Vous êtes sur la page 1sur 46

Askep Infertilitas

ASUHAN KPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFERTILITAS

DEFENISI
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana
wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa
mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun

Ada 2 jenis infertilitas :


• Infertilitas primer : bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
• Infertilitas sekunder : bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak
pernah hamil lagi

ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan
bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%,
dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena
kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Pada wanita
• Gangguan organ reproduksi
1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan
pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina
2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran
mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu.
Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi
obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
• Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan
pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini
dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang
menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi
kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan
ovulasi.
• Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan
endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
• Endometriosis
• Abrasi genetis
• Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita
hamil.
• Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat
menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.

b. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
• Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
• Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
• Abnormalitas ereksi
• Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
• Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan
pada obstruksi pada saluran genital
• Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
• Abrasi genetik

MANIFESTASI KLINIS
A. WANITA
• Terjadi kelainan system endokrin
• Hipomenore dan amenore
• Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada
aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
• Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
• Wanita infertil dapat memiliki uterus
• Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau
tumor
• Traktus reproduksi internal yang abnormal

B. PRIA
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Disfungsi ereksi berat
• Ejakulasi retrograt
• Hypo/epispadia
• Mikropenis
• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• Abnormalitas cairan semen

PATOFISIOLOGI
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan stimulasi
hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga
terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik
yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga
penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum
tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi
proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik
yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang
dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi
gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan
inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang
berujung pada abortus.

a. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang
mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar
dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria
yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat ( spt distribusi lemak tubuh dan rambut yang
tidak sesuai ).

Pemeriksaan System Reproduksi


A. Wanita
• Deteksi Ovulasi
1. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
2. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi
serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks
dalam menerima sperma

• Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan pengambilan
specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.

• Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina

• Uji pasca senggama


Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ).

• Biopsy endometrium terjadwal


Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr
sebelum haid.

• Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan
uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang.
Dilakukan secara terjadwal.

• Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.

• Pemeriksaan pelvis ultrasound


Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan
maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.

B. Pria
• Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl

• Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini
diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon
tesrosteron, FSH, dan LH.
• USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau
seluran ejakulatori.
• Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif
untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona

PENATALAKSANAAN
A. Wanita
• Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat
untuk coital

• Pemberian terapi obat, seperti;


1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus,
peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang
adekuat
• GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
• Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
• Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
• Pengangkatan tumor atau fibroid
• Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

B. Pria
• Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas
sperma meningkat
• Agen antimikroba
• Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
• HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
• FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
• Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
• Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
• Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
• Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
• Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFERTIL


PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama

2. Riwayat kesehatan
A. Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
• Tumor hipofisis atau prolaktinoma
• Riwayat penyakit menular seksual
• Riwayat kista

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


• Endometriosis dan endometrits
• Vaginismus (kejang pada otot vagina)
• Gangguan ovulasi
• Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
• Autoimun

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

d. Riwayat Obstetri
• Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
• Mengalami aborsi berulang
• Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

B. Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
• Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• Riwayat infeksi genitorurinaria
• Hipertiroidisme dan hipotiroid
• Tumor hipofisis atau prolactinoma
• Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
• Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
• Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat,
operasi tumor saluran kemih
• Riwayat vasektomi

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


• Disfungsi ereksi berat
• Ejakulasi retrograt
• Hypo/epispadia
• Mikropenis
• Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
• Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
• Saluran sperma yang tersumbat
• Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
• Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• Abnormalitas cairan semen

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.

4. Pemeriksaan penunjang
A. Wanita
• Deteksi Ovulasi
• Analisa hormon
• Sitologi vagina
• Uji pasca senggama
• Biopsy endometrium terjadwal
• Histerosalpinografi
• Laparoskopi
• Pemeriksaan pelvis ultrasound

B. Pria
• Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl

• Pemeriksaan endokrin
• USG
• Biopsi testis
• Uji penetrasi sperma
• Uji hemizona

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic
2. Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
3. Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur anatomis dan fungsional
organ reproduksi
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode yang digunakan
dalam investigasi gangguan fertilitas
5. Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas, alternatif untuk terapi
6. Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil
7. Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk
8. Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik
9. Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang control terhadap prognosis
10. Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya

INTERVENSI
Diagnosa keperawatan: Gangguan konsp diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
Kriteria hasil :
• Klien mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
• Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
• Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
• Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
• Mengidentifikasi aspek positif diri

Daftar pustaka

Carpernito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
,http://situs.kesrepro.info/kb/referensi2.htm. Diakses tanggal 29 September 2007
http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 2 Oktober 2007
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
McCloskey, C. Joane& Bulechek, M. Gloria. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC).
Mosby: A Times Mirror Company
Murray, Sharon Smith, 2002. Foundations Of Maternal-Newborn Nursing. Philadelphia: W.B.
Saunders company
Potter, patricia. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktek.
Jakarta: EGC
Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Brunner & Suddarth’s Text Book of Medical-Surgical Nursing
Volume 2. Jakarta: EGC
Definisi,jenis,penyebab infertilitas

Definisi :
tidak hamil setelah 1 tahun menikah,
tanpa menggunakan KB, serta hub
seksual teratur

Macam :
1. Infertilitas Primer
2. Infertiuitas sekunder

Penyebab Infertilitas
Kelainan semen (Male factor Infertility)
Ggn ovulasi (faktor ovulasi)
Tuba : injury, adesi, tersumbat, endometriosis ( faktor tuba)
Abnormalitas interaksi mukus serviks dg sperma (faktor serviks)
Lain-lain : kln uterus, ggn imunologis, infeksi

FAKTOR PRIA
Sel Reprod Pria tdd :
testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesikula seminalis, duktus ejakulatorius, klj bulbouretra, uretra
Pd ejakulasi : sperma dikeluarkan dr vas deferens bersama dg cairan dari prostat vesikula seminalis dan
klj bulbouretra
Faktor Ovulasi
Pd umumnya mdh didiagnosis dan pengelolaannya mudah
Siklus normal wanita : 25-35 hr
Wanita dg siklus haid teratur umumnya fertil
E/ : abnormalitas hipotalamus/hipofisis, peny. Tiroid, ggn adrenal, hiperandrogen

Faktor Tuba
Faktor Tuba/peritoneal :
- Kerusakan tuba
- Sumbatan tuba
- Adhesi tuba

Pemeriksaan Infertilitas
Male factor :
1. Analisa sperma :
Nilai normal :
- Volume : 2-6 ml
- Konsentrasi : > 20 jt/ml
- Motilitas : > 50%
- Morfologi : > 30%

2. Sperm Penetration Assay


Faktor Ovulasi :
1. Temperatur suhu basal
2. Kadar progesteron serum midluteal
3. Monitoring LH
4. Biopsi endometrium
5. USG

Konsep Infertilitas

a. Definisi Infertilitas
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah)
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama
satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta berusaha
selama satu tahun tetapi belum hamil. (Manuaba, 1998).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun. Infertilitas
primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.
(Siswandi, 2006).
Pasangan infertil adalah suatu kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak
menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup.

b. Klasifikasi Infertilitas
1) Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama
teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
2) Infertilitas sekunder yaitu Disebut infertilitas sekunder jika perempuan penah hamil,
akan tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.
C. Etiologi Infertilitas
1. Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri)
a) Faktor penyakit

• Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling
dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis
bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga
adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam
rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada
daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-
infertilitas.

• Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian
atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam
panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada
sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan
keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat
haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan
pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).

• Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di
rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah,
atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas
adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteri
biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat
menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
• Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan
oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat
menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.

• Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang tumbuh
tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia.
Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap
kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus
dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista
yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit
tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan,
dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran
indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi
reproduksi wanita.

• Saluran Telur yang Tersumbat


Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur
sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero
Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim
dan saluran telur.

• Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan
manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen
penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi
biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara
26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid
pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri
ke dokter.

b) Faktor fungsional
• Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan (immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan
reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus
spontan pada wanita hamil.
• Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)
Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan
hormonal. Salah satunya adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu
penyebab utama kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan
oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang berlebihan
ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan
kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa berkembang
dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan terganggu
• Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat memperlancar
perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka perjalanan sperma akan
terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim
yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim
terganggu, (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan sperma melambat.
Terakhir adalah gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu
dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak
bisa membuahi sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit
salpingitis, radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi
yang disebabkan oleh jamur klamidia.
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya
gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.
Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi
obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

• Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim


Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio,
selanjutnya terjadi proses nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang
memiliki kadar hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan
pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan
endometrium tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai.
2. Penyebab pada laki-laki (suami)

a) Kelainan pada alat kelamin


• hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada permukaan
testis
• Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih
• varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar terlalu besar,
sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang yang berarti mengurangi
kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
• Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun

b) Kegagalan fungsional
• Kemampuan ereksi kurang
• Kelainan pembentukan spermatozoa
• Gangguan pada sperma

c) Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)


Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan
hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan
hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi
spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan
testosterone adalah dengan terapi hormon.

d) Gangguan di daerah testis (testicular)


Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi.
Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga
produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik”
sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C,
sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C
saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.

e) Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)


Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan
lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir,
terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang
disengaja.

f) Tidak adanya semen


Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada
semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya
disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.

g) Kurangnya hormon testosterone


Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi
sperma.

3. Penyebab pada suami dan istri

a) Gangguan pada hubungan seksual


Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke vagina,
impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik
seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.

b) Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)


• Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
• Masalah dalam pendidikan
• Emosi karena didahului orang lain hamil

d. Manifestasi klinis
1) Belum ada tanda-tanda kehamilan meski sudah diupayakan terus menerus
2) Adanya menstruasi terus menerus setelah diupayakan terus menerus
Konsep Dasar Infertilitas
Diposkan oleh _Ly_`s pageS di Minggu, Desember 06, 2009

A. DEFINISI
Kemandulan adalah ketidak mampuan sepasang suami isteri untuk mencapai kehamilan setelah
selama 1 ( satu ) tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan tidak mengunakan alat
kontrasepsi.
Kemandulan primer adalah istilah yang digunakan jika sepasang suami isteri sama sekali belum
pernah memiliki anak. Jika sebelumnya pasangan suami isteri pernah memiliki anak ( minimal 1
kehamilan ), tetapi kehamilan berikutnya tidak berhasil dicapai, maka digunakan istilah
kemandulan sekunder.

B. PENYEBAB
Sekitar 30-40% kasus disebabkan oleh faktor pria, seperti:
1. Masalah pada sperma.
Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya untuk menghantarkan sejumlah sperma
yang normal kedalam vagina wanita.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhhi proses tersebut sehingga bisa terjadi kemandulan:
a. Peningkatan suhu didalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang
berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma
dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal dalam semen. Pembentukan sperma yang
paling efisien adalah pada suhu 33,5 0C ( lebih rendah dari suhu tubuh ). Testis bisa berada pada
suhu tersebut karena terletak didalam skrotum yang berada di luar rongga tubuh. Faktor lain
yang bisa mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian mariyuana atau obat-obatan
( misalnya simetidin, spironolakton dan notrofrurantoin ).

b. Penyakit serius padsa testis atau penyumbatan atau tidak adanya vasdeferens ( kiri dan kanan )
bisa menyebabkan azospermia ( tidak terbentuk sperma sama sekali ). Jika didalam semen
terdapat fruktosa ( gula yang dihasilkan oleh vesikula seminalis ) berarti tidak terdapat
vasdeferens atau tidak terdapat vesikula seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus
ejakulatoris.
c. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria .
Varikokel adalah varises didalam skrotum, yang dapat menghalangi pengaliran darah dari testis
dan menmgurangi laju mpembentukan sperma.
d. Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen mengalir
kedalam kandung kemih dan bukan kepenis. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada pria yang
telah menjalani pembedahan panggul (terutama pengangkatan prostat) dan pria yang menderita
diabetes. Dan bisa juga karena kelainan fungsi saraf.

2. Impotensi.
3. Kekurangan hormon
4. Polusi lingkungan
5. Pembentukan jaringan parut akibat penyakit menular seksual.
Sekitar 40-50 % kemandulan disebabkan oleh faktor wanita :
1. Jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis.
2. Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh ovarium), jika seorang wanita
memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami menstruasi (amenore), maka
dicari terlebih dahulu penyebabnya lalu dilakukan pengobatan untuk merangsang terjadinya
ovulasi. Kadang ovulasi tidak terjadi akibat tidak dilepasnya GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormone) oleh hipotalamus.
3. Kelainan hormon
4. Kekurangan gizi
5. Kista ovarium
6. Infeksi panggul
7. Tomur.
8. Kelainan lendir
Lendir pada serviks bertindak sebagai penyaring yang menghalangi masuknya bakteri dari
vagina kedalam rahim. Lendir ini juga berfungsi memperpanjang kelangsungan hidup sperma.
Lendir pada serviks adalah kental dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali pada fase
folikuler dari siklus menstruasi. Selama fase folikuler, terjadi peningkatan hormon estradiol
sehingga lendir lebih jernih dan elastis dan bisa ditembus oleh sperma . selanjutnya sperma
menuju ke rahim lalu ke tuba falopii dan terjadilah pembuahan pada toba falopii.
9. Kelaianan sistem pengangkutan dari leher rahim ke tuba falopii.
10. Kelaianan pada tuba falopii. Penyebab yang utama adalah:
a. Infeksi
b. Endometriosis
c. Pengikatan tuba falopii pada tindakan sterilisasi.

C. GEJALA
Gejala yang timbul tidak kunjung hamil. Reaksi emosional (baik pada isteri,
suami maupun keduanya) kerena tidak memiliki anak. Kemandulan sendiri tidak menyebabkan
penyakit fisik, tetapi dampak psikisnya pada suami, isteri maupun keduanya bisa sangat berat.
Pasangan tersebut mungkin akan menghadapi masalah pernikahan (termasuk perceraian), depresi
dan kecemasan.

D. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik:
Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat (seperti distribusi lemak tubuh dan rambut yang
tidak sesuai).
Pemeriksaan Sistem Reproduksi
1. Wanita.
a. Deteksi ovulasi.
• Meliputi pengkajian BBT ( basal Body Temperature)
• Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi
serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks
dalam menerima sperma.
b. Analisa hormon.
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium==> hipofisis ==> hipotalamus. Dengan
pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
c. Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengatahui perubahan epitel vagina.
d. Uji pasca senggama
mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca koitus).

e. Biopsi endometrium terjadwal.


Mengetahui pengaruhprogesteron terhadap endometrium dan sebaiknya sebaiknya dilakukan
pada 2-3 sebelum haid.
f. Histerosalpinografi.
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan
uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut danadesi akibat proses peradangan.
Dilakuka secara terjadwal.
g. Laparoskopi
Standar emas untuk mengatahui kelaianan tuba dan peritonium.
h. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelianan, perkembangan dan
maturasi folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
2. Pria
a. Analisa semen.
• Parameter
• Warna putih keruh
• Bau bunga akasia
• Ph 7,2 – 7,8.
• Volume 2-5 ml
• Vikositas 1,6 – 6,6 centipose
• Jumlah sperma 20 juta / ml
• Sperma motil > 50 %
• Bentuk normal > 60 %
• Kecepatan gerak sperma 0,18 – 1,2 detik
• Persentasi gerak motil > 60 %
• Aglutinasi tidak ada
• Sel – sel sedikit, tidak ada
• Uji fruktosa 150 – 650 mg/dl.

b. Pemeriksaan endokrin
Pemeriksan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipotalamus, hipofisis jika kelainan ini
diduga sebagai akibat infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuan untuk menilai kadar hormon
testosteron, FSH dan LH.
c. Ultrasonografi ( USG)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis atau
seluruh ejakulatori.
d. Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sapel jaringan testis memakai metode invasif
untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
e. Uji penetrasi sperma
f. Uji hemizona

E. PENATALAKSANAAN
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lender serviks puncak dan waktu yang tepat
untuk coital.
b. Pemberian terapi obat, seperti:
• Stimulasi ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan
kadar prolaktin, pemberian tiroid stimulating hormon (TSH).
• Terapi penggantian hormon
• Glukokortiroid jika terdapat hiperplasi adrenal.
• Penggunaan antibiotik yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang
adekuat.
c. Gemete Intrafallopian Transfer (GIFT).
d. Laparoktomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas.
e. Bedah plastik, misalnya penyatuan uterus bikonuate.
f. Pengangkatan tumor atau fibroid.
g. Eliminasi vaginitis atau servisitis denmgan antibiotika atau kemoterapi.

