Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Wajib pajak kini dapat menentukan sendiri masa manfaat dari aktiva berwujud selain
bangunan sesuai dengan keadaan sebenarnya dalam rangka keperluan penyusutan.
Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak tertanggal 2 Oktober 2009 No.
PER-55/PJ/2009 tentang Tatacara Permohonan dan Penetapan Masa Manfaat Yang
Sesungguhnya Atas Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan.
Kebijakan tersebut hanya berlaku apabila WP dapat menunjukkan masa manfaat yang
sesungguhnya dari suatu harta berwujud bukan bangunan, tidak dapat dimasukkan ke
dalam kelompok 3 (masa manfaat 16 tahun).
“WP harus mengajukan permohonan untuk penetapan kelompok harta berwujud bukan
bangunan tersebut sesuai dengan masa manfaat sesungguhnya kepada Dirjen Pajak
melalui Kepala Kanwil Ditjen Pajak yang membawahi KPP tempat WP yang
bersangkutan terdaftar.
Dasar Hukum:
Pendapat pribadi:
Sebelum adanya aturan ini, Wajib Pajak mempunyai opsi terbatas dalam menghitung
masa manfaat penyusutan, yaitu bangunan dan bukan bangunan. Bangunan ditentukan
secara jelas dalam UU. yaitu dibagi kedalam permanen (20 tahun, tarif 5%, metode garis
lurus) dan bukan permanen (10 tahun, tarif 10%, metode garis lurus). Bukan bangunan
dikelompokan kedalam 4 kelompok yaitu:
Kelompok I: 4 tahun, tarif 25% garis lurus (GL) atau 50% saldo menurun (SM)
Suka tidak suka, Wajib Pajak harus mengelompokan aktiva tetap kedalam kelompok
tersebut ketika menghitung penyusutan fiskal. Dengan adanya aturan baru, Wajib Pajak
memiliki lebih banyak pilihan ketika menyusutkan aktiva tetap.
Kenapa penyusutan harus diatur dalam Undang-undang perpajakan, bukankah semua
metode penyusutan akan menghasilkan jumlah yang sama jika dilihat secara kumulatif?.
1. karena kompensasi kerugian dibatasi selama 5 tahun. Dengan demikian aturan ini
menjadi WP tidak bisa memindahkan kerugian