Vous êtes sur la page 1sur 8

Arfan

Brief and Never Give Up

Sabtu, 04 April 2009


KELAHIRAN PENGETAHUAN ALAMIAH MODERN

PENDAHULUAN
Rasa ingin tahu manusia yang terus berkembang sebagai hasil perkembangan pola pikir
manusia yang terakumulasi dari hasil pengamatan dan pengalaman telah mendorong manusia
untuk melahirkan pendekatan kebenaran yang tidak hanya mengandalkan kemampuan rasio
belaka, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua sisi; yakni dorongan pertama adalah
dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang sifatnya non praktis atau teoritis guna
memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat alam semesta dan segala isinya, yang
selanjutnya melahirkan pure science (Ilmu pengetahuan murni). Sementara dorongan yang
ke-dua adalah dorongan yang sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk
meningkatkan tarap hidup yang lebih tinggi, dan selanjutnya disebut dengan Applied science
(Ilmu pengetahuan terapan/teknologi).
Kedua dorongan inilah yang memicu manusia untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan
baru yang menjadi titik awal lahirnya pengetahuan alamiah modern yang semakin
berkembang dari zaman ke zaman.
Makalah ini secara tidak langsung akan membahas tentang bagaimana proses kelahiran
pengetahuan alamiah modern yang menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk dipelajari
lebih lanjut.
ILMU PENGETAHUAN
Menurut Prof DR. M. J. Langerveld, Guru besar pada Rijk University di Utrecht (Belanda)
Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu, yang
merupakan kesatuan sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan sebab-sebab suatu kejadian. Ilmu adalah pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat membedakannya dengan pengetahuan lainnya,
diantara ciri khas ilmu atau ilmu pengetahuan yaitu obyektif, metodik, sistematik, dan
berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut, maka orang yang berkecimpung atau selalu
berhubungan dengan pengetahuan akan terbimbing sedemikian hingga padanya
terkembangkan suatu sikap yang disebut sikap ilmiah.
Objek penelaah ilmu adalah seluruh segi kehidupan yang dapat di uji oleh panca indra
manusia. Ilmu membatasi diri pada kejadian-kejadian yang besifat empiris, yang terjangkau
oleh fitrah pengalaman manusia dengan menggunakan panca indranya. Objek dibedakan atas
dua hal yaitu, objek material adalah objek yang dilihat secara keseluruhan, dan objek formal
yang dilihat dari suatu aspek tertentu saja.
METODE KEILMUAN
Untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu memerlukan pencarian pengetahuan
yang dapat dilakukan secara nonilmiah dan ilmiah dengan mengacu pada kerangka filsafat.
Pencarian ilmu pengetahuan ilmiah (metode ilmiah) dilakukan berdasarkan pemikiran
rasional, pengalaman empiris (fakta), maupun referensi pengalaman sebelumnya. Cara untuk
mendapatkannya harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Objektif, pengetahuan itu harus sesuai objeknya.
2. Metodik, pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur
dan terkontrol.
3. Sistimatis, pengetahuan ilmiah yang tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu
dengan yang lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga keseluruhannya
merupakan satu kesatuan yang utuh.
4. Berlaku Umum, pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseoramg
atau sekelompok orang, tetapi dengan pengalaman itu diperoleh hasil yang sama atau
konsisten.
Keseluruhan langkah ini harus ditempuh agar suatu penelaahan dapat disebut ilmiah, lewat
metode inilah nantinya akan melahirkan ilmu-ilmu baru yang menjadi cikal bakal lahirnya
ilmu alamiah modern terutama Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
KELAHIRAN IPA
Pada mulanya manusia percaya mitos yang sekarang dinilai sebagai pengetahuan semu
(pseduo knowledge). Mengapa? Karena mitos tidak pernah memuaskan maka dicarilah
pengetahuan sesungguhnya (pure science). Objek utama yang dipikirkan manusia adalah
alam sehingga lahirlah pengetahuan alam (natural science).
Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus digunakan perpaduan antara rasionalisme dan
empirisme, yang dikenal sebagai metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
Pengetahuan yang disusun dengan cara pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh
melalui kegiatan penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan
terkontrol berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat
menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan masih dapat
diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat objektif, bebas dari
keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat terbuka.
Jadi, suatu ilmu pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilamana cara
memperolehnya menggunakan metode keilmuan, yaitu gabungan rasionalisme dan
emperisme.
Secara lengkap dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA
bilamana persyaratan berikut: objeknya pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala alam,
yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk kesejahteraan
manusia.
Kapan ilmu pengetahuan (sains) lahir ? secara waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi
yang jelas sesuatu dinyatakan pengetahuan sains adalah apabila pendekatan kebenaran