2. Pria.
a. Penekanan produksi sperma unyuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas
sperma meningkat.
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Enantat dan Testosterone Spionat untuk stimulasi kejantanan.
d. HCG secara intra muskular memperbaiki hipoganadisme.
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis.
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus.
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik.
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma.
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi, seperti perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan celana yang panas dan ketat.
j. Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.

F. PENCEGAHAN
1. Kemandulan seringkali sebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu dianjurkan untuk
menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan resiko kemandulan dimasa yang akan
datang.
2. Imunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan komplikasinya pada
pria (orkitis). Kemandulan akibat gondongan bisa dicegah dengan menjalani imunisasi
gondongan.
3. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki resiko kemandulan lebih tinggi misalnya; IUD. IUD
tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum pernah memiliki anak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harapan, Rustam E. 1994, Neoplasia Intraepitel Pad Serviks. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
2. http: // anggrekidea.Blogspot.com/ 2007/11/Infertilitas.html.
3. http://www.wikipedia.com
4. Prawirohardjo,Sarwono.1994.Ilmu kandungan. Jakarta: Gramedia.

Ejakulasi Tertunda
DEFINISI
Ejakulasi Tertunda adalah suatu keadaan dimana ereksi tetap terjadi, tetapi ejakulasinya tertunda
selama waktu yang cukup panjang.

PENYEBAB
Kelainan ini jarang terjadi.
Sejalan dengan bertambahnya umur, maka waktu yang diperlukan untuk mencapai orgasme pada pria
menjadi semakin panjang.

Beberapa obat-obatan (misalnya tioridazin, mesoridazin) dan beberapa obat tekanand arah bisa
mempengaruhi proses ejakulasi.

Gangguan ejakulasi juga bisa terjadi sebagai efek samping dari obat anti-depresi tertentu (misalnya
selective serotonin reuptake inhibitor).
Diabetes juga bisa menyebabkan gangguan ejakulasi.

Faktor psikis yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan ejakulasi adalah ketakutan pada saat
penetrasi (masuknya penis ke dalam vagina) dan ketakutan untuk mengalami ejakulasi di hadapan mitra
seksualnya.

GEJALA
Penderita tidak dapat mengalami ejakulasi, apakah selama melakukan hubungan seksual maupun pada
perangsangan manual di hadapan mitra seksualnya.

DIAGNOSA
Penderita tidak dapat mengalami ejakulasi, apakah selama melakukan hubungan seksual maupun pada
perangsangan manual di hadapan mitra seksualnya.

PENGOBATAN
Penderita tidak dapat mengalami ejakulasi, apakah selama melakukan hubungan seksual maupun pada
perangsangan manual di hadapan mitra seksualnya.
Ejakulasi Dini
DEFINISI

Prof Wimpie Pangkahila menjelaskan bahwa sebenarnya ada beberapa pengertian yang dianut
oleh para ahli mengenai ejakulasi dini, yaitu:

1. Batasan ejakulasi dini didasarkan pada waktu tertentu ketika terjadi ejakulasi.
2. Ejakulasi dini ditentukan oleh berapa kali seorang pria mampu melakukan gerakan ketika
berhubungan seksual sebelum terjadi ejakulasi.
3. Ejakulasi dini diartikan sebagai ketidakmampuan menahan ejakulasi sampai pasangannya
mencapai orgasme.
4. Ejakulasi dini ditentukan oleh mampu tidaknya pria mengendalikan ejakulasi agar terjadi sesuai
dengan keinginannya.

Berdasarkan pengertian yang keempat, maka ejakulasi dini berarti ketidakmampuan mengontrol
ejakulasi sehingga terjadi dalam waktu singkat, yang tidak sesuai dengan keinginannya,
sedangkan ejakulasi sendiri adalah peristiwa penyemburan air mani ke luar secara mendadak
yang menandai klimaks bagi pria. Tampaknya pengertian keempat yang kini lebih dapat
diterima.
PENYEBAB
Ejakulasi dini tidak datang dengan sendirinya pada pria, melainkan ada penyebabnya. "Ada penyebab
psikis seperti stress berkepanjangan, kebiasaan ingin cepat selesai ketika melakukan hubungan
seksual,>Ejakulasi dini tidak datang dengan sendirinya pada pria, melainkan ada penyebabnya. Ada
penyebab psikis seperti stress berkepanjangan, kebiasaan ingin cepat selesai ketika melakukan
hubungan seksual.

Ada penyebab fisik terutama kurang berfungsinya serotonin yang berfungsi menghambat.

Gangguan kontrol saraf yang mengatur peristiwa ejakulasi juga diduga menjadi penyebab
terjadinya ejakulasi dini. Sayangnya, pria dengan disfungsi ereksi pada umumnya mengalami
ejakulasi dini. Sebaliknya, pria dengan ejakulasi dini pada akhirnya dapat mengalami disfungsi
ereksi.

 
GEJALA

Ringan Beratnya Ejakulasi Dini

Ternyata ejakulasi dini berbeda-beda. Ejakulasi dini dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan
tingkat keparahannya, yaitu: Ejakulasi dini ringan, Ejakulasi dini sedang, dan Ejakulasi dini
berat.

Jenis Ejakulasi Dini Pengertian

Ringan Ejakulasi terjadi setelah beberapa kali gesekan singkat.

Sedang Ejakulasi terjadi setelah penis masuk ke vagina.

Ejakulasi terjadi begitu penis menyentuh kelamin wanita bagian luar.


Berat
Ejakulasi terjadi sebelum penisnya menyentuh kelamin wanita bagian
luar.

Apapun jenis ejakulasi dini yang dialami, baik pria maupun wanita akan merasa tidak puas
karena ejakulasi terjadi dalam waktu sangat singkat di luar kehendak sehingga hubungan seksual
harus berakhir.

Dampak ejakulasi dini

Mau berat atau ringan, yang pasti ejakulasi dini mengakibatkan hubungan seksual berlangsung
tidak harmonis. Pada ejakulasi dini, ketidakharmonisan bahkan disebabkan karena
ketidakpuasan pada kedua belah pihak. Pria yang mengalami ejakulasi dini merasa tidak puas
karena hubungan seksual berlangsung sangat singkat di luar kehendaknya.

Walaupun dapat mencapai orgasme, pria yang mengalami ejakulasi dini juga merasa sangat
kecewa karena tidak mampu memberikan kepuasan seksual kepada pasangannya. Apalagi kalau
pasangannya mengungkapkan kekecewaan dalam bentuk reaksi yang menyalahkan penderita.

"Pria yang mengalami ejakulasi dini sering mengalami stres, tidak percaya diri, rendah diri, dan
malu terhadap pasangannya. Dalam waktu lama dapat terjadi disfungsi ereksi. Pasangannya
tentu kecewa, tidak puas, jengkel, marah, dan akhirnya mengalami disfungsi seksual seperti
hilangnya gairah seksual," papar Prof. Wimpie Pangkahila.

