Vous êtes sur la page 1sur 7

Buletin AgroBio 6(1):1-7

tersebut. Pada akhir abad 20 per-


Perkembangan Penelitian kembangan teknologi genetika
atau secara umum disebut
Bioteknologi Pertanian di bioteknologi mulai berkembang.
Menurut Moel-jopawiro (2000a)
Indonesia bioteknologi da-lam arti luas
didefinisikan sebagai penggunaan
Novianti Sunarlim dan Sutrisno proses biologi dari mi-kroba,
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor tanaman atau hewan untuk
menghasilkan produk yang ber-
ABSTRACT manfaat bagi manusia. Sedangkan
Research Development of Agricultural Biotechnology in Indonesia. Novianti Sunarlim and rekayasa genetika didefinisikan da-
th
Sutrisno. Research in agricultural biotechnology has been developed since the end of 20 lam arti luas sebagai teknik yang di-
century. In 1985, National Committee was formed under the Minister of Research and
Technology. Research in agricultural biotechnology has been increased since Riset Unggulan gunakan untuk merubah atau me-
Terpadu (RUT) under Dewan Riset Nasional and Hibah Bersaing in university were given, mindahkan material genetik (gen)
which make research program that more than one year were possible to do with a continues dari sel hidup. Definisi yang lebih
fund. Research in plant biotechnology were focused on plant improvement, such as pest and
disease resistance, were done for rice, soybean, sweet potato, sugar cane, and chocolate and
sempit, seperti yang digunakan
virus resistance for groundnut, tobacco, papaya, potato, and chili. While in animal science, oleh Animal and Plant Health
research in biotechnology were focused on production technology, such as artificial Inspection Service (APHIS)
insemination and embryo transfer in dairy cow, and also for food enriched by producing Departemen Perta-nian Amerika,
probiotics and enzymes. Even though in theory genetic engineering on cattle has a good impact
for the future, several problems (i.e. technical, economics, and social) need a careful rekayasa genetika modifikasi
consideration. In aquaculture, biotechnology research has been conducted for genes transfer to genetik dari suatu orga-nisme
improve resistance to disease and to promote growth. Biotechnology also used to produce dengan menggunakan tek-nologi
vaccines and to detect virus with accuracy and faster. To anticipate problems that might be
occur in application of biotechnology, government has issued biosafety regulation. rekombinan DNA.
Key words: Biotechnology, research, output, biosafety Bioteknologi merupakan
bidang ilmu baru di bidang

S ejak pertanian dimulai 5.000- Teknologi genetika memicu ter- pertanian yang dapat
jadinya revolusi hijau (green revo- menyelesaikan masalah-ma-salah
10.000 tahun yang lalu manusia
lution) yang berjalan sejak 1960-an. yang tidak dapat diselesaikan
sudah mempunyai naluri untuk
Dengan adanya revolusi hijau ini dengan cara konvensional. Peng-
me-milih dan menggunakan benih
terjadi pertambahan produksi per- gunaan bioteknologi bukan untuk
yang unggul. Mereka mengetahui
tanian yang berlipat ganda menggantikan metode konvensio-
bahwa keturunan yang baik akan
sehingga dapat tercukupi bahan nal tetapi bersama-sama mengha-
ditentu-kan oleh induk yang baik,
makanan pokok asal serealia. silkan keuntungan secara ekonomi.
karena sifat dari induk (tetua)
Penggunaan metode konvensional
diwariskan kepada anaknya. Untuk dapat mempertahankan
dengan teknologi tinggi memaksi-
Kenyataan inilah yang mendasari keberlanjutan re-volusi hijau,
mumkan keberhasilan program
berkembangnya bi-dang pertanian. Sumarno dan Suyamto (1998)
perbaikan pertanian. Bioteknologi
Teknologi genetika merupakan menganjurkan rumusan
harus diintegrasikan ke dalam pen-
cabang ilmu pertanian yang agroekoteknologi yang menekan-
dekatan-pendekatan konvensional
berkembang cepat pada abad ini kan pada tindakan bersama antara
yang sudah mapan. Bioteknologi
yang mengubah sistem produksi sistem produksi dan perawatan
berkembang dengan cepat di ber-
tanaman, ternak, dan ikan menjadi sumber daya lahan (Budianto,
bagai sektor dan meningkatkan ke-
industri biologi yang lebih baik dan 2000).
efektifan cara-cara menghasilkan
lebih adaptif terhadap lingkungan Cabang ilmu genetika yang produk dan jasa. Untuk alih tekno-
tumbuh. Penerapan teknologi memfokuskan pada genetika level logi dan pengembangan biotekno-
gene-tika dengan perubahan sel dan level DNA membuat tero- logi secara layak dan tidak
bentuk menjadi ideal pada bosan baru pada akhir tahun 1980- merusak lingkungan, diperlukan
tanaman, ter-nak dan ikan telah an. Ilmu genetika ini menerapkan berbagai persyaratan selain
meningkatkan produksi pertanian teknik perbaikan sifat spesies me- peraturan per-undangan juga
pada abad ini (Budianto, 2000). lalui level DNA dengan cara mema- modal yang besar.
sukkan gen eksogenus, untuk
Salah satu isu strategis yang
memperoleh sifat-sifat bermanfaat
penting dalam penelitian pertanian
yang tidak terdapat pada spesies
Hak Cipta  2003, Balitbiogen
2 BULETIN AGROBIO VOL 6, NO. 1

