Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. Pengkajian
A. Data dasar
1. Lebih banyak pada laki-laki daripada pada perempuan
2. Pasien dengan alkoholisme
3. Orang pengkomsumsi jamu-jamuan
4. Gangguan imunitas pada hepatitis lupoid
5. Toksin dan obat-obatan (contohnya, metrotreksat)
6. Operasi usus pada keadaan obesitas
7. Malnutrisi (kekurangan nutrisi)
8. Infeksi parasit yang kronis (skistosomiasis)
9. Lingkungan yang endemic malaria
B. Data Fokus
1. Pernafasan
Sesak Nafas, pernafasan dalam, bunyi nafas tambahan, takipnea, ekspansi
paru terbatas disebabkan karena asites, napas berbau aseton.
2. Kardiovaskuler
Bendungan aliran darah pada venaporta akibat penyempitan pembuluh
darah dari usus halus ke hati sehingga aliran darah kembali menuju
venaporta, disfungsi vena jugularis, penyakit jantung reumatik, disritmia,
bunyi jantung tambahan (S3, S4). vena abdomen distensi, perikarditis
3. Persyarafan
Nyeri akibat Hepatomegali dan kerusakan mikrovaskuler, fatigue,
perubahan kepribadian, penurunan mental: bingung, halusinasi, koma.
Bicara lambat/tak jelas. Asterik (ensefalopati hepatik)
4. Kandung Kemih
Urin gelap dan pekat akibat penurunan sekresi urin
5. Pencernaan
Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), nyeri tekan
abdomen kuadran kanan atas. Penurunan/tak adanya bising usus. Feses
warna tanah liat, melena. Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tak
dapat mencerna. Mual/muntah, penurunan berat badan atau peningkatan
karena cairan, demam disertai menggigil, hiperbilirubin yang
menyebabkan jaundice.
5. Musculuscaetal
Kulit kering, turgor buruk, ikterik, angioma palmaris, spider naevi, edema
umum pada jaringan, peningkatan produksi billirubin yang akan
menyebabkan gatal kulit (pruritus)
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan jasmani
1. Hati
Perkiraan besar hati,biasanya hati membesar pada awal sirosis, bila hati
mengecil artinya prognosis kurang baik. Besar hati normal selebar telapak
tangannya sendiri (7-10 cm). pada sirosis hati, konsistensi hati biasanya
kenyal/firm, pinggir hati biasanya tumpul dan ada sakit tekan pada perabaan
hati.
2. Limpa
Pembesaran limpa diukur dengan 2 cara:
a. Schuffner. Hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus(S I-
IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VII).
b. Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja ( H I-V).
3. Perut dan ekstra abdomen.
Pada perut diperhatikan vena kolateral dan asites.
4. Manifestasi diluar perut
Perhatikan adanya spider nevi pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada,
pinggang, caput medussae dan tubuh bagian bawah.
2. Pemeriksaan Laboratorium
1. darah
Bisa dijumpai Hb rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom mikrositer
atau hipokrom makrositer. Anemia bias akibat hipersplenisme dengan
leucopenia dan trombositopenia. Kolesterol darah yang selalu rendah
mempunyai prognosis yang kurang baik.
2. kenaikan kadar enzim transaminase/ SGOT, SGPT tidak merupakan petunjuk
tentang berat dan luasnya kerusakan parenkim hati. Kenaikan kadarnya dalam
serum timbul akibat kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan. Peninggian
kadar gamma GT sama dengan transaminasse, ini lebih sensitive tetapi kurang
spesifik. Pemeriksaan laboratorium biliubin, transaminase dan gamma GT tidak
meningkatkan pada sirosis inaktif.
3. Albumin. Kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan sel
hati yang kurang. penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin
merupakan tanda kurangnya daya tahan hati dalam menghadapi stress tindakan
operasi.
4. Pemeriksaan CHE (kolineserase) penting dalam menilai kemampuan sel hati .
Bila terjadi kerusakan sel hati kadar CHE akan turun , Pada perbaikan terjadi
kenaikan CHE menuju nilai normal . Nilai CHE yang bertahan dibawh nilai
normal prognosis yang jelek.
5. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan dieuretik dan
pembatasan garam dan diet . DAlm hal enselopati, kadar na kurangdari 4meq/l
menunjukkan kemungkinan terjadi sindrom hepatorenal.
6.Pemanjangan masa protombin mrupakan petunjuk adanya penurunan funsi hati.
Pemberian vitamin K perenteral dapat memperbaiki mas protobin.Pemerikasaan
hemostatik pada pasien sirosis hepatis penting dalam menilai kemungkinan
perdarahan baik dari varises esophagus , gusi maupun epitaksis.
