Vous êtes sur la page 1sur 59

Ventilasi Tambang

VENTILASI TAMBANG
FF

A. PENDAHULUAN

Dalam teknologi penambangan bawah tanah ada dua masalah pokok yang
menjadi kendala pada saat pelaksanaan, yaitu :

• Segi Mekanika Batuan


Apakah sistem tambang bawah tanah yang akan diterapkan dapat
ditunjang oleh sistem penyanggaan terhadap bukaan-bukaan di dalam tambang.
Apakah masih menguntungkan untuk dilakukan penambangan dengan
menggunakan sisitem penyanggaan yang diperlukan.

• Segi Ventilasi Tambang


Apakah pada kedalam tambang yang akan dihadapi masih dimungkinkan
untuk melakukan pengaturan udara agar penambangan dapat dilaksanakan
dengan suasana kerja dan lingkungan kerja yang nyaman.

Apakah jawaban dari kedua masalah diatas adalah ya?, Jika ya, maka
dapatlah dimulai membuat rancangan dari jaringan ventilasi dari tambang tersebut.

1. Fungsi Ventilasi Tambang

Ventilasi tambang berfungsi untuk :

a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk


keperluan menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan para pekerja
dalam tambang dan juga bagi segala proses yang terjadi dalam tambang
yang memerlukan oksigen.
b. Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-
gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas
dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi pernapasan.
c. Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah
tanah hingga ambang batas yang diperkenankan.
d. Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah tanah
sehingga dapat diperoleh suasana / lingkungan kerja yang nyaman.

2. Prinsip Ventilasi Tambang

Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah,


berlaku hukum alam bahwa;

a. Udara akan mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur panas.


b. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang
memberikan tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan
yang lebih besar.
c. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan dalam
ventilasi tambang.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 1 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

3. Lingkup Bahasan Ventilasi Tambang

Dalam membahas ventilasi tambang akan tercakup tiga hal yang saling
berhubungan, yaitu;

a. Pengaturan./Pengendalian kualitas udara tambang. Dalam hal ini akan


dibahas permasalahan persyaratan udara segar yang diperlukan oleh para
pekerja bagi pernafasan yang sehat dilihat dari segi kualitas udara (Quality
control).
b. Pengaturan/pengendalian kuantitas udara tambang segar yang diperlukan
oleh pekerja tambang bawah tanah. Dalam hal ini akan dibahas perhitungan
untuk jumlah aliran udara yang diperlukan dalam ventilasi dan pengaturan
jaringan ventilasi tambang sampai perhitungan kapasitas dari kipas angin
c. Pengaturan suhu dan kelembaban udara tambang agar dapat diperoleh
lingkungan kerja yang nyaman. Dalam hal ini akan dibahas mengenai
penggunaan ilmu yang mempelajari sifat-sifat udara atau psikrometri
(psychrometry).

Dalam membahas pengaturan ventilasi tambang yang bersifat mekanis


perlu juga dipahami masalah yang berhubungan dengan kemungkinan adanya
aliran udara akibat ventilasi alami, yaitu antara aliran udara sebagai akibat
perbedaan temperatur yang timbul secara alami.

4. Pengertian mengenai Udara Tambang

Udara segar normal yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri dari ;
Nitrogen, Oksigen, Karbondioksida, Argon dan Gas-gas lain seperti terlihat pada
tabel 1.
Tabel 1.
Komposisi Udara Segar

Unsur Persen Persen Berat


Volume (%) (%)

Nitrogen (N2) 78,09 75,53


Oksigen (O2) 20,95 23,14
Karbondioksida (CO2) 0.03 0,046
Argon (Ar), dll 0,93 1,284

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar


normal terdiri dari :

Nitrogen = 79% dan


Oksigen = 21%

Disamping itu selalu dianggap bahwa udara segar akan selalu


mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 0,03%.

Demikian pula perlu diingat bahwa udara dalam ventilasi tambang selalu
mengandung uap air dan tidak pernah ada udara yang benar-benar kering. Oleh
karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.

B. PENGENDALIAN KUALITAS UDARA TAMBANG

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 2 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

1. Perhitungan Keperluan Udara Segar

Jenis kegiatan manusia dapat dibeda-bedakan atas :

• Dalam keadaan istirahat


• Dalam melakukan kegiatan kerja yang moderat, misalnya kerja
kantor
• Dalam melakukan kegiatan kerja keras, misalnya olah raga atau
kerja di tambang.

Atas dasar jenis kegiatan kerja yang dilakukan ini akan diperlukan juga
udara segar yang berlainan jumlahnya. Dalam suatu pernafasan terjadi kegiatan
menghirup udara segar dan menghembuskan udara hasil pernafasan. Laju
pernafasan per menit didefinisikan sebagai banyaknya udara dihirup dan
dihembuskan per satuan waktu satu menit. Laju pernafasan ini akan berlainan
bagi setiap kegiatan manusia yang berbeda, makin keras kerja yang dilakukan
makin besar angka laju pernafasannya.

Perlu juga dalam hal ini didefinisikan arti angka bagi atau nisbah
pernafasan (respiratori quotient) yang didefiniskan sebagai nisbah antara jumlah
karbondioksida yang dihembuskan terhadap jumlah oksigen yang dihirup pada
suatu proses pernafasan. Pada manusia yang bekerja keras, angka bagi
pernafasan ini (respiratori quotient) sama dengan satu, yang berarti bahwa
jumlah CO2 yang dihembuskan sama dengan jumlah O 2 yang dihirup pada
pernafasannya.Tabel 2 berikut memberikan gambaran mengenai keperluan
oksigen pada pernafasan pada tiga jenis kegiatan manusia secara umum.

Tabel 2.
Kebutuhan Udara Pernafasan (Hartman, 1982)

Laju Udara terhirup per Oksigen ter Angka bagi


Kegiatan kerja Pernafasan menit dalam in3/menit konsumsi cfm pernafasan
Per menit (10-4 m3/detik) (10-5 m3/detik) ( respiratori
quotient)
Istirahat 12 – 18 300-800 (0,82-2,18) 0,01 (0,47) 0,75
Kerja Moderat 30 2800-3600 (7,64-9,83) 0,07 (3,3) 0,9
Kerja keras 40 6000 (16,4) 0,10 (4,7) 1,0

Ada dua cara perhitungan untuk menentukan jumlah udara yang diperlukan
perorang untuk pernafasan, yakni;

• Atas dasar kebutuhan O2 minimum, yaitu 19,5 %.


Jumlah udara yang dibutuhkan = Q cfm

Pada pernafasan, jumlah oksigen akan berkurang sebanyak 0,1 cfm ; sehingga
akan dihasilkan persamaan untuk jumlah oksigen sebagai berikut;

0,21 Q - 0,1 = 0,195 Q

(Kandungan Oksigen) – (Jumlah Oksigen pada pernafasan) = ( Kandungan Oksigen


minimum untuk udara
pernapasan )
Q = (0,1/ (0,21 – 0,195)) = 6,7 cfm (=3,2 x 10-3 m3/detik)

• Atas dasar kandungan CO2 maksimum, yaitu 0,5 %.