Lebih jauh, reaksi yang muncul adalah perasaan takut atau khawatir setiap akan melakukan
hubungan seksual. Perasaan ini justru akan semakin memperburuk keadaan ejakulasi dini. Kalau
keadaan ini terus berlangsung, maka pada akhirnya pria itu dapat mengalami disfungsi ereksi.

Wanita yang mempunyai pasangan mengalami ejakulasi dini pada umumnya tidak dapat
mencapai orgasme karena hubungan seksual segera berakhir. Kekecewaan yang muncul
selanjutnya dapat berubah menjadi kejengkelan disertai perasaan takut setiap akan melakukan
hubungan seksual. Akibat lebih jauh dapat berupa hilangnya dorongan seksual dan dispareunia
(rasa nyeri yang terjadi saat bersetubuh).

Ejakulasi Dini bikin Tidak Subur?


Di masyarakat telah beredar anggapan yang salah bahwa bila ejakulasi terjadi terlampau cepat,
berarti spermanya terganggu sehingga tidak dapat menghamili. Hambatan hamil menjadi
masalah baru lagi yang semakin memperburuk masalah yang timbul akibat ejakulasi dini.

Prof Wimpie Pangkahila menyesalkan mitos yang salah mengenai ejakulasi dini, "Ejakulasi dini
sering dianggap sebagai gangguan kesuburan, padahal tidak begitu. Ejakulasi dini dianggap
sebagai sperma encer, padahal tidak jelas apa
maksud istilah "encer". "
"Ejakulasi dini tidak ada hubungan dengan
"Ejakulasi dini tidak ada hubungan dengan kesuburan. Jadi kehamilan dapat saja terjadi
kesuburan. Jadi kehamilan dapat saja terjadi asal sperma masuk ke vagina," papar Prof
asal sperma masuk ke vagina. Tetapi pada Wimpie Pangkahila.
ejakulasi dini yang berat, yaitu ejakulasi terjadi
di luar vagina, maka kehamilan tidak terjadi,"
papar Prof Wimpie Pangkahila.

Kalau ternyata pria yang mengalami ejakulasi dini juga mengalami gangguan sperma, itu berarti
ada dua gangguan yang terpisah, bukan merupakan sebab akibat.

Gangguan sperma dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain karena infeksi pada buah pelir
atau bagian sistem reproduksi lainnya, kekurangan hormon testosteron, pelebaran dinding
pembuluh darah di sekitar buah pelir, dan kekurangan vitamin.
 

PENGOBATAN

Bagaimana mengatasi ejakulasi dini?

Pertama-tama disarankan untuk melakukan sex therapy. Jika sex therapy tidak berhasil, maka
lakukan cara yang kedua yaitu menggunakan obat. Obat untuk mengatasi ejakulasi dini adalah
obat yang berkhasiat mengontrol ejakulasi. Ada beberapa jenis obat yang dapat mengontrol
ejakulasi.

"Tergantung penyebabnya. Karena penyebabnya banyak berkaitan dengan fungsi serotonin,


maka diperlukan obat yang mengatur fungsi serotonin, kata Prof Wimpie Pangkahila.

Lebih lanjut, Prof Wimpie menjelaskan, "Obat misalnya, golongan SSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor). Namun, perhatikan efek samping, karena obat ini bukan obat yang dijual
bebas." Tetapi mengingat obat tersebut mempunyai efek samping, maka penggunaannya harus di
bawah pengawasan dokter.

Seperti penjelasan di atas, ada obat untuk mengontrol ejakulasi. Kalau ejakulasi dini diakibatkan
oleh gangguan ereksi, maka dengan memperbaiki fungsi ereksi, ejakulasi dapat diperlambat. Jadi
obat disfungsi ereksi bermanfaat kalau ejakulasi dini disebabkan oleh gangguan ereksi.
Cara pengobatan lainnya ialah dengan cara operasi terhadap saraf yang mengontrol terjadinya
peristiwa ejakulasi. Tetapi cara ketiga walaupun pernah dilakukan di negara tertentu, sampai kini
ternyata tidak populer dan tidak banyak digunakan.

"Mengenai suplemen, banyak yang mengklaim bisa mengobati ejakulasi dini tetapi tanpa hasil
uji klinik," kata Prof Wimpie Pangkahila. Jadi jika ingin mencoba minum suplemen, pastikan
suplemen tersebut dilengkapi bukti berdasarkan uji klinik yang telah dilakukan.

"Andaikata ada hasil uji dengan hasil signifikan, perlu dilakukan analisis apa kandungan di
dalamnya. Dan harus tahu apakah peneliti memang berkompeten melakukannya. Kalau hanya
suplemen saja, misalnya vitamin, tidak mungkin dapat mengatasi ejakulasi dini," tegas Prof
Wimpie Pangkahila.

Cobalah Sex Theraphy

Sex therapy, yang dilakukan untuk mengontrol ejakulasi dilakukan dengan bantuan istri. Pada
dasarnya cara ini dilakukan melalui beberapa langkah.

1. Istri melakukan masturbasi terhadap suami yang menderita ejakulasi dini dengan posisi suami
berbaring terlentang, sampai suami merasa ingin orgasme dan ejakulasi.
2. Pada saat suami merasa ingin orgasme dan ejakulasi, istri melakukan penekanan pada penis
dengan menggunakan ibu jari, telunjuk dan jari tengah, selama beberapa detik untuk
menghambat terjadinya ejakulasi.
3. Istri melakukan masturbasi terhadap suami sampai terjadi ereksi yang cukup, lalu segera
memasukkannya ke dalam vagina dalam posisi istri di atas tanpa melakukan gerakan. Bila suami
merasa akan ejakulasi, istri segera mengangkat tubuhnya dan melakukan penekanan pada penis
seperti pada langkah kedua. Selanjutnya rangsangan dengan masturbasi diulang lagi, dan
dilanjutkan dengan hubungan seksual seperti di atas.
4. Dilakukan setelah beberapa hari melakukan latihan di atas. Pada langkah ini, suami diizinkan
melakukan tekanan untuk mempertahankan ereksinya selama melakukan hubungan seksual
dengan posisi istri di atas.
5. Dilakukan bila suami sudah lebih mampu mengontrol ejakulasi. Pada langkah ini pasangan dapat
melakukan hubungan seksual dengan posisi samping. Kalau dengan posisi ini suami mampu
menahan ejakulasi, maka hubungan seksual dapat dilakukan dalam posisi suami di atas.

Latihan tersebut diharapkan tetap dilakukan selama 6-12 bulan setelah itu, dan kapan saja
diperlukan. Tetapi cara ini tidak selalu mudah dilakukan karena beberapa alasan. Pertama,
ketertutupan pihak pria terhadap istrinya. Kedua, tiadanya komunikasi dan kerjasama suami istri
dalam masalah seksual. Ketiga, perasaan enggan atau malas untuk melakukan latihan karena
harus membuang waktu dan dianggap tidak praktis.

Pria Juga Bisa Latihan Kegel

Bagi mereka yang menghindari obat, Prof Wimpie menyarankan agar mencoba latihan Kegel
atau lakukan sex therapy dengan pasangan. Senam atau latihan kegel dikenal sebagai latihan
otot-otot panggul untuk meningkatkan kualitas hubungan seksual.

Kegel adalah suatu latihan otot dasar panggul Puboccoccygeus (PC) atau Pelvic Floor Muscle
yang semula dipergunakan untuk terapi pada wanita yang tidak mampu mengontrol keluarnya
urin. Otot PC disebut juga otot 'seksual' karena mendukung vagina, penis, uterus, rectum dan
bagian tubuh lain yang terkait fungsi seksual seperti orgasme dan ejakulasi baik pada wanita
maupun pria.

Untuk menemukan lokasi otot PC, Anda dapat menghentikan urine saat Anda buang air kecil.
Cobalah berhenti buang air kecil sampai tiga kali sehingga Anda dapat menentukan posisi otot-
otot PC tersebut.

