Sejarah 2.4 Profil Budaya
Sistem pertahanan pesisir Zona Permukiman Sejarah Jabodetabekpunjur Peninggalan budaya
Sistem polder Zona komersial Sejarah bencana banjir Aspek multi-budaya
Waduk retensi Zona industri Pengetahuan lokal tentang
Sistem drainase pengatasan banjir
Sistem irigasi
Cakupan Kawasan Pantura Teluk Jakarta mencakup Kabupaten Tangerang, Provinsi DKI Jakarta, dan Kabu-
paten Bekasi yang penataan ruangnya merupakan bagian yang tidak terlepas dari Kawasan Jabodetabekpunjur.
Kawasan pantai utara merupakan kawasan andalan yang potensial untuk dikembangkan. Kawasan ini
merupakan pusat kegiatan ekonomi yang tumbuh pesat karena kedekatannya dengan pusat-pusat kegiatan
ekonomi, seperti pelabuhan, pergudangan dan pusat perdagangan grosir. Selain itu, kawasan ini juga kaya akan
peninggalan sejarah dan warisan nilai budaya yang tinggi dan potensial dikembangkan sebagai obyek wisata.
Sumber : SRTM
Sumber : Peta SRTM
Sumber : SRTM
Sawarendro
Sumber : Analisa JSM 2.1, Proyek 6 Cis, 2010
2000 2005
PERUBAHAN LAHAN
Kawasan Jabodetabek dengan jumlah penduduk sebanyak 18,4 juta jiwa merupakan kawaan perkotaan terbesar
di Indonesia dan ke enam terbesar di dunia. Kota Jakarta sebagai metropolitan dalam perkembangannya saat ini
telah dihuni oleh sekitar 9,6 juta (data sensus penduduk 2010).
Perkembangan fisik wilayah DKI Jakarta sejak empat dekade terkahir ditandai oleh semakin luasnya lahan
terbangun, sehingga lahan terbuka menjadi semakin terbatas. Perkembangan lahan terbangun berlangsung
dengan pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktifitasnya. Kecenderungan tersebut mengindikasikan
bahwasanya ketersediaan lahan menjadi permasalahan yang penting bagi DKI Jakarta.
Perkembangan lahan terbangun selain berlangsung di DKI Jakarta juga terjadi di kawasan Bodetabekpunjur,
terutama pada kawasan yang berbatasan dengan DKI Jakarta. Gambar diatas menunjukkan perkembangan fisik
kawasan terbangun secara terus menerus pada periode 1972-2005. Perkembangan tersebut mengindikasikan
pertumbuhan kawasan perkotaan di kawasan Jabodetabekpunjur yang secara fungsional memiliki keterkaitan
satu dengan lainnya. Dalam konteks tersebut, maka pengendalian pertumbuhan lahan terbangun perlu
Diupayakan pada kawasan yang lebih luas, sehingga fungsi yang melekat pada kawasan terbuka dapat
berlangsung dengan lebih baik.
.
PSDA
Batuan gunung Api di TN Gunung Gede Pangrango Endapan pematang pantai di Pantai Anyer
Sumber : http://www.indonesiaundiscovered.com
Triple ² A PROFIL SPASIAL
GEOLOGI 1 ² 10
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PANTAI JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
Merupakan endapan aluvial sungai dan pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari
lanau lempungan, lanau pasiran dan lempung pasiran. Semakin ke arah Utara mendekati
pantai berupa lanau pasiran dengan sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang,
tebal endapan antara perselang-seling lapisannya berkisar antara 3-12 m dengan ketebalan
secara keseluruhan diperkirankan mencapai 300 m. Lanau lempungan tersebar secara
dominan di permukaan, abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, setempat
PASIR LEMPUNGAN DAN
mengandung material organik, lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi. Lanau pasiran, kuning
LEMPUNG PASIRAN
keabuan, teguh, plastisitas sedang-tinggi. Lempung pasiran, abu-abu kecoklatan, teguh,
plastisitas sedang-tinggi. Pada beberapa tempat nilai qu untuk lanau lempungan antara lanau
SDVLUDQDQWDUDNJFPGDQOHPSXQJSDVLUDQDQWDUD±NJFPWHEDOODSLVDQODQDX
OHPSXQJDQDQWDUD±PODQDXSDVLUDQDQWDUD±PGDQOHPSXQJSDVLUDQDQWDUD
PGHQJDQQLODLWHNDQDQNRQXVODQDXOHPSXQJDQVHNLWDU±NJPODQDXSDVLUDQDQWDUD
±NJPGDQOHPSXQJSDVLUDQDQWDUD±NJP
Merupakan endapan pematang pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari
SHUVHODQJVHODQJDQODQDXSDVLUDQGDQSDVLUOHPSXQJDQ7HEDOHQGDSDQDQWDUD±P'L
permukaan didominasi oleh pasir lempungan, dengan warna coklat muda dan mudah terurai.
Pasir berbutir halus-sedang, mengandung lempung, setempat kerikilan dan pecahan cangkang
Satuan Pasir Lempungan kerang. Lanau pasiran berwarna kelabu kecoklatan, lunak, plastisitas sedang. Pada beberapa
WHPSDWQLODLTXXQWXNSDVLUOHPSXQJDQDQWDUD±NJFPGDQODQDXSDVLUDQDQWDUD±
kg/cm2, tebal lapisan pasir lempungan antara 3 - 10 m dan lanau pasiran antara 1,5 - 3 meter
dengan kisaran nilai tekanan konus pasir lempungan antara 10 - 25 kg/m2 dan lanau pasiran
antara 2 - 10 kg/m2.
Merupakan endapan limpah banjir sungai. Satuan ini tersusun berselang-selang antara
lempung pasiran dan pasir lempungan. Lempung pasiran umumnya berwarna abu-abu
Satuan Lempung Pasiran dan
kecoklatan, coklat, dengan plastisitas sedang, konsistensi lunak-teguh. Pasir lempungan
Sumber : RTRW DKI Jakarta 2010-2030 Pasir Lempungan
berwarna abu-abu, agak lepas, berukuran pasir halus-kasar, merupakan endapan alur sungai
GHQJDQNHWHEDODQ±P
Berdasar data RTRW DKI Jakarta 2010-2030, potongan melintang Selatan-Utara Jakarta menunjukkan endapan
vulkanik kuarter yang terdiri dari Formasi Citalang, Formasi Kaliwangu, dan Formasi Parigi (Gambar diatas.). For- Merupakan endapan kipas aluvial vulkanik (tanah tufa dan konglomerat), berangsur-angsur dari
masi Citalang memiliki kedalaman hingga kira-kira 80 m dengan bagian atasnya merupakan batu lempung. For- atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran dengan tebal lapisan antara 3 ±
masi ini didominasi oleh batu pasir pada bagian bawahnya dan pada beberapa tempat terdapat breksi/ 13,5 m. Lempung lanauan tersebar secara dominan di permukaan, coklat kemerahan hingga
konglomerat, terutama di sekitar Blok M dan Dukuh Atas. Sementara itu, Formasi Kaliwangu memiliki kedalaman Lempung Lanauan dan Lanau coklat kehitaman, lunak-teguh, plastisitas tinggi. Lanau pasiran, merah-kecoklatan, teguh,
sangat bervariasi dengan kedalaman bagian Utaranya lebih dari 300 m dan Formasi Parigi di sekitar Babakan Pasiran plastisitas sedang-tinggi. Pada beberapa tempat nilai qu untuk lempung antara 0,8 ± 2,85
mendesak ke atas hingga kedalaman 80 m. Formasi ini di dominasi oleh batu lempung diselang-selingi oleh batu kg/cm2 dan lanau lempungan antara 2,3 ± 3,15 kg/cm2, tebal lapisan lempung antara 1,5 - 6 m
dan lanau lempungan antara 1,5 ± 7,5 m. Kisaran nilai tekanan konus lempung antara 2 ± 50
pasir.
kg/m2 dan lanau lempungan antara 18 ± 75 kg/m2. Tufa dan konglomerat melapuk menengah
Jenis litologi yang ada di kawasan Jakarta menyebabkan Jakarta menjadi kawasan yang rawan banjir. Jenis
±WLQJJLSXWLKNHFRNODWDQEHUEXWLUSDVLUKDOXVNDVDUDJDNSDGXGDQUDSXK
lithologi atau jenis batuan berhubungan dengan penyebaran ilfiltrasi alamiah. Di bagian selatan Jakarta memilki
Sumber : RTRW DKI Jakarta 2010-2030
kemampuan penyerapan alami terbesar karena batuannya relatif kasar. Sedangkan di Jakarta pusat dan Jakarta
utara memiliki kemampuan alami penyerapan yang buruk karena batuannya halus. Akan tetapi daerah yang tadinya
berperan sebagai daerah resapan (recharge area), sekitar 25% dari luas Jakarta, sudah berubah menjadi kompleks bangunan
yang kapasitas meresapkan air menjadi sangat sedikit. Selain itu kondisi geologi di selatan Jakarta ikut berperan seba-
gai penyebab banjir. Seperti kita ketahui bahwa Formasi Bojongmanik yang masif menyebar dgn arah hampir
barat-timur (Serpong sampai Cibinong) dan bertindak seperti underground dam bagi air tanah yang mengalir dari
daerah tinggian di Selatan Jakarta. Air tanah umumnya akan keluar ke permukaan disepanjang penyebaran for-
masi ini dan menambah pasokan air permukaan yang mengalir ke hilir, ke Jakarta dan sekitarnya. Dalam kondisi
jenuh air, hampir semua air hujan yang turun dibagian hulu akan menjadi air permukaan yang lari kemana-mana
karena kapasitas sungai dan drainase yang ada sudah tak mencukupi.
6XPEHU3DSDUDQ'LUMHQ6'$³%DQMLU-DERGHWDEHN)HEUXDUL
Situasi Banjir pada bulan Februari 2007
Sumber : Www.wordpress.com
Sumber : www.Multiply.com dan www.Koran-Jakarta.com Gambar Daerah tergenang hujan pada tahun 2007
JENIS TANAH
Peta Jenis Tanah Kawasan Jabodetabekpunjur DAS hulu Ciliwung dari sekuen paling atas mempunyai tanah berbahan pasir volkan muda, kedalaman tanah
dalam, tekstur kasar, kelolosan air atau porositas tinggi (jenis tanah Regosol atau Udipsamments) berasosiasi
dengan tanah dangkal, halus, dan berbatu (Litosol atau Udorthents). Sekuen bawahnya sampai Cisarua terdiri
atas tanah volkan yang subur, dalam, halus, tetapi rentan erosi (jenis tanah Andosol) berasosiasi dengan tanah
bertekstur kasar. Sekuen bawahnya sampai Bogor, kedalam an tanah sedang-dalam, tekstur halus dengan kadar
liat tinggi, porositas rendah (Latosol atau Inceptisols/Ultisols). Daerah Ciawi kebarat laut, termasuk Kota Bogor
mempunyai kedalaman tanah sedang-dalam, tekstur halus, teguh sampai agak gembur, porositas rendah, ber-
warna kuning-kemerahan (Latosol coklat kekuningan). DAS tengahan yang merupakan DAS hulu dari 13 sungai,
yang terletak di wilayah Kota Bogor sampai Jakarta bagian selatan, merupakan wilayah yang kompleks dengan ta
nah bersifat sedang-dalam, tekstur halus, teguh, porositas rendah, berwarna kemerahan (Latosol coklat kemera-
han dan Latosol merah atau Inceptisols/Ultisols). DAS hulu Cisadane berada di atas ketinggian 700 m sampai
puncak Gunung Salak. Dari DAS hulu sampai hilir mempunyai tanah yang hampir sama dengan DAS Ciliwung.
Bedanya terdapat tanah berpasir yang mempunyai porositas tinggi yang menjulur mengikuti lungur-lungur sampai
Bogor selatan ke arah barat.DAS hulu Kali Bekasi agak berbeda, terdapat tanah dari bahan batuan beku sedi-
men), sedang dalam, halus berliat tinggi, merah kekuningan, kukuh/tidak terlalu gembur (Podsolik coklat kekunin-
gan dan Latosol coklat kemerahan). Bagian lembah terdapat tanah dari bahan endapan (aluvium), basah (Aluvial
coklat kekelabuan dan Brown Forets Soil atau Aquepts/ Aquents). Cekungan rawa makin ke utara meluas, pen-
gendapan sangat cepat akibat fluktuasi balik dari sungai yang terbendung membentuk endapan aluvial dengan
tanah basah yang membentuk rawa rawa tergenang.
Jenis Tanah di Kawasan Jabodetabekpunjur (km2)
KABUPATEN/KOTA
Jenis Tanah KOTA Total (km2)
JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA KOTA KOTA KOTA
BEKASI BOGOR CIANJUR TANGERAN TANGERAN
BARAT PUSAT SELATAN TIMUR UTARA BEKASI BOGOR DEPOK
G G
1 Aluvial Coklat Kelabu 6,07 6,07
2 Aluvial Hidromorf 0,04 0,09 33,32 30,73 64,18
3 Aluvial Kelabu Tua 336,90 59,53 12,40 69,42 17,91 201,89 698,06
4 Andosol Coklat Kekuningan 28,42 28,42
5 Asosiasi Aluvial Coklat Kelabu dan Aluvial
381,27 141,34 12,94 4,89 24,19 198,01 762,63
Coklat
6
Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat 115,42 59,48 174,90
7 Asosiasi Glei Humus Rendah dan Aluvial
68,82 1,96 26,12 12,69 29,53 139,11
Kelabu
8 Asosiasi Hidromorf Kelabu dan Planosol
113,27 113,27
Coklat Keke
9 Asosiasi Latosol Coklat dan Latosol Coklat
103,42 103,42
Kekuningan
10
Asosiasi Latosol Coklat dan Regosol Kelabu 172,35 2,09 174,43
11 Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan
253,42 48,53 301,95
Latosol Coklat
12 Asosiasi Latosol Merah, Latosol Coklat
129,59 660,42 53,46 33,78 145,53 159,44 0,82 183,72 14,33 155,44 140,53 344,70 2.021,78
Kemerahan
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung 13 Asosiasi Podsolik Kuning dan Hidromorf
Kelabu
195,74 34,32 251,17 481,23
14 Asosiasi Podsolik Kuning dan Regosol 9,01 9,01
15 Kompleks Grumusol, Regosol dan
8,31 174,04 25,17 207,53
Mediteran
16 Kompleks Latosol Merah Kekuningan,
189,85 189,85
Latosol Coklat
17 Kompleks Latosol Merah Kekuningan,
95,29 168,40 263,69
Latosol Coklat,
18 Kompleks Podsolik Merah Kekuningan,
9,73 90,82 0,90 101,44
Podsolik Kuning
19 Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol 70,55 44,13 1,07 115,75
20 Kompleks Resina, Litosol Batukapur dan
0,80 26,71 27,51
Brown Fores
21 Latosol Coklat 217,71 111,69 4,28 333,69
22 Latosol Coklat Kekuningan 57,54 57,54
23 Latosol Coklat Tua Kemerahan 186,24 110,21 91,18 387,63
24 Podsolik Kuning 35,79 48,81 28,44 113,05
25 Podsolik Merah 62,33 62,33
26 Podsolik Merah Kekuningan 201,48 201,48
27 Regosol Coklat 12,65 11,44 0,62 1,57 26,29
28 Regosol Kelabu 37,57 1,19 1,10 39,87
TOTAL 1.262,28 3.050,17 414,25 125,74 48,14 145,53 185,56 127,69 218,14 112,96 155,44 183,26 1.176,95 7.206,10
Sumber : Analisis Peta Jenis Tanah
Asosiasi Latosol
62%
Merah, L atosol Coklat
Kemerahan
Regosol Coklat
Sumber : http://booglo.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-tanah.html
Jenis tanah latosol, alluvial dan regosol
Triple ² A PROFIL SPASIAL
GEOLOGI 1 ² 12
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PANTAI JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
cm2 dijumpai pada kedalaman antara 9 - 17 m, dimana pada kedalaman 0 -2 m mempunyai tekanan konus yang Endapan laut dan rawa
relatif lebih besar dibanding dengan di bawahnya. Lapisan Endapan volkanik
dengan tekanan konus lebih besar dari 150 kg/cm2 dijumpai pada kedalaman 9 m (Tanjung Priok bagian Barat ± Banten
Ancol Timur), sedangkan ke arah Timur lapisan ini umumnya dijumpai pada kedalaman lebih besar dari 16 m, Endapan volkanik
bahkan di daerah Tanjung Priok - Kalibaru pada kedalaman 20 m tekanan konusnya belum mencapai 150 kg/ aluvial
cm2.
Kondisi geologi teknik di lepas pantai Teluk Jakarta adalah sebagai berikut :
a) Lepas Pantai Kamal ± Pantai Indah Kapuk
Berdasarkan hasil pemboran, pada daerah ini diperoleh litologi lempung dengan penyebaran menyusur pantai
dengan kedalaman berkisar antara 2 - 2,3 m. Lapisan ini mempunyai sifat teguh-kaku, plastisitas tinggi, dan nilai
tekanan konus lebih kecil dari 20 kg/cm2. Di bawah lapisan ini dijumpai lapisan pasir lempungan yang bersifat
lepas, gradasi jelek, dan banyak mengandung cangkang kerang. Ke arah lepas pantai litologinya berubah men-
jadi pasir lempungan yang bersifat lepas-lepas, membentuk lumpur yang luluh air, berwarna abu-abu hingga abu-
abu kehijauan, mengandung kerikil dan cangkang kerang, umumnya menyudut tanggung, dengan nilai tekanan
konus umumnya kurang dari 5 kg/cm2. Kedalaman lapisan ini berkisar antara 8 - 9 m. Di bawah lapisan ini dijum-
pai lapisan dengan tekanan konus antara 20 - 50 kg/cm2. Pada kedalaman 13 - 19 m dijumpai lapisan dengan
tekanan konus lebih besar dari 150 kg/cm2. b) Lepas Pantai Indah Kapuk ± Tanjung Priok Pada daerah ini,
bagian yang dekat dengan pantai pada umumnya tersusun oleh
lanau pasiran ± lempung lanauan, berwarna abu-abu, sangat lunak-lunak, dengan tekanan konus berkisar antara
2 - 7 kg/cm2 pada kedalaman 5 - 16 m.Penyebarannya meluas di lepas pantai Indah Kapuk ± Pluit dan menyem-
pit ke arah lepas pantai Ancol. Pada kedalaman 16 - > 20 m dijumpai lapisan dengan tekanan konus lebih besar
dari 150 kg/cm2.
c) Lepas Pantai Tanjung Priok ± Kalibaru
Di daerah ini tanah disusun oleh pasir-pasir lempungan berwarna abu-abu kehijauan, sangat lepas-lepas, gradasi
jelek dan pada kedalaman 7 - 13 m umumnya mempunyai tekanan konus kurang dari 10 kg/cm2. Tekanan konus
lebih besar dari 150 kg/cm2 dijumpai pada lapisan di kedalaman 19 - > 20 m.
d) Lepas Pantai Kalibaru ± Marunda
Daerah ini pada umumnya tersusun oleh lanau pasiran-lanau, berwarna abu-abu, sangat lunak-lunak, plastisitas
rendah-sedang, dan sampai kedalaman 2 m umumnya luluh air menjadi lumpur, sehingga sampai kedalaman
tersebut belum dapat dilakukan pengujian. Di bawah lapisan lumpur tersebut tanahnya mempunyai tekanan
konus kurang dari 15 kg/cm2. Lapisan dengan tekanan konus lebih besar dari 150 kg/cm2 dijumpai pada kedala-
man 19 - > 20 m. Penyebaran kesamaan kedalaman tekanan konus > 150 kg/cm2 di daratan dan lepas pantai.
Erosi Pantai
Peta Erosi Tinggi di Kawasan Jabodetabekpunjur Perubahan garis pantai pada umumnya karena
gangguan keseimbangan alam di sekitar pantai
yang disebabkan oleh aktifiitas manusia, yaitu
penebangan tumbuhan bakau dan pembangunan
bangunan untuk berbagai keperluan seperti tambak,
permukiman, dermaga, pelabuhan, penambangan
pasir, dll. Secara alami garis pantai dapat juga
mengalami perubahan jika terjadi perubahan
keseimbangan arus sedimen, misalnya perubahan
arus laut, peningkatan sedimen dari muara sungai,
dll.
Erosi pantai yang terjadi di Kab.Tangerang
sebanyak 5 lokasi yaitu di Kec.Naga, Pakuhaji,
Sukadiri, Mauk, Kronjo;; di Kab.Serang terdapat 3 lokasi yaitu di kec.Tirtayasa, Kasemen, Cinangka, dan terdapat
1 lokasi di Kota Cilegon yaitu di daerah pelabuhan Merak. Abrasi di 2 Ci terjadi di pantai utara Jakarta terutama
di Marunda akibat angin barat. Lokasi yang terkena abrasi dapat dilindungi dengan tanaman bakau atau
dengan bangunan pemecah ombak, yang terbuat dari beton berbentuk tetrapotatau yang lain.
Sedimentasi
Sedimentasi pada situ-situ yang ada di kawasan jabodetabekpunjur tidak terlalu banyak. Di beberapa situ sudah
mulai ada keramba-keramba apung untuk ikan. Jumlah keramba untuk setiap luasan situ harus diperhatikan agar
tidak terjadi ledakan jumlah keramba yang melebihi daya dukung situ.
PENURUNAN TANAH 1974 - 1990 PENURUNAN TANAH PER TAHUN (1974 - 1990)
Penurunan Penurunan
Tanah Tanah
(m) (cm/tahun)
5.0 50.0
3.2 32.0
1.8 18.0
0.8 8.0
0.2 2.0
DrawDown
0.0 0.0
Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS
PENURUNAN TANAH
Di wilayah Jakarta, fenomena penurunan tanah telah cukup lama dilaporkan terjadi di beberapa tempat. Pada prinsipnya, pe-
Pluit 1989, 2007, 2025
(Skenario optimistis, penurunan tanah 2.5 cm/tahun)
nurunan tanah dari suatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan beberapa metode, baik itu metode hidrogeologis (e.g.
pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan piezometer) maupun metode geodetik seperti
Nov 1989 Nov 2007 Nov 2025
survei sipat datar (leveling), survei GPS (Global Positioning System), dan INSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).
Sampai saat ini survei GPS untuk pemantauan penurunan tanah di wilayah Jakarta telah dilaksanakan 9 kali, yaitu masing- Pasar Ikan cm
masing pada: 24 - 26 Desember 1997, 29 - 30 Juni 1999, 31 Mei - 3 Juni 2000, 14 - 19 Juni 2001, 26 - 31 Oktober 2001, 02 -
07 Juli 2002, 21 - 26 Desember 2002, 21 - 25 September 2005, dan 3-7 Sepetember 2007. 240 cm
Peningkatan permukaan laut
Nov 26, 2007 225
Secara umum dari survei GPS yang dilaksanakan dari Desember 1997 sampai September 2007 (sekitar 10 tahun) terdeteksi 220
(Perubahan Iklim)
PENURUNAN TANAH 2007 - 2008 PENURUNAN TANAH 2008 - 2009
PENURUNAN TANAH 2007 - 2010 PENURUNAN TANAH PER TAHUN (2007 - 2010)
Penurunan
Tanah
(cm/tahun)
50.0
32.0
18.0
PENURUNAN TANAH 2009 - 2010 PENURUNAN TANAH 1974 - 2010
8.0
2.0
0.0
Land subsidence pada periode tahun 2007-2008 masih terus terjadi di wilayah Jakarta, terutama di wilayah Ja- Tingkat kritis 2007 Okt 29, 2007
190 cm
karta Utara bagian Barat dan Timur serta Jakarta Pusat. Laju penurunan tanah bervariasi baik secara temporal 2025:
maupun spasial, dengan laju 1-26 cm. Daerah yang mengalami subsidence cukup besar yaitu Cengkareng Barat, 18.6 siklus tahunan
Penurunan tanah
130-230 cm
tambahan
Pantai indah kapuk, sampai dengan Dadap. Nilai subsidence paling besar terdapat di daerah Muara Baru. Se-
90 cm
mentara itu untuk wilayah Jakarta pusat dan selatan nilai subsidence relatif kecil.