Diktat Ventilasi Tambang Hal. 3 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Dengan harga angka bagi pernafasan = 1,0 ; maka jumlah CO2 pada pernafasan
akan bertambah sebanyak 1,0 x 0,1 = 0,1 cfm.

Dengan demikian akan didapat persamaan :

0,0003 Q + 0,1 = 0,005 Q

(Kandungan CO2 – ( Jumlah CO2- = ( kandungan CO2 maksimum


dlm udara normal) hasil pernafasan) dalam udara)

Q = (0,1/(0,005 – 0,0003)) = 21,3 cfm (= 0,01 m3/detik)

Dari kedua cara perhitungan tadi, yaitu atas kandungan oksigen minimum
19,5 % dalam udara pernafasan dan kandungan maksimum karbon dioksida
sebesar 0,5 % dalam udara untuk pernafasan, diperoleh angka kebutuhan udara
segar bagi pernafasan seseorang sebesar 6,7 cfm dan 21,3 cfm. Dalam hal ini
tentunya angka 21,3 cfm yang digunakan sebagai angka kebutuhan seseorang
untuk pernafasan.

Dalam merancang kebutuhan udara untuk ventilasi tambang digunakan


angka kurang lebih sepuluh kali lebih besar, yaitu 200 cfm per orang ( = 0,1
m3/detik per orang)

a. Kandungan Oksigen Dalam Udara

Oksigen merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk kehidupan


manusia. Pada pernafasannya, manusia akan menghirup oksigen, yang
kemudian bereaksi dengan butir darah (haemoglobine) menjadi
oksihaemoglobin yang akan mendukung kehidupan. Dalam udara normal,
kandungan oksigen adalah 21 % dan udara dianggap layak untuk suatu
pernafasan apabila kandungan oksigen tidak boleh kurang dari 19,5 %.

Banyak proses-proses dalam alam yang dapat menyebabkan


pengurangan kandungan oksigen dalam udara; terutama untuk udara
tambang bawah tanah. Peristiwa oksidasi, pembakaran pada mesin bakar
dan pernafasan oleh manusia merupakan contoh dari proses kandungan
pengurangan oksigen .

Kandungan oksigen dalam udara juga akan berkurang pada keadaan


ketinggian (altitude) yang makin tinggi.

Kekurangnan oksigen dalam udara yang digunakan bagi pernafasan


akan berpengaruh terhadap keadaan fisiologi manusia, seperti diperlihatkan
pada tabel 3 berikut;

b. Gas-Gas Pengotor

Ada beberapa macam gas pengotor dalam udara tambang bawah


tanah. Gas-gas ini berasal baik dari proses-proses yang terjadi dalam
tambang maupun berasal dari batuan ataupun bahan galiannya.
Tabel 3
Pengaruh Kekurangan Oksigen

Kandungan O2 Pengaruh

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 4 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Di Udara
17 % - Laju pernapasan meningkat (ekuivalen dengan
ketinggian 1600 m)
15 % - Terasa pusing, suara mendesing dalam telinga
dan jantung berdetak cepat
13 % - Kehilangan kesadaran
9% - Pucat dan jatuh pingsan
7% - Sangat membahayakan kehidupan
6% - Kejang-kejang dan kematian

Mesin-mesin yang digunakan dalam tambang misalnya merupakan


salah satu sumber dari gas pengotor. Demikian juga proses peledakan yang
diterapkan dalam tambang untuk pemberaian dapat merupakan sumber gas
pengotor. Dalam tambang batubara, gas methan (CH4) merupakan gas yang
selalu ada dalam lapisan batubara. Gas-gas pengotor yang terdapat dalam
tambang bawah tanah tersebut, ada yang berifat gas racun, yakni; gas yang
bereaksi dengan darah dan dapat menyebabkan kematian. Dapat juga gas
pengotor ini menyebabkan bahaya, baik terhadap kehidupan manusia
maupun dapat menyebabkan peledakan. Tabel 4 menunjukan bermacam
gas yang dapat berada dalam tambang bawah tanah.

1) Karbondioksida (CO2)

Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak mendukung
nyala api dan bukan merupakan gas racun. Gas ini lebih berat dari pada
udara, karenanya selalu terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan
udara. Dalam udara normal kandungan CO2 adalah 0,03 %. Dalam
tambang bawah tanah sering terkumpul pada bagian bekas-bekas
penambangan terutama yang tidak terkena aliran ventilasi, juga pada
dasar sumur-sumur tua. Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran,
hasil peledakan atau dari lapisan batuan dan dari hasil pernafasan
manusia.

Pada kandungan CO2 = 0,5 % laju pernafasan manusia mulai


meningkat, pada kandungan CO2 = 3 % laju pernafasan menjadi dua kali
lipat dari keadaan normal, dan pada kandungan CO2 = 5 % laju
pernafasan meningkat tiga kali lipat dan pada CO2 = 10 % manusia hanya
dapat bertahan beberapa menit. Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut
dengan ‘blacdamp’.

2) Methan (CH4)

Gas methan ini merupakan gas yang selalu berada dalam


tambang batubara dan sering merupakan sumber dari suatu peledakan
tambang. Campuran gas methan dengan udara disebut ‘Firedamp’.
Apabila kandungan methan dalam udara tambang bawah tanah
mencapai 1 % maka seluruh hubungan mesin listrik harus dimatikan. Gas
ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada udara dan karenanya
selalu berada pada bagian atas dari jalan udara.

Methan merupakan gas yang tidak beracun, tidak berwarna, tidak


berbau dan tidak mempunyai rasa. Pada saat proses pembatubaraan
terjadi maka gas methan terbentuk bersama-sama dengan gas
karbondioksida. Gas methan ini akan tetap berada dalam lapisan
batubara selama tidak ada perubahan tekanan padanya. Terbebasnya

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 5 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

gas methan dari suatu lapisan batubara dapat dinyatakan dalam suatu
volume per satuan luas lapisan batubara, tetapi dapat juga dinyatakan
dalam satuan volume per satuan waktu. Terhadap kandungan gas
methan yang masih terperangkap dalam suatu lapisan batubara dapat
dilakukan penyedotan dari gas methan tersebut dengan pompa untuk
dimanfaatkan. Proyek ini dikenal dengan nama ‘seam methane
drainage’.

3) Karbon Monoksida (CO)

Gas karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak


berbau dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat beracun. Gas ini
banyak dihasilkan pada saat terjadi kebakaran pada tambang bawah
tanah dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Gas ini
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap haemoglobin darah, sehingga
sedikit saja kandungan gas CO dalam udara akan segera bersenyawa
dengan butir-butir haemoglobin (COHb) yang akan meracuni tubuh lewat
darah. Afinitas CO terhadap haemoglobin menurut penelitian (Forbes and
Grove, 1954) mempunyai kekuatan 300 kali lebih besar dari pada oksigen
dengan haemoglobin. Gas CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi
motor bakar, proses peledakan dan oksidasi lapisan batubara.