ialah penelitian harus dapat secara pada Panitia Nasional Bioteknologi, dan Hibah Bersaing yang dilaksana-
terus menerus memperbaiki poten- yaitu (1) persiapan dan formulasi kan di perguruan tinggi, yang me-
si genetik dan menghasilkan tekno- kebijakan dan program pengem- mungkinkan kegiatan penelitian
logi yang efisien dan ramah ling- bangan nasional bioteknologi, (2) lebih dari satu tahun dengan dana
kungan untuk pembangunan per- koordinasi kegiatan penelitian dan yang berkesinambungan. Meng-
tanian yang berkelanjutan. Sejalan pengembangan, (3) promosi ingat besarnya dana yang diperlu-
dengan kebijaksanaan penelitian aplika-si bioteknologi, (4) kan untuk penelitian bioteknologi
pertanian pada umumnya, perbaik- mendukung ja-ringan bioteknologi maka pada mulanya penelitian bio-
an bahan genetik melibatkan ga- secara lokal dan internasional, (5) teknologi terpusat di Pusat Peneliti-
bungan pemakaian cara pendekat- petunjuk pa-da pengembangan an dan Pengembangan Bioteknolo-
an konvensional dan modern, de- sumber daya manusia, regulasi gi LIPI, Badan Penelitian dan
ngan penekanan pada aplikasi bio- dalam impor, pe-nelitian dan Pengembangan Pertanian Departe-
teknologi dalam pelestarian plasma pelepasan produk re-kayasa men Pertanian, dan Pusat Antar
nutfah dan program pemuliaan. genetika ke lingkungan, dan (6) Universitas IPB. Pada tahun 1997
melibatkan swasta yang berge-rak dana yang dikeluarkan oleh ketiga
PERKEMBANGAN LEMBAGA dalam bidang bioteknologi organisasi tersebut sekitar 70% dari
PENELITIAN (Moeljopawiro, 1998). total pengeluaran penelitian biotek-
Kegiatan penelitian bioteknolo- nologi di Indonesia (Moeljopawiro,
Penelitian bioteknologi pertani-
gi pertanian mulai terasa 1998).
an mulai digalakkan dengan pem-
meningkat dengan Dengan adanya kerja sama pe-
bentukan Panitia Nasional Biotek-
dilaksanakannya program Riset nelitian dan pengembangan sum-
nologi di bawah Menteri Negara
Unggulan Terpadu (RUT) yang ber daya manusia, bioteknologi
Riset dan Teknologi pada tahun
dikelola oleh Dewan Riset Nasional per-tanian juga telah dilaksanakan
1985. Ada 6 tugas yang diberikan