100-200 cm
Penurunan tanah di wilayah Jakarta membawa dampak negatif yang cukup banyak, terlebih di masa depan, un-
tuk itu perlu mendapat perhatian khusus! Penurunan tanah
2025:
Tingkat darat
Disamping pengambilan airtanah yang berlebihan, kompaksi alamiah dari lapisan sedimen di wilayah Jakarta juga dapat 100-200 cm 250-450 cm
berkontribusi terhadap terhadap penurunan muka tanah, terutama di wilayah Jakarta bagian utara yang di dominasi oleh ben- Perbedaan
tang alam aluvial pantai dan delta. Sebagai contoh penurunan muka tanah yang terdeteksi di Perumahan Pantai Mutiara, darat-laut
Ekstensometer
Triple ² A PROFIL SPASIAL
GEOLOGI 1 ² 16
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PANTAI JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
1.8
0.8
0.2
0.0
penyebab utamanya kemungkinan besar adalah kompaksi ilmiah;; karena perumahan tersebut dibangun di atas kawasan rek-
Estimasi Penurunan Tanah di Wilayah Paling
lamasi. Perlu dicatat di sini bahwa menurut Hutasoit (2001), terdapat indikasi bahwa kompaksi ilmiah masih berlangsung di
wilayah Jakarta. Disamping itu karena adanya heterogonitas sedimen kwarter di wilayah Jakarta, maka kompaksi yang ber- Rawan Jakarta Utara
variasi secara spasial (differential compaction) juga mungkin terjadi di wilayah Jakarta.
0
-‐5
Tahun
Sumber : JWRMS
Elevasi Elevasi
(m) (m)
100.0 100.0
25.0 25.0
5.0 5.0
0.0 0.0
-10.0 -10.0
Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS
Daerah dengan Ketinggian di Bawah Permukaan Laut Tahun 1990 Daerah dengan Ketinggian di Bawah Permukaan Laut Tahun 2010
Banjir ͞ZK͟di Jakarta Utara ͞Permukaan Air Laut versus Permukaan Air Sungai River͟
dan ͞dĂŶŐŐƵů Laut͟di beberapa lokasi di Jakarta
Rob di Kamal Muara Rob di Muara Baru Rob di Muara Baru Rob di Rukindo Priok Rob di PLTGU Priok Rob di Priok Harbor
Tanggul Laut di Dadap Tanggul Laut di Pasar Ikan Permukaan Laut vs Sungai di Ancol
Rob di Pluit
Rob di Kel Ancol
Penurunan Jembatan di Kamal Muara Penurunan Jembatan di Mangga Dua Penurunan Jembatan di Ancol
Penurunan Jembatan di Pluit Penurunan Jembatan di Pantai Mutiara Penurunan Jembatan di G. Sahari Penurunan Jembatan di Mangga
Dua Ekstensiometer di Kantor Geologi Lama, Jalan Tongkol
Elevasi Elevasi
(m) (m)
100.0 100.0
25.0 25.0
5.0 5.0
0.0 0.0
-10.0 -10.0
Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS
Daerah yang Berpotensi Ketinggian di Bawah Permukaan Laut Tahun 2025 Daerah yang Berpotensi Ketinggian di Bawah Permukaan Laut Tahun 2050
(tanpa mengontrol pengambilan air tanah) (tanpa mengontrol pengambilan air tanah)
Elevasi Elevasi
(m) (m)
100.0 100.0
25.0 25.0
5.0 5.0
0.0 0.0
-10.0 -10.0
Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS
Daerah yang Berpotensi Ketinggian di Bawah Permukaan Laut Tahun 2025 Daerah yang Berpotensi Ketinggian di Bawah Permukaan Laut Tahun 2050
(dengan mengontrol pengambilan air tanah mulai 2015) (dengan mengontrol pengambilan air tanah mulai 2015)
SUMBER : REVIEW MASTERPLAN PENGENDALIAN BANJIR DAN DRAINASE PROVINSI DKI JAKARTA, 2009
Sumber : BASIN WATER RESOURCES MANAGEMENT PLANNING (BWRMP) WILAYAH SUNGAI CILIWUNG ± CISADANE
1.3 HIDROLOGI
Air Permukaan
Terdapat 13 sungai yang mengalir membelah Jakarta. Kondisi sungai ini ummnya sangat memprihatinkan dengan
tingkat sedimentasi dan pengangkutan sampah yang tinggi. Akibatnya, jika hujan tinggi terjadi di hulu,
permukaan air sungai dengan cepat meluap, yang pada gilirannya akan mengancam daerah rendah di Jakarta
terutama daerah Jakarta Utara. 13 sungai tersebut adalah Kali Mookervart,Kali Angke,Kali Pesanggrahan,Kali
Grogol,Kali Krukut,Kali Baru/Pasar Minggu,Kali Ciliwung,Kali Baru Timur,Kali Cipinang,Kali Sunter,Kali
Buaran,Kali Jatikramat,Kali Cakung. Sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan antara lain
Waduk Resistensi
digunakan untuk usaha perkotaan, air baku untuk air minum, perikanan dan lain-lain. Fungsi utama dari jaringan Sunter
sungai dan kanal tersebut adalah sebagai sarana drainase. Sistem pewilayahan dalam pengendalian banjir di
wilayah Jakarta, dibagi dalam tiga bagian yaitu : Barat, Tengah dan Timur. SUMBER : REVIEW MASTERPLAN PENGENDALIAN BANJIR DAN DRAINASE PROVINSI DKI JAKARTA, 2009 Sumber : Masterplan Pengendalian Banjir DKI
Jakarta 2010
Jumlah situ yang terdapat di wilayah Jabodetabek sebanyak 202 buah sedangkan jumlah situ yang ada di wilayah
DKI Jakarta terdapat 55 buah situ yang juga dikelola oleh Pemda DKI, dan jumlah tempat parkir air (retention
basinWHUGDSDWEXDK)XQJVLXWDPDWHPSDWSDUNLULQLDGDODKVHEDJDLZDGDK´UHWHQWLRQ´DWDXWHPSDWPHQDKDQ
sementara luapan air sungai pada saat muka air sungai meningkat.
Sumber : Masterplan Pengendalian Banjir DKI Jakarta 2010
Situ Eksisting dan Situ Potensial di Kawasan Jabodetabekpunjur Siklus Hidrologis Menjadi Sangat Singkat dari Hilangnya Wilayah Hijau
Situ yang ada Situ Potensial Jumlah Situ
No Kabupaten / DKI Nr. Area (ha) Nr. Area (ha) Nr. Area (ha)
Sumber: Witteveen+Bosc
Hujan
2000 m + MSL
Situ Babakan, Jakarta Selatan Situ Kalibata, kawasan TMP Kalibata, Jakarta Selatan
Evapotranspirasi
t0
Evapotranspirasi
Waduk/situ
UPSTREAM
Sistim
(Puncak-Bogor) t1 Banjir kanal polder
Evaporasi
Resapan air
MIDDLESTREAM
9.
9.
9.9.
9.
(Bogor-Depok-Jaksel) t2
DOWNSTREAM
(Jaksel-Jakut)
t3
Situ Rawa Dongkal di Perumahan Bukit Permai, Kelurahan Polder
Pesisir t4
Gravitasi
Cibubur, Jakarta Timur
Sumber : Drainage Management for Jakarta: Strategic Action Program
Development (DKI 3-9), Western Java Environmental Management Project
(WJEMP), IBRD Loan 4612-IND/IDA Credit 3519-IND
Sumber: Pemantauan Kondisi Dan Lingkungan Air Tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta, ESDM 2005
Sumber: Pemantauan Kondisi Dan Lingkungan Air Tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta, ESDM 2005
Sumber: Pemantauan Kondisi Dan Lingkungan Air Tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta, ESDM 2005
Air Tanah Air tanah pada endapan Kuarter mengalir pada sistem akuifer ruang antar butir. Di daerah dekat pantai, umumnya
didominasi oleh air tanah payau/asin yang berada di atas air tanah tawar kecuali di daerah yang disusun oleh
Cekungan Air Tanah Jakarta (yang telah populer dengan nama CAT Jakarta) termasuk dalam daerah aliran sungai endapan sungai lama dan pematang pantai. Akuifer produktif umumnya dijumpai mulai sekitar kedalaman 40 m
(DAS) Ciliwung, luas CAT tersebut mencapai 1.439 km2. Batas cekungan di sebelah selatan kira-kira terletak di sekitar dibawah muka tanah setempat (bmt) mencapai kedalaman maksimum sekitar 150 m bmt.
Depok, di sebelah barat dan timur masing-masing Kali Cisadane dan Kali Bekasi, sementara batas di sebelah utaranya
adalah Laut Jawa. Hingga saat ini, pembagian sistem akuifer yang dianut oleh berbagai studi air tanah di CAT Jakarta adalah sebagai
berikut :
6LVWHP DNXLIHU &$7 -DNDUWD EHUVLIDW µmulti layers¶ \DQJ GLEHQWXN ROHK HQGDSDQ .XDUWHU GHQJDQ NHWHEDODQ PHQFDSDL
sekitar 250 m. Ketebalan akuifer tunggal (single aquifer layer) antara 1,0 ± 5,0 m, terutama berupa lanau sampai pasir
halus. Kelulusan horisontal (horizontal of permeability, Kh) antara 0,10 ± 40 m/hari, sementara kelulusan vertikalnya Sistem akuifer tidak tertekan (kedalaman 0 ± 40 m bmt), disebut sebagai Kelompok Akuifer I
(vertical of permeability, Kv) berdasarkan hasil simulasi aliran air tanah CAT Jakarta sekitar seperlimaribu Kh (Kv/Kh = Sistem akuifer tertekan atas (kedalaman 40 ± 140 m bmt), disebut sebagai Kelompok Akuifer II
1/5000). Keterusan (transmissivityHQGDSDQ.XDUWHUVHNLWDUPðKDUL Sistem akuifer tertekan bawah (kedalaman 140 ± 250 m bmt), disebut sebagai Kelompok Akuifer III
TINGKAT PERMUKAAN AIR TANAH - 1992 TINGKAT PERMUKAAN AIR TANAH - 2005
(Lapisan 40 m Atas ) (Lapisan 40 m Atas )
Elevasi Elevasi
(m dml) (m dml)
50 50
25 25
0 0
-25 -25
-50 -50
Sumber : diolah oleh JCDS dari data JWRMS Sumber: Pemantauan Kondisi Dan Lingkungan Air Tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta, ESDM 2005
Pembagian sistem akuifer tersebut didasarkan atas dijumpainya lempung berfasies laut yang memisahkan sistem Model simulasi aliran air tanah ini pada prinsipnya meniru sistem aliran air
akuifer yang satu dengan lainnya. Mengalasi sistem akuifer di daerah pemantauan adalah endapan Tersier yang tanah di alam, yang didasari oleh penghitungan dengan menerapkan
bersifat relatif sangat kedap air. persamaan Darcy dan kontinuitas (Schmidt, 1985)
Ketersediaan Air Tanah Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada kondisi alamiah (natural state),
yakni pada sebelum periode 1900 (Qabs = 0), terhitung aliran air tanah yang
1) Air Tanah pada Sistem Akuifer Tidak Tertekan (Kedalaman < 40 m bmt) masuk kedalam sistem akuifer CAT Jakarta (Qin) sebesar 37 juta m³,
seimbang dengan aliran yang keluar (Qout). Aliran air tanah (Qin) berasal
Jumlah ketersediaan air tanah pada sistem akuifer tidak tertekan di CAT Jakarta berasal dari imbuhan vertikal (di
dari sistem akuifer tidak tertekan, sementara Qout menuju sungai-sungai
bagian utara) dan aliran horizontal di bagian selatan menuju daerah pemanfaatan air tanah utama.
di daerah pemantauan. Pada penghitungan ini, muka air tanah terhitung
(calculate groundwater head) bersesuaian dengan hasil pengukuran
Hasil penghitungan menunjukkan jumlah ketersediaan air tanah pada sistem akuifer tidak tertekan di daerah pantai
(observed groundwater heads) dengan anisotropi (Kv/Kh) sebesar 1/5000.
rata-rata 7,5 m³/detik dan di bagian selatan 17,8 m³/detik. Dengan demikian total ketersediaan air tanah pada sistem
Anisotropi tersebut sesuai dengan evaluasi deskripsi hasil pengeboran lama
akuifer tidak tertekan di CAT Jakarta sebesar 25,3 m³/detik atau sekitar 800 juta m³/tahun.
yang umumnya mencapai 150 m di bawah muka laut (bml)
2) Air Tanah pada Sistem Akuifer Tertekan (Kedalaman 40 ± 250 m bmt)
Dengan mempertimbangkan jumlah air tanah yang masuk (Qin) dari selatan,
Jumlah ketersediaan air tanah pada sistem akuifer tertekan atas dan tertekan bawah pada kondisi alamiah, diperoleh yakni sekitar 15 juta m³/tahun, maka total ketersediaan air tanah pada sistem
berdasarkan penghitungan yang menerapkan model simulasi air tanah (groundwater flow simulation model). Air tanah akuifer tertekan di CAT Jakarta mencapai 52 juta m³/tahun,
dikatakan pada kondisi alamiah jika kondisi hidrolika air tanah tersebut relatif tidak terganggu karena pemanfaatan air
tanah relatif sangat kecil. Dengan meningkatnya jumlah pemanfaatan air tanah, kondisi hidrolika akan berubah sejalan
dengan turunnya kedudukan muka air tanah sebagai akibat pemanfaatan tersebut. Piezometer otomatis
Sumber: ESDM 2005
ANALISA PERUBAHAN MUKA AIR TANAH DI AKUIFER TERTEKAN ATAS (40 m - 140 m) DAN BAWAH (140 m - 220 m)
Muka Air Tanah di Akuifer Tertekan Atas pada Tahun 1992 Muka Air Tanah di Akuifer Tertekan Atas pada Tahun 2005 Perubahan Muka Air Tanah di Akuifer Tertekan Atas
25 25 50
0 0 0
-25 -25 -50
-50 -50 -150
Sumber : diolah dari data JWRMS, 1994 Sumber: Pemantauan Kondisi Dan Lingkungan Air Tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta, Sumber : diolah oleh JCDS
ESDM 2005
Muka Air Tanah di Akuifer Tertekan Bawah pada Tahun 1992 Muka Air Tanah di Akuifer Tertekan Bawah pada Tahun 2005 Perubahan Muka Air Tanah di Akuifer Tertekan Bawah
25 25 100
0 0 0
-25 -25 -100
Sumber : diolah dari data JWRMS, 1994 Sumber: Pemantauan Kondisi Dan Lingkungan Air Tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta, Sumber : diolah oleh JCDS
ESDM 2005
Sumber: Pemantauan Kondisi Dan Lingkungan Air Tanah di Cekungan Air Tanah Jakarta, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan 2005
ROB
Beberapa wilayah yang berada di Pantura DKI Jakarta diantaranya Kamal Muara, Pluit, Penjaringan, Kalibaru,
Cilincing dan Marunda merupakan kawasan yang terkena dampak dari rob.
Pantai-pantai yang terkena rob harus diatasi dengan prasarana penanganan pantai sesuai dengan karakteristik
pantai dan tata ruang kawasan pesisir pantai, antara lain : mangrove, tanggul penahan ombak, krib dan peredam
gelombang.
Hutan mangrove sebagai penahan rob perlu mendapat perhatian yang serius
Sumber : Masterplan Pengendalian Banjir DKI Jakarta 2010, Dinas PU DKI Jakarta
Co-tidal charts untuk pasang surut diurnal K1 dan O1 di Laut Jawa (Hoitink (2003), Ali (1992)).
Amplituda pasang surut (H) dan fasa (g) relative terhadap waktu setempat Tanjung Priok, untuk
konstituen dengan amplituda lebih besar dari 2 cm.
Diurnal konstituen
Pada gambar diatas dapat dilihat co-tidal charts dari dua unsur diurnal utama (K1 and O1) untuk bagian barat
Laut Jawa. Konstituen diurnal adalah komponen dari pasang surut yang mengakibatkan satu air tinggi dan satu
air rendah per hari nya. Kondisi Laut Jawa mendukung terjadinya resonansi dari konstituen diurnal (Hoittink,
2003). Terlihat dari gambar disamping, garis beda fasa yang sama dan penurunan amplitude di bagian tengah
Laut Jawa. Akibatnya, pasang surut diurnal mendominasi Laut Jawa (dalam hal ini Teluk Jakarta), meskipun dua
lautan yang berdekatan (Samudera Pasifik dan Laut Cina Selatan) serta Samudera Hindia, adalah merupakan
lautan dengan karakter dasar semi-diurnal. Beda fasa konstituen K1 dan O1 di sebagian besar Laut Jawa, men-
ingkat pada arah yang berlawanan. Namun demikian, di bagian Barat Daya Laut Jawa, beda fasa kedua kon- Sumber : Report± Flood Hazard Mapping, Partners for Water, 2007
stituen ini meningkat (kearah Selat Sunda).
Maksimum spring tide level pada gambar diatas jelas menunjukkan periode kurang lebih 18-19 tahun. Sifat peri-
odic ini disebabkan oleh orbit bulan dalam mengelilingi bumi adalah berbentuk ellips, sehingga jarak bulan ke
bumi dalam suatu bulan dengan bulan berikutnya tidaklah pernah sama. Pengaruh pasang surut sendiri bergan-
tung sangat erat dari jarak bulan ke bumi. Itulah sebabnya periode 18-19 tahun ini terjadi. Dari gambar diatas juga
dapat dilihat, puncak tertinggi spring tide selama pengamatan ini ada antara tahun 2005 dan 2010.
Angin lautan tropis menyebabkan kenaikan permukaan laut di sisi Barat Laut dan penurunan di sisi timurnya.
Oleh karena itu, perbedaan tinggi permukaan air antara lautan-lautan tropis dapat terjadi. Selain itu, variasi tinggi
permukaan laut juga dapat disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan karakteristi meteorologi regional.
Variasi ini, yang bukan disebabkan oleh pasang surut, disebut Mean Sea Level Anomali (MSLA). Dalam gambar
di atas, ditampilkan MSLA di Tanjung Priok (terletak di Teluk Jakarta) dan Pelabuan Ratu (terletak di Samudra
India). Dari sini dapat dilihat bahwa variasi MSLA tahunan di Tanjung Priok sekitar 15 - 20 cm, dengan nilai tinggi
sekitar Mei dan Juni dan nilai-nilai rendah sekitar bulan Desember sampai Maret.
Variasi tahunan MSLA (rata-rata bulanan) berdasarkan pengamatan tinggi muka air selama , di 21 tahun di Tan-
jung Priok (garis biru). Garis merah menggambarkan MSLA (garis biru) ditambah standard deviasi (garis merah
atas), dan dikurang standard deviasi (garis merah bawah).
Peta Sebaran Curah Hujan di Kawasan Jabodetabekpunjur Rata-‐rata Curah Hujan Bulanan di Wilayah
Jabodetabekpunjur
450,00
400,00
350,00
300,00
250,00
mm
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
Jan. Feb. Mar. Apr. Mei Jun Jul Ags. Sept. Okt. Nov. Des
Www.bloggaul.com
Sumber : Di olah dari data Curah tahun 1951-1979, BTA 155
1.4 IKLIM
Curah Hujan
Unsur iklim dan curah hujan adalah faktor utama yang mengendalikan proses daur hidrologi di suatu DAS. Ke-
jadian banjir dan kekeringan merupakan salah satu kondisi yang disebabkan oleh kejadian dan intensitas hujan di
suatu kawasan. Bencana banjir di wilayah Jabodetabek adalah salah satu kejadian yang disebabkan oleh jumlah
aliran permukaan yang berasal dari hujan yang tidak mampu lagi diresapkan ataupun diteruskan ke laut oleh ber-
bagai jenis penutupan lahan yang ada di kawasan tersebut. Iklim dan curah hujan kemudian sering dianggap se-
bagai sumber utama penyebab terjadinya banjir di wilayah Jabodetabek.
Tinggi curah hujan tahunan di wilayah Jabodetabekpunjur bervariasi sesuai lokasi dan kondisi topografinya. Se-
cara umum, curah hujan tahunan rata-ratanya berkisar antara 1200 mm untuk daerah hilir di bagian utara yang
relatif datar, hingga 4500 mm untuk daerah hulu di bagian selatan yang merupakan daerah berpegunungan. Sumber : Rencana Detailed Penanganan Banjir di Wilayah Jabodeta-
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari-Februari, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Juni- bekpunjur, Departemen Kehutanan, 2010
Agustus. Curah hujan yang paling berpengaruh terhadap banjir dan genangan adalah hujan harian maksimum
yang berkisar antara 66 - 260 mm. Curah hujan sebesar 260 mm pernah tercatat di Stasiun Tanjung Priok pada Pada periode 1 ± 4 Pebruari 2007, distribusi curah hujan merata di wilayah Jabodetabek dan terpusat di Pondok
tahun 1979. Dalam tatanan pola curah hujan Jawa Barat, wilayah pesisir Jakarta tergolong wilayah dengan curah Betung yang mencapai 339 mm sehari. Hujan ini mengakibatkan banjir besar di wilayah Jabodetabek
hujan rendah. Untuk wilayah Jawa Barat, puncak curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah
pada bulan Juli.
Iklim
Jakarta beriklim tropis dengan karakteristik musim penghujan pada bulan Oktober hingga Maret dan musim
kemarau pada bulan April hingga September. Cuaca di kawasan Jakarta dipengaruhi oleh angin laut dan darat
yang bertiup secara bergantian antara siang dan malam. Suhu udara harian rata-rata di daerah pantai umumnya
relatif tidak berubah, baik pada siang maupun malam hari. Suhu harian rata-rata berkisar antara 26 ± 28OC.
Perbedaan suhu antara musim hujan dan musim kemarau relatif kecil. Hal tersebut dapat dipahami oleh karena
perubahan suhu udara di kawasan Jakarta seperti halnya wilayah lainnya di Indonesia tidak dipengaruhi oleh
musim, melainkan oleh perbedaan ketinggian wilayah.
Kelembaban udara suatu kawasan terutama tergantung pada suhu udara dan tersedianya air di permukaan la-
han. Kawasan Pantura Jakarta merupakan dataran rendah (low land), sehingga banyak dijumpai adanya air per-
mukaan. Kondisi demikian mengakibatkan kawasan tersebut mempunyai kelembaban udara rata-rata yang tinggi.