Karbon monoksida merupakan gas beracun yang sangat


mematikan karena sifatnya yang kumulatif, seperti terlihat pada gambar
1. Misalnya gas CO pada kandungan 0,04 % dalam udara apabila
terhirup selama satu jam baru memberikan sedikit perasaan tidak enak,
namun dalam waktu 2 jam dapat menyebabkan rasa pusing dan setelah
3 jam akan menyebabkan pingsan/ tidak sadarkan diri dan pada waktu
lewat 5 jam dapat menyebabkan kematian. Kandungan CO sering juga
dinyatakan dalam ppm (part per milion). Sumber CO yang sering
menyebabkan kematian adalah gas buangan dari mobil dan kadang-
kadang juga gas pemanas air. Gas CO mempunyai berat jenis 0,9672
sehingga selalu terapung dalam udara.

Gambar 1.
Pengaruh Racun Gas CO Sebagai Fungsi Waktu
4) Hidrogen Sulfida (H2S)
Gas ini sering disebut juga ‘stinkdamp’ (gas busuk) karena
baunya seperti bau telur busuk. Gas ini tidak berwarna, merupkan gas
racun dan dapat meledak, merupakan hasil dekomposisi dari senyawa
belerang. Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih berat dari
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 6 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

udara. Merupakan gas yang sangat beracun dengan ambang batas (TLV-
TWA) sebesar 10 ppm pada waktu selama 8 jam terdedah (exposed) dan
untuk waktu singkat (TLV-STEL) adalah 15 ppm. Walaupun gas H2S
mempunyai bau yang sangat jelas, namun kepekaan terhadap bau ini
akan dapat rusak akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf penciuman. Pada
kandungan H2S = 0,01 % untuk selama waktu 15 menit, maka kepekaan
manusia akan bau ini sudah akan hilang.

5) Sulfur Dioksida (SO2)


Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak bisa
terbakar. Merupakan gas racun yag terjadi apabila ada senyawa belerang
yang terbakar. Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat membantu
pada mata, hidung dan tenggorokan. Harga ambang batas ditetapkan
pada keadaan gas = 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu terdedah yang
singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.

6) Nitrogen Oksida NOX)


Gas nitrogen oksida sebenarnya merupakan gas yang ‘inert’,
namun pada keadaan tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat
menghasilkan gas yang sangat beracun. Terbentuknya dalam tambang
bawah tanah sebagai hasil peledakan dan gas buang dari motor bakar.
NO2 merupakan gas yang lebih sering terdapat dalam tambang dan
merupakan gas racun. Harga ambang batas ditetapkan 5 ppm, baik
untuk waktu terdedah singkat maupun untuk waktu 8 jam kerja. Oksida
notrogen yang merupakan gas racun ini akan bersenyawa dengan
kandungan air dalam udara membentuk asam nitrat, yang dapat merusak
paru-paru apabila terhirup oleh manusia.

7) Gas Pengotor Lain


Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas pengotor lain adalah
gas Hidrogen yang dapat berasal dari proses pengisian aki (battery) dan
gas-gas yang biasa terdapat pada tambang bahan galian radioaktif
seperti gas radon.

c. Pengendalian Gas-Gas Tambang

Beberapa cara pengendalian berikut ini dapat dilakukan terhadap


pengotor gas pada tambang bawah tanah :

1) Pencegahan (Preventation)
a) Menerapkan prosedur peledakan yang benar
b) Perawatan dari motor-motor bakar yang baik
c) Pencegahan terhadap adanya api

2) Pemindahan (Removal)
a) Penyaliran (drainage) gas sebelum penambangan
b) Penggunaan ventilasi isap lokal dengan kipas

Tabel 4
Sifat Bermacam Gas

Nama Sim Berat Sifat fisik Pengaruh Sumber Amban Amb Kisar
Bol Jenis Utama g batas ang ledak
Udara TLU- bata

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 7 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

=1 TWA s
(%) TLU-
C
(%)
Oksigen O2 1,105 Tdk berwarna Bukan Udara normal
6 tdk berbau,tdk racun tdk
ada rasa berbahay
a
Nitrgen N2 0,967 Tdk Bukan Udara normal
3 berwarna, Racun lapisan
tdk tapi
berbau,tdk Menyesak
ada rasa kan
Karbon CO2 1,529 Tdk Sesak Pernafasan,la 0,5
Dioksida 1 berwarna, nafas pisan,motor
tdk berkering bakar,peledak
berbau,rasa at an
agak asam
Methan CH4 0,554 Tdk Menyesak Lapisan, 5–
5 berwarna, kan nafas motor bakar, 15
tdk dapat peledakan
berbau,tdk meledak
ada rasa
Karbon CO 0,967 Tdk Racun Nyala 0,005 12.5
Monoksid 2 berwarna, dapat api,peledakan – 74
a tdk meledak ,motor bakar,
berbau,tdk oksidasi
ada rasa
Hidrogen H2S 1,191 Tdk Racun Lapisan air 0,001 4–
sulfida 2 berwarna, dapat tanah,pele 44
bau telur meledak dakan
busuk, rasa
asam
Sulfur SO2 2,263 Tdk Racun Pembakaran 0,000
Dioksida 6 berwarna, sulfida,motor 5
bau bakar
mangganggu
, rasa asam
Nitrogen NO2 1,589 Bau tajam, Racun Peledakan,m 0,0
Oksida N2O 5 warna coklat, otor bakar 005
rasa pahit
Hidrogen H2 0,069 Tdk Dapat Air pada 4–
5 berwarna, meledak api,panas 74
tdk bateray
berbau,tdk
ada rasa
Radon RA 7,665 Radio lapisan IWL ? -
aktif

3) Absorpsi (Absorption)
a) Penggunaan reaksi kimia terhadap gas yang keluar dari mesin
b) Pelarutan dengan percikan air terhadap gas hasil peledakan

4) Isolasi (Isolation)
a) Memberi batas sekat terhadap daerah kerja yang terbakar
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 8 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

b) Penggunaan waktu-waktu peledakan pada saat pergantian gilir atau


waktu-waktu tertentu

5) Pelarutan
a) Pelarutan lokal dengan menggunakan ventilasi lokal
b) Pelarutan dengan aliran udara utama

Biasanya cara pelarutan akan memberikan hasil baik, tetapi sering


beberapa cara tersebut dilakukan bersama-sama.