Tabel 1. Daftar lembaga yang bergerak dalam penelitian bioteknologi pertanian

Nama Status Bidang penelitian


BPPT Pemerintah Tanaman
Ternak
Hutan
Industri
Balitbio Pemerintah Tanaman
P3B LIPI Pemerintah Tanaman
Ternak
Hutan
Industri
Balitnak Pemerintah Ternak
Balitvet Pemerintah Veteriner
Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan Pemerintah Tanaman
Pusat Antar Universitas, IPB Pemerintah Tanaman
Ternak
Pusat Antar Universitas, ITB Pemerintah Industri
Fakultas Peternakan, UNDIP Pemerintah Ternak
Fakultas Pertanian, UNS Pemerintah Tanaman
Fakultas Pertanian, UGM Pemerintah Industri
Fakultas Biologi, UGM Pemerintah Tanaman
Pusat Antar Universitas, UGM Pemerintah Tanaman
Ternak
Industri
Fakultas Farmasi, UNAIR Pemerintah Tanaman
Ternak
Kedokteran
Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan Pemerintah Tanaman
Fakultas Peternakan, UNBRA Pemerintah Tanaman
Industri
Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Pemerintah Tanaman
PT. Fitotek Unggul Swasta Tanaman
PT. Intidaya Agrolestari-Inagro Swasta Tanaman
PT. Foodtech Utama International Swasta Tanaman
Industri
Indah Kiat Swasta Hutan
Sumber: Moeljopawiro dan Falconi (1999)
2003 N. SUNARLIM DAN SUTRISNO: Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian di Indonesia 3