Latihan Kegel ini diperkenalkan oleh Dr. Arnold Kegel, seorang gynecologist, sejak tahun 1945.
Latihan ini merupakan rangkaian gerakan yang berfungsi untuk melatih kontraksi otot PC
berkali-kali dengan tujuan meningkatkan tonus dan kontraksi otot. Latihan ini baru
menunjukkan manfaatnya setelah dilakukan minimal enam minggu.

Sementara untuk pria ternyata latihan Kegel ini telah dikembangkan sejak tahun 1978 oleh
Zilberger. Namun prinsip utamanya tetap pada latihan penguatan otot-otot panggul. Latihan ini
bermanfaat menguatkan otot panggul termasuk penis serta menambah kemampuan potensi
seksual. Dan hasilnya ternyata memuaskan.

Caranya dengan mengencangkan otot-otot tersebut sebanvak 10 kali dan mengendorkannya 10


kali setiap hari, dalam tempo satu hingga satu setengah bulan, secara otomatis Anda akan
menjadi terbiasa untuk menunda ejakulasi sehingga orgasme berulangkali dapat dialami.

Ejakulasi Dini, Sadari & Akhiri

Sadarilah bahwa ejakulasi dini merupakan gangguan fungsi seksual, bukan hal yang alami.
Namun, tidak banyak pria yang menyadari bahwa dirinya mengalami ejakulasi dini. Selain tidak
menyadari, banyak pula yang tidak mau mengakui.

Menghadapi banyaknya pria yang mengalami ejakulasi dini, ada pihak tertentu yang
menawarkan penyembuhan padahal mereka tidak mengerti dengan benar apa dan bagaimana
ejakulasi dini.

Padahal asal diketahui lebih dini, ejakulasi dini bisa disembuhkan. Tapi ingat, bukan
penyembuhan ke "orang pintar" tapi dengan pengobatan ke dokter. Sebelum perceraian menjadi
satu-satunya solusi, lebih baik segera berkonsultasi dengan ahlinya untuk mengakhiri derita
ejakulasi dini.
ASKEP INFERTILITAS

ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS


 A. Definisi Infertilitas
Menurut ahli reproduksi endokrinologi, infertilitas adalah (en.wikipedia.org, www.emedicine
health.com, inasoengkowo, 2009):
1.      -Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan
bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
2.     - Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan
bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
3.      - Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).
Infertilitas sendiri ada dua macam, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Pasangan
dengan infertilitas primer tidak bisa hamil sedangkan infertilitas sekunder adalah sulit untuk
hamil setelah sudah pernah sekali hamil dan melahirkan secara normal sebelumnya
(en.wikipedia.org).
B. Epidemiologi
            Infertlitas merupakan permasalahan global di bidang reproduksi kesehatan yang sangat
kompleks. Perlu penataan rasional dan terpadu. Data menunjukkan bahwa pasangan infertil di
Britain setiap tahun ada 25%, Swedia 10% . Prevalensi di dunia yang mengalami masalah
fertilitas setiap tahun adalah 1 dari 7 pasangan. Pasangan infertil di Indonesia tahun 2009 adalah
50 juta pasangan atau 15-20% (en.wikipedia.org, inasoengkowo, 2009).
C. Etiologi
 Pada wanita (asuh.wikia.com; en.wikipedia.org)
1.  Gangguan organ reproduksi:
a)      -Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan
pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina
b)      -Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran
mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu.
Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
c)      -Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
d)     -Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi
obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
2. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan
pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini
dapat terjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang
menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi
kedua hormon ini, maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan
ovulasi.
3. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan
endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
4. Endometriosis
Kondisi menebalnya lapisan endometrium di tuba falopii atau ovarium. Kondisi ini sering
menimbulkan kista. Kista dapat mengganggupematangan folikel dan pelepasan sel telur.
5. Abrasi genetis
    Translokasi Robertsonian menyebabkan aborsi spontan atau infertilitas primer
6. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita
hamil.
7. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat
menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.
8. Usia
Usia 35 tahun peluang seorang wanita akan hamil adalah 95% setelah rutin melakukan hubungan
seks selama 3 tahun, pada wanita 38 tahun peluangnya akan turun menjadi 75%.
Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu :
1)      Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
2)      Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi retrograde, hipospadia
3)      Abnormalitas ereksi
4)      Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
5)      Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan
pada obstruksi pada saluran genital
6)      Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker
7)      Abrasi genetik
D. Patofisiologi
Infertilitas akan timbul bila syarat-syarat kehamilan  tidak dapat terpenuhi. Syarat-syarat
kehamilan normal menurut Abdullah (2004), adalah:
1)      -Testis menghasilkan sperma
2)      -Ovarium menghasilkan ovum
3)      -Tuba fallopii patent
4)      -Endometrium/uterus mampu menunjang/mempertahankan kehamilan
5)      -Lendir serviks normal
E. Tanda dan Gejala
       Infertilitas ditunjukkan dengan kehamilan yang tidak kunjung tiba. Secara lebih lanjut akan
muncul stress berkepanjangan pada pasutri. Apabila pasutri sudah mempunyai anak maka akan
dijadikan tumpuan emosional (www.nlm.nih.gov).
F. Komplikasi
            OHSS (Ovarian hyperstimulation syndrome) muncul karena pengobatam yang dipergunakan
untuk menstimulasi ovarium, gejalanya (www.nhs.uk):
1)      mual
2)      muntah
3)      nyeri abdomen
4)      konstipasi
5)      diare
6)      urine keruh
7)      thrombosis
8)      disfungsi ginjal dan hati
9)      sulit bernapas
G. Pemeriksaan Diagnostik
   1. Pemeriksaan fisik
a)      Hirsutisme  diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat
a)      Pembesaran kel. Tiroid
b)      Galaktorea
c)      Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mukus
d)     PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa
2. Pemeriksaan penunjang
a)  Analisis Sperma :
1)      Jumlah > 20 juta/ml
2)      Morfologi > 40 %
3)      Motilitas > 60 %
b) Deteksi ovulasi :
1)      Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar
2)      Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 - 1oC setelah ovulasi : Bifasik
3)      Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks encer, daya
membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan terjadi Estradiol meningkat
4)      Biopsi Endometrium
Beberapa hari menjelang haid , Endometrium fase sekresi : siklus ovulatoar, Endometrium fase
proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus Anovulatoar
5)      Hormonal: FSH, LH, E2, PROGESTERON, PROLAKTIN
FSH serum : 10 - 60 mIU/ml
LH serum : 15 - 60 mIU/ml
Estradiol : 200 - 600 pg/ml
Progesteron : 5 - 20 mg/ml
Prolaktin : 2 - 20 mg/ml
c. USG transvaginal
Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi
Ovulasi : ukuran folikel 18 - 24 m
d.  Histerosalpinografi
1)      Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan
uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang.
Dilakukan secara terjadwal. Menilai Faktor tuba : lumen, mukosa, oklusi, perlengketan
2)      Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus, Duplex), mioma, polip,
adhesi intrauterin (sindroma asherman)
3)      Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum perkiraan ovulasi
4)      Keterbatasan : tidak bisa menilai
5)      Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik
6)      Fimbria : Fimosis fimbria
7)      Perlengketan genitalia Int.
8)      Endometriosis
9)      Kista ovarium
10)  Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan), Pertubasi (gas CO2)
5. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan
maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
  6. Uji paska sanggama (UPS)
Syarat :
Pemeriksaan Lendir serviks + 6 - 10 jam paska sanggama
Waktu sanggama sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti daun pakis
Menilai :
Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks
Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB
7. Laparoskopi :
    Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh
    Menilai faktor :
a)      Peritoneum/endometriosis
b)      Perlengketan genitalia Interna
c)      Tuba : patensi, dinding, fimbria
d)     Uterus : mioma
e)      Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum
   Keterbatasan:
   Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba
   Bersifat invasif dan operatif
H. Penatalaksanaan Medis
a. Medikasi
    1. Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)
        Klomifen sitrat
a)      Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH
b)      Diberikan pd hari ke-5 siklus haid
c)      1 x 50 mg selama 5 hari
d)     Ovulasi 5 - 10 hari setelah obat terakhir
e)      Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal
f)       Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 - 200 mg/hari
g)      3 - 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 - 10.000 IU
    2. Epimestrol
        Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 - 14 siklus haid, 5 - 10 mg/hari
    3.Bromokriptin
       Menghambat sintesis & sekresi prolaktin
       Indikasi : Kdr prolaktin tinggi (> 20 mg/ml) dan Galaktore
       Dosis sesuai kadar prolaktin :
       Oligomenore 1,25 mg/hari
       Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari
       Gonadotropin
       HMG (Human Menopausal Gonadotropine)
       FSH & LH : 75 IU atau 150 IU
      Untuk memicu pertumbuhan folikel
      Dosis awal 75 - 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke 5 siklus haid
  4. hCG
      5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi
      Diameter folikel17 - 18 mm dgn USG transvaginal
      Mahal, sangat beresiko :
      Perlu persyaratan khusus
      Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi
      Catatan : Untuk pria diterapi dengan FSH, Testosteron
  5. Terapi hormonal pada endometriosis
     Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi  Endometriosis
  6. Danazol
     Menekan sekresi FSH & LH
     Dosis 200 - 800 mg/hari, dosis dibagi 2x pemberian
 7. Progesteron
    Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik
 8. Medroksi progesteron asetat 30 - 50 mg/hari
 9. GnRH agonis
Menekan sekresi FSH & LH
Dosis 3,75 mg/IM/bulan
Tidak boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang
b. TINDAKAN OPERASI REKONSTRUKSI
Koreksi :
1)      Kelainan Uterus
2)      Kelainan Tuba : tuba plasti
3)      Miomektomi
4)      Kistektomi
5)      Salpingolisis
6)      Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis + infertilitas
7)      Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan  Operasi Varicokel
c. REKAYASA TEKNOLOGI REPRODUKSI
Metode lain tidak berhasil
1.Inseminasi Intra Uterin (IIU)
Metode ini merupakan rekayasa teknologi reproduksi yang paling sederhana
Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi kedalam kavum uteri saat ovulasi
Syarat : tidak ada hambatan mekanik : kebuntuan tuba  Falopii, Peritoneum/endometriosis
Indikasi Infertilitas oleh karena faktor :
a)      Serviks
b)      Gangguan ovulasi
c)      Endometriosis ringan
d)     Infertilitas Idiopatik
e)      Angka kehamilan 7 - 24 % siklus
2. Fertilisasi Invitro (FIV)
Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini menjadi alternatif atau
pilihan terakhir
Syarat :
Uterus & endometrium normal
Ovarium mampu menghasilkan sel telur
Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml
Angka kehamilan : 30 - 35 %
3. INJEKSI SPERMA INTRA SITOPLASMIK (ICSI)
Injeksi sperma intra-sitoplasmik (intracytoplasmic sperm injection = ICSI) merupakan
teknik mikromanipulasi yang menyuntikkan satu spermatozoon ke dalam sitoplasma oosit
mature telah digunakan untuk penanganan infertilitas pria sejak lebih dari satu dekade ini
(Palermo et al, 1992).
Segera setelah itu diikuti dengan keberhasilan teknik ini pada pria azoospermia dengan
menyuntikkan spermatozoa dari testis dan epididymis. Teknik ini memberikan harapan yang
nyata pada pria infertil dengan oligo-astheno-teratozoospermia berat maupun azoospermia,
dengan penyebab apapun. Dengan berkembangnya teknologi dimana ICSI dapat dilaksanakan
dengan tidak terlalu rumit, maka ketersediaan sarana yang melaksanakan ICSI berkembang
dengan sangat pesat (Hinting, 2009).
Klinik-klinik diberbagai tempat didunia berkembang terus melaksanakan ICSI dengan angka
keberhasilan yang memuaskan. Kurang dari 10% oocytes rusak dengan prosedur ini dan angka
fertilisasi berkisar antara 50-75%. Embryo transfer dapat dilaksanakan pada lebih dari 90%
pasangan dan menghasilkan angka kehamilan berkisar antara 25-45%. Hasil-hasil ini tidak
berbeda antara sperma ejakulat, epididymis maupun testis (Palermo et al, 2001; Hinting et al,
2001).
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
2. Riwayat kesehatan
A. Wanita
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
2)      Riwayat infeksi genitorurinaria
3)      Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4)      Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5)      Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6)      Riwayat penyakit menular seksual
7)      Riwayat kista
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1)      Endometriosis dan endometrits
2)      Vaginismus (kejang pada otot vagina)
3)      Gangguan ovulasi
4)      Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5)      Autoimun
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
   Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
d. Riwayat Obstetri
1)      Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2)      Mengalami aborsi berulang
3)      Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