Jumlah udara segar yang diperlukan untuk mengencerkan suatu


masukan gas sampai pada nilai MAC adalah:

Q = (Qg/ (MAC) – B) – Qg

Dimana ; Qg = masukan gas pengotor


B = konsentrasi gas dalam udara normal
Contoh.:
Suatu masukan gas pengotor dengan laju 10 cfm memasuki suatu
ruang kerja. Apabila MAC = 10 % maka banyaknya udara segar yang
diperlukan adalah:

Q = (10 / (0,1-0)) - 10 = 100 – 10 = 90 cfm

d. Karakteristik Debu, Sumber dan Cara Penanganannya

1) Perilaku Dinamik Partikel Debu


Debu yang dihasilkan dalam operasi tambang bawah tanah dapat
menimbulkan masalah kesehatan bagi para pekerjanya.
Partikel debu yang sering dijumpai di alam biasanya terdiri dari
partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari pada 40 mikron.
Sedangkan partikel terkecil yang dapat dilihat melalui mikroskop adalah
0,25 mikron. Kurang lebih 80 % debu hasil dari operasi tambang
mempunyai ukuran partikel sekitar dibawah 1 mikron.
Partikel debu, baik yang dapat menimbulkan efek patologis atau
terbakar, umumnya berukuran lebih kecil dari 10 mikron. Sedangkan
partikel debu yang lebih kecil dari 5 mikron diklasifikasikan sebagai debu
yang terhisap (respirable dust). Partikel debu dengan ukuran lebih besar
dari 10 mikron sangat sulit untuk tersuspensi di udara dalam waktu yang
lama, kecuali kecepatan aliran udara sangat tinggi. Sedangkan partikel
debu yang sering dijumpai di tambang bahwah tanah mempunyai ukuran
rata-rata antara 0,5 – 3 mikron.
Partikel debu dengan ukuran dibawah 10 mikron, yang berbahaya
bagi kesehatan, tidak mempunyai inertia sehingga akan tersuspensi di
aliran udara. Oleh karenanya kontrol debu selalu berhubungan dengan
debu yang berukuran tersebut.

2) Klasifikasi Debu
Klasifikasi debu pada dasarnya dapat dibedakan menurut tingkat
bahaya terhadap fisiologis dan kemampuledakannya. Berikut ini adalah
klasifikasi yang diurut menurut menurunnya tingkat bahaya.

a) Debu Fibrogenik (berbahaya terhadap pernafasan);


(1) Silika (kuarsa dan chert)

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 9 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

(2) Silikat (asbestos, talk mika dan silimanit)


(3) Metal fumes/ asap logam
(4) Bijih timah
(5) Bijih besi (beberapa)
(6) Karborondum
(7) Batubara (antrhracite dan bituminous)

b) Debu Karsinogenik
(1) Kelompok Radon
(2) Asbestos
(3) Arsenik

c) Debu Racun (racun terhadap organ tubuh dan jaringan/tissues)


(1) Bijih berilium
(2) Arsenik
(3) Timah hitam
(4) Uranium
(5) Radium
(6) Torium
(7) Kromium
(8) Vanadium
(9) Air raksa
(10) Kadmium
(11) Antimoni
(12) Selenium
(13) Mangan
(14) Tungsten
(15) Nikel
(16) Perak (khusus oksida dan karbonat)

d) Debu Radioaktif (membahayakan karena radiasi sinar alpha α dan


sinar betha β
(1) Bijih uranium
(2) Radium
(3) Torium

e) Debu Ledak (terbakar diudara)


(1) Debu logam (magnesium, aluminium, seng, timah, dan besi)
(2) Batubara (bituminuous dan lignit)
(3) Bijih sulfida
(4) Debu organik

f) Debu pengganggu (sedikit mengganggu)


(1) Gipsum
(2) Kaolin
(3) Gamping

g) Debu inert (tidak membahayakan)


- Tidak ada

3) Efek Fisiologis dari Debu Fibrogenik

Pengaruh buruk dari debu fibrogenik dapat dipahami bila


komponen dan fungsi dari sistem pernafasan diketahui dengan baik.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 10 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Jalur dari lubang dan mulut terus berhubungan dengan trachea di


dalam tenggorokan yang selanjutnya ke bronchial. Jalur ini mengalirkan
udara ke paru-paru bagian kiri dan kanan. Kemudian masing-masing
bercabang lagi ke jalur-jalur kecil, yaitu bronchioli. Pada ujung bronchioli
terdapat kantung-kantung alveoli dimana terjadi oksiginasi darah.
Sistem pernafasan manusia dilengkapi dengan sistem
perlindungan terhadap debu. Rambut/bulu hidung akan menyaring
partikel debu yang besar (> 5 – 10 µm). “Mucous membrance’ yang
melapisi hidung dan tenggorokan juga akan menangkap debu.
Selanjutnya di dalam trachea dan bronchi, sejenis rambut/bulu akan
menahan partikel debu berukuran (5 – 10 µm). dapat dikatakan tidak ada
debu berukuran > 1µ yang masuk ke aveoli.

4) Penyakit Pernafasan
Debu dapat menyebabkan penyakit pernafasan fibrous dan non
fibrous atau disebut juga pnemoconiosis. Nama-nama jenis penyakit
sejenis ini dan jenis debu penyebabnya antara lain sebagai berikut;

a) Silicosis – akibat silika bebas


b) Silicotuberculosis – komplikasi tuberkolosis ooleh silika
c) Asbestosis – akibat asbestos
d) Silicatosis - akibat silika lain
e) Siderosis – akibat bijih besi
f) Pekerja tambang batubara bawah tanah – pneumoconiosis
(blacklung) – atau anthracosilosis – akibat batubara baik bituminous
maupun anthracite.

Yang paling serius dari kesemua jenis penyakit itu adalah silicosis.
Sedangkan debu yang dianggap sangat berbahaya dan dapat
menimbulkan penyakit kanker adalah:
• Crocidolite (asbestos)
• Keluarnga radon (kanker paru-paru)
• Chrysotile (asbestos)
• Arsenic.

5) Faktor-Faktor Yang Menentukan Kebahayaan Debu Kepada Manusia

Tingkat bahaya debu pada kesehatan dipengaruhi oleh beberapa


faktor antara lain ; komposisi debu, kosentrasi, ukuran partikel, lamanya
waktu berhubungan, dan kemampuan individual.
a) Komposisi Debu
Ditinjau dari tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan komposisi
mineralogi debu lebih penting dibandingkan komposisi kimiawi atau
sifat fisiknya. Sebagai contoh silika bebas memiliki aktivitas kimia
yang lebih besar di dalam paru-paru dibandingkan silika campuran.
Namun pada kasus asbestos, efek mekanik lebih penting,
sedangkan untuk debu beracun, kelarutan merupakan faktor penting.
b) Konsentrasi
Konsentrasi debu di udara dapat dinyatakan dengan dua cara yaitu:
atas dasar jumlah : satuan = mppcf (million of particles per
cubic foot)
= ppcc (particles per cubic
centimeter)

atas dasar berat : satuan = mg/m3.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 11 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Faktor konsentrasi merupakan faktor terpenting kedua


setelah komposisi. Secara umum debu dapat membahayakan paru-
paru jika konsentrasinya lebih besar dari 0,5 mg/m3.
Untuk debu-debu beracun radioaktif konsentrasi yang lebih
kecil pun dapat membahayakan.

c) Ukuran Partikel
Debu berukuran haslus (< 5 µm) merupakan debu yang paling
berbahaya karena luas permukaannya besar, dengan demikian
aktivitas kimianya pun besar. Selain itu debu halus tergolong debu
yang dapat dihirup (respirable dust) karena mungkin tersuspensi di
udara.

d) Lamanya Waktu Terdedah (exposed time)


Penyakit akibat debu umumnya timbul setelah seseorang
bekerja di lingkungan yang berdebu untuk suatu jangka waktu yang
cukup lama. Waktu rata-rata perkembangan penyakit silicosis berkisar
antara 20 sampai 30 tahun.

e) Kemampuan Individual
Faktor kemampuan individu terhadap bahaya debu sampai
saat ini merupakan faktor yang belum dapat dikuantifikasi.