di berbagai lembaga penelitian dan di-lakukan di lembaga ketahanan terhadap hama dan
perguruan tinggi lainnya. Hasil sur- penelitian bioteknologi di penyakit tanaman. Selanjutnya
vei yang dilaksanakan antara Balit- bidang mikrobio-logi melalui transformasi gen terse-
bio dan ISNAR pada tahun 1997 di- (Moeljopawiro, 2000b). but digunakan untuk membuat
dapatkan daftar lembaga-lembaga • Penelitian kultur jaringan tanaman transgenik. Beberapa
baik pemerintah maupun swasta tanam-an bertujuan untuk kegiatan perakitan tanaman
yang mengadakan penelitian di bi- memanfaat-kan teknik kultur sel transgenik di Indonesia dapat
dang bioteknologi pertanian. Daftar dan jaring-an untuk perbaikan dilihat pada Tabel 2.
tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. bahan gene-tik. Kegiatan Kegiatan penelitian bioteknolo-
PERKEMBANGAN KEGIATAN penelitian tersebut terutama gi ternak di Indonesia dapat dibagi
PENELITIAN untuk mengembang-kan teknik menjadi 4 kelompok, yaitu (1) tek-
induksi dan regene-rasi dari nologi produksi seperti inseminasi
Kegiatan penelitian dan pe-
anter, embrio, dan pro-toplas, buatan (IB), embryo transfer (ET),
ngembangan bioteknologi tanaman
serta identifikasi varietas yang fertilisasi in vitro; (2) rekayasa
saat ini dapat dikelompokkan men-
memiliki efisiensi tinggi da-lam gene-tika seperti marker assisted
jadi tiga, yaitu mikrobiologi
proses regenerasi yang me- selec-tion (MAS) dan transgenik; 3)
terapan, kultur jaringan, dan biologi
rupakan bagian dari transforma- peng-kayaaan pakan; dan (4)
mole-kuler.
si. Pemanfaatan kultur jaringan bioteknolo-gi veteriner.
• Penelitian di bidang mikrobiolo- untuk mikropropagasi telah me- • Teknologi IB di Indonesia ter-
gi terapan terutama memanfaat- nunjukkan keberhasilannya. Pa- utama pada sapi perah telah di-
kan isolat mikroba terbaik yang da tanaman perkebunan telah aplikasikan sangat luas. Di Lem-
tersedia di alam yang berguna berhasil pada tanaman kelapa baga Penelitian Peternakan te-
untuk meningkatkan pertum- sawit, kopi, dan teh, selain itu lah dimulai sejak tahun 1972.
buhan dan produksi tanaman. ju-ga dikembangkan kultur
Untuk tanaman pangan penggu- Teknologi ini telah memberi
suspen-si sebagai alternatif dari dampak yang sangat signifikan
naan mikoriza, rhizobium, dan produk-si massal bahan
aspergilus mampu meningkat- terhadap peningkatan produksi
tanaman kelapa sawit, kopi, sapi perah. Teknologi IB pada
kan efisiensi pupuk dan karet, dan coklat (Moeljopawiro,
mening-katkan hasil padi gogo, domba dan kambing telah digu-
2000b). nakan secara baik untuk men-
kedelai, dan kacang tanah.
• Teknik molekuler seperti restric- dukung program pemuliaan ter-
Biokonversi limbah pertanian
tion fragmen length polymor- nak di Balitnak. Keberhasilan
seperti jerami dapat dipercepat
phism (RFLP), random ampli- teknologi telah melampaui rata-
dengan meng-gunakan
fied polymorphic DNA (RAPD), rata keberhasilan IB pada ternak
cytophaga dan tricho-derma
dan simple sequence repeats ruminansia kecil. Aplikasi tekno-
sebagai aktivator. Bebe-rapa
(SSR) telah digunakan untuk ka- logi embryo transfer di Indone-
strain alam dari Bacillus
rakterisasi plasma nutfah, selek- sia dimulai pada awal dasawar-
thuringiensis telah diidentifikasi
si dengan bantuan markah, pe- sa 1980-an. Saat ini, penelitian
dan efektif untuk pengendalian
metaan gen yang dapat dilanjut- dan penguasaan teknologi telah
ulatgrayak, penggerek jagung
kan dengan isolasi dan kloning dilakukan dan dikembangkan
Asia, penggerak batang padi,
gen, serta diagnosis penyakit. oleh Balitnak, Balai Embrio
penggerak buah kapas, dan
Dengan markah molekuler telah Ternak, LIPI, dan perguruan
penggerek tebu.
dilakukan analisis hubungan ke- ting-gi seperti IPB, UGM, dan
Pengembangan pupuk hayati
yang mengandung penambat N kerabatan varietas padi, analisis UNAIR. Keberhasilan teknologi
nonsimbiotik yang efektif, genetik penyakit blas dan hawar ET masih sangat beragam dan
pelarut fosfat dan mikro-ba daun bakteri, serta seleksi ta- dampak untuk perkembangan
penstabil agregat tanah, in- naman padi tahan bakteri maupun peningkatan
sektisida hayati yang terdiri dari hawar daun. Teknik tersebut produktivitas ter-nak masih
cendawan Beauveria bassiana, juga digu-nakan untuk seleksi sangat minimal. Tek-nologi
pembuatan pulp dengan meng- kopi Ara-bika yang tahan fertilisasi in vitro sudah
gunakan cendawan pelapuk pu- terhadap nema-toda berkembang dengan pesat teta-
tih, dan pembuatan bahan pe- (Moeljopawiro, 2000b). De-ngan pi di Indonesia laporan keberha-
nyedap secara mikrobiologi me- menggunakan teknik mo- silannya masih sangat terbatas.
rupakan kegiatan utama yang lekuler dapat dirakit gen untuk Kerja sama dengan Universitas
4 BULETIN AGROBIO VOL 6, NO. 1

Tabel 2. Kegiatan penelitian rekayasa genetik tanaman di Indonesia

Tanaman Karakteristik Gen Instansi


Jagung Tahan hama Proteinase inhibitor Balitbiogen
Padi Tahan hama, penyakit dan kekeringan Bt, chitinase Balitbiogen, LIPI
Kacang tanah Tahan penyakit virus Coat protein Balitbiogen, IPB
Coklat Tahan hama buah Bt Balitbiobun
Tebu - Rendemen tinggi Over expression SPS dan PtP, Bet A PTPN XI (dulu P3GI)
- Toleran kekeringan
Kentang Tahan penyakit jamur Chitinase, hordothionin IPB
Kelapa sawit Rendah kandungan asam lemak jenuh KAS II dan SAD BPPT
Papaya Delayed ripening ACC oxidase Balitbiogen, LIPI
Jeruk Tahan CVPD Gen indigenus UNUD
Kedelai Tahan hama dan tinggi nutrisi Proteinase inhibitor, overexpress gen indigenus Balitbiogen, UNUD, UNIBRAW
Ubi jalar Tahan hama Proteinase inhibitor Balitbiogen
Sumber: Bahagiawati et al. (2003)