Kelembaban harian rata-rata antara tahun 1980 - 1990 berkisar antara 72,3 - 83,8 %. Kelembaban terendah ter-
jadi pada bulan Agustus dan tertinggi pada bulan Januari. Kondisi tersebut mengidikasikan bahwa kawasan Pan-
tura Jakarta tergolong kawasan lembab, dimana kelembaban tercatat lebih dari 70 %. Hasil pengukuran lapangan
yang dilakukan pada setiap jam selama berlangsung selama 24 jam pada bulan Mei 1998 tersebut di atas mem-
perlihatkan bahwa suhu harian berkisar antara 26,5o-34,5oC. Distribusi suhu lebih besar dari 300C terjadi sepan-
jang hari pada pagi, siang, dan malam hari;; disebabkan pengukuran dilakukan pada awal musim kering sehingga
suhu sepanjang hari relatif tinggi. Kelembaban harian berkisar antara 43 - 92 %, di mana kelembaban kurang dari
60% pada seluruh lokasi pengukuran relatif terbatas. Dominasi distribusi kelembaban adalah lebih dari 70%, se-
suai dengan data yang tercatat antara tahun 1980 - 1990.
6XPEHU³$1$/,6,6'$03$./,1*.81*$15(*,21$/5(./$0$6,'$15(9,7$/,6$6,3$1785$-$.$57$´%DGDQ
Pelaksana Reklamasi Pantai Utara Jakarta, 2001
Berdasar data pada RTRW DKI jakarta 2010-2030, bahwa sejak tahun 1972 ketersediaan RTH di DKI Jakarta
cenderung mengalami penurunan signifikan. Walaupun terdapat berbagai sumber data dan catatan tentang RTH
KAWASAN HUTAN DI JABODETABEKPUNJUR di DKI Jakarta, namun setidaknya penurunan proporsi RTH cenderung berlangsung secara menerus oleh alih
fungsi lahan menjadi lahan terbangun. Mengacu pada ketentuan UU No. 26 Tahun 2007 dan PP No. 15 Tahun
2010, maka RTH dikategorikan sebagai RTH publik dan RTH privat sesuai kepemilikan dan tanggungjawab
pengelolaannya. Pada tahun 1972 ketersediaan RTH di DKI Jakarta tercatat lebih dari 50% wilayah DKI Jakarta,
namun selanjutnya terus berkurang hingga pada tahun 2008 RTH yang dikelola oleh Pemerintah dan Pemda
Provinsi DKI Jakarta atau dikategorikan sebagai RTH publik tercatat sekitar 7,36% dari luas wilayah DKI Jakarta,
terdiri atas hutan lindung seluas 241,46 Ha, kawasan pemakaman 332,97 Ha, hijau umum seluas 2.385,13 Ha,
hijau taman seluas 529,26 Ha, dan hijau rekreasi seluas 686,10 Ha. Di luar RTH tersebut terdapat lahan sawah
seluas 168,53 Ha;; tambak, dan jalur hijau pantai seluas 333,88 Ha;; dan lahan yang seharusnya berfungsi seba-
gai RTH, namun belum terwujud, serta RTH yang dimiliki oleh masyarakat secara keseluruhan mencatat proporsi
sekitar 24,35% dari wilayah DKI Jakarta.
1.5 LINGKUNGAN
Lahan Kritis
Permasalahan Lingkungan di Teluk Jakarta Lahan kritis adalah lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media
pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Tingkat kekri-
tisan ditunjukkan oleh menurunnya penutupan vegetasi permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemam-
puan DAS dalam menyimpan air yang berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan penyebaran tanah longsor
pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Lahan kritis disebabkan oleh penebangan hutan, perubahan jenis tutupan lahan karena alih fungsi hutan menjadi lahan
pertanian dan permukiman, serta pengelolaan lahan yang kurang benar. Hal tersebut telah menimbulkan masalah pada
peningkatan erosi lahan, tanah longsor, sedimentasi di sungai dan tempat penampungan air (situ, waduk), serta perubahan
debit sungai. .Persentase luas lahan yang termasuk Sangat Kritis (SK). Kritis (K). Agak Kritis (AK) di kawasan
Jabodetabekpunjur sebesar 18,8% atau 99.428 ha (Studi 6 Cis, 2010) .
Perubahan Penggunaan Luas Hutan Luas Lahan Kritis di Kawasan Jabotabekpunjur
Jenis Penggunaan Luas th 2000 Luas th Luas Pengurangan
802 17.219
Lahan (ha) 2010 (ha) (ha) %Pengurangan
Lahan Kosong
1.400 705 (695) -‐50%
kebun 49.238 30.982 (18.256) -‐37%
81.407
Rumput 2.420 1.573 (847) -‐35% Sangat Kritis
Semeak Belukar 89.412 61.055 (28.357) -‐32% Kritis
Hutan 103.417 92.079 (11.338) -‐11% 244.504
Rawa 102 57 (45) -‐44%
Agak Kritis
Tubuh air 3.061 3.061 -‐ 0% Potensial Kritis
Sumber : FGD KLHS Jakarta, 22-23 Desember 2010
Pemukiman 161.728 229.834 68.106 42%
Bangunan lain 27.545 34.221 6.676 24%
Keterangan : Sawah 58.771 43.527 (15.244) -‐26%
1. Degradasi Ekosistem Mangrove pada Muara Angke, Sunda Kelapa, Ancol, Tanjung Priok dan cil- Sumber : Studi 6cis , 2010
incing-Marunda Sumber : Studi 6cis , 2010
2. Rawan pencemaran perairan oleh limbah rumah tangga(sampah) dan industri(Minyak dan limba
Ekosistem Mangrove
Keanekaragaman hayati menurut UU No. 5 Tahun 1994 adalah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari
semua sumber termasuk di dalamnya daratan, lautan dan ekosistem akuatik. Keanakeragaman hayati dapat
memberikan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup manusia. Salah satu komunitas ekosistem
yang ada di DKI Jakarta adalah adanya komunitas mangrove yang merupakan ekosistem hutan yang khas dan unik yang ber-
Lahan Kritis di Wilayah Jabodetabekpunjur potensi sebagai perlindungan terhadap wilayah pesisir dan pantai dari ancaman sedimentasi, abrasi dan intrusi air laut. Te-
kanan berat terhadap kawasan mangrove di DKI Jakarta akibat perambahan dan alih fungsi kawasan menjadi pemukiman,
pembangungan fasilitas rekreasi dan pemanfaatan lahan pasang surut untuk budidaya tambak mengakibatkan penurunan
luas hutan mangrove. Saat ini luas hutan mangrove di DKI Jakarta tercatat 270,51 ha, 169,6 ha diantaranya berada di pantai
Jakarta, meliputi kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk (44,76 ha), Suaka Margasatwa Angke Kapuk (25,02 ha) dan Hutan
Wisata Kamal Muara (99,82 ha).
Kawasan hutan mangrove di Kabupaten Bekasi berada pada kawasan hutan lindung Ujung Karawang (Muara Gembong) se-
luas 10481.15 ha meliputi Kecamatan Muara Gembong 9049,90 ha, Kecamatan Cabang Bungin 850 ha, Kecamatan Babelan
437,50 ha, dan Kecamatan Tarumajaya 143,75 ha. Namun tahun 2005 sesuai SK Menteri Kehutanan No: SK.475/Menhut-
II/2005 hutan mangrove tersebut dialih fungsikan menjadi kawasan hutan produksi tetap seluas 5.170 ha.
Menurut data dari KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jabar-Banten, luas hutan mangrove yang ada di kabupaten Tangerang
adalah 1592,55 ha, tersebar di RPH Mauk 616,65 ha, RPH Teluk Naga 734,90 ha dan dari tanah timbul 241 ha. Karakteristik
Ekologi hutan mangrove di Kabupaten Tangerang tergolong miskin jenis, jenis dominan yaitu Soneratia alba dan Avicenia
alba, dengan tingkat kekayaan jenis sangat rendah, keanekaragaman jenis juga sangat rendah dan nilai kemerataan juga ren-
dah. Kondisi ini menyebabkan karakteristik Ekologi tidak stabil dan tertekan. Namun dari jenis dominan tampak bahwa jenis
yang ada adalah jenis primer. Ekosistem mangrove di jalur pantai Utara Tangerang sebagian besar berbentuk kawasan hutan
dan sebagian yang lain berupa lahan milik masyarakat dan lahan lainnya yang digunakan untuk areal pemukiman.
Sumber : Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA, FGD KLHS Jakarta, 22-23 Desember 2010
PETA KUALITAS AIR SUNGAI CILIWUNG PETA KUALITAS AIR SUNGAI CILIWUNG
DI DKI JAKARTA DI JAWA BARAT
serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Jl. Sudirman Tahun 2010
Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang
keduanya tidak berlaku lagi. Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung ±Cisadane bekerjasama dengan Diretorat Balai Sumber Daya Air.
Sumber refensi : 1). http://id.wikipedia.org ;; 2). http://www.jakarta.go.id
B. Perkembangan DKI Jakarta Dalam Lingkup Lebih Luas
SEJARAH PEMERINTAHAN DKI JAKARTA
DKI Jakarta
Tahun Keterangan
DKI Jakarta adalah sebuah ibukota negara, perkembangannya mengarah kepada terbentuknya megalopolitan
dengan fungsi sebagai kota induk dan wilayah sekitarnya secara fungsional dan fisik geografis memiliki hubungan
Abad ke 14 Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan Pajajaran.
saling bergantungan. Perkembangan megapolitan tersebut memberikan konsekuensi adanya kebutuhan ker-
22 Juni 1527 Fatahilah mengganti nama Sunda Kelapa menjadiDPR Jayakarta. Tanggal ini ditetapkan sebagai hari jadi jasama antara DKI Jakarta dengan daerah sekitar. Kerjasama ini dilakukan dalam kaitannya untuk menanggu-
Kota Jakarta sesuai dengan Keputusan DPR Kota Sementara No.6/D/K/1956). langi permasalahan yang muncul, seperti sistem dan prasarana transportasi, tata air dan pengendalian banjir,
ruang terbuka hijau, gejala perubahan iklim, peningkatan konsumsi energi, perekonomian, tekanan kependudu-
4 Maret 1621 Belanda untuk pertama kali membentuk pemerintah kota bernama Stad Batavia.
kan dan permasalahan sosial, keterbatasan penyediaan iar bersih, pengelolaan limbah cair, dan pengelolaan
1 April 1905 Stad Batavia berubah namanya menjadi Gemeente Batavia sampah.
8 Januari 1935 Gemeente Batavia berubah menjadi Stad Gemeente Batavia
8 Agustus 1942 Stad Gemeente Batavia oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko Betsu Shi Jabotabek
September 1945 Pemerintah Kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta Berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No, 13/1976 tentang pengembangan wilayah Jabotabek, Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan bahwa wilayah Jabotabek sebagai wilayah penyangga Kota Jakarta. Hal
20 Februari 1950 Pada masa pemerintah pre-federal berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia ini disebabkan terlalu padatnya kota Jakarta untuk menampung semua aktivitas pemerintah, perdagangan, dan
industri. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mulai mengatur pembangunan dan peruntukkan wilayah di Jabota-
24 Maret 1950 Stad Gemeente Batavia diganti menjadi Kota Praja Jakarta
bek. Untuk aktivitas pemerintahan, tetap dikonsentrasikan di wilayah Jakarta Pusat.
18 Januari 1958 Kedudukan Jakarta sebagai Daerah Swatantra dinamakan Kota Praja Untuk industri, pengembangan dikonsentrasikan di kawasan Cibitung dan Cikarang (Kabupaten Bekasi) serta
Cikupa (Kabupaten Tangerang). Untuk pemukiman, pengembang-pengembang besar banyak membangun kota-
Tahun 1961 PP No.2 Tahun 1961 jo UU No.2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya kota satelit yang dilengkapi dengan sarana pendukung kota seperti sekolah, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan
31 Agustus 1964 Menurut UU No.10 Tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota tempat hiburan. Kota-kota satelit ini banyak berkembang di Kota Bekasi, Kota Tangerang, Serpong (Kota Tanger-
Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta. ang Selatan), Cibubur (Kab. Bekasi), Cileungsi (Kab. Bogor), dan Kota Depok.
Sumber : http://www.jakarta.go.id
Peta Daerah Rawan Banjir di Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat
Banjir Pada Jaman Kolonial Beberapa Banjir Besar Sebelum Tahun 1996
Banjir diJakarta sudah dimulai sejak jaman Belanda. Banjir pertama dirasakan pada tahun 1621, diikuti tahun Bulan Februari 1976, hujan selama tiga hari berturut-turut mengakibatkan sebagian wilayah Jabodetabek
berikutnya tahun 1654 dan 1876. Sering dilanda banjir, pemerintah Belanda mulai mengelola air secara serius. terendam. Jakarta Pusat menjadi lokasi terparah dalam banjir tersebut, lebih 200.000 jiwa diungsikan. Setahun
Tahun 1918, Pemerintah Belanda mulai membangun bendungan. Saat itu yang dibangun adalah Bendungan kemudian 19 Januari 1977, akibat hujan deras yang terus menerus, membuat Jakarta kembali banjir. Meski tidak
Hilir, Jago dan Udik. Selanjutnya karena semakin kompleksnya masalah air yang melimpah, memaksa separah tahun sebelumnya, setidaknya 100.000 jiwa diungsikan dalam musibah saat itu.
Pemerintahanan Kolonial membangun Banjir Kanal Barat (BKB), maksudnya agar air yang terkumpul bisa Di era tahun delapan puluhan, persoalan banjir terus berlanjut. Januari 1984, sebanyak 291 Rukun Tetangga
langsung dibuang ke laut. BKB ini, dibangun mulai dari Pintu Air Manggarai sampai Muara Angke pada tahun (RT) di aliran Sungai Grogol dan Sekretaris terendam. Dampaknya terasa di Jakarta Timur, Barat dan Pusat,
1922. jumlah total korban tercatat 8.596 kepala keluarga. 13 Februari 1989, giliran Sungai Ciliwung dan Sungai
Meski sudah dibangun BKB, bukan berarti persoalan banjir di Jakarta bisa langsung diselesaikan. Januari 1932 Pesanggrahan meluap akibat tidak mampu menampung banjir kiriman dari hulu, 4.400 kepala keluarga harus
lagi-lagi banjir besar melumpuhkan Kota Jakarta. Ratusan rumah di kawasan Jalan Sabang dan Thamrin mengungsi.
digenangi air. Saat pemerintahan beralih ke Republik Indonesia masalah banjir di Jakarta pun tak kunjung bisa Setelah itu hampir setiap tahun terjadi banjir. Bahkan Tahun 1994, meluapnya Sungai Cipinang dan Sungai
diselesaikan. Sunter mengakibatkan banjir di daerah Pulo Gadung, Jl. Perintis Kemerdekaan, Kampung Kayu Putih, Komplek
Perhubungan Jati Rawamangun, Cipinang Jaya termasuk Jalan Panjaitan. Bahkan Perumahan Sekretaris Negara
RI, Jalan Bekasi Timur dan Jatinegara Pulo juga tergenang. Total kawasan yang terkena banjir sekitar 800
hektar. Kedalaman genangan air antara 40 sampai 100 sentimeter.
Tinggi muka air Sungai Ciliwung di Katulampa saat banjir 2007.
Tahun Keterangan
1621, 1654, 1876 Terjadi banjir besar di Batavia / Jakarta
1918 Pemerintah Belanda membangun Bendungan Hilir, Jago dan Udik
1922 Pemerintah Kolonial membangun Banjir Kanal Barat dari pintu air Manggarai sampai
Muara Angke
9 Januari 1932 Banjir menghanyutkan sejumlah rumah di kawasan Jl. Sabang dan Thamrin
1 Februari 1976 Hujan deras selama 3 hari berturut-turut, lebih 200.000 jiwa diungsikan, Jakarta Pusat
terkena dampak paling parah
8 Januari 1984 Sebanyak 291 Rukun Tetangga (RT), kawasan Jaktim, Jakbar, Jakpus di aliran S.Grogol
dan S. Sekretaris terendam, korban 8.596 KK atau 39.729 jiwa terkena dampak banjir.
13 Februari 1989 Sungai Ciliwung dan Sungai Pesanggrahan meluap karena tidak mampu menampung kiri-
man air dari hulu. Akibatnya sebagian wilayah timur kebajiran. Sebanyak 4.400 KK harus
mengungsi.
13 Januari 1997 Hujan deras selama 2 hari menyebabkan 4 kelurahan di Jakarta Timur alibat luapan Sun-
gai Cipinang, 754 rumah, 2640 jiwa terendam air sekitar 80 cm.
26 Januari 1999 Banjir terjadi di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi, ribuan rumah terendam, 6 korban tewas,
30.000 jiwa mengungsi.
2 -4 Februari 2007 Ibukota dalam kondisi darurat, banjir menggenangi sekitar 60% wilayah Jakarta, 150.000
jiwa mengungsi, 1379 gardu induk terganggu, 420.000 pelanggan listrik terganggu.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta
Kepadatan Penduduk di Wilayah Jabodetabekpunjur dan Sekitarnya Tahun 2010 Kode Provinsi Laki-‐laki Perempuan Total Pend. Kawasan 5.000.000
Jabodetabekpunjur
4.500.000
3101 KEPULAUAN SERIBU 10.695 10.376 21.071 0,07%
4.000.000
3171 JAKARTA SELATAN 1.039.677 1.017.403 2.057.080 6,84%
3.500.000
3172 JAKARTA TIMUR 1.368.857 1.318.170 2.687.027 8,93%
3.000.000
3173 JAKARTA PUSAT 453.505 445.378 898.883 2,99%
3174 JAKARTA BARAT 1.162.379 1.116.446 2.278.825 7,57% 2.500.000
Sumber : http://media.vivanews.com
Dalam konteks pengelolaan sumber daya air (termasuk juga penanganan banjir), Jabodetabekpunjur merupakan
kawasan yang berada di wilayah sungai Ciliwung-Cisadane (WS Cil-cis). WS Cil-Cis merupakan bagian dari WS PROYEKSI KEPADATAN PENDUDUK TAHUN 2030
6 Cis (terbagi menjadi 3 wilayah sungai, yaitu WS Citarum, WS Cil-cis, dan WS 3C ±Cidanau-Ciujung-Cidurian).
Jika diperhatikan ternyata di antara ketiga WS tersebut 55.1% penduduk berada di WS Cil-Cis atau kawasan
Jabodetabekpunjur. Oleh sebab itu, ketika sungai Ciliwung dan Cisadane meluap, maka persoalan banjir yang
terjadi sangat dirasakan oleh penduduk di wilayah Jabodetabekpunjur.
Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga di Wilayah Sungai 6 Cis tahun 2008 Komposisi Jenis Kelamin
Wilayah Sungai Penduduk % Rumah Tangga % Laki-Laki Perempuan
WS Citarum 14.014.852 35,7% 3.885.980 37,2% 7.040.337 6.974.515
WS Ciliwung-Cisadane 21.618.994 55,1% 5.683.474 54,4% 10.988.889 10.630.105
WS 3C (Cidanau-Ciujung-Cidurian) 3.626.645,0 9,2% 886.342,0 8,5% 1.835.262 1.791.383
Total Penduduk 39.260.491 100,0% 10.455.796 100,0% 19.864.488 19.396.003
Sumber: Podes 2008, BPS. Sex Ratio 102,42%
Jakarta Utara
18% Kepulauan
Jakarta Barat Seribu
10% 41%
Sumber : DKI Jakarta Dalam Angka 2009, BPS
Jakarta Pusat
11%
2.3 PROFIL SOSIAL Jakarta Timur
Jakarta
Selatan
10% 10%
KEMISKINAN
Jumlah penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta cinta foto .com
pada tahun 2008 sejumlah 342,5 ribu (3,86%). Dibandingkan dengan Indonesia, secara prosentase jumlah penduduk miskin Jumlah , Persentase dan Garis Kemiskinan Wilayah Jabodetabekpunjur Tahun 2004 -‐ 2008
DKI Jakarta lebih rendah prosentasenya (Indonesia : 15,42%), akan tetapi jumlahnya dari periode 2004 ±2006 terus mening- Jumlah Penduduk Miskin (000 orang) Prosentase Penduduk Miskin (%) Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
kat, dari 277,1 ribu orang (2004) menjadi 407,1 orang (2006). Jumlah penduduk miskin yang relatif banyak, menimbulkan ma- No. Kabupaten
2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008
salah berbagai permasalahandi DKI Jakarta. DKI Jakarta 277.1 316.2 407.1 316.2 342.5 3.18 3.61 4.57 3.61 3.86
1 Kepulauan Seribu 3.0 3.4 3.2 3.4 2.6 14.99 14.64 16.64 14.64 13.56 184,172 270,071 279,600 270,071 314,358
Distribusi penduduk miskin. Dilihat dari distribusinya, jumlah penduduk miskin terbesar ada wilayah utara Jakarta, yaitu di
2 Jakarta Selatan 42.5 64.0 76.3 64.0 71.1 2.25 3.36 3.74 3.36 3.41 234,886 263,740 276,626 263,740 334,173
Kepulauan Seribu (41%) dan Jakarta Utara (18%). Rata± rata mata pencaharian mereka adalah nelayan, buruh pabrik dan 3 Jakarta Timur 62.1 71.2 85.1 71.2 79.8 2.51 2.85 3.55 2.85 3.39 197,300 220,855 232,826 220,855 303,390
pelabuhan dan sektor informal. Lokasi Jakarta Utara mempunyai pelabuhan menjadi pintu masuk bagi orang-orang di luar 4 Jakarta Pusat 34.9 28.5 43.6 28.5 31.0 3.91 3.17 4.92 3.17 3.58 215,290 209,929 218,777 209,929 262,251
Jakarta. Sementara itu di wilayah ini sendiri terdapat pelabuhan dan kawasan industry, yaitu Kawasan Berikat Nusantara Ca- 5 Jakarta Barat 62.6 57.4 89.5 57.4 72.9 3.21 2.84 4.22 2.84 3.41 193,289 211,074 220,412 211,074 275,759
kung dan Marunda. Selain itu, banyak pendatang yang bekerja menjadi nelayan jaring, nelayan sero, dan sebagainya. Belum 6 Jakarta Utara 72.0 91.7 109.4 91.7 85.2 5.08 6.48 7.58 6.48 6.02 225,443 212,490 224,708 212,490 292,656
lagi sector informal, seperti pedagang kaki lima, tukang becak, ojek sepeda, dan pekerja seks komersial. Banten
1 Kota Tangerang
Isu kemiskinan terkait dengan banjir. Mereka yang bekerja sebagai nelayan, buruh pabrik dan pelabuhan serta sektor in- 2 Tangerang
formal tersebut, sebagian besar adalah pendatang. Para pendatang membutuhkan tempat tinggal yang bisa terjangkau den- Jawa Barat
gan pendapatannya. Akhirnya mereka menempati lahan-lahan kosong ataupun bantaran sungai. Dalam waktu singkat, kawa- 1 Bekasi
san kosong tersebut langsung ditempati oleh bangunan liar sehingga membuat kawasan itu semakin padat dan kumuh. Di 2 Bogor
saat curah hujan turun cukup tinggi, aliran sungai tersebut terganggu,akibatnya air sungai meluap dan menggenai pemukiman 3 Cianjur
yang ada di sekitar bantaran sungai. 4 Depok
Untuk wilayah Jakarta Utara, rumah-rumah sebagian nelayan dibuat menjorok ke tengah laut sehingga disaat muka air laut 5 Kota Bekasi
naik, sangat rentan terhadap banjir rob. Penduduk miskin menjadi sangat rentan terhadap bahaya banjir, khususnya yang 6 Kota Bogor
tinggal di sekitar aliran sungai. Jabodetabekpunjur
Sumber : DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2009, BPS
Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Menurut Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja dan
Peta Penduduk berusia 15 ke atas Menurut Jenis Kegiatan Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan Tahun 2008 Mencari Pekerjaan, 2004-‐2008
Jenis Kegiatan
4,191,966
No. Kabupaten Mencari Bukan Angkatan 4,500,000
Bekerja Jumlah 3,842,944
Pekerjaan Kerja 4,000,000 3,497,359 3,565,331 3,531,799
1 Kepulauan Seribu 6,981 922 5,469 13,372 3,500,000
2 Jakarta Selatan 979,454 133,065 509,378 1,621,897 3,000,000
3 Jakarta Timur 1,091,148 166,369 614,407 1,871,924 2,500,000
4 Jakarta Pusat 424,083 56,349 234,308 714,740 2,000,000
5 Jakarta Barat 1,013,159 114,206 489,175 1,616,540 1,500,000
6 Jakarta Utara 677,141 109,600 323,867 1,110,608 1,000,000 602,741 615,917 590,022 552,380 580,511
2008 4,191,966 580,511 2,176,604 6,949,081
500,000
2007 3,842,944 552,380 2,371,599 6,766,923
0
2006 3,531,799 590,022 2,449,913 6,571,734
2004 2005 2006 2007 2008
2005 3,565,331 615,917 2,447,567 6,628,815
2004 3,497,359 602,741 2,520,129 6,620,229 Bekerja Mencari Pekerjaan
Sumber : diolah dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2008
Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan
Sumber : Survey Angkatan Nasional, Bakernas Agustus 2008 Usaha dan Jenis Kelamin, 2008
Tahun 2008 Tahun 2007 Tahun 2006 Tahun 2005 Tahun 2004
No. Lapangan Usaha Utama
Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
1 Pertanian 15,171 4,497 19,668 25,434 22,543 19,651 20,655
KETENAGAKERJAAN 2 Pertambangan, Penggalian 11,128 2,366 13,494 4,091 9,410 2,953 9,536
3
4
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, Air Bersih
414,884
12,093
260,065
1,645
674,949
13,738
585,427
11,058
556,086
12,733
698,782
9,072
730,076
14,208
Penduduk usia kerja. Berdasarkan data Sakernas 2008, penduduk usia kerja di DKI Jakarta tercatat sebesar 6.949.081 5 Bangunan 162,736 15,932 178,668 159,462 162,717 174,426 145,704
orang. Dari penduduk usia kerja tersebut, angkatan kerja berjumlah 4.772.477 orang dan bukan angkatan kerja berjumlah Perdagangan, Hotel dan
2.176.604 orang. Jika dilihat dari distribusinya, penduduk usia kerja terbesar ada di Kabupaten Jakarta Timur sejumlah 6 Restoran 862,170 693,636 1,555,806 1,386,020 1,404,854 1,391,304 1,244,202
1.871.924 orang. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah angkatan kerja terus meningkat. Untuk pencari kerja dari Transportasi, Pergudangan,
7 dan Komunikasi 351,405 65,274 416,679 320,577 295,724 326,539 310,616
tahun 2004-2008 cenderung menurun dari 602.741 orang tahun 2004 menurun menjadi 580.511 orang pada tahun 2008. Dili- Keuangan, Perbankan dan
hat dari latar belakang pendidikan penduduk 15 tahun yang bekerja pada tahun 2008 didominasi oleh tamatan SMU (23% 8 Jasa Perusahaan 198,026 103,467 301,493 219,709 233,238 172,938 216,363
atau 947.038 orang) dan SLTP Umum ( 19% atau 815.365 orang). Jika dilihat dari jenis kelamin, jumlah penduduk bekerja 9 Jasa-jasa 504,760 512,711 1,017,471 831,250 834,494 769,666 805,999
didominasi oleh penduduk laki-laki yang mencatat lebih dari dua kali lipat bagian penduduk perempuan yang bekerja. Jumlah 2,532,373 1,659,593 4,191,966 3,842,944 3,531,799 3,565,331 3,497,359
Sumber : Diolah dari Survei Angkatan Kerja Nasional ( Sakernas) Agustus 2008, BPS
Lapangan pekerjaan. Dilihat dari lapangan pekerjaan utama pada tahun 2008, didominasi oleh kegiatan perdagangan dan Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama
jasa, diikuti oleh jasa-jasa. Proporsi kegiatan perdagangan dan jasa mencapai 37% dari penduduk yang bekerja dan sektor Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Usaha
jasa mencapai 24%. Kegiatan primer mencatat bagian yang terbatas. Pertanian Pertambangan, Pen
1% ggalian
0%
Pengangguran. DKI Jakarta mencatat angka pengangguran yang relatif tinggi, yakni sekitar 9,10% pada tahun 2004, 9,29% Listrik, G as, Air
Bersih
pada tahun 2005, 9,15% pada tahun 2006, 8,16% pada tahun 2007, dan 8,35% pada tahun 2008. Namun kecenderungan 1%
Jasa-jasa Industri Pengolahan
menunjukkan proporsi yang menurun. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) DKI Jakarta pada tahun 2004 tercatat 14.70% dan 24% 16%
Bangunan
4%
Keuangan, Perbank
pada tahun 2008 menurun menjadi 11,06%. Penurunan angka pengangguran di DKI Jakarta dikarenakan meningkatnya an d an J asa
Perusahaan
kondisi perekonomian di DKI Jakarta yang berdampak semakin terbukanya kegiatan pembangunan dan industri yang mampu 7%
menyerap tenaga kerja cukup banyak. Perdagangan, Hotel
dan Restoran
37%
Dampak banjir terhadap kondisi ketenagakerjaan. Selain masalah penggangguran, banjir juga menjadi salah satu masalah Transportasi, Pergu
dangan, dan
penting yang dihadapi pemerintah DKI Jakarta. Banjir yang terjadi di Jakarta menyebabkan terganggungan aktivitas pereko- Komunikasi
10%
nomian dan aktivitas penduduk yang bekerja. Akibatnya, banyak perusahaan yang rugi. Kerugian perusahaan menyebabkan
terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang berdampak pada peningkatan jumlah pengangguran.
http://www.jurnalpos.com/wp-
Jumlah Siswa dan Guru di DKI Jakarta Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009/2010
Siswa Guru
Kota/Kabupaten
TK SD SLTP SLTA SMK TK SD SLTP SLTA SMK
Jakarta Selatan 20,399 191,265 85,253 39,645 48,777 2,380 9,491 5,256 3,435 3,541
Jakarta Timur 25,105 266,327 108,701 51,483 68,082 2,859 12,323 7,005 4,589 5,076
Jakarta Pusat 8,753 90,928 39,363 18,604 25,219 1,008 4,897 2,710 1,887 2,097
Jakarta Barat 17,486 195,781 74,517 29,648 40,389 1,983 9,036 5,227 2,938 2,952
Jakarta Utara 12,942 137,253 56,982 21,608 20,158 1,379 6,171 3,993 2,014 1,645
Kep. Seribu 383 2,314 1,040 412 315 52 209 81 32 28
DKI Jakarta 85,068 883,868 365,856 161,400 202,940 9,661 42,127 24,272 14,895 15,339
Negeri 523 686,610 219,928 90,016 40,144 63 29,524 12,222 6,483 2,901
Swasta 84,545 197,258 145,928 71,384 162,796 9,598 12,603 12,050 8,412 12,438
Sumber : Data Pokok Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009/2010
PENDIDIKAN 3000
2500
Fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan di DKI Jakarta pada tahun 2009/2010 berjumlah 1.808 TK, 2.987 SD,
989 SLTP, 486 SLTA, dan 554 SMK. Jika SD lebih didominasi SD Negeri, pada jenjang SLTP dan SLTA 2000 TK
cenderung didominasi sekolah swasta. Fasilitas pendidikan tersebar di lima wilayah kota administrasi dan SD
kabupaten administrasi setara dengan jumlah penduduk yang dilayani masing-masing. Wilayah Jakarta Timur 1500 SLTP
memiliki fasilitas sekolah terbanyak, sedang Kabupaten Kepulauan Seribu sangat terbatas dan hanya memiliki 1 1000
SLTA/SMK
SLTA dan 1 SMK sesuai dengan jumlah penduduknya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sebaran fasilitas
pendidikan dasar dan menengah di Jakarta sebanding dengan luas wilayah dan jumlah penduduk. Penyediaan 500
fasilitas sekolah pada tingkat yang lebih tinggi cenderung lebih banyak disedikan oleh pihak swasta. 0
Fasilitas pendidikan lain yang terdapat di Jakarta adalah perguruan tinggi. Berdasarkan data Dinas Pendidikan http:/health.kompas.com
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Menengah dan Tinggi DKI Jakarta tahun 2009/2010, di DKI Jakarta terdapat 283 perguruan tinggi yang terdiri dari
279 perguruan tinggi swasta dan 4 perguruan tinggi negeri, dengan jumlah mahasiswa sebesar 798.997 orang
dan tenaga pengajar sejumlah 21.798 orang. Penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagian besar didominasi oleh Dampak banjir terhadap pendidikan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan DKI, ada sekitar 108 sekolah yang
pendidikan tinggi swasta. Sama halnya dengan fasilitas pendidikan dasar dan menengah, fasilitas pendidikan berada di kawasan rawan banjir, yaitu di Jakarta Timur (26 sekolah), Jakarta Pusat (12), Jakarta Utara (66), Ja-
tinggi juga tersebar di lima wilayah kota administrasi, dan diantaranya berskala internasional. karta Barat (2), dan Jakarta Selatan (2). Sekolah yang berada di kawasan rawan banjir meliputi SD, SMP, dan
SMA. Setiap kali curah hujan tinggi di beberapa kawasan rawan banjir, genangan air seringkali masuk hingga ke
Angka putus sekolah. Permasalahan yang dihadapi di bidang pendidikan adalah masih tingginya angka putus
sekolah pada tingkat pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Walaupun telah diselenggarakan Program dalam ruang kelas. Akibatnya kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi terhambat.
Wajar Dikdas 9 Tahun dan telah dinyatakan tuntas paripurna, namun masih menghadapi permasalahan anak Pendidikan terkait pengetahuan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana banjir, penanganan dan evakuasi serta
putus sekolah. Pada tahun 2008/2009, Angka Putus Sekolah jenjang pendidikan SD sebanyak 613 siswa, SLTP kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dampak bencana banjir sudah banyak dilakukan oleh pemerintah yang ada
sebanyak 1.076 siswa, SLTA sebanyak 943 siswa, dan SMK sebanyak 2488 siswa. Angka Putus Sekolah ini di wilayah Jabodetabekpunjur maupun oleh organisasi non pemerintah. Pendidikan tentang banjir dilakukan
relatif tersebar merata di seluruh wilayah Jakarta. Dilihat dari perkembangannya, angka putus sekolah di DKI ditingkat masyarakat maupun di sekolah-sekolah.
Jakarta terus menurun, pada tahun 2004/2005 sejumlah 8467 orang menurun menjadi 5120 orang pada tahun
2008/2009.
Triple ² A PROFIL SOSIAL ²EKONOMI
SOSIAL 2 ² 10
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PESISIR JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
Jumlah Fasilitas Kesehatan di DKI Jakarta Jumlah Fasilitas Kesehatan di DKI Jakarta
Peta Jumlah Fasilitas Kesehatan di DKI Jakarta 2008 7DKXQ± 7DKXQ±
Fasilitas Tenaga kesehatan 2004 2005 2006 2007 2008
No. 2004 2005 2006 2007 2008
Kesehatan Kader Pusat Posyandu 27986 25295 27431 29718 29718
1 Rumah Sakit (Unit) 107 109 122 131 131 Dokter Umum 2404 1069 1382 1865 6848
2 Tempat Tidur (Unit) 15,273 15,687 16,289 16,662 17,172 Dokter Spesialis 3122 4404 4617 5396 4259
3 RS Bersalin (Unit) 135 141 141 141 109 Dokter Gigi 635 667 864 959 2977
4 Tempat Tidur RS 1,155 700 700 700 700 Apoteker 73 90 82 158 751
Bersalin (Unit) Asistem Apoteker 370 723 644 1135 2999
5 Puskesmas 44 44 44 44 44 Bidan 1337 1577 2165 2088 4695
Kecamatan (Unit) Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
6 Puskesmas 289 293 297 297 295
Kelurahan (Unit)
8 Puskesmas Keliling 58 68 68 68 68
(Unit)
9 Balai Pengobatan 870 606 606 606 606
Umum (Unit)
10 Balai Pengobatan 70 73 73 73 73
Gigi (Unit)
11 Klinik Spesialis (Unit) 156
http://www.jakarta.go.id/
Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kabupaten / Kota DKI Jakarta
Tahun 2008
Kabupaten
Fasilitas Kesehatan Kep. Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta
Total
Seribu Selatan Timur Pusat Barat Utara
Rumah Sakit 1 36 29 30 19 16 131
Tempat Tidur 10 3307 3763 5043 2529 2520 17172
Tempat Bersalin 0 30 41 4 19 15 109
Puskesmas Kecamatan 2 10 10 8 8 6 44
Puskesmas Kelurahan 6 68 78 33 67 43 295
Balai Pengobatan Umum 0 153 75 45 287 46 606
Balai Pengobatan Gigi 0 17 4 10 11 31 73
Laboratorium 0 16 28 37 51 26 158
Sumber : Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2008 Apotik 323 396 54 437 298 1508
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
http://www.beritajakarta.com
KESEHATAN Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Proporsi Pasien Rawat Jalan Korban Banjir di 43
Tahun 2008
Rumah Sakit Menurut jenis Penyakit Sejak
Fasilitas kesehatan. Perkembangan pelayanan kesehatan dapat diindikasikan oleh ketersediaan fasilitas 300
Rumah Sakit
Tanggal 1-‐24 Februari 2002
kesehatan di DKI Jakarta periode 2004-2008 yang semakin baik untuk seluruh fasilitas kesehatan yang ada. 250 Tempat Bersalin
KULIT
2.2%
PNEUMONIA GASTRITIS
2.3% 1.8%
Fasilitas kesehatan cukup beragam terdiri atas rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, laboratorium, apotik, 200
MATA
0.3% LAINNYA
dan posyandu. Hingga akhir tahun 2008, jumlah rumah sakit yang ada di wilayah DKI Jakarta adalah 131 buah Puskesmas
Kecamatan LUKA-‐L UKA
10.7% DIARE
36.9%
150
dengan rincian rumah sakit umum sebanyak 76 buah dan 55 rumah sakit khusus. Dari jumlah rumah sakit Puskesmas
1.0%
tersebut, sebanyak 107 buah dikelola oleh pihak swasta sedangkan rumah sakit pemerintah termasuk TNI/Polri 100
Kelurahan
sebanyak 24 buah. Jumlah tempat tidur yang tersedia secara keseluruhan mencapai 17.172 tempat tidur. 50 Balai ISPA
44.8%
Pengobatan
Distribusi fasilitas kesehatan relatif merata di seluruh wilayah DKI Jakarta hingga ke kelurahan. Rumah sakit 0 Umum
Balai
tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta, kecuali Kabupaten Kepulauan Seribu. Selain RSU, terdapat RS Khusus Kep.
Seribu
Jakarta
Selatan
Jakarta
Timur
Jakarta
Pusat
Jakarta
Barat
Jakarta
Utara
Pengobatan G igi
dalam jumlah yang memadai dan tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Rumah sakit khusus di DKI Jakarta
terdiri atas rumah sakit spesialis bersalin/ibu dan anak, mata, jantung, bedah, THT, kanker, bedah plastik, infeksi,
ketergantungan obat, jiwa/saraf, serta terdapat satu rumah sakit pendidikan. Dampak banjir terhadap kesehatan. Bencana banjir dapat menyebabkan terjadinya pengungsian masyarakat
Puskesmas Kecamatan tersedia di seluruh kecamatan di DKI Jakarta dengan jumlah 44 Puskesmas Kecamatan secara besar-besaran. Selain itu, bajir juga dapat menyebabkan kerugian, baik material dan jiwa. Kerugian yang
pada tahun 2008, diantaranya 13 Puskesmas Kecamatan yang telah dilengkapi fasilitas bersalin dan rawat inap. tidak kasat mata tetapi dirasakan oleh masyarakat adalah tekanan jiwa dan meningkatnya masalah kesehatan.
Walaupun beberapa kelurahan belum dilengkapi Puskesmas, namun secara keseluruhan jumlah Puskesmas Data tahun 2002, menunjukkan bencana banjir menyebabkan banyaknya penduduk yang terserang penyakit,
telah melampaui jumlah kelurahan di DKI Jakarta. Beberapa kelurahan yang belum memiliki Puskesmas seperti penyakit diare, kulit, mata, gastritis, pneumonia, infeksi saluran pernafasan akut , demam berdarah, serta
umumnya menghadapi kendala keterbatasan lahan. leptospirosis. Berdasarkan data tersebut, balita dan anak-anak sangat rawan terkena penyakit. Kondisi lingkun-
gan yang tercemar menyebabkan meningkatnya penyebaran wabah beberapa penyakit tersebut diatas. Untuk
Tenga kesehatan. Tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter umum tercatat pada tahun 2008 sebanyak 6848 penanggulangan banjir, perlu disiapkan : 1). Pos kesehatan;; 2). Penyiapan ambulance untuk melakukan evakuasi
orang, dokter spesialis 4.259 orang dan dokter gigi 2.977 orang. Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, korban;; 3). Penyiapan Unit Gawat Darurat (UGD) dan rawat inap di puskesmas;; 4). Penyiapan UGD dan rawat
inap di rumah sakit;; 5). Penyiapan tenaga kesehatan di puskesmas dan RS;; 5). Penyiapan gudang obat.
jumlah tenaga kesehatan terus mengalami peningkatan.
Perilaku dan sifat. Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam
Peta Jumlah Fasilitas Ibadah segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Ada beberapa hal
yang positif dari betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa
hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menghormati budaya yang mereka
warisi. Terbukti dari perilaku kebayakan warga yang masih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan
dari masa ke mas seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong dan lain-lain.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terping-
girkan oleh modernisasi di Jakarta. Namun tetap ada optimistis dari masyarakat Betawi generasi mendatang
yang justru akan menopang modernisasi tersebut.
Wilayah Kota Tua Jakarta. Kota Tua Jakarta dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Out Batavia)adalah se-
buah wilayah kecil di Jakarta. Lingkungan yang termasuk wilayah ini meliputi Sunda Kelapa, Pasar Ikan, Luar
Batang, Kali Besar, Taman Fatahillah dan Glodok. Luas wilayah Kota Tua Daerah sekitar sekitar 139 hektar. Ka-
wasan ini merupakan awal dari masa depan perkembangan kota Jakarta sejak abad 14. Selama tahun 1527 ini
adalah kota pelabuhan yang direbut oleh Fatahillah dan berganti nama menjadi Jayakarta. Lebih lanjut lagi di ta-
hun 1620 kota ini dikuasai oleh VOC Belanda yang diubah menjadi Batavia. Pada abad ke 18 , kota ini telah
berkembang ke sisi selatan sampai ke daerah di taman Fatahillah dan Glodok sekarang. Sebagai kota tua, Ja-
karta telah meninggalkan warisan dari sejarah masa lalu mengambil bentuk bangunan dengan arsitektur Eropa
dan Cina dari abad 17 sampai awal abad ke-20. Kota Tua ini telah dipelihara sebagai kawasan restorasi. Be-
berapa situs dan bangunan bersejarah di Jakarta meliputi : Masjid Luar Batang, Pelabuhan Sunda Kelapa, pasar
Ikan, Museum Maritim Nasional, Menara Syahbandar, Jembatan Tarik Kota Intan, Kali Besar (Grootegracht),
Gereja Sion, Museum Wayang, Lapangan Fatahillah, Museum Seni Rupa dan Keramik , Museum Sejarah Ja-
karta, Café Batavia, Toko Merah, Standard-Chartered Bank, Museum Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri,
Stasiun Jakarta Kota, Pecinan Glodok dan Pinangsia, Petak Sembilan, Vihara Jin De Yuan (Vihara Dharma
Bhakti), Gedung Chandranaya, dan Gedung Arsip Nasional.
Sumber : Kanwil Departemen Agama DKI Jakarta
http://id.wikipedia.org http://1.bp.blogspot.com http://www.beritajakarta.com
Cerita Rakyat. Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pi-
Museum Sejarah Jakarta Kali Besar Menara Syahbandar
tung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara
Betawi. Selain mengkisahkan jawara, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman
kolonial.
Kepercayaan. Sebagian besar orang Betawai menganut agama Islam, tetapi ada juga yang menganut agama
Kristen Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Diantara suku Betawi yang beragama Kristen,
ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan Portugis. Hal ini
wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kelapa sehingga terbentuk komu-
nitas Portugis di Sunda Kelapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung
Tugu, Jakarta Utara.
http://www.macclubindonesia.com http://www.jakarta.go.id/ http://3.bp.blogspot.com
Jumlah Masjid, Mushola, Gereja, Pura/Kuil dan Vihara Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2008 Gedong Galangan Kapal VOC di Pasar Ikan
Gereja
Pelabuhan Sunda Kelapa Museum Wayang
Kabupaten/Kota Masjid Mushola Pura Vihara Jumlah
Kristen Katolik
Kepulauan Seribu 11 29 40
Jakarta Selatan 748 1285 182 7 4 7 2233 Tradisi pesisir pantai. Pesta Nadran atau dikenal dengan nama pesta laut sebuah tradisi nelayan mengung-
Jakarta Timur 906 1675 331 11 5 19 2947
Jakarta Pusat 437 505 220 8 7 33 1210 kapkan rasa puji syukur yang merupakan suatu tradisi hasil alkulturasi budaya Islam dan Hindu yang diwariskan
Jakarta Barat 613 1287 218 10 1 136 2265 sejak ratusan tahun secara turun temurun. Hal ini dilaksanakan oleh ratusan nelayan pesisir pantai Cilincing.
Jakarta Utara 433 867 227 9 10 50 1596
2008 3148 5648 1178 45 27 245 10291
Kegiatan syukuran laut (Nadran) dilaksanakan setiap tahunnya antara bulan Juli-Agustus. Kegiatan ini sudah
2007 3148 5648 1171 43 29 242 10281 yang kesepuluh kalinya. Rangkaian kegiatan ritualnya sebelum dilakukan pesta laut terlebih dahulu melakukan
2006 2349 6050 1054 36 17 280 9786 doa bersama,memasuki tingkat sakral lewat wayang kulit dengan melakukan ruwatan pada nelayan yang akan
2005 1826 6050 1042 45 21 196 9180
2004 2900 6050 930 40 18 236 10174 melakukan upacara nadran.
Sumber : Kanwil Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta Sumber foto : http://masjidnet.files.wordpress.com
2.5 EKONOMI Distribusi PDRB berdasarkan Sektor Ekonomi Pertumbuhan sektor PDRB 2005-2008 di JABODETABEKJUR
Atas Harga Konstan 2000
JABODETABEKPUNJUR 2008
160,000,000.0
Pertumbuhan ekonomi di Jabodetabekpunjur periode 2005-2009 sebesar 6.4% per tahun, merupakan angka 140,000,000.0
Pertanian
pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan 3 provinsi yang melingkupinya (5.8%), pertumbuhan Jawa (5.7%), dan 1.61% 120,000,000.0
pertumbuhan ekonomi Indonesia (5.6%). Pertumbuhan yang tinggi tersebut didukung oleh kontribusi sektor dan Keu, Sewa & Jasa
Jasa-Jasa
8.98%
Pertambangan
100,000,000.0
juta rupiah
& Penggalian
kontribusi daerah (Kabupaten/Kota). Angkutan &
Perush.