Dapat disimpulkan bahwa penyakit akibat debu atau


‘pneumoconiosis’ dipengaruhi oleh kombinasi dari kelima faktor diatas.
Hubungan antara kelima faktor di atas dapat dilihat pada gambar 2
berikut;

Gambar 2.
Hubungan Antara Konsentrasi Rata-Rata Debu Dan Lamanya Waktu
Berhubungan Terhadap Gejala ‘Pneumoconiosis’ (Hartman,1982)

C. PENGENDALIAN KUANTITAS UDARA

Pengendalian kuantitas berkaitan dengan beberapa masalah seperti,


perpindahan udara, arah aliran, dan jumlah aliran udara.
Dalam pengendalian kualitas udara tambang baik secara kimia atau fisik,
udara segar perlu dipasok dan pengotor seperti debu, gas, panas, dan udara
lembab harus dikeluarkan oleh sistem ventilasi.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 12 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Dengan memperhatikan beberapa faktor tersebut diatas, maka kebutuhan


udara segar di tambang bawah tanah kadang-kadang lebih besar dari pada 200
cfm/orang atau bahkan hingga 2.000 cfm/orang. Kondisi tambang bawah tanah saat
ini sudah banyak yang menyediakan aliran udara untuk sebanyak 10 – 20 ton udara
segar per ton mineral tertambang.

1. Perubahan Energi Di Dalam Aliran Fluida

Ventilasi tambang biasanya merupakan suatu contoh aliran tunak


(steady), artinya tidak ada satupun variabelnya yang merupakan fungsi waktu.
Salah satu tujuan dari perhitungan ventilasi tambang adalah penentuan kuantitas
udara dan rugi-rugi, yang keduanya dihitung berdasarkan perbedaan energi.
Hukum konservasi energi menyatakan bahwa energi total di dalam suatu
sistem adalah tetap, walaupun energi tersebut dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk lainnya.

Gambar 3
Sistem Aliran Fluida
Perhatikan gambar 3, dimana;

Energi total 1 = energi total 2 + kehilangan energi … … … … … … .. (1)

Atau;

Energi masuk sistem = energi keluar sistem

Jadi didapat persamaan yang disebut persamaan Bernouli :

(P1/w) + (V12/2g) + ( Z1) = (P2/w) + (V22/2g) + ( Z2) + Hl … … .. … .. … … (2)

Dimana :
(P/w) = energi statik /head statik
(V2/2g) = energi kecepatan /head kecepatan
Z = energi potensial /head potensial
Hl = energi kehilangan /head kehilangan
Setiap suku dalam persamaan diatas pada dasarnya adalah energi spesifik
dalam satuan ft. lb/lb atau ft. Karena ft adalah ukuran head fluida, maka suku-suku
tersebut dapat dinyatakan sebagai ‘presure head’ atau ‘head’ saja.

Sehingga persamaan (1) dapat ditulis menjadi :

Ht1 = Ht2 + Hl … … … … … … … … … … … … … … (3)

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 13 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Dan Persamaan (2) menjadi :

Hs1 + Hv1 + Hz1 = Hs2 + Hv2 + Hz3 + Hl… … … … … … … … (4)

Dimana ;
Hs = head statik
Hv = head kecepatan
Hz = head potensial

Energi potensial dapat dihitung dengan cara memasukkan besaran


perbedaan tinggi, yakni;

P = w1 H1 = w2 H2

Dimana :
P= tekanan, dalam Pa atau lbs/sq.ft.
W1 = bobor isi udara, dalam kg/m3 atau lbs/cuft.
H = head, dalam m atau ft.

Dengan bobot isi air = 62,4 lb/ft3, pengaruh berda tinggi untuk kolom 1 inci air
pada kondisi udara standar adalah :

H1 = (w2 H2/ w1) = ((62,4 lb/ft3)(1 in)/ (0,0750 lb/ft3))

= 532 in = 69,3 ft udara

Jadi untuk udara diatas permukaan air laut, suatu kenaikan elevasi sebesar
69,3 ft akan menaikkan head potensial Hz sebesar 1 in dan sebagai kompensasinya
head statik akan turun juga sebesar 1 in. Dalam praktek, konversi sebesar 70 ft
udara ekuivalen dengan 1 in air.

Jika head potensial (Hz) diperhitungkan dalam persamaan (4) maka head
statik dinyatakan dalam tekanan gauge. Oleh karena itu head statik diukur dari
datum tertentu.

Gambar 4 menunjukkan perhitungan energi aliran udara untuk susunan


saluran udara yang diletakkan secara mendatar dan tegak.

• Untuk posisi mendatar :

HT1 = Hs1 + Hv1 + Hz1


HT2 = Hs2 + Hv2 + Hz2
HT1 = HT2 + HL

Dengan menggunakan tekanan absolut :

(4 + 408) + 1 + 0 = ( 1 + 408 ) + 1 + 0 + 3
413 = 413

Dengan tekanan gage :

4+1+0 = 1+1+0+3
5 = 5

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 14 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Gambar 4
Susunan Saluran Udara Mendatar dan Tegak

• Untuk posisi tegak :

HT1 = HT2 + HL

Dengan tekanan absolut :

(4 + 408) + 1 + 0 = (1 + 407 ) + 1 + 1 + 3
413 = 413

Dengan tekanan gage :

4+1+0 ≠ 1+1+1+3
5 ≠ 6
Perhitungan dengan tekanan gage salah karena tidak mempertimbangkan
perubahan datum yang terjadi karena perubahan elevasi.

Pada prakteknya penggunaan tekanan absolut dalam perhitungan ventilasi


membuat rumit. Oleh karena itu diterapkan konvensi penggunaan tekanan gage
sebagai basis perhitungan dengan cara menghilangkan Hz dalam semua
perhitungan.

Dengan demikian persamaan energi yang disederhanakan menjadi :

Ht1 = Ht2 + HL

Hs1 + Hv1 = Hs2 + Hv2 + HL .. … … … … … … … … … … (5)

Persamaan ini berlaku selama pengukuran dan perhitungan head statik


didasarkan pada tekanan gage. Namun persamaan tersebut tidak berlaku untuk
ventilasi alam dimana Hz tidak bisa diabaikan.

2. Prinsip Pengaliran Udara Serta Kebutuhan Udara Tambang


2
3 a. Head Los
Aliran udara terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang
ditimbulkan antar dua titik dalam sistem. Energi yang diberikan untuk

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 15 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

mendapatkan aliran yang tunak (steady), digunakan untuk menimbulkan


perbedaan tekanan dan mengatasi kehilangan aliran (HL).