Wisconsin, Balitnak sedang duction, modifikasi genetik un- antaranya transfer gen pemacu per-
mengadakan penelitian dengan tuk meningkatkan nilai nutrisi tumbuhan dan gen penambah ke-
memanfaatkan sel telur sapi pe- rumput probiotik dan antibiotik tahanan terhadap penyakit pada
rah di Wisconsin lalu difertilisasi tambahan dalam pakan. Pada ikan mas, juga metode polymerase
dengan sperma Bos Banteng industri pakan telah diintroduksi chain reaction (PCR-DNA) untuk
untuk selanjutnya di transfer ke enzim untuk meningkatkan nilai mendiagnosis virus secara cepat
resipien di Indonesia (Diwyanto nutrisi dan kualitas pakan. Juga dan akurat yang dilakukan di
et al., 2000). telah dikembangkan teknologi Lolitkanta Gondol. Diagnosis ini di-
• Saat ini Puslitbangnak sedang untuk meningkatkan nilai nutrisi tujukan untuk virus white spot pada
melakukan koordinasi selulosa dan hemi selulosa de- udang dan viral nevous necrosis
penelitian gen penciri yang ngan pemberian enzim seperti (VNN) pada ikan kakap dan kerapu
dapat mende-teksi gen yang halnya pada inokulasi bakteri (Sugama et al., 2000). Selain itu ju-
resisten terhadap infeksi yang bertujuan untuk pengawet- ga sudah dihasilkan vaksin komer-
Fasciola gigantica dan cacing an dan peningkatan daya cerna sial bernama Hydrovet yang dihasil-
Haemonchus contortus pada (Diwyanto et al., 2000). kan dari penelitian dengan meng-
domba ekor tipis. Juga di-teliti • Kegiatan penelitian bioteknologi gunakan antigen Aeromonas hydro-
keterikatan antar ayam lo-kal di veteriner dikembangkan untuk phila yang menghasilkan produk
Indonesia dan didapat bahwa menunjang produksi, terutama antibodi pada ikan. Hasil ini meru-
ayam lokal Cianjur ber-beda dalam deteksi secara dini ter- pakan hasil kerja sama antara pi-
dengan ayam dari daerah hadap suatu penyakit menular, hak swasta dengan Pusat Peneliti-
lainnya. Hasil kerja sama antara misalnya dengan menggunakan an Farmakologi Veteriner yang di-
Balitnak dengan CSIRO DNA probe yang spesifik pada mulai tahun 1983 (Moeljopawiro,
Brisbane menunjukkan adanya deteksi penyakit malignant 1998).
linkaged (terikat) antara gen cathamhal fever (MCP). Juga Beberapa institusi telah
prolifik dom-ba Jawa dengan sedang dikembangkan vaksin melaku-kan kerja sama pada
gen prolifik domba Boorola transgenik untuk beberapa pe- tingkat nasio-nal dan internasional
Merino. Aplikasi rekayasa nyakit ternak termasuk unggas baik formal maupun nonformal
genetik pada ternak belum (Diwyanto et al., 2000). (hubungan pri-badi). Kerja sama ini
dilakukan karena masih banyak Apabila dibandingkan dengan dapat berupa sharing dana,
kendala misalnya masih penelitian genetik dan bioteknologi peralatan, dan pe-ngembangan
mahalnya biaya reproduksi he- pada tanaman pangan dan SDM maupun pertu-karan ilmuwan.
wan, pengaruhnya multi gen, hortikul-tura, penelitian Kerja sama non-formal biasanya
dan pengembangan ternak di bioteknologi per-ikanan masih jauh dalam bentuk sharing peralatan
lapang masih lambat (Diwyanto, tertinggal. Hal ini terutama dan bahan, umumnya dilakukan
2000). disebabkan oleh belum tersedianya antar laborato-rium di Indonesia
• Kontribusi bioteknologi dalam fasilitas penelitian yang memadai. atau dengan la-boratorium di
penyediaan pakan ternak ber- Namun demikian, sudah ada negara lain. Kerja sa-ma nasional
kualitas sudah berkembang luas beberapa kegiatan penelitian yang umumnya berbentuk penelitian
termasuk single cell protein pro- cukup intensif dilakukan di- yang diajukan dalam suatu
2003 N. SUNARLIM DAN SUTRISNO: Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian di Indonesia 5

