Vous êtes sur la page 1sur 6

Review Buku Alan Bryman

Social Research Methods 3rd Edition


Chapter 16 The Nature of Qualitative Research

Penelitian kualitatif pada umumnya lebih menekankan pada data berupa


kontekstual ketimbang numerik. Secara epistemologis, penelitian ini digambarkan
sebagai interpretivis. Maksudnya, berbeda dengan adopsi model saintifis eksakta
dalam penelitian kuantitatif, penekanan dalam penelitian kualitatif lebih terdapat
pada pemahaman mengenai dunia sosial lewat penelitian atas penafsiran
mengenai dunia tersebut melalui para partisipannya.
Sedangkan posisi ontologis penelitian kualitatif dicitrakan sebagai
konstruksionis yang menyatakan, properti sosial lebih merupakan hasil interaksi
antara individu daripada fenomena dan memisahkannya dari pihak-pihak yang
terlibat dalam konstruksinya. Di samping itu, penelitian kualitatif pada dasarnya
merupakan gambaran induktif dari hubungan antara teori dan penelitian, di mana
teori dihasilkan melalui penelitian atau dengan kata lain penelitian membuahkan
suatu teori.
Terdapat enam tahapan utama dalam penelitian kualitatif. Tahap pertama
adalah pemilihan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian dalam penelitian
kualitatif dapat dinyatakan dengan berbagai macam cara, antara lain dengan
pengungkapan secara general yang digabungkan dengan penulisan tujuan dari
artikel ataupun dinyatakan secara eksplisit. Tahapan kedua, pemilihan lokasi dan
subyek penelitian yang relevan, kemudian pengumpulan data dan interpretasi
data yang dihasilkan dalam penelitian. Tahapan kelima yaitu penyusunan konsep
dan teori. Tahapan ini dilakukan dengan dua cara yaitumerincikan spesifikasi dari
pertanyaan penelitian, dan mengumpulkan data yang lebih lengkap. Sedangkan
tahapan terakhir adalah penulisan hasil penelitian dan kesimpulan.
Sebagian besar peneliti yang menggunakan metode kualitatif menganggap
bahwa teori ialah sesuatu yang muncul dari proses pengumpulan dan analisis data
walaupun ada pula sebagian peneliti kualitatif yang membantah bahwa data
kualitatif dapat dan harus mendapat peran penting dalam kaitannya dengan
pengujian teori. Silverman (1993) membantah bahwa akhir-akhir ini semakin
banyak peneliti kualitatif yang tertarik pada pengujian teori. Tentu saja, tidak ada
alasan mengapa penelitian kualitatif tidak dapat digunakan untuk menguji teori
yang sesuai dengan koleksi data. Dalam kasus apapun, penelitian kualitatif
membutuhkan pengujian teori sebagai salah satu langkah dalam proses
penelitiannya.

1
Teori tidaklah bisa dilepaskan dari konsep-konsep yang menyokongnya.
Bagi sebagian besar peneliti kualitatif, membangun suatu ukuran konsep tidak
terlalu menjadi pertimbangan signifikan. Akan tetapi, suatu konsep tetap
merupakan bagian yang penting dari penelitian kualitatif. Misalnya, bagaimana
suatu konsep dibentuk dan digunakan dalam penelitian kualitatif kerap berbeda
dengan yang dinyatakan dalam strategi penelitian kuantitatif. Menurut Finlay
(2006), riset kualitatif berbasis pada konsep “going exploring” yang melibatkan in‐
depth and case‐oriented study atas sejumlah kasus atau kasus tunggal.1
Jenis sampling yang digunakan oleh peneliti kualitatif umumnya adalah
purposive sampling. Tipe sampling seperti ini bergelut dengan pilihan unit analisis
(terdiri dari individu, organisasi, dokumen, departemen, dan lain-lain) dengan
referensi langsung pada pertanyaan penelitian yang diajukan. Unit analisis dipilih
dari berbagai kriteria yang memungkinkan suatu pertanyaan penelitian terjawab.
Tipe sampling lainnya seperti probability sampling mungkin digunakan dalam
penelitian kualitatif, (e.g. Refaeli et al. 1997) walaupun tipe sampling ini lebih
lazim digunakan pada penelitian berbasis wawancara ketimbang penelitian
kualitatif.
Di samping tipe sampling yang akan digunakan, penelitian kualitatif juga
menekankan akan pentingnya unsur reliabilitas dan validitas yang umumnya lebih
banyak dikaitkan dengan metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono,
reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan,
sedangkan validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.2
LeCompte dan Goetz (1982) membagi reliabilitas dan validitas masing-
masing menjadi dua yaitu: reliabilitas eksternal yang menunjukkan seberapa jauh
suatu penelitian dapat direplikasi; reliabilitas internal yaitu konsistensi antar
peneliti yang terlibat dalam penelitian; validitas internal yang menunjukkan
kesesuaian antara penelitian dengan teori; serta validitas eksternal yang
menunjukkan sejauh mana hasil penelitian dapat digeneralisasikan dalam konteks
sosial.

