Vous êtes sur la page 1sur 15

TUGAS UAS

HUMANISTIK (CARL ROGERS)

JAYANTI MAHESWARI (1115081019)


PRAMUWIDYA TRI P. (1115081023)

JURUSAN PSIKOLOGI
REGULAR 2008
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2010

1
BAB I

A. IDENTITAS SUBJEK

Nama : A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Pendidikan : Mahasiswa
Pekerjaan : -
Agama : Islam
Suku : Jawa - Padang
Anak : Keempat dari 4 bersaudara
Alamat : Pasar Rebo

B. HASIL OBSERVASI

Observer melakukan wawancara dan observasi di rumah Subyek di daerah


Pasar Rebo. Subyek menyambut observer dengan ramah dan berlaku kooperatif.
Subyek mengenakan kaos berwarna putih dan celana pendek berwarna cokelat.
Subjek terlihat sungguh-sungguh dan antusias menjawab pertanyaan kami,
dengan suasana wawancara yang santai dan seringkali diiringi oleh canda tawa.
Ia juga tidak terlihat malu. Terlihat dari cara menjawab dengan diiringi kontak
mata kepada observer. Dalam sesi wawancara yang berjalan, wawancara
berlangsung secara non-formal. Terkadang dalam proses wawancara,
pertanyaan menggunakan bahasa sehari-hari diselingi bahasa formal agar
subjek merasa nyaman dan santai tetapi tetap serius dan fokus dalam menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan.

C. HASIL INTERVIEW

Hari, Tanggal : Kamis, 30 Desember 2010


Tempat : Rumah Subyek

2
Iter : Siang.. Apa kabar?
Itee : baik..
Iter : Bisa minta waktunya untuk melakukan wawancara ?
Itee : Boleh..
Iter : Bisa dimulai sekarang ?
Itee : Oke..
Iter : Apa kegiatan Anda sehari-hari ?
Itee : Saya biasa di rumah sendiri dengan orang tua saya karena kakak-kakak
saya sudah menikah semua. Sepulang kuliah saya biasa chatting atau
browsing untuk menghabiskan waktu agar tidak kesepian.
Iter : Anda anak keberapa dan biasanya ngapain aja di rumah dengan orang tua
Anda ?
Itee : Saya anak terakhir dari 4 bersaudara. Ketika malam, saya selalu menonton
sinetron dengan mama saya yaitu Putri Yang Ditukar. Mama saya
orangnya baik sekali. Dia selalu memberikan nasihat kepada saya ketika
saya curhat. Biasanya saya curhat tentang keadaan dan kegiatan saya
bersama teman-teman di kampus. Kalo papa saya orangnya cool. Kalo
ada masalah, ga pernah cerita. Biasanya mama saya yang memberitahu
ke saya, selain itu beliau suka melanggar pantangan diet. Papa saya kalo
ga suka sama orang biasanya melotot.
Iter : Pernah dimarahin ga ?
Itee : Saya dimarahi jika saya tidak meminum obat. Kalau sudah begitu biasanya
mama saya menasihati sampai obatnya saya telan dan kapsulnya habis
baru mama saya berhenti.
Iter : Biasanya sering dimarahi orang tua ?
Itee : Ooo.. engga juga sih. Kalau saya berbuat salah atau menyalahi aturan atau
tidak sesuai dengan etika. Orang tua saya mendukung saya dari kecil
apapun yang saya lakukan. Sewaktu kecil, saya suka menyanyi dan orang
tua saya memberi kesempatan agar saya bisa ikut rekaman dan membuat
album dengan penyanyi cilik lainnya. Ketika sekolah, saya diberikan
kebebasan untuk memilih sekolah yang saya senangi asalkan prestasi
sekolah tersebut baik. Sekarang saya kuliah di UI jurusan Sastra Belanda
dan orang tua saya tetap mendukung hal tersebut.