kompetisi hibah seperti RUT, RUK, Acquisition of Agri-Biotech Applica- an Bersama Menteri Pertanian,
RUTI, Hibah bersaing, dan lain-lain. tion) and KNAW (the Royal Nether- Menteri Kehutanan dan Perkebun-
Ini dilakukan baik antar sesama lands Academy of Arts and Sci- an, Menteri Kesehatan, dan Menteri
lembaga riset pemerintah maupun ences). Tabel 3 memperlihatkan Negara Pangan dan Hortikultura
kerja sama antar lembaga riset beberapa contoh hasil kerja sama No. 998.1/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/
pemerintah dengan universi- internasional dengan Balitbiogen. Kpts-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/
tas/pusat kajian/penelitian/swasta, IX/1999; 015A/Nmeneg PHOR/09/
BUMN dan Pemda. Kerja sama in- ASPEK KEAMANAN PRODUK 1999 tentang Keamanan Hayati dan
ternasional yang tercatat antara lain REKAYASA GENETIKA Keamanan Pangan Produk Pertani-
ABSP (Agricultural Biotechnology an Hasil Rekayasa Genetik
Support Project), RF (the Rocke- Menyadari kekhawatiran ten- (PPHRG). Sebagai implementasi
feller Foundation), ARBN (Asian tang adanya kemungkinan dampak pelaksanaan Keputusan bersama
Rice Biotechnology Network), negatif penggunaan produk perta- empat Menteri telah dibentuk
ACIAR (Australian Center for Inter- nian berasal dari rekayasa genetik, Komisi Keamanan Hayati dan Ke-
national Agricultural Research), maka ditetapkan Keputusan Men- amanan Pangan (Herman, 1999).
JICA (Japan International Cooper- teri Pertanian No. 856/Kpts/HK.330/
Keamanan hayati PBPHRG per-
ation Agency), JIRCAS (Japan Inter- 9/1997 tentang Ketentuan Keaman-
lu diuji secara bertahap di fasilitas
national Research Center for Agri- an Hayati Produk Bioteknologi Per-
uji terbatas (biosafety containment)
cultural Sciences), JSPS (Japan So- tanian Hasil Rekayasa Genetik
mulai dari tingkat laboratorium,
ciety for tha Promotion of Science), (PBPHRG). Karena di dalam Ke-
rumah kaca/kandang/kolam hingga
MSU (Michigan State University), putusan Menteri Pertanian tersebut
lapangan terbatas. Pengujian ke-
ISAAA (International Service for the belum mencakup aspek keamanan
amanan hayati telah dilakukan pa-
pangan maka ditetapkan Keputus-

Tabel 3. Tanaman transgenik hasil kerja sama luar negeri

Tanaman Sifat Gen Instansi


Jagung Tahan penggerak batang Bt Balitbiogen/Cl Seed Co
Kacang tanah Tahan PStV CP Balitbiogen/ACIAR
Kentang Tahan PTM Bt Balitbiogen/MSU
Ubi jalar Tahan SPFMV CP Balitbiogen/Monsanto
Papaya Tahan PRSV CP Balitbiogen/ISAAA
Memperlambat kematangan ACC oxidase antisense
PStV = peanut stripe virus, PTM = potato tuber moth, SPFMV = sweet potato feathery mottle virus, PRSV
= papaya ringspot virus, Bt = Bacillus turingiensis, CP = coat protein, Balitbiogen = Balai Penelitian
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ACIAR = Australian Center for International Agricultural
Reserach, MSU = Michigan State University, ISAAA = International Service for the Acquisition of Agri-
Biotech Application
Sumber: Moeljopawiro (2001)