1
L. Finlay, Going Exploring: The Nature of Qualitative Research, Qualitative Research for
Allied Health Professionals: Challenging Choices, Edited by Linda Finlay and Claire
Ballinger, (New York: John Wiley & Sons Ltd., 2006).

2
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta. 2007), hal. 363-364.

2
Pendapat lain dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985) serta Guba dan
Lincoln (1994) yang menekankan tentang pentingnya reliabilitas dan validitas
untuk menunjang kualitas dalam penelitian kualitatif, dimana ada dua faktor
penting untuk meningkatkan kualitas penelitian kualitatif yaitu kepercayaan dan
keaslian. Kepercayaan terdiri dari empat kriteria yaitu kredibilitas, transferabilitas,
dependabilitas, dan konfirmabilitas.
Kredibilitas yaitu uji kepercayaan terhadap data penelitian kualitatif. Tehnik
untuk mendapatkan kredibilitas ini antara lain validasi responden atau anggota
dan triangulasi, yaitu penggunaan berbagai pendekatan dalam melakukan
penelitian, baik peneliti, perspektif teori, sumber data dan metodologi.
Transferabilitas berkaitan dengan sejauh mana penelitian dapat diterapkan dalam
situasi lain.
Uji dependabilitas bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh tahapan
dalam proses penelitian terdokumentasi dengan baik dan dapat diakses dengan
mudah, baik pada tahap pemilihan partisipan, catatan kerja, hasil interview,
sampai hasil analisis data. Sedangkan uji konfirmabilitas dilakukan untuk
memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan cara seobjektif mungkin tanpa
melibatkan nilai-nilai personal dari peneliti. Sedangkan faktor keaslian terdiri dari
lima kriteria yaitu: fairness, keaslian ontologi, keaslian edukatif, keaslian katalisis,
serta keaslian taktis.
Isu mengenai kualitas penelitian dalam penelitian kualitatif selalu menjadi
perdebatan diantara para peneliti kualitatif. Selain dua pendapat di atas, Yardley
(2000) juga mengemukakan empat kriteria untuk menentukan kualitas penelitian
kualitatif yaitu sensitivitas terhadap konteks permasalahan, komitmen dan
ketelitian terkait dengan subyek penelitian, transparansi dan koheren, serta
dampak dan urgensi dari penelitian yang dilakukan.
Dalam melakukan penelitian kualitatif terdapat lima hal yang menjadi
perhatian utama. Pertama, bagaimana melihat subyek permasalahan dari sudut
pandang orang yang dianalisa. Dalam penelitian kualitatif, keberadaan manusia
sebagai peneliti maupun obyek yang diteliti senantiasa memberikan pengaruh
pada lingkungan dan kejadian-kejadian tertentu. Hal ini menyebabkan dunia sosial
harus diinterpretasikan dari perspektif orang yang diteliti.
Kedua, peneliti kualitatif cenderung untuk bersikap deskriptif dalam detil
penulisan hasil penelitiannya. Hal ini dikarenakan adanya penekanan untuk
memahami konteks perilaku sosial sebagai obyek penelitian mereka, sehingga
laporan penelitian akan memberikan gambaran penyajian yang menyeluruh dari
penelitian tersebut.