B. Pria
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1)      Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
2)      Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3)      Riwayat infeksi genitorurinaria
4)      Hipertiroidisme dan hipotiroid
5)      Tumor hipofisis atau prolactinoma
6)      Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
7)      Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
8)      Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat,
operasi tumor saluran kemih
9)      Riwayat vasektomi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1)      Disfungsi ereksi berat
2)      Ejakulasi retrograt
3)      Hypo/epispadia
4)      Mikropenis
5)      Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
6)      Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
7)      Saluran sperma yang tersumbat
8)      Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
9)      Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
10)  Abnormalitas cairan semen
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
    Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
3. Pemeriksaan Fisik
    Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.

4. Pemeriksaan penunjang
    a. Wanita
1)      Deteksi Ovulasi
2)      Analisa hormon
3)      Sitologi vagina
4)      Uji pasca senggama
5)      Biopsy endometrium terjadwal
6)      Histerosalpinografi
7)      Laparoskopi
8)      Pemeriksaan pelvis ultrasound
    b. Pria
       Analisa Semen:
       Parameter
1)      Warna Putih keruh
2)      Bau Bunga akasia
3)      PH 7,2 - 7,8
4)      Volume 2 - 5 ml
5)      Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
6)      Jumlah sperma 20 juta / ml
7)      Sperma motil > 50%
8)      Bentuk normal > 60%
9)      Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
10)  persentase gerak sperma motil > 60%
11)  Aglutinasi Tidak ada
12)  Sel – sel Sedikit,tidak ada
13)  Uji fruktosa 150-650 mg/dl
14)  Pemeriksaan endokrin
15)  USG
16)  Biopsi testis
17)  Uji penetrasi sperma
18)  Uji hemizona

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Stuart, 2007)


1.      Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
2.      Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3.      Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4.      Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostik
5.      Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
6.      Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang
digunakan dalam investigasi fertilitas
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan:
1.Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik
Tujuan : Mengurangi ansietas / rasa takut
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
INTERVENSI RASIONAL
Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap
diagnosis dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, Biarkan pasien / orang terdekat
contoh : menolak, depresi, dan marah. mengetahui ini sebagai reaksi yang normal
Perasaan tidak diekspresikan dapat
menimbulkan kekacauan internal dan efek
gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga
pasien seperti sebelumnya dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative, Mungkin diperlukan untuk membantu
tranquilizer sesuai indikasi pasien rileks sampai secara fisik mampu
untuk membuat startegi koping adekuat

Diagnosa Keperawatan:
2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
Tujuan : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran
Diri
Kriteria Hasil:
1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil
2.Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
3. Mengidentifikasi aspek positif diri
INTERVENSI RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien ingin Menunjukan kesopan santunan /
dipanggil penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa Memungkinkan privasi untuk hubungan
pasien memperoleh kenyaman dan siapa personal khusus, untuk mengunjungi atau
yang harus memberitahuakan jika terjadi untuk tetap dekat dan menyediakan
keadaan bahaya kebutuhan dukungan bagi pasien
Dengarkan dengan aktif masalah dan Menyampaikan perhatian dan dapat
ketakutan pasien dengan lebih efektif mengidentifikasi
kebutuhan dan maslah serta strategi
koping pasien dan seberapa efektif
Dorong mengungkapkan perasaan, Membantu pasien / orang terdekat untuk
menerima apa yang dikatakannya memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan
fungsi / gaya hidup
Diskusikan pandangan pasien terhadap Persepsi pasien mengenai perubahan pada
citra diri dan efek yang ditimbulkan dari citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba
penyakit / kondisi atau kemudian