21.26%
0.20%
80,000,000.0
Kom.
8.89% Industri Pengolahan
60,000,000.0
Aktivitas ekonomi di wilayah Jabodetabekpunjur didominasi oleh sektor tersier. Dari data statistik 2008, kontribusi 29.43% 40,000,000.0
Perdag., Htl &
sektor primer (pertanian), sekunder (industri), dan tersier (jasa) terhadap nilai total PDRB ADHK 2000 masing- Restoran
20,000,000.0
20.15% -
masing sebesar 1.61%, 30.91%, dan 67.49%. Tingginya kontribusi sektor tersier (jasa) dapat dipahami karena Bangunan
8.21%
Pertanian Pertamba Industri Listrik, Bangunan Perdag., Angkutan Keu, Jasa-Jasa
Jabodetabekpunjur merupakan kawasan metropolitan terbesar di Indonesia. ngan & Pengolaha Gas & A ir Htl & & K om. Sewa &
Penggalia n Bersih Restoran Jasa
Listrik, Gas & Air n Perush.
Jika dibandingkan dengan PDRB beberapa tingkat kawasan di atasnya, PDRB Jabodetabekpunjur tahun 2008 Bersih
1.28%
2005 7,752,456 763,471.7 126,220,7 5,455,213 33,398,94 82,728,42 30,650,29 94,338,34 38,441,03
nilainya sebesar 70.95% dari jumlah PDRB 3 provinsi (DKI, Jawa Barat, dan Banten), atau sebesar 41.98% nya selu- 2008 8,117,431 1,017,709 148,814,4 6,449,710 41,532,87 101,864,0 44,961,40 107,492,6 45,394,35
ruh jawa, atau sebesar 24.28% nya PDRB Indonesia. Sumber: BPS, 2009 Pertmbhn/thn
Pada tahun 2008, kontribusi terbesar dari seluruh PDRB Jabodetabekpunjur berasal dari provinsi DKI Jakarta se-
besar 69.14% (tanpa Kepulauan Seribu). Lebih detil lagi di antara kota di provinsi DKI, Kota Jakarta Pusat meru- Secara sektoral, pertumbuhan sektor terbesar adalah Angkutan dan Komunikasi, yaitu sebesar 13.62%, Per-
pakan pemberi kontribusi terbesar, yaitu sebesar 18.10% terhadap total PDRB Jabodetabekpunjur. tambangan dan Penggalian sebesar 10.06%, Bangunan sebesar 7.54%, dan sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran sebesar 7.18% pertahun. Sektor yang pertumbuhannya paling kecil adalah sektor Pertanian yaitu
sebesar 1.55% pertahun.
DISTRIBUSI PDRB 2008 BERDASARKAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH DISTRIBUSI PDRB 2005 BERDASARKAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH
JABODETABEKPUNJUR JABODETABEKPUNJUR
PDRB ADHK 2000 (JUTA RUPIAH)
Kota Bekasi Kota Depok
Kota Bekasi Kota Depok BERDASARKAN KABUPATEN/KOTA DI JABODETABEKPUNJUR
1.14% Kab. Tangerang Kab. Tangerang
2.78% 2.80% 1.13%
3.80% 3.86%
Kota Bogor Kab. Cianjur Kota Bogor
0.84% Kota Tangerang Kota Tangerang No Kabupaten/Kota 2005 Distribusi 2008 Distribusi Pertmbh/th
Kab. Cianjur 1.62% 0.85%
5.16% 5.01%
1.51%
Kab. Bekasi Kab. Bogor Kab. Bekasi 1 Kota Jakarta Selatan 65.772.296,00 15,7% 78.997.462,57 15,6% 6,30%
Kab. Bogor
9.75% 5.61%
5.88% 9.51%
Kota Jakarta
2 Kota Jakarta Timur 50.495.912,00 12,0% 60.123.980,47 11,9% 5,99%
Kota Jakarta Selatan
15.62%
Selatan 3 Kota Jakarta Pusat 75.964.763,00 18,1% 91.228.665,29 18,0% 6,29%
Kota Jakarta Utara Kota Jakarta Utara 15.67%
13.16% 13.30% 4 Kota Jakarta Barat 44.169.682,00 10,5% 52.735.542,01 10,4% 6,09%
Kota Jakarta Timur Kota Jakarta Timur 5 Kota Jakarta Utara 55.829.604,00 13,3% 66.535.641,44 13,2% 6,02%
11.89% 12.03%
Kota Jakarta Barat Kota Jakarta Barat 6 Kab. Bogor 23.530.488,07 5,6% 29.720.902,04 5,9% 8,10%
10.43% 10.52%
Kota Jakarta Pusat Kota Jakarta Pusat 7 Kab. Cianjur 6.820.520,45 1,6% 7.639.658,34 1,5% 3,85%
18.04% 18.10%
8 Kab. Bekasi 39.926.318,95 9,5% 49.302.484,58 9,8% 7,28%
9 Kota Bogor 3.566.993,05 0,8% 4.252.821,78 0,8% 6,04%
10 Kota Bekasi 11.733.731,00 2,8% 14.042.404,19 2,8% 6,17%
11 Kota Depok 4.740.868,66 1,1% 5.770.827,63 1,1% 6,77%
Sumber : PDRB Kabupaten/Kota, BPS. 12 Kab. Tangerang 16.186.459,50 3,9% 19.227.166,10 3,8% 5,91%
13 Kota Tangerang 21.011.284,00 5,0% 26.066.992,52 5,2% 7,45%
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ADHK 2000 PROVINSI/KAWASAN, TAHUN 2005-‐2009 (MILIAR RUPIAH) JABODETABEKJUR 419.748.920,69 100,0% 505.644.548,95 100,0% 6,40%
Sumber: diolah dari PDRB Provinsi-Provinsi di Indonesia menurut lapangan usaha 2005-2009, BPS.
Pertumbuhan/
No. Provinsi/Kawasan 2005 2006 2007 2008 2009* Jika dilihat kontribusi kabupaten/kota pembentuk PDRB Jabodetbekjur (sesuai dengan nama kabupaten/
tahun
kotanya), memang provinsi DKI Jakarta memiliki kontribusi yang relatif besar dibandingkan dengan wilayah
1 DKI Jakarta 295,271 312,827 332,971 353,694 371,399 5.9% lain, namun jika dilihat pertumbuhan PDRBnya, kabupaten Bogor memiliki peringkat tertinggi (8.10%) disusul
2 Jawa Barat 242,884 257,499 274,180 290,180 302,630 5.7% oleh Kota Tangerang (7.45%) dan kabupaten Bekasi (7.28%). Kabupaten yang pertumbuhannya paling kecil
3 Banten 58,107 61,342 65,047 68,803 72,031 5.5% adalah kabupaten Cianjur, sebesar 3.85%.
4 Jabodetabekpunjur 419,749 446,623 475,219 505,645 538,019 6.4%
5 3 Provinsi 596,262 631,668 672,198 712,677 746,060 5.8%
6 Jawa 1,012,598 1,071,136 1,137,414 1,204,599 1,262,007 5.7%
7 Indonesia 1,750,815 1,847,127 1,964,327 2,082,316 2,176,976 5.6%
Jumlah Tenaga Kerja Industri di Jabodetabekpunjur 2008 Jumlah Industri di Jabodetabekpunjur 2008
Sumber: diolah dari Provinsi Dalam Angka, 2009;; masing-masing BPS provinsi.
Jumlah Industri di wilayah Jabodetabekpunjur pada tahun 2008 sebanyak 61,457.0 unit dengan jumlah tenaga
kerja sebanyak 1,851,215.0 orang. Dari sejumlah unit industri tersebut, 86.56% berada di wilayah Jawa Barat,
10.89% di DKI Jakarta, dan sisanya sebesar 2.55% berada di wilayah Banten. Jika dilihat dari persebaran
Tenaga Kerja, 56.45% berada di Jawa Barat, 22.91% berada di DKI Jakarta, dan sisanya sebesar 20.65%
berada di Banten.
KAWASAN INDUSTRI DI JABODETABEKPUNJUR TAHUN 2010 PROYEKSI KAWASAN INDUSTRI DI JABODETABEKPUNJUR TAHUN 2030
(Hektar) (Hektar)
Pendapatan Perkapita seluruh kabupaten/kota di kawasan Jabodetabekpunjur mengalami peningkatan. Dari grafik
di atas tampak bahwa pendapatan perkapita tertinggi adalah Jakarta Pusat sebesar 199.5 juta pertahun, sementara
yang paling rendah adalah Kabupaten Cianjur sebesar 7.2 juta pertahun.
Sektor ke dua setelah jasa adalah Industri. Aktivitas industri tersebut terkumpul di 5 daerah utama kegiatan industri.
Jabodetabekpunjur memiliki konsentrasi industri yang relatif tinggi dibandingkan dengan Kawasan Industri utama
lainnya di Jawa (Jawa Timur-Surbaya/sidoarjo, dan Jawa Tengah-Jepara/Demak). Produk elektronik, Garment, dan
Textil merupakan produk industri utamanya.
DISTRIBUSI INDUSTRI DI KAWASAN JABODETABEKPUNJUR DISTRIBUSI TENAGA KERJA DI KAWASAN Gambar di atas menunjukkan kondisi perubahan area industri di kawasan Jabodetabekpunjur tahun 2010 dan
TAHUN 2008 JABODETABEKPUNJUR TAHUN 2008 tahun 2030, di mana beberapa area yang saat ini bukan merupakan area Industri telah berubah menjadi area
industri. (dengan asumsi ceteris paribus).
BANTEN
2.55%
DKI JAKARTA
10.89% BANTEN
20.65%
JAWA
BARAT
56.45%
JAWA BARAT
86.56%
DKI
JAKARTA
22.91%
1972 1983
Perkembangan lahan terbangun kawasan Jabodetabekpunjur Sumber : Draft Pola 6 Ci's 2011
menunjukkan kenaikan yang signifikan dari tahun 1972 - 2009. Hal JUMLAH BANGUNAN BERDASAR JENIS KONTRUKSI DI KAWASAN JABODETABEKPUJUR TAHUN 2008
ini terlihat dari perubahan land cover kawasan tersebut. Berdasarkan KONTRUKSI RUMAH PROSENTASE
TOTAL
data perubahan penggunaan lahan dari tahun 2000 - 2010 NO. PROVINSI KABUPATEN
PERMANEN SEMI PERMANEN NON PERMANEN
BANGUNAN
PERMANEN SEMI PERMANEN NON PERMANEN
menunjukkan bahwa peningkatan kawasan permukiman sebesar 1 DKI Jakarta JAKARTA BARAT 202.423 111.060 51.552 365.035 55,5% 30,4% 14,1%
68.106 ha. Peningkatan ini dibarengi penurunan untuk area 2 DKI Jakarta JAKARTA PUSAT 112.637 45.195 9.878 167.710 67,2% 26,9% 5,9%
penggunaan lain yaitu : sawah, kebun, semak belukar, dan hutan. 3 DKI Jakarta JAKARTA SELATAN 202.320 93.515 30.132 325.967 62,1% 28,7% 9,2%
4 DKI Jakarta JAKARTA TIMUR 248.797 104.140 30.836 383.773 64,8% 27,1% 8,0%
5 DKI Jakarta JAKARTA UTARA 171.166 78.537 37.209 286.912 59,7% 27,4% 13,0%
Kondisi bangunan permukiman berdasarkan jenis kontruksi ban- 6 DKI Jakarta KEPULAUAN SERIBU 2.266 835 868 3.969 57,1% 21,0% 21,9%
gunan di wilayah Jabodetabekpunjur : TOTAL DKI JAKARTA 939.609 433.282 160.475 1.533.366 61,3% 28,3% 10,5%
DKI Jakarta bangunan permanen sebesar 61,2%, semi permanen 7 BANTEN KOTA TANGERANG 234.972 43.086 8.400 286.458 82,0% 15,0% 2,9%
8 BANTEN TANGERANG 484.347 121.513 81.440 687.300 70,5% 17,7% 11,8%
sebesar 28,8% dan non permanen sebesar 10,6% 9 BANTEN TANGERANG SELATAN 278.859 38.093 6.255 323.207 86,3% 11,8% 1,9%
Banten (Kab. Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang TOTAL TANGERANG 998.178 202.692 96.095 1.296.965 77,0% 15,6% 7,4%
Kawasan CBD Sudirman
Selatan) bangunan permanen sebesar 77%, semi permanen se- 10 JABAR BEKASI 307.571 146.330 112.568 566.469 54,3% 25,8% 19,9%
11 JABAR BOGOR 530.631 280.756 144.307 955.694 55,5% 29,4% 15,1%
besar 16,8% dan non permanen sebesar 7,4% 12 JABAR CIANJUR 221.744 106.288 237.065 565.097 39,2% 18,8% 42,0%
Jawa Barat (Bekasi, Bogor, Cianjur, Depok, Kota Depok dan Kota 13 JABAR DEPOK 252.578 51.217 354 304.149 83,0% 16,8% 0,1%
3HQJJXQDDQ/DKDQGL'.,-DNDUWD7DKXQ±
Penggunaan Lahan
Perkantoran
No. Tahun Perumahan Industri dan Taman Lainnya Luas Lahan
(Ha) (Ha) Pergudangan (Ha) (Ha) (Ha)
(Ha)
Jika merujuk pada komposisi penggunaan lahan di DKI Jakarta dalam periode 1996 ± 2006, maka
Sumber : RTRW DKI 2010 - 2030
penggunaan lahan untuk area terbangun yang merepresentasikan kawasan budidaya menunjukkan
luasan yang cenderung meningkat walaupun bersifat fluktuatif sebagaimana tertera pada tabel di
samping.
Penggunaan lahan DKI Jakarta didominasi oleh lahan terbangun yang diwakili oleh peruntukan
bangunan, prasarana jalan, dan infrastruktur lainnya. Dari penggunaan lahan tersebut, peruntukan
untuk perumahan menduduki proporsi terbesar, yaitu sekitar 64% dari luas daratan utama DKI Jakarta, Perumahan Vertikal (Apartemen)
diikuti oleh peruntukan perkantoran dan pergudangan sebesar 11%, industri sebesar 5%.
Rencana Reklamasi Pantai Utara Kabupaten Tangerang Rencana Reklamasi Pantai Utara Jakarta
Sumber : Bakosurtanal
&
&
Muara Angke
Muara Angke
&
Tanjung Priok
Tanjung Priok
&
&
&
Kota
Kota
&&
&
Kalideres
Kalideres
&
&&
Rawa Buaya
Rawa Buaya
&&
& Grogol
Grogol
&
&
&
Senen
Senen
&
&&
Pulo Gadung
Pulo Gadung
&
&
&
Tanah Abang
Tanah Abang
&&
&
Rawa Mangun
Rawa Mangun
&&&
Pulogebang
Pulogebang
&
&
&
Manggarai
Manggarai
&
&
&
Kampung Melayu
Kampung Melayu
&
& Klender
&
&
Klender
&
&
Ciledug
Ciledug
&
&
&
Blok M
Blok M
&
&
&
Pasar Minggu
Pasar Minggu
&
&&
&
&
&
Lebak Bulus
Lebak Bulus
&
&
& Pinang Ranti
Pinang Ranti
&&
&
Kp. Rambutan
Kp. Rambutan
&
&&
LEGENDA
Bis Kecil/Angkot
Region
Bis Besar Reguler
Bis Besar Patas
Bis Besar PatasAC
2,000,000
0
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2002 2007 2010 Sumber : Media Indonesia.com
(Ton)
pendukung transportasi laut antar pulau. Pelabuhan pendukung tersebut yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa, 20.000.000 Bongkar
Muara Angke dan Marina. Khusus Muara angke dan Marina hanya melayani lalu lintas antar pulau di wilayah 10.000.000 Muat
DKI Jakarta khususnya ke kepulauan Seribu. 0 total
Selama 5 (lima) tahun terakhir, pertumbuhan arus kapal dan barang di Pelabuhan Tanjung Priok memiliki
kecenderungan meningkat diatas 6 % per tahun, dimana arus barang pada tahun 2006 telah mencapai 28.4
MXWD WRQ XQWXN FDUJR GDQ FXUDK GDQ MXWD 7(8¶V XQWXN SHWLNHPDV VHGDQJNDQ DUXV NXQMXQJDQ NDSDO
Tahun
mencapai 16 ribu unit kapal.
Perkembangan Penumpang di
Pelabuhan Tanjung Priok
1.000.000
800.000
600.000
Orang
Infrastruktur Bawah Laut di Teluk Jakarta Grafik Perkembangan Kapasitas Sentral dan
Jumlah Sambungan Telepon di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2000-2007
Sumber : Bisnis.com
Sambungan
No. Tahun Pulsa
Telepon Jumlah Pelanggan Telepon DKI Jakarta
1 1990 416.124 4.154.951.301
Sumber : Amdal Regional Pantura Jakarta 2 1991 482.086 4.779.381.809
3.000.000
Laut (SKKL) untuk menghubungkan Indonesia dengan mancanegara, seperti dengan Singapura, India, Colombo, 8 1997 1.739.303 20.323.620.428
Axis Title
Australia, serta antara Jakarta dengan kota-kota lain di Indonesia. Dalam rangka peningkatan hubungan 9 1998 1.502.255 21.777.459.941 1.500.000
10 1999 1.566.327 21.959.660.098
komunikasi dengan negara lain, PT Indosat merencanakan untuk menambah pemasangan kabel bawah laut di 11 2000 1.683.087 24.893.485.557
Teluk Jakarta. Jaringan kabel tersebut terdiri dari : 12 2001 1.796.522 27.603.302.060 1.000.000
13 2002 1.900.806 27.096.068.286
Kabel APCN sepanjang 8.967 meter pada koordinat 06 0 07' 32" LS / 1060 49' 38" BT hingga 060 03' 25" LS / 14 2003 1.932.592 27.728.726.575
500.000
1060 51' 27" BT. 15 2004 1.971.117 27.395.776.153
16 2005 2.307.503 26.730.314.174
Kabel Jasuarus sepanjang 2.801 Km pada koordinat 060 07' 32" LS / 1060 49' 33" BT hingga 060 02' 90" 17 2006 1.925.940 25.595.466.646 -‐
LS / 1060 49' 20" BT pada permukaan dasar laut hingga kedalaman 16 meter di bawah dasar laut. 18 2007 2.525.412 27.923.112.154 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
19 2008 1.930.219 27.923.112.154
Kabel SEAMEWE S1 pada koordinat 060 07' 32" LS / 1060 49' 35" BT hingga 050 47' 96" LS / 1060 54' 72" Sumber : BPS Tahun 1990-2008 Sumber : RTRW DKI Jakarta 2010 - 2030
BT.
Kabel SEAMEWE S 2.1 pada koordinat 060 07' 32" LS / 1060 49' 35 BT hingga 050 54' 79" LS / 1060 51' 00" drastis pada tahun 2005 namun masih di atas kapasitas tahun 2002, selanjutnya pada tahun 2007 mengalami
BT. kenaikan sebesar 309 ribu SS menjadi 3.787.926 SS .
Kabel ASEAN 1-S ;; AIS - B ;; dan JS. Kapasitas sentral jika dibandingkan dengan jumlah sambungan terpasang sebagian masih jauh melebihi kecuali
pada tahun 2005 di mana kapasitas sentral sama dengan jumlah sambungan terpasang. Rata-rata tingkat
Kabel DGPS Jakarta - A/C 01 sepanjang 810 meter di Ancol. pemakaian sejak tahun 2000 sebesar 75,93%. Telepon Seluler juga mengalami perkembangan yang sangat
pesat
Jaringan kabel bawah laut PT Indosat tersebut berdiameter 610 mm dengan cable breaking load sebesar 700 kN;;
permanent tension acceptable (NPTS) sebesar 560 kN;; pressure resistance sebesar 70 MPa;; dan hydrodinamic Saluran telekomunikasi kini tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi tapi sudah membawa informasi
constant sebesar 102 deg.Knots. baik sosial maupun komersial dan juga sebagai pengirim data maupun pengolah data. Hal tersebut terjadi baik
pada sistem jaringan telekomunikasi wireline (kabel) maupun wireless (nirkabel). Pada kedua jaringan tersebut
Telekomunikasi DKI Jakarta kini telah berfungsi tidak semata untuk komunikasi suara tapi juga data, gambar, dan video (multimedia), karena
Pengadaan telekomunikasi telepon di tangani oleh PT. Telkom yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik kemampuan akses yang makin meningkat.