3
Perhatian selanjutnya ditekankan pada proses. Proses dapat diartikan
sebagai rangkaian sekumpulan peristiwa, aksi, dan aktifitas dalam suatu rentan
waktu tertentu. Proses pun seringkali dimanfaatkan untuk memahami kehidupan
sosial pada penelitian kualitatif dengan metodologi ethnographic. Pemahaman
tersebut juga dapat diperoleh melalui wawancara terstruktur maupun tidak
terstruktur. Perhatian keempat adalah kecenderungan penelitian kualitatif yang
fleksibel dan tidak terstruktur. Sebab, peneliti dapat dengan mudah mengganti
arah investigasi. Sedang perhatian terakhir adalah penyusunan Teori Dari Bawah
(TDB) atau dikenal dengan grounded theory.
Menurut Pandith (1996), ada tiga unsur dasar yang perlu dipahami dalam
menyusun TDB, yaitu konsep, kategori, dan preposisi.3 Konsep amat berhubungan
dengan data, sebab konsep merupakan satuan kajian dasar yang dibentuk dari
konseptualisasi data. Atas dasar itulah, teori disusun. Teori tidak dapat dibangun
dengan kejadian aktual atau kegiatan-kegiatan yang dilaporkan. Kejadian,
peristiwa diambil atau dianalisis sebagai indikator potensial dari fenomena dengan
pemberian nama atau label secara konseptual.
Unsur kedua adalah kategori yang didefinisikan sebagai kumpulan yang
lebih tinggi dan lebih abstrak dari konsep yang data wakili. Unsur terakhir adalah
preposisi menunjukan hubungan-hubungan kesimpulan antara satu kategori dan
konsep-konsep yang menyertainya. Di antara kategori-kategori yang diskrit, unsur
ketiga ini dinamakan Glaser dan Strauss (1967) sebagai hipotesis.
Penelitian kualitatif tidaklah tanpa cela. Beberapa kritik yang dituai
penelitian ini antara lain sudut pandangnya yang didominasi oleh kerangka
peneliti, khususnya menyangkut apa yang penting dan signifikan sehingga tidak
sistematis. Dapat disimpulkan, penelitian kualitatif dapat dikatakan sangat
subjektif. Tidak hanya itu, subjektifitas ini ternyata berlanjut pada replikasi hasil
penelitian yang dirasa cukup sulit. Pasalnya, selain penelitian kualitatif tidak
memiliki prosedur yang dapat diikuti, apa yang peneliti obeservasikan dan
putuskan merupakan hasil yang disukainya. Setidaknya ada tiga komponen yang
menyulitkan replikasi.4
Pertama, apa yang difokuskan oleh peneliti kualitatif merupakan hasil yang
berarti, di mana peneliti lain berempati pada isu yang berbeda. Kedua, respon dari
partisipan lebih dipengaruhi oleh karakteristik dari si peneliti. Ketiga, data
kualitatif yang tidak terstruktur cenderung menghasilkan interpretasi yang
3
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 72 - 73.
4
Alan Bryman, Social Research Methods, (New York: Oxford University Press, 2008), h.
391.
4
didasarkan pada subjektifitas peneliti. Tidak terstrukturnya data tidaklah lepas
dari faktor jangkauan investigasi yang terbatas, sehingga berdampak pada
generalisasi hasil penelitian, karena satu atau dua kasus tidak dapat
merepresentasikan seluruh kasus.
Kritik lain yang ditujukan pada penelitian ini adalah kurangnya transparansi.
Sebab, proses analisa data seringkali tidak jelas, terutama tentang apa yang
sesungguhnya dilakukan peneliti dan bagaimana kesimpulan dari penelitian
diperoleh. Meskipun riset kualitatif menuai sejumlah kritik, bukan berarti jenis
penelitian ini tidak laik digunakan. Penggunaan penelitian kualitatif justru
memungkinkan peneliti untuk dapat menghasilkan hipotesis baru, di samping
tujuan utama penelitian ini yang membuat fakta lebih mudah dipahami
(understandable).
Dari uraian sebelumnya, dapat ditarik beberapa perbedaan antara
penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif berdasarkan ciri-ciri berikut.
Pertama, dalam menganalisa kehidupan sosial, penelitian kuantitatif lebih banyak
menggunakan perhitungan matematis sehingga realitas sosial digambarkan
melalui statistik. Sedangkan, penelitian kualitatif mempresentasikan analisanya
melalui kata-kata dan penggambaran realitas sosial berdasarkan peristiwa dalam
kurun waktu tertentu dan interkoneksi antara partisipan dengan lingkungan
sosialnya. Singkat kata, penggambaran tersebut dilakukan melalui proses.
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang sudut pandangnya berasal dari
peneliti, penelitian kualitatif mengambil sudut pandang partisipan. Secara
otomatis, hubungan antara peneliti dan partisipan cenderung jauh pada penelitian
kuantitatif. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran kedekatan dengan partisipan
mempengaruhi objektifitas peneliti. Sebaliknya, hubungan antara peneliti dan
partisipan dalan penelitian kualitatif tergolong dekat, sebab peneliti hendak
memahami kasus lewat sudut pandang partisipan.
Tidak hanya itu, pada penelitian kuantitatif, teori dan konsep teruji melalui
penelitian. Hal ini dikarenakan penelitian kuantitatif terstruktur untuk mengukur
konsep, sehingga investigasi dapat diuji dan isu dapat difokuskan. Selain itu,
penelitian kuantitatif menggunakan data yang terpercaya, karena penilaian dapat
dilakukan melalui perhitungan. Sedangkan pada penelitian kualitatif tidak
terstruktur di mana maksud dari aktor dan konsep dapat dimunculkan melalui
kolektifitas data.
Perbedaan lainnya dapat terlihat dari generalisasi hasil penelitian. Penelitian
kuantitatif dapat digeneralisasikan. Hal ini tentu berbeda dengan penelitian
kualitatif yang pemahamannya didapatkan melalui pendekatan kontekstual