Diagnosa Keperawatan:
3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
Tujuan : Memfasilitasi proses berduka
Kriteria Hasil:
1.Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk
masa depan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
INTERVENSI RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka kemampuan komunikasi terapeutik
pasien merasa bebas untuk dapat seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
mendiskusikan perasaan dan masalah bersedia, dan pemahaman dapat
secara realitas memberikan pasien kesempatan untuk
berbicara secara bebas dan berhadapan
dengan perasaan
Identifikasi tingkat rasa duka / Kecermatan akan memberikan pilihan
disfungsi : penyangkalan, marah, tawar intervensi yang sesuai pada waktu
- menawar, depresi, penerimaan induvidu menghadapi rasa berduka dalam
berbagai cara yang berbeda
Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara
pasien dan selalu sedia untuk yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan
membantu jika diperlukan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang
muncul pada suatu kesempatan yang lain
Identifikasi dan solusi pemecahan Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan
masalah untuk keberadaan respon – untuk berhadapan dengan aspek – aspek
respon fisik, misalnya makan, tidur, fisik dari rasa berduka
tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Kaji kebutuhan orang terdekat dan Identifikasi dari masalah – masalah
bantu sesuai petunjuk berduka disfungsional akan
mengidentifikasi intervensi induvidual
Kolaborasi : rujuk sumber – sumber Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan
lainnya misalnya konseling, psikoterapi untuk mengatasi rasa berduka, membuat
sesuai petunjuk rencana, dan menghadapi masa depan

Diagnosa Keperawatan:
4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostik
Tujuan : nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Ekspresi klien terlihat tenang
2. Napas klien teratur
INTERVENSI RASIONAL
Lakukan komunikasi terapeutik kemampuan komunikasi terapeutik seperti
aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia,
dan pemahaman dapat memberikan pasien
kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan
Pantau lokasi, lamanya intensitas dan Perhatikan tanda nonverbal, contoh
penyebaran (PQRST) peningkatan TD dan nadi, gelisah,
merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya Memberikan kesempatan untuk pemberian
melaporkan ke staff terhadap analgesik sesuai waktu
karakteristik nyeri
Berikan tindakan relaksasi, contoh Menurunkan tegangan otot dan
pijatan, lingkungan istirahat meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas Mengarahkan kembali perhatian dan
efektif membantu dalam relaksasi otot
Bimbingan imajinasi Mengontrol aktivitas terapeutik

Diagnosa Keperawatan:
5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
Tujuan : mengembalikan kemandirian pasien
Kriteria Hasil:
1.Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri
 2.Melakukan aktivitas perawatan diri sesuai tingkat kemampuan sendiri
 3.Mengidentifikasi sumber pribadi dan komunitas dalam memberikan bantuan
sesuai kebutuhan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat Membantu dalam mengantisipasi /
kekurangan untuk melaukan kebutuhan merencanakan pemenuhan kebutuhan
sehari – hari secara individual
Hindari melaukan sesuatu untuk pasien Pasien ini mungkin menjadi sangat
yang dapat dilakukan pasien sendiri, ketakutan dan sangat tergantung dan
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan meskipun bantuan yang diberikan
bermamfaat dalam mencegah frustasi,
adalah penting bagi pasien untuk diri
sendiri untuk mempertahankan harga diri
Sadari perilaku / aktivitas impulsif Dapat menunjukan kebutuhan intervensi
karena gangguan dalam mengambil dan pengawasan tambahan untuk
keputusan meningkatakan keamanan pasien
Pertahankan dukungan, sikap yang Pasien akan memerlukan empati tetapi
tegas, beri pasien waktu yang cukup perlu untuk mengetahui pemberi asuhan
untuk mengerjakan tugasnya yang akan membantu pasien secara
konsisten

 
Dx 6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan
dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas
Tujuan : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga
Kriteria Hasil:
1.Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
 2.Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan
masalah
 3.Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan
perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber
4. Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji keefektifan strategi koping dengan kemampuan menyatakan perasaan dan
mengobservasi prilaku perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan
Kembangkan mekanisme adaptif mengubah pola hidup seseorang,
mengatasi hipertensi kronik, dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan
kedalam kehidupan sehari – hari
Bantu klien untuk mengidentifikasi Pengenalan terhadap stressor adalah
stresor spesifik dan kemungkinan langkah pertama dalam mengubah
strategi untuk mengatasinya respons seseorang terhadap stresor
Libatkan pasien dalam perencanaan Keterlibatan memberikan pasien perasaan
perawatan dan beri dorongan partisipasi kontrol diri yang berkelanjutan,
maksimal dalam rencana pengobatan memperbaiki keterampilan koping dan
dapat meningkatkan kerjasama dalam
regimen terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi Fokus perhatian pasien pada realitas
prioritas / tujuan hidup situasi yang ada.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi Perubahan yang perlu harus
dan mulai merencanakan perubahan diprioritaskan secara realisti untuk
hidup yang perlu. menghindari rasa tidak menentu dan tidak
berdaya
MATERI KELAINAN MENSTRUASI

A. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan dan terjadi
secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi merupakan pertanda masa
reproduktif pada kehidupan seorang wanita, yang dimulai dari menarke sampai terjadinya menopause.
Menstruasi adalah wanita dewasa yang sehat dan tidak hamil yang setiap bulan secara teratur
mengeluarkan darah dari alat kandungannya (Bagian Obsgin FK UNPAD, 1983).

Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan
dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini
biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah
suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus
haid), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan
progesteron (Hawari, 1997)

Menstruasi bisa menjadi salah satu pertanda bahwa seorang perempuan sudah memasuki masa
suburnya. Karena secara fisiologis menstruasi menandakan telah terbuangnya sel telur miliknya sudah
matang.

Pengeluaran menstruasi terdiri dari sebagian besar darah, sekitar 2/3. Sisanya 1/3 adalah lendir,
pecahan-pecahan lapisan uterus, dan sel-sel dari lapisan vagina. Darah menstruasi berbeda dari sirkulasi
darah yang melalui tubuh wanita, yang terdiri dari lebih banyak zat kapur dan tidak memiliki
kemampuan untuk membeku, karena darah tersebut harus melalui leher rahim dan mengalir keluar dari
tubuh tanpa menggumpal. Saya percaya zat kapur akan menyebabkan mens lebih cepat membusuk
begitu sekali meninggalkan tubuh, sebagaimana yang diinginkan. Bisa juga terdapat mikroorganisme
yang berada dalam mens yang bisa menginfeksi tubuh wanita jika mereka/mens tersebut tidak dibuang
keluar dari uterus.

B. Siklus Menstruasi

Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari
pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir
tepat sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-
15%wanita yang memiliki siklus 28 hari. Tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita
tetapi juga pada wanita yang sama, bahkan kakak beradik dan saudara kembar jarak antara siklus yang
paling panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.

Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit kemudian ada yang
7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata + 16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar
lebih banyak begitu juga dengan wanita yang anemi.

Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau
dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan
menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada
kalender dengan menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah
beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam
memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda silang, lalu hitung sampai
tanda silang berikutnya dengan demikian anda dapat mengetahui siklus anda

Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai
persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari
ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa terjadi
pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai
tumbuh menjadi janin.

Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan dilepaskan dan terjadi
perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses
pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.

Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:

1. Fase Folikuler

Dimulai dari hari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur
(ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium.
Pada pertengahan fase folikuler, kadar fsh sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar
3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh,
yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling
atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan
sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi
berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah
menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.