3
Iter : Oh yaa.. sekarang Anda kuliah di UI jurusan Sastra Belanda.. Bisa ceritakan
tentang hal tersebut?
Itee : SMA kelas 3 saya diberi kebebasan memilih jurusan yang saya inginkan.
Saya sengaja tidak memilih jurusan seperti teman-teman saya seperti
Ekonomi, Hukum, HI, dll. Justru saya lebih memilih Kriminologi karena
menurut saya kriminolog adalah hal yang menarik. Sering saya lihat di
televisi banyak pakar kriminolog memberikan keterangan tentang kejadian
kriminal semenjak itu saya mulai tertarik. Tetapi ternyata saya diterima di
pilhan kedua dari SIMAK UI (Seleksi Masuk Universitas Indonesia) adalah
Sastra Belanda. Saya bersyukur dapat diterima disana. Belanda
merupakan negara yang ajaib. Kenapa ? karena terletak di bagian Eropa
yang permukaannya dibawah air laut. Fantastisch (Luar Biasa). Setelah itu
saya mengenal sejarah Eropa. Sangat menarik.. Nederland is erg mooie
land (Belanda adalah negara yang sangat indah) dan saya jadi lebih
mengenal Belanda serta sejarahnya mengapa Belanda datang ke
Indonesia. Ada baiknya juga para orang Belanda datang ke sini
(Indonesia). Dia yang mengajarkan bangsa kita perdagangan, pendidikan,
sistem-sistem bangunan, perairan, dll. Ketika itu di Indonesia bercocok
tanam adalah mata pencaharian utama. Belanda menjual hasil pertanian
tersebut ke negerinya dengan menjual 7-10 kali lipat. Indonesia mengikuti
hukum tersebut. Ya intinya Belanda juga berjasa untuk Indonesia.
Iter : Apa harapan dan cita-cita Anda kelak?
Itee : Saya memilih Sastra Belanda karena menurut saya lebih besar peluangnya
untuk masuk UI. Saya optimis saya bisa berhasil dalam kehidupan kuliah
saya dan kedepannya nanti saya ingin bekerja di Belanda yakni Kedutaan
Indonesia di Belanda. Saya ingin menjadi translater karena banyak karya
sastra dari Belanda yang menarik untuk diterjemahkan ke bahasa
Indonesia.
Iter : Bisa ceritakan tentang pengalaman organisasi Anda dan kehidupan sosial
Anda?
Itee : Saya pernah menjadi pantitia Buku Tahunan angkatan 2009 di SMA saya,
tugasnya adalah mencari kostum dan sesi fotografi. Ketika kuliah, saya
mengikuti organisasi yang bernama IKSEDA (Ikatan Keluarga Sastra
Belanda). Ketika itu ada acara bernama Thanksgiving dan saya menjadi

4
pembawa acara. Ketika acara buka puasa BBB (Buka Bersama Belanda)
saya menjadi Ketua Panitia Konsumsi. Saya dan rekan Belanda saya
pernah menjuarai acara di FIB (Fakultas Ilmu Budaya) UI yakni Petang
Kreatif (Teater) dan berhasil meraih juara 1. Selain itu di UI Fest kami
berhasil meraih juara 2 dalam lomba Teater serta lomba PSPB yaitu
menari Belanda kami berhasil mendapatkan juara 1 se-FIB. Memang
butuh usaha dan pengorbanan jika kita ingin mencapai sesuatu. Sampe
saya sakit loh gara-gara kecapean. Setiap hari sepulang kampus langsung
latihan teater atau nari sampai malam. Besok pagi harus kuliah lagi dan
pulang malam karena latihan. Cape banget rasanya tetapi alhamdulillah
hasilnya memuaskan.
Iter : Orang tua Anda tidak memarahi jika Anda pulang malam seperti itu?
Itee : Alhamdulillah tidak. Mereka tidak pernah komplain. Paling hanya menasihati
jangan terlalu diforsir agar saya tidak sakit. Orang tua saya orangnya asik,
bebas dan demokratis. Contohnya saja ketika saya kelas 3 SMP, saya
diberikan kebebasan untuk memilih SMA yang diinginkan. Saya memilih
SMA 68 di Salemba yang jauh dari rumah saya karena saya ingin memiliki
teman yang berbeda. Jika saya sekolah yang masih dalam kawasan
rumah saya, saya merasa temannya hanya itu-itu saja. Oleh karena itu
saya memilih SMA tersebut. Baru pertama kali saya berani pulang sendiri
menggunakan kendaraan umum. Saya naik berbagai jenis kendaraan
yang belum pernah saya naiki sebelumnya seperti metromini, bajaj, bemo,
busway. Mama papa saya memberi kepercayaan kepada saya untuk
bersekolah yang jauh dari tempat tinggal saya.
Iter : Ooo.. gitu. Gimana kehidupan di sekolah ?
Itee : Waktu SMA sebenarnya saya ingin IPA biar sama kaya teman-teman
saya tapi kenyataannya saya masuk jurusan IPS. Mama saya tidak
mempermasalahkan hal tersebut, mungkin bidang IPS yang cocok dengan
kemampuan saya. Ga apa-apa lah, saya enjoy aja.
Iter : Bagaimana hubungan Anda dengan teman-teman Anda?
Itee : Saya punya banyak teman. Dan mencari teman yang dapat menerima
saya apa adanya. Saya memiliki berbagai macam teman. Saya merasa
nyaman berhubungan dengan teman lama ataupun teman baru yakni di
kampus. Dengan teman lama, walaupun sudah jarang ketemu tetapi tetap