Head los dalam aliran udara fluida dibagi atas dua komponen, yaitu :
‘friction loss (Hf)’ dan ‘shock loss (Hx)’. Dengan demikian head loss adalah:

HL = Hf + Hx … … … … … … … … … … …… … … (6)

Friction loss menggambarkan head loss pada aliran yang linear melalui
saluran dengan luas penampang yang tetap. Sedangkan shock loss adalah
kehilangan head yang dihasilkan dari perubahan aliran atau luas penampang
dari saluran, juga dapat terjadi pada inlet atau titik keluaran dari sistem,
belokan atau percabangan, dan halangan-halangan yang terdapat pada
saluran.

b. Mine Head
Untuk menentukan jumlah aliran udara yang harus disediakan untuk
mengatasi kehilangan head (head losses) dan menghasilkan aliran yang
diinginkan, diperlukan penjumlahan dari semua kehilangan energi aliran.
Pada suatu sistem ventilasi tambang dengan satu mesin angin dan
satu saluran keluar, komulatif pemakaian energi disebut ‘mine head’, yaitu
perbedaan tekanan yang harus ditimbulkan untuk menyediakan sejumlah
tertentu udara ke dalam tambang.

1) Mine statik head (mine Hs)


Merupakan energi yang dipakai dalam sistem ventilasi untuk
mengatasi seluruh kehilangan head aliran. Hal ini sudah termasuk semua
kehilangan dalam head loss yang terjadi antara titik masuk dan keluaran
sistem dan diberikan dalam bentuk persamaan:

Mine Hs = Σ HL = Σ (Hf + Hx)

2) Mine velocity head (mine Hv)


Dinyatakan sebagai velocity head pada titik keluaran sistem.
Velocity head akan berubah dengan adanya luas penampang dan
jumlah saluran dan hanya merupakan fungsi dari bobot iisi udara dan
kecepatan aliran udara. Jadi bukan merupakan suatu head loss komulatif,
namun untuk suatu sistem merupakan kehilangan, karena energi kinetik
dari udara dilepaskan ke atmosfer.

Mine total head (mine HT)


3)
Merupakan jumlah keseluruhan kehilangan energi dalam sistem
ventilasi. Secara matematis, merupakan jumlah dari mine statik (Hs) dan
velocity head (Hv), yaitu :
Mine HT = mine Hs + mine Hv
3. Gradien Tekanan (Gradien Hidrolik)

Penampilan berbagai komponen head dari persamaan umum energi


secara grafis dapat menjelaskan gradien tekanan. Gambar 5 menunjukkan
gradien tekanan untuk suatu sistem aliran udara sederhana. Tampak dari
gambar tersebut bahwa ada 3 gradien yang jelas, yaitu : elevasi, statik + elevasi
(termasuk tekanan atmosfer) dan head total. Dalam ventilasi tambang, hanya
gradien tekanan statik dan total yang di plot. Efek elevasi dapat diabaikan dan
datum yang digunakan paralel dengan garis tekanan barometrik.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 16 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Pengaliran udara melalui sistem tekan (boeling) dilakukan dengan


meletakkan sumber penekan udara di lubang masuk dan menaikkan tekanan
udara tambang hingga diatas tekanan atmosfer (lihat gambar 6). Pada gambar 6
tampak bahwa perubahan tekanan ditunjukkan oleh head kecepatan (Hv), head
gesek (Hf), subskrip a, b, c, menggambarkan posisi saluran, sedangkan subskrip
d, e, dan f masing-masing mewakili kondisi shock losses akibat pengembangan,
penyempitan, dan pengeluaran. Perlu diperhatikan bahwa pada sistem ini semua
head positif kecuali pada bagian masuk.

Gambar 5
Gradien Tekanan Untuk Sistem Aliran Udara Sederhana

Gambar 6
Gradien Tekanan Pada Sistem Ventilasi Tekan

Untuk menggambarkan sistem gradien tekanan perlu memperhatikan


beberapa hal berikut :
• Head tekanan total selalu nol pada bagian masuk sistem, tetapi positif
dan sama dengan head kecepatan di bagian keluar.
• Head keamanan statik selalu negatif dan sama dengan head kecepatan
pada bagian masuk tetapi nol pada bagian keluar.
• Head total pada setiap titik digambarkan dahulu, dan head statik
berikutnya yang sama dengan pengurangan head total terhadap head
kecepatan.

Bila sumber tekanan aliran udara ditempatkan pada bagian keluar disebut
sistem ventilasi exhaust. Penggambarannya dilakukan sama dengan sistem
tekan, kecuali bahwa bagian masuk dianggap sebagai titik mula (lihat gambar 7).

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 17 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Pada sistem ‘booster’, sumber pembuat tekanan (fan) diletakkan antara


bagian masuk dan bagian keluar. Umumnya fan akan menerima udara di bawah
tekanan atmosfer dan mengeluarkan di atas tekanan atmosfer (lihat gambar 8).

Gambar 7
Gradien Tekanan Sistem Ventilasi Exhaust

Gambar 8
Gradien Tekanan Pada Sistem ‘Booster’

4. Keadaan Aliran Udara Di Dalam Lubang Bukaan

Dalam sistem aliran fluida akan selalu ditemui keadaan aliran : laminer,
entermediate dan turbulent. Kriteria yang dipakai untuk menentukan keadaan
aliran adalah bilangan Reynold (NRe). Bilangan Reynold untuk aliran laminer
adalah ≤ 2000 dan untuk turbulent di atas 4000.
NRe = (ρ D V )/( µ ) = ( D V ) / (υ) … … … … … … …… … … … (7)

Dimana:
ρ = rapat massa fluida (lb.det2/ft4 atau kg/m3)
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 18 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

υ = viskositas kinematik (ft2/detik atau m3/detik)


µ = viskositas absolut (=ρυ ; lb detik/ft2 atau ρa.detik)
D = diameter saluran fluida (ft atau m)
V = kecepatan aliran fluida (ft/detik)

Untuk udara pada temperatur normal υ = 1.6 x 10-4 ft2/detik


atau 14.8 x 10-6 m2/detik.
Maka:
NRe = 6.250 DV atau,

NRe = 67.280 DV untuk SI

Dengan menganggap bahwa batas bawah aliran turbulent dinyatakan


dengan NRe = 4.000, maka kecepatan kritis dari suatu dimensi saluran fluida
dapat ditentukan dengan :

Vc = (60 NRe)/ 6.250 D = (60)(4000)/ (6.250 D) = 38,4 / D (fpm)

Atau kira-kira Vc ≅ 40 / D

Aliran turbulen hampir selalu terjadi pada lubang bukaan tambang bawah
tanah. Pipa saluran udara dengan diameter lebih kecil 1 ft jarang dipakai di
tambang, oleh karena itu kecepatan di atas 40 fpm selalu menghasilkan aliran
turbulent.

Distribusi kecepatan dan bilangan Reynold didalam suatu saluran bulat


ditunjukkan pada gambar 9 berikut.

Gambar 9
Distribusi Kecepatan Aliran Di Dalam Lubang Bulat

Kecepatan maksimum terjadi pada pusat lubang, tetapi bilangan


Reynoldnya berbeda-beda. Yang paling penting untuk ventilasi adalah
kecepatan rata-rata, karena itu pengukuran kecepatan pada garis sumbu saja
tidak cukup. Karena bilangan Reynold di dalam suatu sistem ventilasi tambang
biasanya lebih besar dari pada 10.000, kecepatan rata-rata seringnya dapat
dinyatakan sebagai berikut : V = 0.8 Vmax.