Tabel 4. Status pengujian keamanan hayati tanaman transgenik di Indonesia

Tanaman Sifat Institusi FUT LUT


Jagung Bt Tahan hama ACB Pioneer Sedang -
Jagung Bt Tahan hama ACB Monsanto Sudah Sudah
Jagung pinII Tahan hama ACB Balitbio/ABSP Sedang -
Jagung RR Tahan herbisida glyphosate Monsanto Sudah Sudah
Kapas Bt Tahan hama CBW Monsanto Sudah Sudah
Kapas RR Tahan herbisida glyphosate Monsanto Sudah Sudah
Kacang tanah Tahan penyakit Pstv Balitbio/ACIAR Akan -
Kedelai RR Tahan herbisida glyphosate Monsanto Sudah Sudah
Kentang Bt Tahan hama PTM Balitsa/Puslitbangtan/MSU Sudah Akan
Padi Bt dan GNA Tahan hama penggerek batang dan wereng coklat P3B LIPI Sudah Sedang
Bt = Bacillus thuringiensis, RR = roundup ready, GNA = Galanthus nivalis agglutinin (snow drop lectin), ACB = asian corn
borer, CBW = cotton boll worm, Pstv = peanut stripe virus, PTM = potato tuber moth, Balitbio = Balai Penelitian Bioteknologi
Tanaman Pangan, ABSP = Agricultural Biotechnology Support Project, ACIAR = Australian Center for International Agricultural
Research, Balitsa = Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Puslitbangtan = Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, MSU = Michigan State University, P3B LIPI = Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
Sumber: Moeljopawiro (2000b)
6 BULETIN AGROBIO VOL 6, NO. 1

Pemohon
(Produsen/Importir/Pengguna/Lembaga Penelitian/
Perorangan

1 8

6
Tim Penilai Departemen Pertanian R.I.
dan Pelepasan Varietas (Direktorat Jenderal Terkait)
7

2 5

Komisi Keamanan Hayati


dan Keamanan Pangan (KKHKP)

3 4

Tim Teknis Keamanan Hayati


dan Keamanan Pangan (TTKHKP)
dibantu Tim Penguji FUT

1 = Permohonan izin pemanfaatan tanaman transgenik, 2 = permintaan saran teknik tentang


pemanfaatan tanaman transgenik, 3 = permintaan pengkajian kelayakan teknis pemanfaatan
tanaman transgenik, 4 = pemberian saran tentang kelayakan teknis pemanfaatan tanaman
transgenik, 5 = pemberian rekomendasi tentang usulan pemanfaatan tanaman transgenik, 6
= permohonan izin pelepasan varietas tanaman, 7 = persetujuan/penolakan usulan pemanfaatan
tanaman transgenik, 8 = persetujuan/penolakan pelepasan varietas tanaman
Gambar 1. Tata cara pengajuan pemanfaatan tanaman transgenik
Sumber: Herman (1999)