5
menjalin komunikasi dengan baik dan dengan teman baru yakni di kampus
saya merasa sangat kompak dan nyaman. Saya akan menghargai teman
saya bila teman saya juga menghargai saya hal sekecil apapun.

6
BAB II

DESKRIPSI TEORI HUMANISTIK (CARL ROGERS)

A. Pengertian Teori Carl Rogers

Teori Rogers memiliki beberapa kesamaan dengan psikologi eksistensial. Teori


Roger pada dasarnya fenomenologis, artinya rogers memberikan tekanan yang kuat
pada pengalaman-pengalaman si individu, perasaan – perasaan dan nilai-nilainya
serta semua yang teringkas dalam ekspresi ‘kehidupan batin’. Teori Rogers lahir dari
pengalaman-pengalamannya selama bekerja dengan klien.
Tipe terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers adalah client-centered therapy
atau tidak mengarahkan/berpusat pada klien. Ciri utama dari konseptualisasi dari
proses terapeutik yang dikembangkan Carl Rogers yaitu, apabila para klien
mempersepsikan/memandang bahwa ahli terapi memiliki “unconditional positive
regard”(penghargaan positif tanpa syarat) terhadap mereka dan suatu pemahaman
empirik terhadap kerangka acuan internal (internal frame of references) mereka,
maka proses perubahan mulai terjadi.Pokok terapi person-centered seperti
dikemukakan Rogers adalah Potensi pertumbuhan dari diri individu akan dilepaskan
dalam suatu hubungan dimana orang yang membantu mengalami dan
mengkomunikasikan keaslian (realness), perhatian, dan pemahaman yang bersifat
tidak mengadili dan sangat peka. Client Centered,Rogers menekankan bahwa terapi
ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada peng-
aktualisasi-an diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai
kebahagiaan atau mengarahkan individu tersebut menjadi orang yang berfungsi
sepenuhnya.
Diri (self) sebagian dari medan fenomenal lama kelamaan menjadi terpisah. Diri
atau Konsep-diri merupakan ‘pemikiran konseptual yang terorganisasi dan
konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi tentang sifat-sifat dari ‘diri subyek’ dan
persepsi tentang hubungan ‘diri subyek’ dengan orang-orang lain dan dengan
berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi ini.
Dalam teori Rogers secara implisit terdapat dua manifestasi lain dari kongruensi-
inkongruensi. Pertama, adalah kongruensi atau inkongruensi antara kenyataan
subjektif (medan fenomenal) dan kenyataan luar (dunia sebagaimana adanya).

7
Kedua, adalah tingkat kesesuaian antara diri dan diri ideal. Apabila perbedaan
antara diri dan diri ideal adalah besar, maka orang merasa tidak puas dan tidak
dapat menyesuaikan diri.