tertumpu pada rational approach and empiric approach yakni kebenaran yang secara rasional
dapat dimengerti dan difahami serta dibuktikan secara fakta dan menggunakan peralatan
ilmiah.
PERKEMBANGAN PENGETAHUAN DARI MASA KE MASA
1. Zaman Purba
Pada zaman purba, manusia selain mewariskan alat-alat purba, juga mewariskan cara
bercocok tanam dan cara berternak. Peninggalan-peninggalan alat-alat, tanaman, ternak
tersebut menunjukkan bahwa manusia purba telah mempunyai pengetahuan untuk
memperolehnya. Penemuan-penemuan itu terjadi baik secara kebetulan ataupun disengaja
semuanya berdasarkan pengamatan primitif, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-
percobaan yang dilakukan dengan tanpa dasar dan tanpa pengaturan, tetapi dengan mengikuti
proses”Trial and error”. Dengan demikian tersusunlah ”know how” meskipun tidak diketahui
sebabnya, tidak diketahui ”mengapanya”. Dengan demikian maka zaman batu ini ditandai
oleh pengetahuan ”know how” yang diperoleh berdasarkan Kemampuan mengamati,
membeda-bedakan, memilih, melakukan percobaan tanpa disengaja, yang berlandaskan
dengan proses ”Trial and error”.
Setelah zaman ini masa 15000 sampai kurang lebih 600 tahun SM. Masih merupakan
kelanjutan dari zaman batu. Mereka masih mewarisi pengetahuan dari zaman batu, tetapi
diantara mereka ada yang mampu mengolah logam. Dalam hal pembuatan logam, alat-alat
mereka tidak lagi terbuat dari batu, melainkan dari perunggu atau besi. Pada zaman purba
tersebut manusia menggantungkan diri pada kepercayaan agama yang politistik. Mereka
percaya bahwa dewa-dewa berada di bulan, matahari, bintang, karena itu, benda-benda
angkasa itu terus-menerus diamati. Dan mereka mulai menyusun kalender sebagai pedoman
waktu untuk mengatur kehidupan ritual, pekerjaan sehari-hari dan kehidupan biasa pada
umumnya.
Penemuan-penemuan tersebut di atas merupakan proses alamiah yang hanya mungkin pada
zaman itu mencari dan akhirnya menemukan dan mampu menggunakan angka-angka dan
abjad untuk melakukan perhitungan-perhitungan. Di samping kemampuan-kemampuan dan
penemuan-penemuan tersebut, mereka bisa membentuk kemampuan mengukur, kemampuan
ini digunakan untuk mengukur bidang tanah dan perladangan juga mengukur hasil panennya.
Untuk keperluan pengukuran-pengukuran tersebut juga telah ditemukan bentuk segitiga,
segitiga siku-siku, dan sudut siku-siku. Kemudian ilmu berkembang dan menjelma menadi
ilmu hitung (arithmetic) dan ilmu ukur (geometry).
2. Zaman Yunani
Masa 600 tahun sebelum masehi sampai kurang lebih 200 tahun sebelum masehi biasanya
disebut zaman Yunani. Dalam zaman ini proses-proses perkembangan know how tetap
mendasari kehidupan sehari-hari, tapi lebih maju daripada zaman sebelumnya. Dalam bidang
pengetahuan sikap dan pemikiran yang sekedar menerima apa adanya, terjadi perubahan
besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Hal ini
berdasarkan pada sikap bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman-pengalaman
secara pasif receptif. Mereka memiliki ”inquiry atitude” dan ”inquiry mind” orang pertama
yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini adalah Thales (624-548 SM).
Pemikiran Thales dalam rangka membahas perkembangan ilmu pengetahuan ”Yang penting
bukan jawaban yang diberikan, tetapi diajukannya pertanyaan tersebut”. Karena dari
pertanyaan akan menimbulkan atau menyebabkan pemeriksaan dan penelitian yang terus
menerus. Jadi, pertanyaan merupakan suatu motor yang tetap mendorong pemikiran dan
penyelidikan.
Disamping Thales terdapat banyak tokoh filsafat Yunani yang besar sekali sumbangannya
pada perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah Al-Fargani, Jabir bin Hayyam,
Phytagoras, Aristoteles dan Archimedes.
3. Zaman Modern
Pada permulaan abad ke-14, di Eropa di mulai perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak
zaman itu sampai sekarang Eropa menjadi pusat kemajuan ilmu pengetahuan dan umat
manusia pada umumnya. Permulaan perkembangannya dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-
1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan
dan penelitian. Copernicus, Tycho Broche, Keppler dan Galileo merupakan pelopor dalam
mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dan pesat setelah ditulisnya buku
yang berjudul Novum Organum oleh Francis Bacon (1560-1626) yang mengutarakan tentang
landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan penegasan ilmu pengetahuan
dengan metodenya.
Bila dilihat dari segi metodologi dan psikologi maka seluruh ilmu pengetahuan tersebut
didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus
2. Pengumpulan data yang terus menerus dan dilakuakan secara sistematis
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara.
4. Penyusunan model-model atau teori-teori, serta penyusunan ramalan-ramalan sehubungan
dengan model itu.
5. Percobaan untuk menguji ramalan tersebut.
Percobaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan, diantaranya: benar atau salah. Jika
terbukti salah, terbuka kemungkinan untuk mencari kesalahan berfikir, sehingga terbuka juga
kemungkinan untuk memperbaikinya. Dengan demikian ilmu pengetahuan modern memiliki
suatu sistem yang didalamnya terkandung mengoreksi diri, yang memungkinkan
ditiadakannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap menuju kebenaran.
PENUTUP