Negara. Pelanggan telepon hanya terkonsentrasi pada perkantoran, pelayanan jasa dan rumah tangga. Salah
satu indikator ketersedian infrastruktur telekomunikasi adalah banyaknya satuan sambungan (SS) dari kapasitas Untuk melayani jasa telekomunikasi telepon tetap bagi masyarakat di wilayah Jawa Barat, PT Telkom
sentral telepon. Berdasarkan data BPS yang bersumber dari PT. Telkom kapasitas sentral telepon untuk telepon membaginya dalam 2 (dua) Divisi Regional (Divre) yaitu : Divre II Jakarta serta Divre III Jawa Barat .
tetap kabel terus mengalami pertumbuhan sampai dengan tahun 2004 dan mengalami penurunan yang sangat
Sistem Kelistrikan Jakarta Jumlah Pelanggan Listrik dan Daya Tersambung di Wilayah Jabodetabekjur
Jumlah Pelanggan Listrik Jumlah Daya Tersambung (VA)
PLTU LONTAR No Wilayah
3 x 300 MW
2006 2007 2006 2007
1 Kota Depok 282.959 421.521 235.091.398 787.144.777
TNAGA TE L U K JAKARTA
TNAGA II
MKRNG
2 Kab. Bogor 669.874 531.900 1.031.967.465 1.100.725.915
SPTAN III
SPTAN
JMTGA
MKRNG ANCOL
PRIOK
KLPGD II
KDSPI II
MTWAR
3 Kota Bogor 132.431 1.704.800 183.531.641 183.531.641
4 Kab. Bekasi 630.619 429.812 1.591.962.292
TGRNG II MGBSR II CKG TWSHP
SPTAN II GNSRI KLPGD CBATU
MKRNG III ANGKE KMYRN
TGRNG III MRNDA
PSKMS TGBRU PLPNG
5 Kota Bekasi 237.007 248.199 536.381.027 580.048.776
DMGOT MGBSR KMYRN II
KTPNG
CKRNG DRKSB III KBSRH II GBLMA TTNGI
GRGOL KDSPI
6 Kab. T angerang
MAXIM DRKSB GMBRU CRATA
New KBSRH PKRNG
JTAKE GPOLA KSBRU II
Old PGLNG II
CKNDE CKUPA TGRNG BDKMY
7 Kota T angerang
DKTAS PGSAN PGLNG
GRGOL II
LAUTS CLDK MGRAI PLMAS
KBJRK KARET STBDI BKASI
DKTASII
BLRJA
8 Kab. T angerang Selatan
Old New MGRAI II PGDNG
LIPPO CIPNG
NSYAN II KSBRU
SLAYA SMBRT TMRSD II JBEKA II
CLDUG II KMBNG TMRSD CIPNG II
9 Kab. Cianjur 270.687 278.451 212.362.000
MLNIUM FAJAR
SNYAN AGP
NSYAN DNYSA PDKLP JBEKA
CITRA Old
CLDUG III
10 Prov. Banten 639.914 681.601 1.485.926.000 1.568.985.000
MPANG
PNCOL
TGRSA
JTWRG II TMBUN II
CITRA II CSW DNYSA II
CWANG
LKONG
PTKNG
CSW II DRTGA
JTWRG
TMBUN CKRNG 11 DKI Jakarta 2.361.839 2.421.581 9.112.867.718 9.112.867.718
TGRSA II LEGOK PDNDH II TJBRT MNTUR MNTUR II
CLGON
LKONG II CSW 3 KMANG
GDMKR Sumber : RTRW DKI Jakarta 2010 - 2030
BNTRO PDNDH
LKONG III
BLRJA
TNAGA M KRNG
GU
KEMBANGAN
PRIOK
GU
M.TAWAR
RGDLK
Grati
BEKASI
Cirata
CAWANG
CIBATU
KS BRU
S KM DI 800 MW Paiton
RKBTG GANDUL CIBINONG PBRAN HRGLS
INDM Y
1000 MW T.JATI
MENES
BUNAR
DEPOK
BGBRU
CKPAY
PWKTA S BANG
JTBRG
3200 MW
P
S ALAK
CIRATA
ARJWN S RAGI JPARA PATI
P CNJUR RBANG
PDLRG
DAGO BRBE
KBS EN WLERI
PRATU LBS TU SAGULING UBRNG MANDIRANCAN BBKAN S KRPYK TBROK KUDUS DWIMA TUBAN
P RCKEK
CGRLG KLNGU GU BLORA S M NEP
UBRUG CKS KA M LBNG KNGAN GRESIK BKLAN
PWRDI BABAT PM KS N
BANDUNG P
KM JNGP DRJAT GRUNG CEPU BJGRO
SELATAN UNGARAN GLTM R
GARUT LNGAN S PANG
M NANG KDM BO
S NTS A CAM IS BNJAR KBS EN
IPP Banten S M DRA MRICA
DIENG
WS OBO
M JNGO S RGEN NGAWI
NGBNG
KRIAN S BLTN
TASIKMALAY A PLOS O
M KRTO
4x660 MW RWALO GBONG WALIN
JAJAR
PALUR M S PTI KTS NO BNGIL
PM PEK M DARI NGJUK NGORO GRATI
KBM EN
Lontar GU
CLCAP
PWRJO KNTUG
PEDAN
WNS RI
M RGEN M NRJO
S M AN
BNGIL GNDING
S TBDO
WATES
900MW BNTUL
WNGIRI TLGNG BNRAN
M DLAN
KEDIRI S LRJO
S KLNG PBLGO PAITON
P AKIS BDWS O
Saguling S M ANU
PCTAN
KBAGN WLNGI
KBAGN
LM JNG JM BER
BWNGI
PM RON
KKTES TUREN GLNUK
AM PLA
UBUD
GTENG
ANTRI GNYAR
KAPAL
PBIAN
NS DUA
Keterangan :
GITET 500 kV
Pembangkit 500 kV
GI 150 kV
GI 70 kV
U Pembangkit 150 kV
U Pembangkit 70 kV
SUTET Existing
SUTT 150 kV
SUTT 70 kV
Sumber : Paparan PT PLN Persero dalam Workshop Penyusunan KLHS Pantura Teluk Selatan, 23 November 2010
18.000
Sumber : Paparan ESDM dalam Workshop Penyusunan KLHS Pantura Teluk Selatan, 23 November 2010 16.000
14.000
Gas
12.000
Jumlah produksi dan penjualan, serta pelanggan gas di wilayah DKI Jakarta untuk periode 1995 ± 2008 10.000
Rumah Tangga
dapat dilihat pada tabel dan gambar disamping. Terlihat pada tabel tersebut bahwa secara umum Industri Kecil/Sedang
8.000
senantiasa terjadi kenaikan produksi dan penjualan sampai tahun 2006 tetapi pada tahun 2007 dan Industri Besar
2008 terjadi penurunan produksi dan penjualan yang cukup drastis. Pengguna terbesar gas adalah 6.000
rumah tangga, yang juga mengalami kenaikan, namun dengan kecenderungan yang relatif kecil. Triple-A
4.000
Jaringan pipa gas
2.000
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Perkembangan Produksi dan Penjualan Gas
1.800.000.000
1.600.000.000
1.400.000.000
1.200.000.000
1.000.000.000
800.000.000 Produksi
600.000.000 Penjualan
400.000.000
200.000.000
0
PGN
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Triple-A
Jaringan pipa gas di Pejompongan
Triple ² A PROFIL PRASARANA
ENERGI 3 ² 12
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PANTAI JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
Sumber : Paparan ESDM dalam Workshop Penyusunan KLHS Pantura Teluk Selatan, 23 November 2010
Sumber : Paparan ESDM dalam Workshop Penyusunan KLHS Pantura Teluk Selatan, 23 November 2010
Pasang tinggi dan surut terendah gelombang air laut ini juga mempunyai siklus kedatangan yang panjang
maupun pendek. Siklus terpanjang pasang- surut terjadi setiap 18,6 tahun dan siklus pendek bisa hanya 12 jam,
24 hari, 6 bulan dan 1 tahun.
Banjir rob tidak saja disebabkan oleh gelombang pasang laut yang tinggi tetapi juga oleh kenyataan bahwa
Sebelum
banyak lokasi di pesisir Utara Jakarta ini merupakan dataran rendah yang berada di bawah permukaan laut.
Ada tanda-tanda bahwa lokasi-lokasi ini masih terus mengalami penurunan muka tanah yang disebabkan oleh
penyedotan air bawah tanah oleh penduduk Jakarta untuk kepentingan rumah tangga sehari-hari dan untuk
industri. Marunda
Terkait dengan kejadian rob, pemerintah DKI Jakarta telah melakukan pembangunan tanggul laut walaupun
masih seporadis, tanggul tersebut diantaranya : tanggul Rob Muara Angke, Muara Karang, Pluit, Luar Batang,
Cilincing, Marunda dan Martadinata di bagian Pantai Utara Jakarta pada tahun 2008 dan 2009. Tanggul beton
maupun tanggul batu kali yang dibangun panjangnya kurang lebih 3000 meter dengan ketinggian yang
bervariasi antara 1 sampai dengan 3 meter di atas permukaan tanah. Tanggul penahanan banjir rob yang
lengkap dengan trotoar yang cukup lebar di Pantai Marunda kini malah menjadi tempat rekreasi yang ramai
dikunjungi warga Jakarta yang ingin bersantai di tepi pantai dengan gratis.
Sumber : Presentasi JCDS (Audiensi dengan Gubernur DKI) Sesudah
Triple ² A PROFIL PRASARANA
BANGUNAN AIR DAN DRAINASE 3 ² 14
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PANTAI JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
2 Zona 2 Daerah diantara K. Berada pada bagian selatan Jakarta. Pada 8.500 1 - 30 90
Pesanggrahan, K. Grogol dan wilayah ini terdapat 2 jalan tol utama yaitu T ol
sebelah barat BKB -DNDUWD±0HUDNGDQMDODQWROGDODPNRWD
Sedikitnya terdapat 10 kawasan genangan di
zona ini dengan 3 kali/sungai utama
3 Zona 3 DAS K. Krukut dan K. Cideng, Berada pada bagian barat daya Jakarta. 6.000 10 - 60 82
sebelah selatan BKB Terdapat 7 daerah genangan pada daerah ini
dengan 4 kali utama.
4 Zona 4 DAS K. Ciliwung sebelah Berada pada bagian selatan Jakarta. 4.000 10 - 60 82
selatan Pintu Air M anggarai Setidaknya terdapat 2 daerah genangan pada
wilayah ini
5 Zona 5 Sebelah selatan BKT dan Berada di sebelah tenggara Jakarta dengan 6 1.000 10 - 60 71
sebelah timur K. Sentiong sungai/kali m engalir m elaluinya. T erdapat 2
jalan tol utama (Jakarta-Cikampek dan
Jagorawi). Sedikitnya 6 daerah genangan
ditemukan di kawasan ini.
6 Zona 6 Sebelah utara BKT dan Berlokasi dibagian timur Jakarta dengan 7 19.000 2 - 10 87
sebelah timur K. Sentiong sungai m elalui zona ini. Umumnya sungai-
sungainya berasal dari pegungann dengan
elevasi 30 s.d 120 m dpl dengan luas DAS
DQWDUD±NP%DJLDQKXOXGDULDOXU
sungai m erupakan alur dangkal dan tidak ada
bantaran banjir. Umumnya m erupakan yang
cepat banjir dengan kapasitas yang rendah krn
penyempitan alur. Sdikitnya terdapat 23
kawasan genangan di zona ini
7 Zona 7 Sebelah utara K. Grogol-K. Berada dibagian utara Jakarta yang sebagian 7.000 1 - 10 93
Surabaya m enuju T eluk besar m encakup kawasaan perdagangan di
Sumber : Studi WJEMP Jakarta, sebelah barat K. Jakarta Utara. T erdapat 10 kali utama di zona
Sentiong ini dan terdapat 2 jalan tol utama yaitu T ol
Pelabuhan dan T ol c awang tanjung priok.
Pengendalian banjir di wilayah DKI Jakarta
berlandaskan pada prinsip dasar sebagai Sedikitnya terdapat 10 daerah genangan pada
berikut: zona ini.
Aliran air dari hulu DKI dipotong dan 8 Zona 8 Sebelah utara K. M ookervaart, Berada pada bagian barat daya Jakarta. T idak 3.000 1 - 10
dialirkan ke laut melalui banjir kanal (flood sebelah barat Cengkareng ada sungai utama yang m elalui kecuali
way) melewati bagian pinggiran kota Drain Cengkareng Drain dan m ookervart yang
Jakarta membatasinya, namun tedapat 5 saluran
Bagian wilayah yang mempunyai ketinggian buatan. Jalan T ol Sediyatmo dan ujung utara
yang cukup dialirkan secara gravitasi dari JORR m elalui kawasan ini. Ada sekitar 5
Daerah rendah bagian tengah dan utara daerah genangan di zona ini
kota Jakarta dibuat sistem polder dan air Sumber : RTRW 2010 -‐ 2030
dialirkan menggunakan pompa
Situ-situ yang ada di daerah hulu harus Pembagian Zona Drainase DKI Jakarta
dilestarikan/ dibangun sebagai waduk
retensi untuk menampung sementara aliran Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air (bahaya banjir) dan lingkungan perkotaan
air. menjadi bersih dan estetis. Perlu perencanaan yang komprehensif dan terpadu sehingga fungsi drainase dan
pengendalian banjir berjalan efektif, dan persediaan air baku terjamin sepanjang tahun.
Pada hakekatnya setiap daerah genangan memiliki saluran drainase lokal. Untuk mempermudah penanganan
Sumber : PU DKI
sistem drainase dalam perencanaan dan dalam pengelolaannya nanti, maka beberapa sistem polder dan sistem
http://bebasbanjir2025.wordpress.com
drainase lokal telah dikelompokan ke dalam beberapa Zona Drainase. Pengelompokan didasarkan atas
kesamaan daerah dipandang dari sudut topografi, saluran atau sungai pembatas yang ada, dan DAS sebagai
saluran Makro dari jaringan drainase.
Drainase Makro 13 Sungai Melintasi DKI Jakarta Banjir Kanal (Floodway) di DKI Jakarta
Sistem Tata Air/Drainase Jakarta Beberapa sungai berada dalam pengawasan Pemda DKI Jakarta dan sebagian sungai berada dalam
pengawasan Pusat (Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane). Disamping itu juga terdapat
Wilayah DKI Jakarta terdiri dari jaringan-jaringan drainase yang rumit. Beberapa diantaranya adalah sungai dan saluran kecil yang mengalirkan air langsung ke laut.
jaringan saluran drainase yang secara hidrolik berdiri sendiri namun terdapat jaringan saluran drainase Daerah dengan elevasi rendah didesain sebagai kawasan polder yang merupakan kawasan dimana
yang saling berhubung satu sama lain. Saluran drainase yang secara hidrolik saling berkaitan harus drainasenya ditampung pada waduk yang dibangun di areal terpilih dalam kawasan tersebut. Air yang
dikembangkan sebagai sebuah sistem yang konsisten secara hidrolik, misalnya sistem Polder di ditampung di waduk polder hanya dapat dibuang ke sungai didekatnya dengan menggunakan pompa.
daerah yang rendah dari muka laut dan dari ketinggian sistem drainase kota.
Sarana dan Prasarana Drainase
Hampir seluruh Jakarta, terutama di jalan jalan protokol dan pemukiman baru, sudah dilengkapi dengan
saluran drainase, namun belum terintegrasi dalam suatu sistem yang baik, sehingga tidak dapat Sarana dan prasarana drainase yang ada (eksisting) di DKI Jakarta tersebut meliputi :
berfungsi secara optimal. a. Saluran drainase makro/sungai (13 sungai yang melintas di 2 provinsi, Banjir Kanal (floodway)
Di beberapa tempat ada saluran drainase yang rusak, atau penuh dengan sampah dan sedimen. dan 18 sungai di wilayah DKI Jakarta : 429,17 km.
Banyak juga saluran drainase yang kapasitasnya kurang besar, sehingga kurang memadai untuk b. Saluran Penghubung dan Mikro : 13.595 km.
menampung air hujan, terutama pada waktu banjir. c. Pompa Air : 442 Unit.
d. Waduk Pengendali Banjir : 21 lokasi (Total luas = 198,26 ha).
Dalam sistem tata kelola air di DKI Jakarta terdapat beberapa sungai dan kanal buatan sebagai saluran e. Pintu air pengendali banjir : 30 lokasi.
makro untuk mengalirkan air ke laut, beberapa kanal tersebut adalah BKB, Cengkareng Drain, dan f. Situ dan waduk retensi : 23 lokasi (Total luas = 155,40 ha).
BKT. Untuk sungai berasal dari kawasan Bogor dan Tangerang yaitu saluran Mookervart, Angke, g. Posko Piket Banjir = 51 lokasi.
Pesanggrangan, Grogol, Krukut, Ciliwung, Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat dan Cakung.
Triple ² A PROFIL PRASARANA
BANGUNAN AIR DAN DRAINASE 3 ² 17
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PANTAI JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
Lokasi Situ dan Waduk di DKI Jakarta Situ dan Waduk di DKI Jakarta
Luas Kondisi Saat Ini
No. Lokasi Wilayah
(Ha) Luas Pelaksanaan
1. Situ Lembang Pusat 1.00 1.00
2. Situ Taman Ria Senayan Pusat 6.00 6.00
3. Situ Rawa Kendal Utara 27.50 -‐
4. Waduk Srengseng Barat 0.60 0.60
5. Situ Babakan Selatan 32.00 30.00 2005-‐2006
6. Situ Mangga Belong Selatan 12.00 9.00 2004-‐2006
7. Waduk Ragunan (5 waduk) Selatan 15.50 15.50 1998-‐1999
8. Waduk U l /Situ KAMPUS (6 waduk) Selatan 30.00 30.00 1998-‐1999
9. Situ Rawa Lindung Selatan 1.50 -‐
10. Situ Ulujami Selatan 14.500 8.00
11. Waduk Bea Cukai Timur 0.50 0.50
12. Waduk Rawa Badung Timur 5.00 2.50
13. Waduk Aneka Elok Timur 2.50 1.50
14. Waduk Rorotan Timur 50.00 1.00
15. Waduk Halim I (K. Cipinang) Timur 1.00 1.00 2003-‐2004
16. Waduk Halim II (K. Sunter) Timur 50.00 5.00 2004-‐2005
17. Situ Kelapa Dua Wetan Timur 10.00 4.50
18. Situ Rawa Dongkal Timur 12.00 12.00
19. Situ Tipar Timur 5.00 5.00
20. Situ Arman Pedongkelan Timur 20.00 10.00
21. Waduk Surilang Timur 1.00 1.00
22. Situ Baru Jambore Timur 5.00 5.00
23. Situ Munjul Timur 5.70 0.80 2005
24. Waduk Cilangkap Timur 11.00 9.00 2004-‐2006
25. Waduk Sunter Hulu Timur 11.00 5.00 2004-‐2006
26. Waduk Pondok Rangon Timur 10.00 10.00
27. Waduk Cimanggis Timur 5.00 5.00
JUMLAH 178.90
Sumber : PU DKI Sumber : PU DKI Jakarta
Area POMPA
Waduk
No. Lokasi Layanan Penanggung Jawab
(Ha) Kapasitas
(Ha) Jumlah (Unit)
(m3/dt)
POMPA MOBILE
1. Pompa Mobi l e BBWSCC 10 1.00 BBWSCC
2. Pompa Mobi l e DPU DKI 24 6.00 DPU DKI
3. Pompa Mobi l e SDPU Ja kut 6 1.50 Suku Di na s PU
4. Pompa Mobi l e SDPU Ja kpus 12 3.60 Suku Di na s PU
5. Pompa Mobi l e SDPU Ja kti m 3 0.75 Suku Di na s PU
6. Pompa Mobi l e SDPU Ja ks el 5 5.40 Suku Di na s PU
7. Pompa Mobi l e SDPU Ja kba r 10 3.00 Suku Di na s PU Stasiun Pompa Kapuk
WILAYAH JAKARTA UTARA
1. Pompa Ancol 4.00 635.00 3 15.00 BBWSCC PU DKI
2. Pompa Sunter Ti mur III (Rw 8.00 570.00 3 15.00 BBWSCC
Ba da k)
3. Pompa Kel a pa Ga di ng 0.50 90.00 2 4.00 DPU DKI
4. Pompa Ta njunga n 390.00 3 12.00 DPU DKI
5. Pompa Yos Suda rs o 1.50 1 0.25 DPU DKI
6. Pompa Mua ra Angke 0.50 50.00 3 2.00 DPU DKI
7. Pompa Pl ui t 80.00 2083.00 11 47.30 DPU DKI
8. Pompa Sunter Sel a ta n 25.90 346.00 6 15.00 DPU DKI
9. Pompa Sunter Ti mur I 8.00 200.00 3 4.00 DPU DKI
(Koda ma r)
10. Pompa Sunter Uta ra 32.00 1250.00 5 20.00 DPU DKI
11. Pompa Ga ya Motor 0.50 1.50 2 0.25 Suku Di na s PU
12. Pompa Ka puk Mua ra 60.00 1 0.25 Suku Di na s PU
13. Pompa Tel uk Gong 2.10 90.00 3 3.00 DPU DKI
14. Pompa Penja ri nga n 6.00 150.00 3 4.50 DPU DKI
15. Pompa IKIP 10.00 3 0.80 Suku Di na s PU PU DKI
16. Pompa Bi mol i 0.85 30.00 3 1.50 Suku Di na s PU
17. Pompa Tugu Uta ra 10.00 1 0.50 Suku Di na s PU
18. Pompa Dewa Ruci 8.00 3 1.50 Suku Di na s PU
WILAYAH JAKARTA PUSAT
1. Pompa Ci deng (Si a nta r) 860.00 7 43.20 DPU DKI
2. Pompa Is ta na 15.00 4 1.00 DPU DKI
3. Pompa Ka l i Item 278.00 4 8.00 DPU DKI
4. Pompa Mel a ti 3.50 110.00 9 12.50 DPU DKI
5. Pompa Indus tri 32.00 4 1.60 DPU DKI
6. Pompa Ja ti Pi nggi r 50.00 2 1.00 DPU DKI
7. Pompa Ka rti ni 22.00 1 0.50 DPU DKI
8. Pompa Ma ngga Dua Abda d 30.00 2 2.60 DPU DKI
9. Pompa Ra ja wa l i 2.00 1 0.25 Suku Di na s PU
10. Pompa Sumur Ba tu 25.00 2 0.50 Suku Di na s PU
11. Pompa UP Dukuh Ata s 1.00 6 0.36 Suku Di na s PU
12. Pompa UP Pa s a r Senen 0.04 1.50 4 0.80 Suku Di na s PU
13. Pompa UP Pra muka 1.00 4 0.80 Suku Di na s PU
14. Pompa UP Angka s a 1.00 4 0.80 Suku Di na s PU
WILAYAH JAKARTA TIMUR
1. Pompa Bi da ra Ci na 40.00 5 1.65 Suku Di na s PU
Stasiun Pompa Setiabudi
2. Pompa UP Dl Pa nja i ta n 40.00 6 0.52 Suku Di na s PU
3. Pompa UP Ca wa ng 1.50 4 0.80 Suku Di na s PU PU DKI
4. Pompa UPP 1.50 1 0.25 DPU DKI
5. Pompa Pul oma s 6.80 460.00 3 7.50 DPU DKI
WILAYAH JAKARTA SELATAN
1. Pompa Seti a budi Ba ra t 2.85 170 7 7.75 DPU DKI
Sumber : PU DKI 2. Pompa Seti a budi Ti mur 1.70 140 6 8.52 DPU DKI
3. Pompa IKPN Bi nta ro 8.00 3 1.10 Suku Di na s PU
ketinggian di bawah permukaan laut. Bila volume air dari hulu Jakarta sedang tinggi dan melebihi kapasitas 9. Pompa UP Keba yora n La ma 2.00 7 1.40 Suku Di na s PU
WILAYAH JAKARTA BARAT
tampung sungai dan saluran air yang ada, terjadilah genangan-genangan yang mengganggu kehidupan warga 1. Pompa Toma ng Ba ra t 6.00 200 8 10.96 DPU DKI
Jakarta. Satu-satunya cara untuk mengeringkan genangan air adalah dengan memompa air yang menggenang 2. Pompa Grogol 3.00 100 3 2.70 DPU DKI
dan mengalirkannya ke saluran air yang yang mengalir langsung ke laut. Selain memasang pompa-pompa yang 3. Pompa Pi na ngs i a 5.00 2 1.00 Suku Di na s PU Pompa Melati II
berkekuatan besar, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga membangun sistem polder di semua Wilayah DKI 4. Pompa Ga ng Ma ca n 60.00 4 4.00 Suku Di na s PU
PU DKI
5. Pompa Pondok Ba ndung 0.06 9.00 4 1.95 Suku Di na s PU
Jakarta yang sering mengalami penggenangan air. Sistem polder adalah suatu cara penangangan banjir dengan 6. Pompa Jl n. Wi ja ya V 1.20 50.00 4 8.00 Suku Di na s PU
bangunan fisik yang terdiri dari sistem drainase, kolam retensi (penahan), tanggul yang mengelilingi kawasan, 7. Pompa Ra wa Kepa 0.50 223.00 4 3.00 Suku Di na s PU
serta pompa dan atau pintu air sebagai satu kesatuan pengelolaan air yang tidak dapat dipisahkan. 8. Pompa Sl i pi l Ha nka m 1.00 50.00 6 0.48 Suku Di na s PU
9. Pompa UP Toma ng 1.50 4 0.50 Suku Di na s PU
Lokasi Pintu Air Pengendalian Banjir Pintu Air Pengendalian Banjir di DKI Jakarta
Jumlah
No Lokasi Wilayah
(unit)
1 Pintu Air Karet Jakarta Pusat 4
2 Pintu Air Manggarai Jakarta Pusat 3
3 Pintu Air Cideng Jakarta Pusat 3
4 Pintu Air Istiqlal Jakarta Pusat 3
5 Pintu Air Jembatan Merah Jakarta Pusat 4
6 Pintu Air Honda Jakarta Pusat 5
7 Pintu Air Sogo Jakarta Pusat 2
8 Pintu Air Ciliwung Lama Jakarta Pusat 1 Pintu Air Manggarai
AWLR
OPERATOR
PT. PALYJA PT. AETRA
No IPA Sumber Air Kapasitas produksi Kapasitas No IPA Sumber Air Kapasitas produksi Kapasitas
tersedia*) (liter/det) Produksi tahun tersedia*) (liter/det) Produksi tahun
2007**) (m3 ) 2007**) (m3 )
1. Pejompongan I Saluran 2.000 57.004.060 1. Buaran I dan II Saluran 2.500 dan 2.500 143.312.580
Tarum Tarum Barat
Barat,,BKB
2. Pejompongan I Saluran 3.600 96.881.970 2. Pulogadung Saluran 4.000 117.895.810
Tarum Barat, Tarum Barat
BKB
3. Cilandak S. Krukut 400 9.849.416 Pembelian air curah
4. Taman Kota S.Pasanggraha 200 273.422 3. Ciburial MA Ciburial 185 78.202
5. DW Rawa N/A 13.596
Bambu
Pembelian air curah
6. Cisadane (DCR- S. Cisadane 1.200 55.892.063
7. Cisadane (DCR- S. Cisadane 1.600 25.726.597
8. Cikokol/Cengkare S. Cisadane 75 2.413.972
Jumlah 9075 248,055,096 Jumlah 9185 261,286,592
3
Total Kapasitas Produksi Tersedia : 18.260 l/det atau 575.847.360 m
Total Kapasitas Produksi tahun 2007 : 509.341.688 m 3
Sumber : RTRW DKI 2010 - 2030
Sungai Pasanggrahan
Kapasitas Produksi PAM
Kapasitas produksi air yang dikelola PT Palyja yang berasal dari IPA sebesar 6.200 liter/detik dan
pembelian air curah dari Kabupaten Tangerang sebesar 2.875 liter/detik, sedangkan PT Aetra mengelola
IPA dengan kapasitas produksi sebesar 9.000 liter/detik dan pembelian air curah dari Kabupaten Bogor
sebesar 185 liter/detik. Total Kapasitas Produksi Tersedia yang dikelola oleh kedua operator tersebut
adalah : 18.260 l/det atau 575.847.360 m3/tahun. Berdasarkan data dari PAM Jaya pada tahun 2007 total
kapasitas produksi sebesar 509.341.688 m3
Peta Pelayanan Air Limbah DKI Jakarta Arahan Pengelolaan Air Kotor dan Limbah Cair DKI Jakarta
Rencana pengelolaan air kotor dan limbah cair di Provinsi DKI Jakarta secara lebih detail
adalah sebagai berikut:
Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah
yang tidak terlayani saluran air limbah terpusat.
Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada wilayah-wilayah yang sudah
dilayani sistem tersebut. Di wilayah pelayanan sistem terpusat, masih terdapat
juga rumah tangga yang belum menjadi pelanggan dari sistem terpusat tersebut,
padahal kapasitas dari sistem jaringan (kecuali IPAL), masih cukup memadai.
Mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat dimaksudkan untuk memanfaatkan
kapasitas sistem terpusat yang belum dimanfaatkan.
Pengelolaan penanganan limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan
restoran. Kegiatan industri dan rumah sakit umumnya menghasilkan limbah
berbahaya, yang seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air,
sedangkan kegiatan hotel dan restoran umumnya tidak menghasilkan limbah
berbahaya, namun secara kuantitas yang dihasilkan cukup besar, sehingga
diharapkan mempunyai sistem pengelolaan limbah tersendiri.
Persampahan DKI Jakarta Pintu air Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara dipenuhi sampah Pengumpulan Sampah dengan buldoser
ANTARA/Rosa Panggabean/hp/10
Sampai saat ini pelayanan dan pengelolaan sampah belum menjangkau ke seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta Fotografer - Ari Saputra (Detik Foto)
mengingat kondisi permukiman yang menyebar. Jakarta masih dipenuhi ceceran sampah yang dibiarkan
menumpuk di sungai, saluran air, dan pasar. Tumpukan sampah ini menjadi sumber pencemaran tanah, air, dan
udara. Sampah-sampah ini juga menyebabkan masalah banjir di Jakarta tidak pernah tuntas teratasi.
Produksi sampah di Jakarta mencapai 29.364 meter kubik atau setara dengan 6.525 ton setiap hari. Sedangkan
truk sampah yang dimiliki DKI hanya 841 unit, sementara 100 unit truk lainnya disewa dari pihak swasta.
Kapasitas angkut setiap truk,15 meter kubik sampah dan rata-rata hanya mampu dioperasikan 1,5 perjalanan
setiap hari. Total, armada truk DKI hanya bisa mengangkut 21.172 meter kubik sampah per hari.
Setiap hari terdapat sekitar 2.000 meter kubik sampah tidak terangkut. Produksi yang terus-menerus dan
keterbatasan jumlah armada pengangkut membuat sampah-sampah itu tidak terangkut dengan baik.
Akibat banyaknya jumlah sampah yang tidak terangkut, volume tumpukan sampah di bantaran sungai setiap hari
bertambah. Di seluruh Jakarta, terdapat 13 aliran sungai utama dan tak terhitung jumlah anak sungai maupun
saluran pembuangan. Secara kasatmata, di setiap aliran air selalu saja terlihat sampah, baik yang mengapung
hanyut dalam arus maupun menumpuk di sepanjang tepiannya.
Di sepanjang bantaran Kali Pesanggrahan dan Ciliwung, mulai dari kawasan yang berbatasan dengan Tangerang
maupun Bogor hingga bermuara di Teluk Jakarta, terlihat puluhan tempat penampungan sampah. Sampah- Tempat Sampah di Jl Sudirman-Thamrin
TPA Bantar Gebang Bekasi
sampah itu nyaris tidak tersentuh oleh truk pengangkut Dinas Kebersihan DKI. Fotografer - E Mei Amelia R (Detik Foto) http://hanaratnaningrum.tumblr.com/post/278796558/
Daerah Pelayanan A 10.269 2.567 10.586 2.646 10.927 2.732 11.085 2.771 11.249 2.812
1 Tn Abang 676 169 696 174 663 166 647 162 632 158
2 Menteng 438 110 452 113 430 107 420 105 410 103
3 Gambir 475 119 489 122 465 116 455 114 444 111
4 Penjaringn 890 222 917 229 905 226 902 226 899 225
5 Tambora 1.007 252 1.038 259 1.089 272 1.112 278 1.135 284
6 Tamansari 542 135 559 140 586 147 598 150 611 153
7 Cngkareng 1.263 316 1.302 325 1.366 341 1.395 349 1.424 356
8 Kmbangan 692 173 713 178 748 187 764 191 780 195
9 Kalideres 935 234 964 241 1.011 253 1.033 258 1.054 264
10 Palmerah 770 193 794 199 833 208 851 213 869 217
11 Kb Jeruk 942 236 971 243 1.019 255 1.040 260 1.062 266
12 Grogol Ptamburn 836 209 862 215 904 226 923 231 943 236
13 Kbyrn Lama 803 201 828 207 908 227 946 236 985 246
Daerah Pelayanan B 9.347 2.337 9.635 2.409 9.353 2.338 9.240 2.310 9.129 2.282
1 Johar Baru 608 152 627 157 597 149 583 146 569 142
2 Cmpaka Pth 418 104 430 108 409 102 400 100 391 98
3 Kemayoran 1.094 273 1.127 282 1.073 268 1.048 262 1.023 256
4 Senen 523 131 539 135 512 128 501 125 489 122
5 Sawah Bsr 605 151 623 156 593 148 579 145 566 141
6 Cilincing 1.114 278 1.148 287 1.133 283 1.129 282 1.125 281
7 Koja 990 247 1.020 255 1.006 252 1.003 251 1.000 250
8 Tj Priok 1.341 335 1.383 346 1.364 341 1.360 340 1.355 339
9 Pdemangan 512 128 528 132 521 130 519 130 517 129
10 Klp Gading 524 131 540 135 533 133 531 133 530 132
11 Cakung 697 174 718 180 693 173 683 171 673 168
12 Matraman 357 89 368 92 356 89 350 88 345 86
13 Pl Gadung 565 141 583 146 563 141 554 139 546 136
Sumber : RTRW DKI 2010 - 2030 5.919 1.480 5.455 1.364 5.983 1.496 6.234 1.558 6.495 1.624
Daerah Pelayanan C
1 Cilandak 523 131 539 135 591 148 616 154 642 160
Rencana Sistem pelayanan Persampahan DKI Jakarta
2 Setiabudi 373 93 384 96 421 105 439 110 458 114
3 Pancoran 1.019 255 442 111 485 121 505 126 527 132
Pengelolaan sampah direncanakan dalam sistem multi simpul (menjadi 4 daerah pelayanan 4 Mampang Prapatan 429 107 406 101 445 111 463 116 483 121
dengan pertimbangan kondisi geografis dan efisiensi transportasi) 5 Psanggrahn 564 141 581 145 637 159 664 166 692 173
Setiap daerah pelayanan dilengkapi TPS, SPA dan ITF 6 Jagakarsa 712 178 734 184 805 201 839 210 874 218
Dengan pertimbangan timbulan sampah yang tinggi di daerah pelayanan A dan B, serta 7 Tebet 1.019 255 1.050 262 1.151 288 1.200 300 1.250 313
pemanfatan lahan di sekitarnya yang cukup memungkinkan (berupa pergudangan) sebaiknya ITF 8 Kbayorn Br 463 116 477 119 523 131 545 136 568 142
di kedua daerah pelayanan tersebut menggunakan teknologi insinerasi supaya sampah dapat
9 Psr Minggu 817 204 842 211 924 231 962 241 1.003 251
direduksi secara signifikan. Sedangkan untuk daerah pelayanan D bisa saja diterapkan dengan
3.122 780 3.218 804 3.107 777 3.060 765 3.014 753
teknologi composting. Daerah Pelayanan D
1 Duren Sawit 702 175 723 181 698 175 688 172 678 169
Pengembangan TPA baru (Nambo, Pamoyanan, Ciangir) untuk mengantisipasi TPA Bantar
2 Pasar Rebo 328 82 339 85 327 82 322 80 317 79
Gebang yang selama ini digunakan yang sudah mendekati batas kapasitas tampungnya
3 Ciracas 433 108 446 111 431 108 424 106 418 104
Pemanfaatan kawasan di sekitar TPA sampah yang baru (zona inti, zona penyangga, zona
4 Makassar 356 89 367 92 354 89 349 87 343 86
budidaya terbatas, zona budidaya)
5 Cipayung 298 74 307 77 296 74 292 73 287 72
6 Kramat Jati 459 115 474 118 457 114 450 113 444 111
7 Jatinegara 546 137 563 141 544 136 535 134 527 132
PETA KAWASAN JABODETABEKPUNJUR Pentingnya keterpaduan dengan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Bodetabekpunjur);;
Memasukan muatan sistem transportasi umum, pedestrian, ruang evakuasi bencana, ruang untuk sektor infor-
mal, dan ruang terbuka hijau (RTH).
Reklamasi Kawasan Pantai Utara Jakarta
Penyelenggarakan dan panduang kebijakan terhadap penyelenggaraan reklamasi kawasan Pantura Jakarta,
pada awalnya didasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantura
Jakarta. Selanjutnya setelah terbit Peraturan Presiden (Perpres) No 54 Tahun 2008 tentang Tata Ruang Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur atau dikenal dengan nama Jabodetabekpunjur kajian ten-
tang reklamasi pantai utara Jakarta harus disesuaikan dengan ketentuan yang baru.
Penanggulangan Bencana
Kebijakan penanggulangan banjir dan bencana lainnya di Indonesia diatur terutama melalui Undang-undang No-
mor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2008 tentang Penye-
lenggaraan Penanggulangan Bencana dan peraturan-peraturan pemerintah serta peraturan presiden turunan dari
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007.
Dalam situasi normal atau dalam situasi tidak terdapat bencana, program-program dan kegiatan pengurangan
risiko bencana di tingkat pusat dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga sesuai dengan tanggung jawab dan
kewenangan masing-masing. Kegiatan mitigasi struktural seperti membangun tanggul penahan banjir dan jalur-
jalur evakuasi, misalnya saja, menjadi tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum. Persiapan logistik untuk
mencukupi kebutuhan penduduk yang mengungsi dalam situasi darurat menjadi tugas dan tanggung jawab Ke-
menterian Sosial.
Dalam situasi normal, BNPB dan BPBD di tingkat daerah lebih menjalankan fungsi koordinasi dan pelaksana
kegiatan pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Beberapa kegiatan pengurangan risiko bencana tertentu akan
memerlukan kerjasama antara berbagai instansi, seperti pengadaan sistem peringatan dini letusan gunung api
akan melibatkan Kementerian ESDM melalui Badan Geologi dan pemerintah daerah melalui BPBD. Sosialisasi
sistem peringatan dini dan pelatihan penggunaannya akan melibatkan dinas pendidikan, perguruan tinggi dan
LSM, dengan BNPB/BPBD sebagai koordinator pelaksanaannya.
DASAR HUKUM TINGKAT NASIONAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN TATA RUANG, REKLA- DEPARTEMEN/INSTANSI TINGKAT PUSAT YANG TERKAIT DENGAN
MASI PANTAI DAN MITIGASI BENCANA BANJIR DI KAWASAN JABODETABEKPUNJUR PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR
UU No. 25 Tahun 2004 Tantang Sistem Perencanaan Nasional BAKORNAS PB Memobilisasi sumber daya nasional untuk penanggulangan bencana/kedaruratan sejak
UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil kesiapsiagaan hingga penanggulangan darurat selesai.
UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang DEPARTEMEN PU Menyediakan peta lokasi rawan banjir bekerjasama dengan BAKOSURTANAL
UU No. 29 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Provinsi DKI Menyediakan sarana dan prasarana pada tahap kesiapsiagaan dan penanganan ben-
PP NO. 21 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional cana/kedaruratan hingga pemulihan darurat
Perpres No.54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR
Keppres No. 52 Tahun 1995 Tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta DEPARTEMEN PERHUBUNGAN Memantau jalur-jalur transportasi yang terhambat akibat nbanjir dan melaksanakan
PP No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air upaya-upaya alternative transportasi
UU no. 24/2007 Tentang Penanganan Bencana Melaporkan dan memberikan informasi kondisi cuaca secara berkala/terus ±menerus
UU no. 26/2007 Tentang Penataan Ruang Menyediakan sarana perhubungan guna membantu penanganan bencana/
UU no. 7/2004 Tentang Sumber Daya Air kedaruratan.
UU no. 38/2004 Tentang Jalan DEPARTEMEN KESEHATAN Memberi supervise, bantuan teknis dan administrasi tentang penanganan kesehatan
UU no. 28/2002 Tentang Bangunan Gedung di lokasi bencana.
PP No. 8/ 2008 Tentang Badan Nasional Penangulangan Bencana Mencatat jumlah masyarakat /korban meninggal, luka-luka dan korban terserang pen-
PP No. 21/2008 Tentang Penyelenggaraan Penangulangan Bencana yakit akibat bencana
PP No. 22/2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana Melakukan upaya penanganan krisis kesehatan yang meliputi : pelayanan kesehatan
PP No. 23/2008 Tentang Peran serta Lembaga International dan Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam di Pos Kesehatan, Puskesmas, Pustu, RS Rujukan.
Penangulangan Bencana
PP No. 26/2008 Tentang Rencana Tataruang Nasional DEPARTEMEN SOSIAL Menyiapkan bahan kebutuhan pokok sejak tahap kesiapsiagaan hingga tanggap da-
rurat selesai.
SATGAS PB Dep. PU Mendistribusikan bahan kebutuhan pokok bagi korban bencana/pengungsi sampai
- Kepmen PU no. 523/KPTS/M/ 2005 dengan tanggap darurat selesai.
- Kepmen PU no. 223/KPTS/M/2008 Mengupayakan tersedianya bahan kebutuhan poko berbagai sumber.
DEPARTEMEN DALAM NEGERI Mengkoordinasikan Pemerintah Daerah untuk upaya pengendalian bencana banjir
sejak kesiapsiagaan sampai dengan tanggap darurat selesai.
Menjembatani tugas instansi teknis pusat, instansi teknis pusat yang ada di daerah
dan instansi daerah.
Sistem Penanggulangan Bencana Berdasarkan UU No.24 Tahun 2007
BADAN METEOROLOGI DAN Menyediakan peta-peta rawan bencana banjir
GEOFISIKA (BMG)
BADAN PENGKAJIAN DAN PEN- Mengembangkan teknologi peringatan dini
ERAPAN TEKNOLOGI (BPPT)
BADAN KOORDINASI SURVEY Menyediakan perat-peta daerah rawan bencana banjir
DAN PEMETAAN NASIONAL
(BAKOSURTANAL)
LEMBAGA PENERBANGAN DAN Melakukan kajian dari citra satelit dan analisis tentang prediksi kondisi cuaca berdasar-
ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) kan data dari citra
TENTARA NASIONAL INDONE- Mengerahkan potensi sumberdaya TNI untuk melakukan penanganan bencana banjir,
SIA termasuk kemungkinan penggunaan helicopter untuk evakuasi dan distribusi bantuan
jika diperlukan.
KEPOLISIAN NEGARA RI Mengendalikan situasi keamanan sejak kesiapsiagaan hingga tanggap darurat selesai.
BADAN SAR NASIONAL Melakukan kegiatan pencarian dan penyelamatan /evakuasi korban bencana.
(BASARNAS)
Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Tugas Pokok dan Fungsi BBWS Ciliwung Cisadane (Permen No. 13/PRT/M/2006) :
Tugas Pokok : Fungsi :
Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah pusat, pemerintah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane adalah unit pelak- Fungsi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane adalah menye-
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu : sana teknis di Bidang Konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan lenggarakan :
a. Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai strategis nasional men- kewenangan dan Pengendalian daya rusak air pada wilayah sun- Penyusunan pola dan rencana pengelolaan SDA pada
jadi kewenangan pemerintah pusat. gai Ciliwung Cisadane wilayah sungai Ciliwung Cisadane.
b. Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;; yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Dirjen SDA Penyusunan rencana dan pelaksana pengelolaan kawasan
melalui Direktur terkait. lindung sumber air pada wilayah sungai ciliwung cisadane.
c. Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah Pengelolaan SDA pada wilayah sungai Ciliwung Cisadane.
kabupaten/kota. Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane dipimpin seorang Penyiapan rekomendasi teknis dalam rangka pemberian ijin
Kepala dan dibantu oleh satu Kabag TU dan 3 Kepala Bidang. atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan
Wilayah sungai Ciliwung ± Cisadane mencakup 3 provinsi serta 7 kabupaten/kota yakni : Jawa Barat, DKI Jaya, SDA pada wilayah sungai ciliwung cisadane.
Banten, Bogor Depok, Tangerang dan Bekasi. Pengaturan kewenangan dan tangung jawab pengelolaan sumber- Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane mempunyai tugas Operasi dan pemeliharaan SDA pada wilayah sungai ciliwung
daya air ke dua sungai tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dalam hal ini di tangani oleh Balai Be- melaksanakan pengelolaan SDA yang meliputi perencanaan, cisadane.
sar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. pelaksanaan Konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka
konservasi SDA, pendayagunaan SDA dan pengendalian daya Pengelolaan sistim hidrologi pada wilayah sungai ciliwung
rusak air pada wilayah sungai Ciliwung Cisadane. cisadane.
Penyelenggaraan data dan informasi SDA wilayah sungai
ciliwung cisadane.
Struktur Organisasi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Fasilitas kegiatan koordinasi pengelolaan SDA wilayah sungai
ciliwung
cisadane.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan SDA pada
wilayah sungai ciliwung cisadane.
Pelaksanaan ketatausahaan Balai Besar Wilayah Sungai
Ciliwung Cisadane
Dasar hukum sesuai dgn :
- SK. Menteri PU nomor : 384/KPTS/M/2006
- SK. Menteri PU nomor : 135/KPTS/M/2008
tanggal 09 januari 2008
- SK. Dirjen SDA no. 39/KPTS/D/2008 tanggal
21 Februari 2008
Limpasan dari BKB di Stasiun Tanah Abang Pelaksanaan fisik BKT di wilayah Jakarta Timur
Sumber : BB Wilayah CC
Strategi pengendalian banjir di wilayah Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan dengan cara : a). Pengendalian tata SISTEM PERINGATAN DINI
ruang;; b). Pengaturan debit banjir;; c). Pengaturan daerah rawan banjir;; d). Peningkatan peran serta masyarakat. Berkaitan dengan kejadian banjir dan pengamanan yang harus dilakukan, beberapa usaha harus diperhatikan
Yang berkaitan dengan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian bajir diwujudkan melalui : pen- untuk memperkecil kerugian, yaitu kegiatan sebelum terjadi banjir, saat terjadi banjir, dan tanggap darurat.
gendalian tata ruang, pengaturan debit banjir, pengaturan daerah rawan banjir, peningkatan peran serta masyara- Terdapat beberapa peil schall yang telah dipasang dan digunakan untuk mengamati muka air, yang mana
kat. Yang berkaitan dengan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian banjir diwujudkan melalui : hasil pengamatan yang dilakukan digunakan sebagai acuan dalam pemberitaan atas tingkatan kesiagaan ban-
Pembentukan forum peduli sebagai wadah bagi masyarakat untuk berperan dalam pengendalian bajir. jir DKI Jakarta didasarkan atas kondisi cuaca. Peil schall tersebut, antara lain : peil schall Pondok Rangon un-
Pemerintah pusat bersama dengan Pemerintah Daerah menyusun dan mensosialisasikan program pengen- tuk K. Sunter, Peil Schall Ciledug untuk K. Angke, Peil Schall Ciganjur untuk K. Krukut, Peil Schall Cimanggis
dalian banjir. untuk K. Cipinang, Peil Schall Bedung Katulampa dan Depok untuk K. Ciliwung (BKB).
Mentaati peraturan tentang pelestarian sumber daya air. Mekanisme penyampaian peringatan dini.
Dalam strategi pengendalian banjir di wilayah DKI Jakarta penangannnya dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dengan pembagian tugas dan wewenang melalui kesepakatan bersama, yang dituangkan Mekanisme Penyampaian Peringatan Dini
dalam surat Kesepakatan Bersama antara Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum dan Pe-
merintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Pengendalian Banjir dan Drainase di wilayah DKI Jakarta tang-
gal 1 September 1994.
Pertemuan Kali Angke dan Banjir Kanal Barat Saluran penghubung PHB di Kali Krukut
Triple ² A PROFIL KELEMBAGAAN
PEMERINTAH PROVINSI 4 ² 6
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PESISIR JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
Tingkat kesiagaan dan kewenangan dalam mengambil keputusan untuk masing masing tingkatan seperti dijelas-
kan pada gambar di bawah.