B. Dinamika Kepribadian
Organisme mengaktualisasikan dirinya menurut garis-garis yang diletakkan oleh
hereditas. Tendensi dasar (mengaktualisasikan/mengekspresikan diri) gerak maju
individu hanya dapat beroperasi bila pilihan-pilihan dipersepsikan dengan jelas atau
dilambangkan dengan baik. Seseorang tidak dapat mengaktualisasikan dirinya kalau
ia tidak dapat membedakan antara cara-cara tingkah laku progresif dan regresif.
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima
regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif
kepada orang lain.

2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) →


organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan
tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi
self dengan pengalaman.

3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Rogers memandang organisme terus


menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan
enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme
untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan
peningkatan diri (enhancement).

D. Perkembangan Kepribadian

Meskipun organisme dan diri mempunyai tendensi inheren untuk


mengaktualisasikan diri, namun sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan
khususnya oleh lingkungan sosial. Apabila penilaian-penilaian ini semata-mata
bernada positif, yang oleh Rogers disebut unconditional positive regard atau
penghargaan positif tanpa syarat, maka tidak akan terjadi pemisahan atau
ketidaksesuaian antara organisme dan diri.
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya:
1. Keterbukaan pada pengalaman (openess to experience)
2. Kehidupan eksistensial (Existential living).

8
3. Keyakinan Organismik (Organismic trusting)
4. Perasaan bebas ( Experiental Freedom).
5. Kreatifitas (Creativity).

Berikut ini akan diberikan definisi-definisi dan konsep-konsep lain yang penting
dalam terapi person-centered.
• Self-concept (Konsep-diri) mengenai konsepsi seseorang tentang drinya.
Ideal Self (Diri ideal) mengenai self-concept seseorang dan apa yang
dialaminya. Misalnya, seorang individu mungkin mempersepsikan dirinya
sebagai orang yang ramah, menarik, dan suka bergaul, tetapi ketika berada
bersama dengan orang lain mungkin dia merasa terabaikan. Bila terjadi celah
seperti itu, maka orang tersebut akan menjadi tegang, bingung, dan cemas.

• Ketidakmampuan menyesuaikan diri secara psikologis (psychological


maladjustment). Hal ini terjadi bila seseorang menyangkal atau
mendistorsikan pengalaman-pengalamannya yang penting. Orang yang tidak
mampu menyesuaikan diri secara psikologis adalah orang yang mengalami
ketidakselarasan antara dirinya dan pengalaman.

• Keselarasan antara diri dan pengalaman. Konsep seseorang tentang dirinya


sendiri sesuai dengan apa yang dialaminya.

• Kebutuhan akan penghargaan positif (need for positive regard). Kebutuhan


untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain.

• Kebutuhan akan harga diri (need for self regard). Kebutuhan untuk meghargai
diri sendiri.

• Syarat-syarat pernghargaan (conditions of worth). Syarat-syarat penghargaan


adalah akibat dari introyeksi nilai-nilai dari orang lain yang tidak sesuai motif
aktualisasi-diri seseorang. Seseorang memiliki syarat-syarat penghargaan
bila dia merasa pengharaan sebagai orang dinilai secara bersyarat terhadap
tingkah laku-tingkah laku tertentu. Tingkah laku-tingkah laku yang menurut
perasaan dinilai rendah atau negatif akan dihindari. Akibatnya adalah bahwa
beberapa tingkah laku yang dinilai positif padahal sesungguhnya dia
mengalaminya sebagai sesuatu yang tidak memuaskan, sedangkan beberapa

9
tingkah laku lain dianggap negatif padahal sesungguhnya dia mengalaminya
sebagai yang memuaskan.

• Empati . kapasitas untuk mempersepsikan kerrangka acuan internal orang


lain dengan tepat seolah-olah dia adalah pribadi orang lain, misalnya
merasakan kesakitan dan kesenangan orang lain sebagaimana dirasakan
oleh orang itu.

