Vous êtes sur la page 1sur 5

ABNORMALITAS JALAN LAHIR

dr.Bambang Widjanarko, SpOG

Fak.Kedokteran UMJ Jakarta

Disproporsi fetopelvik diakibatkan oleh kurangnya kapasitas panggul, ukuran anak yang besar
atau yang paling sering adalah kombinasi antara kedua hal tersebut.

Kurangnya diameter panggul dapat menyebabkan distosia selama proses persalinan.

Kesempitan panggul dapat terjadi pada : pintu atas panggul, bidang tengah panggul pintu
bawah panggul atau kombinasi diantaranya.

KESEMPITAN PINTU ATAS PANGGUL

Pintu atas panggul dinyatakan sempit bila ukuran

• Diameter antero-posterior terpendek < 10 cm


• Diameter tranversal terbesar < 12 cm

Perkiraan Diameter AP – Pintu Atas Panggul dilakukan melalui pengukuran Conjugata


Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; sehingga kesempitan pintu atas
panggul sering ditegakkan bila ukuran CD < 11.5 cm.

Mengukur conjugata diagonalis


Pada kehamilan aterm, ukuran rata-rata diameter biparietal - BPD = 9.5 – 9.8 cm. Sehingga
kepala janin yang normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter AP – Pintu Atas
Panggul <>

Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil namun janin
dalam kandungannya biasanya kecil pula.

Dalam keadaan normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik terjadi melalui tekanan
hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan
langsung bagian terendah janin terhadap servik.

Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas Pintu Atas Panggul,
semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang berada diatas ostium
uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan
Pintu Atas Panggul.

Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik selaput ketuban pada servik dan Segmen
Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya persalinan.

Kesempitan Pintu Atas Panggul merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.

Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak muka dan letak lintang
meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.

KESEMPITAN BIDANG TENGAH PANGGUL

Kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan Pintu Atas Panggul.

Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest” - Letak Malang Melintang
pada perjalanan persalinan dengan posisio occipitalis posterior, sebuah gangguan putar paksi
dalam akibat kesempitan Bidang Tengah Panggul.

Bidang obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina
ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra Sacralis 4 – 5.

Garis penghubung kedua spina ischiadica membagi Bidang Tengah Panggul menjadi bagian
anterior dan bagian posterior.

Batas anterior Bidang Tengah Panggul bagian anterior adalah tepi bawah Simfisis Pubis dan
batas lateralnya adalah rami ischiopubic.

Batas dorsal Bidang Tengah Panggul bagian posterior adalah sacrum dan batas lateralnya adalah
ligamentum sacrospinosum.
Ukuran rata-rata Bidang Tengah Panggul :

• Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm


• Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) 11.5 cm
• Diameter Sagitalis Posterior - DSP ( titik pertengahan diameter interspinous dengan
pertemuan S4 – S5) 5 cm

Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti kesempitan PAP

Chen dan Huang ( 1982) :

BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila jumlah dari Diameter Interspinous + DSP ( normal
10.5cm + 5cm = 15.5 cm) kurang dari 13.5 cm. Dengan demikian maka BTP diduga mengalami
penyempitan bila Ø interspinous <>

Dugaan adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya
penonjolan spina ischiadica yang menyolok.

KESEMPITAN PINTU BAWAH PANGGUL

Pintu Bawah Panggul dinyatakan sempit bila diameter intertuberosa <>.

Pintu Bawah Panggul berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama ( berupa
diameter intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama.

Apex segitiga anterior permukaan posterior arcus pubis.

Apex segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung coccyx).

Berkurangnya nilai diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga


pada kala II, kepala terdorong lebih kearah posterior dengan konskuensi terjadi robekan
perineum yang luas.

Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi oleh karena kesempitan PBP
hampir selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.

FRAKTURA TULANG PANGGUL dan KONTRAKTUR

Trauma panggul akibat cedera kecelakaan lalulintas sering terjadi.

Riwayat adanya cedera panggul membutuhkan evaluasi lebih lanjut pada kehamilan lanjut.

DUGAAN PANGGUL SEMPIT :

• Tinggi badan <>


• Bentuk perut : “Perut Gantung” – Pendular Abdomen
• Cara berjalan ( pincang , miring )
• Bentuk punggung ( skoliosis , kifosis )

PENILAIAN KAPASITAS PANGGUL

1. Pengukuran Conjugata Diagonalis dengan pemeriksaan panggul


2. Pengukuran diameter interspinarum
3. Penonjolan spina ischiadica
4. Sudut arcus pubis
5. [ Pemeriksan X-ray pelvimetri ]
6. [ Computed Tomography Scanning ]
7. [ Magnetic Resonance Imaging ]

DISTOSIA AKIBAT JALAN LAHIR LUNAK

Abnormalitas anatomik organ reproduksi wanita dapat menyebabkan abnormalitas atau


gangguan jalannya proses persalinan.

Kelainan dapat meliputi : uterus- servix – vagina – vesika urinaria – rektum dan masa dalam
adneksa serta parametrium (kista ovarium, mioma uteri).

Kelainan Uterus:

• Kelainan bentuk uterus (uterus bicornu, uterus septus)


• Prolapsus uteri
• Torsi uterus

Kelainan servix uteri: jaringan sikatrik yang menyebabkan stenosis servik

Kelainan vulva - vagina : Septum vagina, sikatrik vulva dan vagina , “Giant Condyloma
Accuminata”

Vesica urinaria dan rectum yang penuh dapat menyebabkan distosia


Masa adneksa : mioma uteri dibagian servik, kista ovarium

RUJUKAN :

1. Cunningham FG et al : Dystocia – Abnormal Labor in “ Williams Obstetrics” , 22nd ed,


McGraw-Hill, 2005
2. Critchclow CW, Leet TL, Beneditti TJ et al: Risk factors and infant outcomes associated
with umbilical cord prolapse: A population-base case control study among births in
Washington state. Am J Obstet Gynecol 170;163, 1994
3. Sporri S, Hanggi W, Brahetti A et al: Pelvimetry by magnetic resonance imaging as a
diagnostic tool to evaluate dystocia. Obstet Gynecol 89;902, 1997

Vous aimerez peut-être aussi