Siaga I : wewenang Gubenur Provinsi DKI Jakarta
Siaga II : wewenang Komandan Umum
Siaga III : wewenang Wakil Komandan Umum
Siaga IV : wewenang Komandan Pelaksana Dinas dan Wk Komandan Operasional Wilayah
1. Satkorlak Pengendali Banjir & Penanga- S a t k o r l a k Jl. Medan Merdeka Selatan 8-9 021-3500000
nan Pengungsi (PBP) Provinsi DKI Ja- PBP Balai Kota DKI Jakarta
karta Jakarta Pusat
2. Posko DPU Provinsi DKI Jakarta PU 2 Jl. Taman Jatibaru 1 Jakarta Pusat 021-3843250
3. Posko Balai Besar Ciliwung Cisadane Cawang Jl. Inspeksi Tarum Barat No. 58 021-8197309
Jakarta Timur
4. Posko Wilayah SDPU Tata Air Kodya Pusat 2 Jl. Tanah Abang I No. 1 021-3852156
Jakarta Pusat Jakarta Pusat
5. Posko Wilayah SDPU Tata Air Utara 2 Jl. Yos Sudarso No. 27-29 021-4306045
Kodya Jakarta Utara Jakarta Utara
6. Posko Wilayah SDPU Tata Air Barat 2 Jl. S Parman No. 2 021-56963520
Kodya Jakarta Barat Jakarta Barat
7. Posko Wilayah SDPU Tata Air Selatan 2 Jl. Trunojoyo No. 1 021-7220070
Kodya Jakarta Selatan Jakarta Selatan
8. Posko Wilayah SDPU Tata Air Timur 2 Jl. Jatinegara Barat No. 142 021-8192172
Kodya Jakarta Timur Jakarta Timur
9. Kecamatan di 43 Lokasi Kecamatan Di Kecamatan Masing-masing
Instansi atau dinas yang bertindak dalam pengelolaan sumber daya air adalah Badan Perencanaan Pemban-
gunan DKI Jakarta. Sedangkan yang bertindak sebagai regulator adalah Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta,
Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, BPLHD Provinsi DKI Jakarta.Sedangkan yang bertindak
sebagai operator antara lain : BPDAS Citarum Ciliwung, Departement Kehutanan ,Balai Besar Wilayah Sungai
Citarum (BBWS) Citarum, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung ± Cisadane , Balai Besar Wilayah Sungai Ciu-
jung ± Cidanau ± Cidurian (BBWSC3).
Lembaga Pengelolaan Sumber Daya Air yang ada di Wilayah Sungai Citarum, terdiri dari Proyek Pengembangan
Wilayah Sungai Citarum sebagai Lembaga Pemerintah Pusat. Perum Jasa Tirta II dan Dinas PSDA Propinsi
Jawa Barat. Sedangkan di Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane yang mencakup 3 propinsi, terdapat banyak insti-
tusi pengelola.
Pasal 12 UU No 7 tahun 2004 menyatakan bahwa pengelolaan air didasarkan pada wilayah sungai. Mengingat
hal tersebut di atas sangat diperlukan adanya Institusi Pengelola Sumber Daya Air di wilayah sungai Ciliwung-
&LVDGDQH\DQJ³SRZHUIXOO´GDQPDPSXPHODNVDQDNDQSULQVLS³RQHULYHURQHSODQDQGRQHLQWHJUDWHGPDQDJH
PHQW´:DODXSXQ 88 1R WDKXQ WHQWDQJ VXPEHU GD\D DLU WLGDN VHFDUD VSHVLILNPHQ\HEXWNDQ EHQWXN WHU
tentu dari badan pengelola itu harus berupa apa. Hal ini dikemukakan mengingat banyaknya tugas pengelolaan
sumber daya air yang tersebar di berbagai Institusi seperti : Balai PSDA, PIPWS, Dinas PU Kabupaten/Kota dan
lain-lain.
Pengelolaan sumber daya air yang serba komplek yang menyangkut kepentingan banyak sektor memerlukan
dukungan sistem kelembagaan yang kuat dan terstruktur. Ditinjau dari segi fungsi-fungsinya, sistem kelembagaan
dalam pengelolaan sumber daya air secara garis besar dapat dipilah secara sederhana menurut fungsi yang ter-
diri atas lima unsur, yaitu :
Regulator atau Pemerintah, yaitu institusi pengambil keputusan yang dalam hal ini adalah para pejabat yang
berwenang menetapkan kebijakan/keputusan (misalnya di Daerah adalah : Gubernur, Bupati/Walikota dan
para Kepala Dinas/Badan terkait yang menjadi sub ordinatnya).
Operator, yaitu lembaga yang dibentuk dan berfungsi untuk melaksanakan operasi atau pengelolaan sehari-
hari air,sumber air dan prasarana yang ada dalam suatu Wilayah Sungai, misalnya Balai Pengelolaan Sumber
Daya Air (BPSDA) ataupun Badan Usaha semacamPerum Jasa Tirta untuk pengelolaan air pada jaringan
sumber-sumber air, Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi tanah atau sekarang bernama Balai Pengelola
DAS untuk pengelolaan DAS. Lembaga ini dibentuk oleh Regulator, dengan tugas utama menjalankan kepu-
tusan regulator dalam pelayanan sumber daya air kepada masyarakat.
Developer, yaitu lembaga yang berfungsi melaksanakan pembangunan prasarana dan sarana pengairan baik
dari unsure pemerintah (misalnya Badan Pelaksana Proyek, BUMN, BUMD) maupun lembaga non pemerintah
(investor). Peran lembaga ini, terutama diperlukan ketika terjadi ketidak seimbangan antara permintaan atau
kebutuhan air dengan kemampuan menyediakan air, misalnya dalam pembangunan bendungan dan pemban-
gunan prasarana pengendali banjir atau jaringan irigasi.
User atau Penerima manfaat, yaitu mencakup seluruh unsur masyarakat baik perorangan maupun kelompok
masyarakat yang mendapat manfaat langsung maupun tak langsung dari jasa pengelolaan sumber daya air.
Wadah koordinasi, yaitu wadah koordinasi yang berfungsi untuk menerima, menyerap dan menyalurkan aspi-
4.3 PEMERINTAH LOKAL rasi dan keluhan semua unsur stakeholders. Wadah ini bersifat perwakilan yang bertugas menyampaikan ma-
sukan kepada regulator sekaligus menyiapkan resolusi dan rekomendasi penyelesaian masalah-masalah
Pengelolaan sumber daya air sumberdaya air. Keanggotaan badan ini tediri atas unsur pemerintah dan non pemerintah dalam jumlah yang
seimbang atas dasar keterwakilan.
Wilayah sungai Ciliwung-Cisadane yang mencakup 3 provinsi serta 7 kabupaten/kota yakni : Jawa barat, DKI Ja-
karta, Banten, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi merupakan salah satu contoh kongkrit dari phenomena
tersebut. Strategisnya peran dan fungsi yang disandang Wilayah Sungai Ciliwung ± Cisadane baik sebagai pen-
yedia air baku untuk berbagai kepentingan, penggelontoran kota dan terlebih-lebih sebagai pengendali banjir san-
gat terasa. Karakteristik suplai air di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya terutama di bagian tengah yang
kepadatan penduduknya sangat tinggi dan merupakan daerah yang perkembangan ekonominya sangat mening-
kat (dari rata-rata di wilayah SWS Ciliwung-Cisadane) mengalami kekurangan air. Untuk mendukung perkemban-
gan diperlukan suplai dari wilayah sungai sekitarnya khususnya dari wilayah sungai Citarum. Wilayah Sungai Ci-
tarum adalah wilayah sungai terbesar ketiga dan merupakan wilayah sungai terpenting di Indonesia. Wilayah
Sungai ini melayani kebutuhan multi-guna, sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat dan DKI
Jakarta serta meledaknya urbanisasi dan perkembangan industri.
KEBERADAAN PENGEMBANG
NOTA KESEPAHAMAN
PERJANJIAN PENGEMBANG
4.4 SEKTOR SWASTA (Development Agreement)
Sektor Swasta Terkait Reklamasi Pantai Jakarta Utara PERSETUJUAN GUBERNUR ATAS PELAK-
Jakarta sebagai kota besar dan modern tentu saja memiliki daya tarik tersendiri buat orang di luar Jakarta. Se- SANAAN PENYELENGGARAAN REKLAMASI
bagian mereka beranggapan Jakarta adalah tempat keberuntungan untuk mengadu nasib. Akibatnya banyak (Dengan Lampiran Persetujuan/Pengesahan Per-
orang berbondong bondong untuk hidup dan mencari penghidupan di Jakarta, tentu saja dengan luas Jakarta syaratan Teknis Oleh Dinas/Instansi Terkait)
yang tidak seberapa menjadi sebuah masalah yaitu meledaknya jumlah penduduk Jakarta dan tidak sebanding
dengan luas wilayah. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah tentu saja Pemprov DKI berupaya untuk Sumber : Badan Pelaksana Reklamasi Pantai Utara Jakarta
memberi solusi. Salah satu upaya Pemprov DKI untuk mengatasi meningkatnya jumlah penduduk yang tiap saat
terjadi, adalah dengan melakukan reklamasi pantai utara. Pada saat ini ada beberapa pengembang yang bekerja
sama dengan melakukan reklamasi di wilayah pantai Jakarta Utara.
DAFTAR PENGEMBANGAN REKLAMASI PANTAI JAKARTA UTARA
Peta Lokasi Pos Piket Banjir BBWS Ciliwung - Cisadane LEMBAGA YANG TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN SDA
NO. NAMA ORGANISASI ALAMAT
LAUT JAWA U 1. LP3ES Jl. S. Parman, 81 Slipi, Jakarta Barat. Lp3es@lp3es.or.id. Telp. 021 ± 567 4211, 566 7139
Fac. 021 ± 568 3785
2. WALHI Jl. Tegal Parang Utara, No. 14, Jakarta.Telp. 021-7941672. Fac. 021-7941673. walhi@walhi.or.id
3. KEHATI Jl. Bangka VIII No. 3B, Pela Mampang, Jakarta 12720. kehati@kehati.or.id. Tlp. 021- 718 3185, 718
Cimanceuri
K. Tahang
3187. Fac. 021- 719 6131
4. BINA SWADAYA Jl. Gunung Sahari III/7, Jakarta. bswadaya@cbn.net.id. Telp. 021-4204402. Fac. 021-4208412
9 5. FORUM PEDULI CILIWUNG-CISADANE Komplek Pusat dan Pengembangan Kewirausahaan, LPPM IPB, Kampus IPB, Jl. Pajajaran
D rain
Bogor. Telp. 0251-8967277
Cengkareng
K. Ma rund a
JAKARTA
TANGERANG
5 6. BIOFORUM Gg. Parkit, Situ Gede, Sindang Barang, Jero, Bogor. bioforum@indo.net.id. Telp. 0251-8420522
K. Abang
Fac. 0251-8357961
2
K. S ekretaris
Balaraja 10 7. FORUM KOMUNIKASI KEHUTANAN MASYARAKAT INDONESIA Jl. Cisangkui Blok B VI No.1 Bogor. Telp. 0251-8323090. Fac. 021-7248910
K. Buaran
Ciledug
8 8. LEMBAGA ALAM TROPIKA INDONESIA Jl. Sutra No.1 Situ Gede, Bogor Barat 11615. aliadi@latin.or.id. aliadi@yahoo.com
K. S epak
Meruya
Sal.
K. Cideng
BEKASI
Curug + 6 .01 Cikarang 9. PERPAMSI Jl. Dewi Sartika No. 287 Cawang, Jakarta Timur. Fax.021-80881876. Perpamsi@perpamsi.org
K. Mampang
K. Cakung
K. Krukut
14
+ 1 6.46
10. RAHMATAL LIL ALAMIN Jl. Raya Bogor Lewliang. KM 16, Jawa Barat . Fac. No.: 0251 - 8641053. lp3m_rla@yahoo.co.id
4
KARAWANG
Pondok Gede
Ciputat
Serpong
ke Serang 11. PUSAT INFORMASI DAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN INDONESIA Jl. Keramat IV No. 8, Jakarta Pusat Telp. 021 ± 390 9920 Fac.021-3101656/3149 255
13
Ciliwung
12. WETLANDS Jl. A. Yani No.53, Bogor 16161. admin@wetlands.or.id. Phone. 0251-8312189. Fac. 0251-8325755. http://
7 Cimanggis
www.wetlands.or.id
Cileungsi 13. YAYASAN BUKIT ZAITUN Jalan Cendrawasih Raya Blok B No.18. Bekasi 17134. Fac.021-91507000
Cimatuk
DEPOK Yayasan_bukitzaitun@yahoo.com
Cibarusa
Parung
14. SAPULIDI Bumi Satria Kencana (BSK). Jl. Timah I No. 11 Bekasi Selatan, Bekasi 17144.
12 11 Curug sapulidi.foundation@gmail.com
3 Jonggol
http://www.sapulidifoundation.com
Gunung Putri
15. YAYASAN BUKIT ZAITUN Jalan Cendrawasih Raya Blok B No.18. Bekasi 17134. Fac.021-91507000
1 Yayasan_bukitzaitun@yahoo.com
Waduk
ke Rangkasbitung Jatiluhur 16. PUSAT RISET AKSI PENGELOLA DAS Jl. Swadaya 7, Blok E2 Pancoran Mas Depok
17. PERKUMPULAN DEPOK HIJAU Jl. Swadaya 7, Blok E2 Pancoran Mas Depok. Fac.021-7764657
BOGOR
Empang
+ 2 4 0 .9 7
6
+ 2 4 3 .3 3
18. YAYASAN KASIH DAN PEDULI Jl. Bukit Barisan No.86 Bekasi
Katulampa 19. KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI PROVINSI DKI JAKARTA Jl. Majapahit No.18-22, Jakarta 10160, Telp. 021 3844533, Fac. 021 3844549 or 0213844565
20. LINTAS PELAKU Jl. Bhakti II No.14 Ciputat Tanggerang Selatan. Telp. (021)7424203, Fac (021)7425124
21. CRESCENT Jl. Bima Raya No.6 Bumi Indraprasta Bogor, Telp. 0251-342825/347410
Fac. 0251-8347410 / 0251-8361764/ 0251-342825 /
ke Cianjur
Sumber : Tim Koordinasi Pengelolaan sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai Cidanau²Ciujung²Cidurian-Cisadne²Ciliwung± Citarum (6Cis)
0 2 4 6 8 10 12 km
Gn. Pangrango
NAMA LSM FOKUS KEGIATAN
Sumber : Peta Kawassan Genangan & Data genagan Feb 2007, BBWS Ciliwung-Cisadane
Yayasan Kasih dan Peduli Melaksanakan advokasi terhadap pihak industry/pabrik
Lintas Pelaku Pengorganisasian petani/ masyarakat di DAS hulu dalam kegiatan Gerahan dan GNKPA
4.5 LSM DAN LEMBAGA DONOR
Crescent Sosialisasi teknologi tepat guna dalam rangka peningkatan peran masyarakat
Dalam pengeloaan sumber daya air, lembaga non pemerintah juga mempunyai peranan yang cukup penting, Yayasan Himpunan Untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat melaksanakan penghijauan, rehabilitasi hutan dan lahan serta mensosialisasikan gerakan
hemat air
antara lain dalam hal kegiatan (a) konservasi, (b) pendayagunaan sumber daya air, (c) pengendalian daya rusak
LSM AMPL (air Minum dan Penyehatan Lingkungan) Sosialiasi dan penyuluhan penyediaan air baku untuk rumah tangga, industri, pariwisata dan
air, (d) data dan informasi serta (e). partisipasi masyarakat dalam pengelolaan SDA. Pada saat ini ada beberapa perbaikan sanitasi masyarakat
lembaga yang non pemerintah yang aktif dalam kegiataan pengelolaan sumber daya air. Caring Community Pengelolaan sampah dimulai dari sumbernya dengan prinsip yaitu 3R (Re-use, Reduce,
Recycling)
Pemerhati Pembangunan dan Lingkungan Hidup Bogor Melaksanakan penyuluhan terhadap kerusakan badan-badan sungai dan cara penanggulan-
gannya.
LP3M Rahmatan Lil alamin Pengendalian erosi, pembuatan check dam, parit, resapan air
Yayasan mitra kita Sosialisasi dan penerapan teknologi sumur resapan, parit jebakan air dan biopor
PIPLI Pelatihan dan penyuluhan tata guna air dan peningkatan pemahaman partisipatif dalam
pengelolaan irigasi (water tank)
Sumber : Tim Koordinasi Pengelolaan sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai Cidanau²Ciujung²Cidurian-Cisadne²Ciliwung± Citarum (6Cis)
ESP http://farm4.static.flickr.com
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
7(/8.1$*$
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
'.,-DNDUWD
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
$1&2/
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
'.,-DNDUWD
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
7$1-81*35,2.
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
'.,-DNDUWD
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
7$1*(5$1*
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
'.,-DNDUWD
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
-$.$57$
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
'.,-DNDUWD
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
&$.81*
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
'.,-DNDUWD
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
6(5321*
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
'.,-DNDUWD
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
3$6$50,1**8
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
'.,-DNDUWD
/HJHQG/HJHQGD
0 500 1250m
1:50 000
Projection UTM zone 49
( Ellipsoid WGS 84 )
321'2.*('(
6KHHW/HPEDU
Source/Sumber : Topographycal Map/Peta Rupabumi Bakosurtanal
Scale/Skala 1 : 25000
Tahun/Year 1997
*(2*5$),
Triple-A %DVHPDS
II. SUMBER REFERENSI
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PESISIR JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
DOKUMEN REFERENSI
1 KEBIJAKAN DAN RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH BAHAN PRESENTASI KLHS 11 REVISI RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK, PT. BAHAN PRESENTASI KLHS
PANTURA JAKARTA, BAPPEDA DKI JAKARTA TELUK JAKARTA PELABUHAN INDONESIA II (PERSERO) TELUK JAKARTA
2 GUNA LAHAN BERUBAH BANJIR MELUAS, IWAN JAWA BAHAN PRESENTASI KLHS
BARAT, 23 NOVEMBER 2010 TELUK JAKARTA 12 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI, PE- BAHAN PRESENTASI KLHS
3 KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS KAWASAN REKLA- BAHAN PRESENTASI KLHS MERINTAH KABUPATEN BEKASI TELUK JAKARTA
MASI KOTA BARU TANGERANG INTERNATIONAL CITY (TIC), TELUK JAKARTA
PT. TANGERANG INTERNATIONALCITY
13 PERAN PEMBANGKIT MUARA KARANG PRIOK DAN MUARA BAHAN PRESENTASI KLHS
TAWAR PADA SISTEM KELISTRIKAN DKI JAYA, PT PLN TELUK JAKARTA
4 RAPID ENVIRONMENTAL ASSESSMENT FOR COASTAL DE- BAHAN PRESENTASI KLHS (PERSERO)
VELOPMENT IN JAKARTA BAY ,DANIDA ESP2 & KLH TELUK JAKARTA
14 RENCANA INDUK SOEKARNO-HATTA INTERNATIONAL AIR- BAHAN PRESENTASI KLHS TE-
PORT, ANGKASA PURA II, 23 NOVEMBER 2010 LUK JAKARTA
5 REKLAMASI PANTURA DAN PENATAAN KEMBALI DARATAN BAHAN PRESENTASI KLHS
PANTAI UTARA JAKARTA, BUDIHARDJO SUKMADI TELUK JAKARTA 15 PROVINSI DKI JAKARTA DATA DALAM ANGKA 2009 DATA DALAM ANGKA
JAKARTA, 23 NOPEMBER 2010 16 KOTA JAKARTA UTARA DATA DALAM ANGKA 2009 DATA DALAM ANGKA
17 KOTA JAKARTA SELATAN DATA DALAM ANGKA 2009 DATA DALAM ANGKA
6 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGER- BAHAN PRESENTASI KLHS 18 KOTA JAKARTA BARAT DATA DALAM ANGKA 2009 DATA DALAM ANGKA
ANG TAHUN 2010-2030, DINAS TATA RUANG KABUPATEN TELUK JAKARTA 19 KOTA JAKARTA TIMUR DATA DALAM ANGKA 2009 DATA DALAM ANGKA
TANGERANG, 23 NOVEMBER 2010
20 KOTA JAKARTA PUSAT DATA DALAM ANGKA 2009 DATA DALAM ANGKA
7 KEBIJAKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BAHAN PRESENTASI KLHS
21 PROVINSI JAWA BARAT DATA DALAM ANGKA 2009 DATA DALAM ANGKA
KHUSUSNYA DI WILAYAH TELUK JAKARTA, M. EKO RUDI- TELUK JAKARTA
ANTO, 23 NOVEMBER 2010 22 KOTA BOGOR DATA DALAM ANGKA 2009 DATA DALAM ANGKA
DIREKTUR TATA RUANG LAUT, PESISIR & PPK, KKP 23 KABUPATEN BOGOR DATA DALAM ANGKA 2008 DATA DALAM ANGKA
24 KOTA BEKASI DATA DALAM ANGKA 2008 DATA DALAM ANGKA
8 PEMBANGUNAN FLOATING STORAGE AND REGASIFICA- BAHAN PRESENTASI KLHS 25 KABUPATEN BEKASI DATA DALAM ANGKA 2008 DATA DALAM ANGKA
TION UNIT (FSRU) , KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER TELUK JAKARTA 26 KABUPATEN CIANJUR DATA DALAM ANGKA 2008 DATA DALAM ANGKA
DAYA MINERAL 27 DRAFT RTRW JAKARTA 2010-2030 DOKUMEN RTRW
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI, 24 NO- 28 RTRW JABAR RTRW DOKUMEN RTRW
VEMBER 2010
9 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PANTURA DALAM BAHAN PRESENTASI KLHS 29 RTRW BANTEN RTRW DOKUMEN RTRW
PERPRES NO. 54 TH 2008,IMAN SOEDRADJAT TELUK JAKARTA 30 RTRW NASIONAL DOKUMEN RTRW
DIREKTUR PENATAAN RUANG WILAYAH NASIONAL, 23 NO- 31 RTRW KAB. TANGERANG DOKUMEN RTRW
VEMBER 2010
32 RTRW KAB. BEKASI DOKUMEN RTRW
10 KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS), SUYUD BAHAN PRESENTASI KLHS
33 JABOTABEK WATER RESOURCES MANAGEMENT STUDY DOKUMEN
WARNO UTOMO PUSAT PENELITIAN SUMBERDAYA MANU- TELUK JAKARTA
(JWRMS) (1994)
SIA DAN LINGKUNGAN DAN DEPARTEMEN KESEHATAN
34 REVIEW MASTERPLAN PENGENDALIAN BANJIR DAN PAPARAN
LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNI-
DRAINASE DKI JAKARTA 2009
VERSITAS INDONESIA, OKTOBER 2010
35 BANJIR, MASALAH BANJIR SERTA PENANGANANYA DI PAPARAN
JABODETABEK
Triple ² A REFERENSI
DOKUMEN REFERENSI ² 1
JAKARTA COASTAL DEFENCE STRATEGY (JCDS) ATLAS PENGAMANAN PESISIR JAKARTA
STRATEGI PENGAMANAN PANTAI JAKARTA JABODETABEKPUNJUR
PETA-PETA
1. Peta RBI Kawasan Jabodetabekpunjur, Skala 25.000, Bakosurtanal
2. Peta Draft RTRW DKI Jakarta 2010-2030
3. DEM (Digital Elevation Model) yang dihasilkan oleh SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) un-
tuk Kawasan Jabodetabekpunjur, 2010
4. Peta-Peta keterkaitan dengan Banjir dari Dinas PU DKI Jakarta
5. Peta RTRW Jabodetabekpunjur (Jpeg file)
WEBSITE
1. www.pu.go.id
2. www.bmkg.go.id
3. www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/
4. http://bbwsciliwungcisadane.com/
5. www.jakarta.go.id
PERSONIL
Stakeholder JCDS
Triple ² A REFERENSI
DOKUMEN REFERENSI ² 2