5. Perhitungan Head Loss

Head loss terjadi karena adanya aliran udara akibat kecepatan (Hv),
gesekan (Hf) dan tikungan saluran atau perubahan ukuran saluran (Hx).

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 19 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Jadi dalam suatu sistem ventilasi distribusi head loss dapat disederhanakan
sebagai berikut :
Hs = ∑ HL
= ∑ (Hf + Hx)
Hv = Hv pada keluaran
Dan
Ht = Hs + Hv

a. Velocity head
Walaupun bukan merupakan suatu head loss, secara teknis dapat
dianggap suatu kehilangan. Velocity head merupakan fungsi dari kecepatan
aliran udara, yakni:
Hv = (V2)/(2g) … … … … … … … … … … … … … … … (8)
Dimana:
Hv = velocity head
V = kecepatam aliran (fps)
G = percepatan gravitasi (ft/dt2)
Dari persamaan diatas, diperoleh turunan berikut :

Hv = ((w V2)/(5,2)(64,4)(60)2) = w ((V)/ (1.098))2


Atau :

Hv = ((V)/(4.000))2
Persamaan terakhir menyatakan bahwa kecepatan aliran sebesar 400
fpm ekuivalen dengan head kecepatan sebesar 1 inchi. Untuk
mempermudah perhitungan konversi dari kecepatan dan head kecepatan
dapat menggunakan nomogram yang ditunjukkan pada gambar 10

b. Friction Loss

Besarnya head loss akibat gesekan dalam aliran udara melalui lubang
bukaan di tambang bawah tanah sekitar 70 % hingga 90 % dari total
kehilangan (head loss). Friction loss merupakan fungsi dari kecepatan aliran
udara, kekasaran muka lubang bukaan, konfigurasi yang ada di dalam
lubang bukaan, karakteristik lubang bukaan dan dimensi lubang bukaan.
Persamaan mekanika fluida untuk friction loss pada saluran berbentuk
lingkaran adalah:

HL = f (L/D)(V2/2g) … … … … … … … … … … … … … … … … (9)

Dimana:
L = panjang saluran
D = diameter saluran (ft)
V = kecepatan (fpm)
F = koefisien gesekan

Untuk memudahkan perhitungan pada bermacam-macam bentuk


saluran, diperoleh dengan menyatakan head loss dalam bentuk radius
hidrolik (hydroulic radius) RH, yaitu perbandingan antara luas penampang A
terhadap perimeter atau keliling P dari saluran. Untuk saluran berbentuk
lingkaran, RH adalah:
RH = A/P = (1/4.π D2)/π.D = D/4

Dengan demikian maka diperoleh persamaan :

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 20 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

HL = f (L/4 RH)(V2/2g)

Untuk friction loss pada ventilasi tambang (dikenal sebagai rumus


Atkinson) didapat sebagai berikut :

Hf = (f/5,2)(l/4RH)(0,075V2/2g(60)2) = (K/5,2)(L/RH)(V2)

= (KPLV2) / (5,2 A) = (KSV2)/ (5,2 A)

karena debit , Q = V x A, maka persamaan ditas menjadi;

Hf = (KPLQ2) / (5,2 A3)

Dimana :
Hf = friction loss (inch water)
V = kecepatan aliran
K = faktor gesekan untuk densitas udara standar (lb.men2/ft4)
A = luas penampang saluran (ft2)
S = rubbing surface (ft2) = PL
P = keliling saluran (ft)
L = panjang saluran (ft)
Q = debit udara (cfm)
Faktor gesek K didalam sistem ventilasi tambang berhubungan
dengan koefisien gesek dalam aliran umum fluida. Untuk bobot isi udara
standard:

K ≈ (800)(10)-10 f

Sebenarnya di dalam aliran turbulen nilai f berubah sesuai dengan


NRe. Tetapi pada ventilasi tambang K dianggap konstan dan besarnya untuk
berbagai kondisi lubang bukaan tambang bawah tanah bukan batubara
dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5
Faktor Gesek K untuk Lubang Bukaan Tambang Bawah Tanak Bukan Batubara

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 21 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

c. Shock Loss

Shock loss terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan arah aliran
dalam saluran atau luas penampang saluran udara dan merupakan
tambahan terhadap friction losses. Walaupun besarnya hanya sekitar 10 % -
30 % dari head loss total di dalam ventilasi tambang, tetapi tetap harus
diperhatikan.
Berdasarkan sumber yang menimbulkan shock loss, pada dasarnya
berkurangnya tekanan sebanding dengan kuadrat kecepatan atau
berbanding lurus dengan velocity head.

Perhitungan shock loss dapat dilakukan secara langsung sebagai berikut :


Perhitungan shock loss, Hx dalam inci air dapat dihitung dari velocity head,
yakni
Hx = X Hv
Dimana;
Hx = shock loss
X = faktor shock loss

Formula untuk menentukan faktor shock loss ter lihat pada tabel 6.

Tabel 6
Panjang Ekuivalen Untuk Berbagai Sumber Shock Loss (ft)

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 22 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Sumber Le
Feet Meter
Bend, acute, round 3 1
Bend, acute, sharp 150 45
Bend, right, round 1 1
Bend, right, sharp 70 20
Bend, obtuse, round 1 1
Bend, obtuse, sharp 15 5
Doorway 70 20
Overcast 65 20
Inlet 20 6
Discharge 65 20
Contraction, gradual 1 1
Contraction, abrupt 10 3
Expansion, gradual 1 1
Expansion, abrupt 20 6
Splitting, straight branch 30 10
Splitting, straight branch (90o) 200 60
Junction, straight branch 60 20
Junction, deflected branch (90o) 30 10
Mine car or skip (20 % of airway area) 100 30
Mine car or skip (40 % of airway area) 500 150

d. Kombinasi Friction dan Shock Loss

Head loss merupakan jumlah dari friction loss dan shock loss, maka ;
HL = Hf + Hx
= (KP (L + Le)Q2)/ 5,2 A3
dimana ;
HL = head loss (inci air)
Le = panjang ekuivalen (ft)
K = faktor gesekan untuk density udara standar
Q = debit udara (cfm)
A = luas penampang saluran (ft2)
L = panjang saluran (ft)

6. Air Horsepower
Daya yang diperlukan untuk mengatasi kehilangan energi dalam aliran
udara disebut Air Horsepower (Pa):
Pa = pQ = 5,2 HQ lb ft/menit
Pa = 5,2 HQ / 33.000 = (HQ / 6.346) HP

7. Teori Perhitungan Jaringan Ventilasi

a. Hubungan Antara Head dan Kuantitas


Seperti sudah diketahui dari persamaan Atkinson bahwa head
merupakan fungsi kuantitas aliran udara
HL ~ Q2
HS ~ Q2
HV ~ Q2
HT ~ Q2
Oleh karenanya persamaan head loss untuk ventilasi tambang ditulis
sebagai berikut :
H ~ Q2

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 23 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Dalam upaya menanggulangi masalah ventilasi perlu diketahui


karakteristik ventilasi tambang dengan cara membuat grafik antara head dan
kuantitas aliran udara dari suatu sistem. Yang dimaksud dengan sistem disini
adalah sebagian dari tambang atau keseluruhan tambang jika digunakan
hanya 1 fan. Grafik ini disebut kurva karakteristik tambang.
Dalam pembuatan kurva, kuantitas diasumsikan dahulu, kemudian
head ditentukan dengan persamaan :

H1/H2 = (Q1/Q2)2 , atau


H2 = H1 (Q2/Q1)2

b. Tahanan Saluran Udara Tambang (Airway Resistance)

Hubungan dasar antara head dengan kuantitas aliran udata dinyatakan pada
persamaan Atkinson yang dapat dituliskan sebagai berikut :
HL = R Q2
Dimana , R = konstanta proporsionalitas.
R = KP (L + Le) / 5,2 A3
Untuk sistem ventilasi tambang, R kemudian disebut tahanan ekuivalen.
Tahanan ekuivalen serupa dengan sistem aliran listrik yang mengikuti hukum
Ohm.