5
melalui tingkah laku, nilai, dan kepercayaan. Selain itu, Penelitian kuantitatif
sering mengungkapkan kecenderungan sosial dalam skala yang luas dan
berkonsentrasi pada tingkah laku masyarakat. Di sisi lain, penelitian kualitatif
memperhatikan skala yang lebih kecil atas realita sosial dan fokus pada maksud
dari aksi. Perbedaan terakhir antar keduanya adalah penelitian kuantitatif
dirancang berdasarkan agenda yang diciptakan. Sedangkan penelitian kualitatif,
investigasi dilakukan secara alamiah.
Di samping perbedaan, baik kuantitatif maupun kualitatif ternyata memiliki
persamaan. Beberapa persamaan di antara keduanya adalah baik penelitian
kualitatif, maupun kuantitatif cenderung untuk melakukan pengurangan data
melalui penyaringan. Hal ini dilatari besarnya data yang dikumpulkan para
peneliti, sehingga menimbulkan kesulitan. Keduanya juga sama-sama berusaha
menjawab pertanyaan penelitian. Untuk itu, baik penelitian kuantitatif maupun
kualitatif memperhatikan korelasi data dengan literatur penelitian, serta
menyesuaikan metodelogi dengan pertanyaan penelitian.
Penelitian kuantitatif dan kualitatif pun berusaha menampilkan variasi yang
mereka ungkapkan. Keduanya juga menilai, frekuensi merupakan hasil utama dari
pengumpulan data, sehingga keduanya menjamin tidak terjadinya distorsi yang
disengaja. Baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif berpendapat, pentingnya
transparansi dan menginginkan kejelasan prosedur.

Referensi
Bryman, Alan. Social Research Methods. (New York: Oxford University Press.
2008).

Finlay, L. Going Exploring: The Nature of Qualitative Research, Qualitative


Research for Allied Health Professionals: Challenging Choices. Edited by Linda
Finlay and Claire Ballinger. (New York: John Wiley & Sons Ltd. 2006).

Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2005).

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. (Bandung: Alfabeta. 2007)

Vous aimerez peut-être aussi