• Penghargaan positif tanda syarat (unconditional positive regard). Seseorang


dikatakan memiliki penghargaan positif tanpa syarat dengan orang lain orang
lain kalau dia menghargainya. Ini berarti menghargai orang lain dengan tidak
memperhatikan nilai-nilai yang berbeda yang diberikan seseorang kepada
tingkah laku-tingkah lakunya yang khusus. Dalam terapi sikap, ini muncul dari
kepercayaan terapis pada kebijaksanaan batin dari motif aktualisasi-diri yang
menyatakan bahwa pasien sangat mampu memutuskan langkah-langkah
tindakan apa yang sangat menguntungkan. Memperlihatkan penghargaan
positif tanpa syarat berarti menyampaikan perasaan hormat (respek),
kehangatan, penerimaan, perhatian, dan keprihatinan terhadap pasien tanpa
syarat terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan pasien.

• Kesejatian (genuineness) atau keselarasan (congruence) terapis. Seorang


terapis dikatakan sejati bila dia menjadi dirinya sendiri dalam hubungan
terapeutik. Untuk menjadi sejati atau selaras, terapis harus membaca
pengalaman batinnya sendiri dan membiarkan kualitas dari pengalaman batin
itu kelihatan dalam hubungan terapeutik. Meador dan Rogers (1979:153)
menyatakan bahwa

Keselarasan dalam diri batin terapis sendiri yaitu bahwa dia merasakan dan
melaporkan pengalaman yang dirasakannya sendiri ketika dia berinteraksi dalam
hubungan itu. Terapis percaya akan respon-respon organismiknya sendiri dalam
situasi tersebut dan memperlihatkan perasaan-perasaan itu yang dipercayainya
secara intuitif memiliki relevansi dengan hubungan itu. Menjadi sejati atau selaras
adalah menjadi real (real)dalam suatu hubungan. Dengan demikian, tidak ada sifat
palsu atau defensif.

10
BAB III

A. DINAMIKA KEPRIBADIAN

Subyek merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Pola asuh kedua orang
tuanya adalah demokratis terlihat dari kebebasan yang diberikan kepada Subyek
tentang pilihannya untuk bersekolah, berorganisasi, dan memilih jurusan
kuliah.Subyek dibebaskan memilih sekolah, organisasi yang ingin digelutinya, dan
jurusan di tingkat kuliah yang ingin subyek ambil. Orang tua subyek tidak melarang
subyek untuk memilih bersekolah di SMA yang jaraknya jauh dari rumah subyek.
Subyek dibiarkan mandiri dan diberikan kebebasan untuk mengembangkan potensi
yang ada dalam diri subyek. Kedua orang tua subyek memberikan subyek
kebebasan yang sepenuhnya, tetapi kebebasan yang diberikan kepada subyek
haruslah bertanggung jawab. Begitu juga saat subyek memasuki bangku kuliah, saat
subyek diterima di pilihan kedua. Kedua orangtua subjek tetap mendukung subyek
apa yang menjadi pilihannya di bangku kuliah.
Kedua orang tua subyek juga tidak pernah melarang dan komplain atas
kegiatan yang dilakukan oleh Subyek sejauh itu merupakan hal yang positif. Hal ini
berdampak pada diri subyek, bahwa ia dapat bebas mengikuti berbagai macam
kegiatan maupun organisasi yang ingin ia ikuti tanpa adanya perasaan tertekan atau
ketakutan akan penolakan. Subyek dibiarkan untuk bebas berekspresi dan berkreasi
sesuai dengan keinginannya, akhirnya subyek menjuarai beberapa perlombaan dan
dipercayai memegang peranan penting dalam kepanitiaan sebuah event besar.
Subyek adalah orang yang terbuka dan kooperatif terhadap orang lain dan memiliki
banyak teman. Ia ingin memiliki berbagai macam teman terbukti dari upaya Subyek
untuk sekolah di SMA yang jauh dari lingkungan rumahnya untuk mendapatkan
teman yang beragam. Subyek juga memiliki berbagai macam teman. Subyek adalah
orang yang senang bergaul, meskipun ia jarang bertemu dengan teman-teman
semasa sekolahnya dulu. Tetapi subyek selalu berusaha menjaga komunikasi
dengan teman-temannya tersebut.

