Vous êtes sur la page 1sur 2

c 

  



2 
       1 dari 3 Kompasianer menilai Menarik

Menurut Israel ³penjajahan´ itu adalah persepsi Arabs. Dengan ³belum memberikan´ tanah kpd
Palestina, Israel bermaksud mempertahankan diri dari kemungkinan yg lebih buruk bagi
bangsanya. Itu prinsip mereka; dan prinsip ini menurut mereka ada dasarnya yg kuat.

Sebetulnya Israel itu kompromistis sejak awal. Ketika Inggris akan mengakhiri mandatnya di
Palestina tahun 1949, wilayah tsb mula2 ditawarkan kpd Arabs dan Israel shg wilayah itu
nantinya terbagi dua dgn porsi Israel lebih kecil dari Arabs. Alasan Inggris (dan PBB) tidak ada
yg paling berhak atas wilayah tsb dari kedua bangsa shg tanah itu dianggap netral. Israel
menerima tawaran tsb sedangkan Arabs tidak karena menganggap lebih berhak atas seluruh
wilayah dan tidak rela sama sekali berbagi dgn bangsa Yahudi (pada waktu itu tidak terpikir
oleh Arabs bahwa Yahudi berani mendirikan negara sendirian tanpa kesepakatan terlebih dahulu
dgn mereka).

Yg terjadi kemudian, ketika Israel mau menerima haknya dan memproklamasikan negaranya,
Arabs langsung memerangi dgn cara mengeroyok beramai-ramai, namun kalah dalam perang
besar yg pertama ini. Maka, selanjutnya PBB menarik garis sementara wilayah2 tertentu utk
didiami oleh Arabs, yaitu Sinai dan Gaza dibawah otoritas Mesir, Tepi Barat dibawah otoritas
Yordania, dan Golan dibawah otoritas Syria.Namun, selanjutnya Arabs terus mencoba
memaksakan kehendak untuk mendesak Israel agar tersingkir dari wilayah ini, baik melalui
perang2 kecil maupun perang besar karena mereka punya prinsip tidak mau kompromi secara
damai dgn bangsa Yahudi. Tetapi ironisnya, setiap peperangan ternyata selalu dimenangkan oleh
Yahudi. Bahkan dalam perang terbesar tahun 1967 Israel dapat menguasai wilayah2 yg tadinya
dibawah otoritas bangsa Arabs. Demikian juga dalam perang besar lainnya tahun 1973, Israel
sekali lagi memenanginya (perang ini maupun setiap peperangan lainnya selalu diprakarsai oleh
Arabs). Mesir sbg pemimpin the Arabs pada waktu itu akhirnya sadar dan berpikir
realistis. Maka, akhirnya disepakati perjanjian damai Camp David dgn Israel dimana Israel
menyerahkan wilayah Sinai dan Gaza kembali ke Mesir (tetapi Mesir hanya menghendaki Sinai
saja, Gaza tidak).

Selanjutnya, peperangan terus saja terjadi hingga sekarang karena adanya prinsip yg berbeda:
Israel mau berbagi sedangkan Arabs tidak. Mesir, Yordania, Syria memang sudah mundur, tetapi
mereka mengangkat ³bangsa Palestina´ menjadi pahlawan baru sekaligus tameng utk berhadapan
dgn Israel. Maka, dgn tidak pernah berhentinya serangan oleh Arabs thd Israel hingga hari ini
membuat Israel menjadi bangsa yg selalu waspada dan siaga-1 thd Palestina dan Arabs. Bagi
mereka keamanan diatas segala-galanya. Bahkan, semakin lama Israel semakin sulit (kalau bisa
dikatakan tidak mungkin) mempercayai Palestina dan Arabs utk menentukan masa depannya
sendiri di wilayah tsb. Menurut persepsi mereka, belum diberi wilayah saja sudah maunya
perang terus, apalagi diberi wilayah? Pasti jauh lebih menyulitkan bagi Israel karena akan lebih
mudah dicaplok. Tujuan Arabs menyingkirkan bangsa Yahudi memang sudah menjadi ³iman´
dan keyakinan bagi bangsa Arabs yg tidak mau mengakui dan menggangap sedikitpun eksistensi
bangsa Yahudi.

Inilah yg menjadi latar belakang kedua bangsa sulit mencapai kesepakatan karena tidak adanya
kepercayaan apapun satu thd yg lain. Ditambah lagi dgn konsep jihad pada bangsa Arabs dan
konsep gigi ganti gigi, mata ganti mata pada bangsa Yahudi, tidak akan pernah mempertemukan
kesamaan pandangan mengenai perdamaian. Kalau begitu, Tuhan siapakah yg salah telah
menciptakan kedua bangsa ini??Seperti dikatakan oleh seorang komunis: lebih baik tidak ada
Tuhan tetapi bisa hidup damai daripada ada Tuhan tetapi hidup saling membunuh.

Vous aimerez peut-être aussi