da beberapa jenis tanaman netik maka harus mengikuti mungkin terjadi di masa
transge-nik baik di FUT maupun di seluruh step. Sebagai contoh bila mendatang.
lapang-an terbatas (LP). Beberapa produk tersebut berupa tanaman
jenis ta-naman transgenik baik maka tanaman tersebut harus DAFTAR PUSTAKA
yang berasal dari penelitian mendapat persetujuan dari Tim
Bahagiawati, Sutrisno, B. Soegiarto,
Balitbiogen, Puslit-bang Penilai dan Pelepas Varietas.
K. Mulya, D. Santoso, S. Suharso-
Bioteknologi LIPI, hasil kerja sama no, H. Rijzaani, E. Julianti, A.
luar negeri ataupun dari PT KESIMPULAN Estiati, S. Moeljopawiro, A. Raha-
Monsanto (Monsanto Indonesia) yu, dan S. Saono. 2003. Pemba-
dapat dilihat pada Tabel 4. Penelitian bioteknologi pertani- ngunan kemampuan di bidang bio-
an telah berkembang sejak akhir teknologi dan keamanan hayati di
Permohonan izin pemanfaatan
abad 20. Pada penelitian tanaman Indonesia. Laporan Proyek National
produk pertanian yang berasal dari Biosafety Framework GEF-UNEP.
dilakukan pada penelitian ketahan-
rekayasa genetik harus mengikuti Balitbiogen-Deptan dan KLH. Bogor.
an hama dan penyakit, pada ternak
skema pada Gambar 1. Pada ske-
inseminasi buatan dan transef em- Budianto, J. 2000. Kemajuan, tantang-
ma ini ada dua isu, yaitu keamanan
brio, sedangkan pada ikan an, dan peluang teknologi genetika
atau komersialisasi. Apabila pemo- dan bioteknologi di Indonesia.
ketahan-an terhadap penyakit dan
hon hanya ingin mengetahui ke- Dalam S. Moeljopawiro et al. (Eds.).
memacu pertumbuhan. Peraturan
amanan suatu produk maka step 6 Prosiding Ekspose: Hasil Penelitian
perun-dangan tentang keamanan Bioteknologi Pertanian. Jakarta 31
dan 7 dapat dihilangkan. Tetapi bila
hayati telah dikeluarkan untuk Agustus-1 September 1999. Badan
pemohon ingin mengkomersialkan
mengantisi-pasi masalah yang
produk pertanian hasil rekayasa ge-
2003 N. SUNARLIM DAN SUTRISNO: Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian di Indonesia 7

Litbang Pertanian. Deptan. hlm. cussion paper No. 99-07 April 1999. penerapannya di Indonesia. Dalam
1-16. ISNAR, the Netherlands. S. Moeljopawiro et al. (Eds.).
Prosiding Ekspose: Hasil Penelitian
Diwyanto, K., Supar, dan E. Triwulan- Moeljopawiro, S. 2000a. Pengaturan Bioteknologi Pertanian. Jakarta 31
ningsih. 2000. Perkembangan bio- keamanan pangan produk pertanian Agustus-1 September 1999. Badan
teknologi peternakan dan prospek hasil rekayasa genetika. Seminar Litbang Pertanian. Deptan. hlm.
penerapannya di Indonesia, Dalam Sehari Pangan Rekayasa Genetika 70-83.
S. Moeljopawiro et al. (Eds.). Prosi- dan Penerangan PP No. 69 Tentang
ding Ekspose: Hasil Penelitian Bio- Label dan Iklan Pangan, Jakarta 12 Sumarno dan Suyamto. 1998. Agro-
teknologi Pertanian. Jakarta 31 Juli 2000. bioteknologi sebagai dasar pem-
Agustus-1 September 1999. Badan bangunan sistem usaha pertanian
Litbang Pertanian. Deptan. hlm. Moeljopawiro, S. 2000b. Kemajuan berkelanjutan. Prosiding Analisis
40-69. bioteknologi tanaman serta prospek Ketersediaan Sumber Daya Pangan
pengembangannya. Dalam S. Moel- dan Pembangunan Pertanian.
Herman, M. 1999. Tanaman hasil jopawiro et al. (Eds.). Prosiding Eks- Badan Penelitian dan Pengembang-
rekayasa genetik dan pengaturan pose: Hasil Penelitian Bioteknologi an Pertanian. Jakarta.
keamanannya di Indonesia. Buletin Pertanian. Jakarta 31 Agustus-1
AgroBio 3(1):8-26. September 1999. Badan Litbang
Pertanian. Deptan. hlm. 18-29.
Moeljopawiro, S. 1998. Penelitian dan
pengembangan bioteknologi untuk Moeljopawiro, S. 2001. GMOs-current
pembangunan pertanian. Seminar status and regulatory perspectives in
Nasional Bioteknologi di UMM Indonesia. The Biosafety Work-
Malang. shop, Jakarta 6-8 Nov. 2001.
Moeljopawiro, S. and C. Falconi. Sugama, K., F. Sukardi, dan A.
1999. Agriculture bioteknologi re- Poernomo. 2000. Perkembangan
search indicators: Indonesia. Dis- bioteknologi perikanan dan prospek

Vous aimerez peut-être aussi