Perkembangan pengetahuan sudah dimulai sejak zaman purba, hal tersebut disebabkan
karena manusia memiliki rasa ingin tahu yang terus berkembang, sehingga pada zaman
Yunani manusia sudah mulai menggunakan metode ilmiah yang tidak hanya mengandalkan
rasio semata tetapi juga haru dengan pengalaman empirik sehingga apa yang mereka
dapatkan dapat dibuktikan dan diterima oleh umum.

Kelahiran ilmu alamiah modern mungkin saja terjadi pada zaman Yunani, karena pada zaman
inilah pendekatan kebenaran tertumpu pada rational approach and empiric approach, yang
selanjutnya menjadi cikal bakal perkembangan Ilmu Pengetahuan yang pesat pada zaman
modern.

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah, Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, Bumi Aksara, Jakarta: 1994.
Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar, Jenki Satria, Jakarta: 2006.
Purnama, Heri, Ilmu Alamiah Dasar, Rinek Cipta, Jakarta: 2008.
Roosmini, Mien, dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Semarang: 1990.
Salam, Burhanuddin, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi,Rineka Cipta, Jakarta: 2000.

Diposkan oleh arfan di 07.50

0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama Beranda


Langgan: Poskan Komentar (Atom)

Tampilan slide
Pengikut

Arsip Blog
 ▼  2009 (2)
o April (1)
o Maret (1)

Mengenai Saya

arfan
Lihat profil lengkapku

Happy Family
Cibingbin

WELCOME TO ARFAN WORLD


YOU WILL NEVER WALK ALONE

Vous aimerez peut-être aussi