2. Fase ovulasi

Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya
dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan
menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini
beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai
mittelschmerz, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam.

3. Fase Lutuel

Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya,
folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar
progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap
tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan
terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali
jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic
gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin
bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar
HCG.

Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :

1. Fase Menstruasi atau dekuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanya stratum basale
yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret
dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari.

2. Fase pasca haid atau fase regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup
kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase
menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.

3. Fase Proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai
hari ke-14 dari siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:

a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase)

Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis
dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.

b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)

Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal
dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti
berbentuk telanjang (nake nukleus).

c. Fase proliferasi akhir (late proliferation)

Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar
yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma
bertumbuh aktif dan padat.

4. Fase pra haid atau fase sekresi

Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini
endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun glikogen dan kapur
yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.

C. Kelainan / Gangguan Menstruasi

Kelainan menstruasi yang biasanya dijumpai dapat berupa kelainan siklus atau kelainan dari jumlah
darah yang dikeluarkan dan lamanya perdarahan. Kelainan menstruasi tersebut antara lain :

1. PMS (PRE MENSTRUAL SYNDROM )

PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-4
sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi dimulai. Disebabkan oleh :

 Sekresi estrogen yang abnormal

 Kelebihan atau defisiensi progesteron

 Kelebihan atau defisiensi kortisol, androgen, atau prolaktin

 Kelebihan hormon anti diuresis

 Kelebihan atau defisiensi prostaglandin

Gejala-gejala yang sering ditemukan :

 Perasaan malas bergerak, badan terasa lemas

 Kenaikan berat badan

 Sukar berkonsentrasi

 Kelelahan

 Perubahan suasana hati

Penatalaksanaan PMS antara lain :

 Diet harian  Makan makanan dalam porsi kecil, batasi konsumsi gula, garam, alcohol,nikotin,
pemberian vit B6, Calsium, magnesium, melakukan olahraga dan aktfitas lainnya.

 Obat  - pil kontrasepsi oral/ progestin misal: medroksiprogesteron asetat

- NSAIDs, misal : aspirin,naproksen, indometasin, asam mefenamat

- Progesteron, dengan injeksi

2. AMENORRHOE

Suatu keadaan tidak adanya haid, selam 3 bulan atau lebih. Yang terbagi atas :
a. Amenorrhoe Primer, yaitu seorang wanita pada usia 18 tahun belum pernah mendapatkan haid.
Disebabkan oleh kelainan kongenital dan kelainan genetik.

b. Amenorrhoe Sekunder, yaitu seorang wanita tidak mendapatkan haid, tetapi sebelumnya pernah
mengalami haid dengan siklus yang teratur. Disebabkan oleh gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor, dan penyakit infeksi.

c. Amenorrhoe Fisiologis, dapat terjadi :

 Sebelum pubertas

 Dalam kehamilan

 Dalam masa menyusui, kalau tidak menyusukan haid datang + 3 bulan setelah melahirkan, kalau
menyusui dalam 6 bulan setelah melahirkan.

 Dalam menopause

3. PSEUDOMENORROE

Suatu keadaan haid tetapi darah haid tersebut tidak dapat keluar, karena tertutupnya leher rahim,
vagina atau selaput dara.

Penyebab

a. Kongenital, yaitu suatu keadaan dimana selaput dara tidak berlubang

b. Acquisita, yaitu suatu keadaan dimana terjadi perlekatan saluran leher rahim atau vagina akibat
adanya radang, gonorrhea, Diptheri.

Tanda dan gejala

 Nyeri + 5 hari tanpa pendarahan

 Pada pemeriksaan terlihat sel darah menonjol berwarna kebiru-biruan karena adanya darah yang
berkumpul dibelakangnya.

Komplikasi

a. Hematokolpos, yaitu darah masuk dan berkumpul dalam vagina.

b. Hematometra, yaitu darah masuk dan terkumpul dalam rahim.

c. Hematosalping, yaitu darah masuk dan terkumpul dalam tubuh.

4. MENSTRUASI PRAECOX
Perdarahan pada anak muda kurang dari 8 – 10 tahun yang disertai dengan tumbuhnya rambut kelamin,
pertumbuhan buah dada.

Klasifikasi dan penyebab , dapat dibagi menjadi :

a. Pubertas praecox yang disertai terbentuknya hormon gonadotropin dan dapat menimbulkan
kehamilan.

b. Pseudo pubertas praecox yaitu tidak adanya hormon gonadotropin.

5. HYPOMENORHOE

Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari biasanya.

Lama perdarahan

Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi
selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.

Penyebab

Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin

Tanda dan Gejala

Waktu haid singkat, perdarahan haid singkat

6. OLIGOMENORRHOE

Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari

Penyebab

 Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5 menstruasi )

 Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )

 Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid.

Tanda dan Gejala

 Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali

 Perdarahan haid biasanya berkurang

7. HIPERMENORRHOE / MENORRHAGIA

Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal dan lebih lama disertai dengan adanya bekuan darah
tetapi siklus teratur.
Penyebab

 Terlalu lelah

 Mioma uteri

 Hipertensi

 Penyakit jantung

 Endometritis

 Hemofili (penyakit darah)

Tanda dan Gejala

 Waktu haid panjang 7 – 8 hari

 Perdarahan haid terlalu banyak disertai bekuan darah; Siklus haid teratur

8. POLIMENORRHOE

Suatu keadaan dimana haid sering terjadi karena siklus yang pendek kurang dari 21 hari.

Penyebab

 Gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau masa subur

 Kelainan ovarium karena peradangan, endometriosis.

9. METRORRHAGIA

Suatu keadaan dimana perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan masa haid
karena terjadi diantara dua haid.

PenggolonganI

a. Disebabkan oleh kehamilan seperti : abortus, kehamilan ektopik

b. Metrorrhagia di luar kehamilan:

 Karena luka yang tidak sembuh :

- Pada wanita menopause, wanita tanpa anak

- Pada wanita yang mempunyai anak banyak

 Peradangan endometritis

 Pengaruh hormonal
10. DISMENORRHOE

Nyeri pada perut bagian bawah sebelum dan sesudah haid dapat bersifat kolik terus-menerus. Nyeri
diduga karena kontraksi rahim.

Penggolongan

a. Dismenorrhoe primer, yaitu sejak menstruasi pertama kali, nyeri dan tidak ada kelainan dari alat
kandungan.

b. Dismenorrhoe sekunder, yaitu nyeri haid yang terjadi kemudian, biasanya terdapat kelainan dari alat
kandungan.

Penyebab

a. Dismenorrhoe primer :

 Psikis

 Anemia,Tbc, kelelahan

 Servik sempit

 Endokrin

b. Dismenorrhoe sekunder

Terjadi pada :

 Infeksi : nyeri sudah terasa sebelum haid

 Nyeri bersifat kolik

 Nyeri disebabkan oleh tekanan tumor, nyeri masih ada setelah haid berhenti.

Tanda dan gejala

 Rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid, kadang-kadang menyebar ke daerah
pinggang dan paha.

 Rasa mual, muntah

 Sakit kepala

 Diare

 Rasa sakit seperti kejang berjangkit-jangkit.

Pencegahan keram
 Olah raga ringan

 Tehnik Relaksasi

Pengobatan

 Pemberian obat analgetik

 Istirahat ditempat tidur jika nyeri hebat

 Beri kompres hangat pada perut bawah untuk mengurangi rasa sakit

 Rendam air hangat

 Gosok daerah perut dengan tangan secara perlahan-lahan

DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. (1992). “Nyeri Haid: Tamu Bulanan Pengganggu Kerja”. Higina, No.11,P 18 -27

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). “Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita”. Jakarta ;Arcan

Mansjoer, Arif, dkk. (2000). “Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3”. Jakarta; Media Aesculapius

Vous aimerez peut-être aussi