11
B. KESIMPULAN

Suasana dan pendampingan personal serta penuh penerimaan dan


penghargaan merupakan hal yang penting dalam psikologi humanistik demi
berkembangnya potensi positif yang melekat pada individu. Seseorang bebas untuk
memilih dan menentukan tindakannya sendiri dan tidak menyalahkan lingkungan,
orang tua, atau keadaan atas tindakannya. Kecenderungan untuk tumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Setiap orang mempunyai kebutuhan untuk
mengembangkan potensi dirinya. Manusia berperilaku untuk mempertahankan,
meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri. Dalam pandangan Rogers, anak
hendaknya dibiarkan bebas untuk belajar dan tidak dipaksa sehingga ia dapat
membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang ia ambil atau pilih.
Seperti dalam teori yang dikembangkan oleh Carl Rogers dalam client-centered
theory, individu dibiarkan untuk mengetahui permasalahan yang menghambatnya,
mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya untuk mencari jalan keluar dan
penyelesaian dari masalahnya tersebut. Individu dibantu untuk mengembangkan
potensi dalam dirinya agar si individu tersebut dapat menyelesaikan masalah itu
dengan sendirinya. Terapi hanya memberikan umpan kepada si klien agar dapat
memecahkan dan mencari penyelesaiannya sendiri.
Sama halnya seperti yang dialami subyek, ia diberi kebebasan yang bertanggung
jawab oleh kedua orangtuanya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Kebebasan mengembangkan potensi diri inilah yang digunakan subyek
secara optimal untuk mencapai aktualisasi diri. Tanpa khawatir adanya penolakan
dari kedua orang tua, kecemasan tentang suatu hal atau apapun yang menghambat
subyek dalam mencapai titik aktualisasi diri, subyek mengembangkan potensi diri
dan perkembangannya secara optimal.
Dari kebebasan yang diberikan oleh kedua orangtuanya, subyek membentuk
suatu konsep diri yang baik tentang dirinya, bahwa ia mampu melakukan segala
sesuatu yang diinginkan dan mencapai prestasi yang ingin diraih tanpa harus takut
menemui kegagalan. Selain itu, subyek mampu untuk beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya secara baik, di dalam lingkungan sosial, keluarga maupun
sekolahnya. Subyek bebas untuk melakukan segala sktivitas dan rutinitasnya tanpa

12
takut adanya penolakan dan larangan dari kedua orangtua. Sehingga bentuk
pertanggungjawaban subjek terhadap kedua orang tuanya dari kebebasan yang
diberikan yaitu subyek mampu berprestasi dalam beberapa bidang dan event yang
pernah diikutinya. Karena setiap kegiatan positif yang dilakukannya, kedua
orangtuanya selalu mendukung dan memberikan penghargaan yang positif. Subjek
tidak mengalami gangguan atau masalah psikologis, karena subyek tidak mengalami
keterhambatan dalam perkembangan psikologisnya. Subyek terlihat bahagia dan
jarang menggunakan defense mechanism sehingga mampu mengatasi masalah
yang dihadapi tanpa perlu banyak menggunakan defense mechanism.

13
C. SARAN PENGEMBANGAN

Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya


yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk
pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang
yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang
partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.

Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara
realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak
bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak
tahu dunia itu secara objektif.

Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia
karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan,
bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik
yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.

Oleh karena itu, sebaiknya seseorang tidak hanya memandang dunia hanya
terpusat pada dirinya sendiri melainkan dunia disekitarnya. Selain itu tidak hanya
masa sekarang yang penting hendaknya pengalaman masa lampau dan masa yang
akan datang merupakan hal yang penting untuk mengetahui kepribadian seseorang.

14
REFERENSI :

Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey (ed. Dr. A. Supratiknya). 1993. Psikologi
Kepribadian 3: Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Buku Ajar Psikologi Pendidikan 1, Prof. Dr. Yufiarti, M.Psi. hal : 124

http://novira08.wordpress.com/2010/05/29/teori-humanistik-carl-rogers/

15

Vous aimerez peut-être aussi