7. Peninggian kadar gula drah pada sirosis hati fase lebih lanjut disebabkan
kurangnya kemampuan sel hati membentuk glikogen . Kadar gula darah yang
tetap meninggi menunjukkan prognosis kurang baik.
8. Pemeriksaan marker serologi pertanda virus seperti HBsAg/HBsAb,
HBeAg/HBeAb, HBV DNA, HCV RNA, adalah penting dalam menentukan
etiologi sirosis hati. Pemeriksaan AFP (alfa Feto Protein) penting dalam
menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah keganasan. Nilai AFP
yang terus naik mempunyai nilai diagnostic untuk suatu hepatoma /kanker hati
primer. Nilai AFP> 500-1000 mempunyai nilai diagnostik suatu kanker hati
primer.
3. Pemeriksaan penunjang lainnya:
1. Radiologi
Dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus untuk
konfirmasi hipertensi.
2. Esofagoskopi
Dengan esofagoskopi dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis
hati/hipertensi portal. Kelebihan endoskopi ialah dapat melihat langsung sumber
perdarahan varises esophagus , tanda-tanda yang mengarah akan kemungkinan
terjadi perdarahan (red color sign/RCS) berupa cherry red spot, red whale
marking, kemungkinan perdarahan yang lebih besar akan terjadi bila dijumpai
tanda difus redness. Selain tanda tersebut dapat dievaluasi besar dan panjang
varises serta kemungkinan terjadi perdarahan yang lebih besar.
3. Ultrasonografi
Pada saat ini pemeriksaan USG sudah mulai digunakan sebagai alat
pemeriksaanrutin pada penyakit hati. Diperlukan pengalaman seorang
sonografis karena banyak factor subyektif. Yang dilihat pinggir hati, permukaan
, pembesaran hemogenitas, asites, splenomegali, gambaran vena hepatika, vena
porta, pelebaran saluran empedu/IHBD, daerah hipo atau adanya SOL (space
occupying lesion). Sonografi bias mendukung diagnosis sirosis hati terutama
stadium dekompensata, hepatoa/tumor, ikterus obstruktif batu kandung empedu
dan saluran empedu dll.
4. Sidikan Hati
Radionukleid yang disuntikkan secara intravena akan diambilo oleh parenkim
hati , sel retikuloendotel dan limpa. Bisa dilihat besar dan bentuk hati, limpa,
kelainan tumor hati, kista, filling defek. Pada sirosis hati dan kelainan difus
parenkim terlihat pengambilan radionukleid secara bertumpuk-tumpuk (patchy)
dan diffus.
5. Tomografi komputerisasi
Walapun mahal sangat berguna untuk mendiagnosis kelainan fokal, seperti
tumor atau kista hidatif. Juga dapat dilihat besar, bentuk dan homogenitas hati.
6. ERCP
Digunakan untuk menyingkirkan adanya obstruksi ekstra hepatik
7. Angiografi
Angiografi selektif, seliak gstrik atau splenofotografi terutama pengukuran
tekanan vena porta. Pada beberapa kasus prosedur ini sangat berguna untuk
melihat keadaan sirkulasi porta sebelum operasi pintas dan mendeteksi tumor
atau kista.
II. Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema
2. Nyeri akut dan perubahan kenyamanan berhubungan dengan asites
pembentukan edema.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengemban
toraks akibat asites distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks
4. Kerusakan integritas berhubungan dengan ikterus
5. Kerusakan integritas berhubungan dengan pembentukan edema
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
dan gangguan gastrointestinal
7. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi hati
8. Perubahan kenyamanan berhubungan dengan pruritus
9. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan
mekanisme pembuluh darah, gangguan dalam proses detoksifikasi obat.
10. Hipertensi berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis
11. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat
badan.
III. Intervensi
1. Dx. Keperawatan: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan
pembentukan edema.
a. Tujuan : pemulihan kepada volume cairan yang normal
b. Kriteria hasil :
menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran,
berat badan stabil
tanda-tanda vital dalam rentang normal
hilangnya edema dan asites
Intervensi Rasional
2. Dx. Keperawatan : pola napas tak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi
pengembangan torak akibat asites, distensi abdomen serta adanya cairan dalam
rongga toraks.
Tujuan : perbaikan status pernapasan.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif
- Menyatakan gejala berkurang
Intervensi Rasional
3. Dx. Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri tekan
dan asites
Tujuan : Penurunan rasa nyeri.
Kriteria hasil :
- Mengurangi rasa nyeri
- Meningkatkan rasa nyaman klien
intervensi rasional
IV. Evaluasi