• Hukum Kirchoff
Ada dua dasar aturan dalam mempelajari sistem aliran listrik, yang dapat
digunakan pada sistem jaringan ventilasi.
• Hukum Kirchoff 1
Bila ada aliran-aliran udara yang masuk melalui sutau titik atau
disebut juga Junction dan keluar lagi ke percabangan, maka udara
keluar harus sama dengan udara masuk (lihat gambar 10)
Q1 + Q2 = Q3 + Q4 = 0
Bila aliran udara keluar persimpangan dinyatakan positif dan
yang masuk dinyatakan negatif, maka;
Q1 + Q2 - Q3 - Q4 = 0
Atau ;
∑Q = 0

Q1 Q3

Q2 Q4

Gambar 10
Aplikasi Hukum Kirchoff 1
• Hukum Kirchoff 2

Penjumlahan kehilangan tekanan pada jalur tertutup sama dengan


nol;

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 24 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

∑ HL = 0
Menurut gambar 4-12 jelas bahwa head loss jaringannya menjadi;
HL = Hla + HLb + HLc - HLd = 0

Hla , HLb dan HLc adalah positif karena aliran udara Q1 bergerak
melalui a, b, dan c dengan arah yang sama, sedangkan HLd adalah
negatif karena udara Q2 mengalir dengan arah berlawanan terhadap
aliran lainnya.

Gambar 11
Aplikasi Hukum Kirchoff 2

Menurut Atkinson, persamaan tersebut di atas dapat dibentuk menjadi ;

∑ HL = Ra Q1 Q1 + Rb Q1 Q1 + Rc Q1 Q1 – Rd  Q2 Q2 = 0

c. Jaringan Seri

Dalam sistem ventilasi ada dua kemungkinan jaringan Seri dan Paralel (lihat
gambar 12)

Gambar 12
Rangkaian Jaringan Ventilasi Seri

Rangkaian jaringan ventilasi seri seperti tampat pada gambar 13.a


dapat disederhanakan dalam bentuk jaringan ventilasi seri seperti ditunjukkan
pada gambar 13.b.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 25 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Gambar 13
Saluran Aliran Udara : a) Hubungan Seri; b) Saluran Ekuivalen

Jumlah aliran udara yang mengalir melalui masing-masing saluran adalah


sama:
Q = Q 1 = Q2 = Q 3
Dan; HL1 + HL2 + HL3 - Hm = 0

Hm = head loss (head statik)


Atau ; HL = HL1 + HL2 + HL3 …

Maka persamaan head loss dapat ditulis sebagai berikut :

HL = R1Q2 + R2Q2 + R3Q2

Atau; HL = (R1 + R2 + R3 + .. ) Q2 = Req.Q2.

Tahan equivalen hubungan seri saluran adalah :

Req. = HL / Q2.

4 d. Jaringan Paralel

Bila jaringan ventilasi dihubungkan secara paralel, maka aliran udara


dibagi menurut jumlah cabang paralel, yang besarnya masing-masing tergantung
kepada tahanan salurannya. Di dalam ventilasi tambang, percabangan paralel ini
disebut sebagai ‘splitting’ sedangkan cabangnya sendiri disebut ‘split’. Kalau
jumlah aliran udara dibagi ke percabangan paralel menurut karakteristik
alamiahnya tanpa peraturan, hal ini disebut ‘natural splitting’

Sedangkan splitting terkendali berlaku bila pembagian jumlah aliran udara


diatur dengan memasang beberapa penyekat (regulator) di dalam saluran udara
yang dikehendaki.

Menurut hukum Kirchoff 1;

Q = Q1 + Q2 + Q3 + …
Maka bila aliran udara didalurkan kepercabangannya paralel maka jumlah
total aliran udara merupakan penjumlahan jumlah aliran udara setiap saluran.
Demikian juga halnya dengan head loss.
Menurut hukum Kirchoff 2 ;
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 26 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

HL = HL1 = HL2 = HL3 = …

Tahanan ekuivalen saluran hubungan paralel ditunjukkan pada gambar


16. Pada gambar ini tampak bahwa aliran udara Q dibagi menjadi Q1, Q2, dan
Q3 yang masing-masing melalui tahanan saluran R1, R2, dan R3. Bila tahanan
saluran masing-masing dinyatakan dalam satu nilai atau didapat tahanan
ekuivalen yang perhitungannya sesuai dengan cara yang dilakukan pada
masalah listrik, maka persamaan Atkinson untuk Junction A adalah;

Q = √ HL/R1 + √ HL/R2 + √ HL/R3

Atau; Q = √ HL ( 1/√R1 + 1/√R2 + 1/√R3) = √ HL (√1/Req.)

Sedangkan : √1/Req. = 1/√R1 + 1/√R2 + 1/√R3 + …

Gambar 14
Saluran Aliran Udara Paralel dan Saluran Ekuivalen

5 e. Analisis Jaringan Kompleks

Suatu jaringan disebut komleks jika sirkuit-sirkuit paralel saling tumpang


tindih dan terkait. Pemisahan sirkuit-sirkuit tersebut tidak dapat dilakukan atau
dengan kata lain jaringan tersebut tidak dapat disederhanakan menjadi saluran
ekuivalen.

Gambar 15
Penyelesaian Grafis Jaringan Ventilasi Sederhana
6 f. Pencabangan Terkendali

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 27 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Jika saluran udara diatur secara paralel dan jumlah udara yang mengalir
ke setiap cabangnya ditentukan, maka diterapkan percabangan terkendali
(controlled splitting). Pengendalian tersebut umumya dilakukan dengan cara
membuat tahanan buatan pada salah satu cabang. Cabang yang tidak diberi
tahanan buatan disebut ‘free split’. Tahanan buatan merupakan shock loss yang
timbul oleh alat yang disebut ‘regulator’.

Dengan cara ini jumlah aliran udara ke permuka kerja atau tempat-tempat
lainnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Namun dengan cara ini head
total serta kebutuhan daya secara keseluruhanakan meningkat dan selanjutnya
akan meningkatkan biaya.

1) Penentuan Ukuran Regulator


Untuk menentukan ukuran regulator pertama-tama harus ditentukan
besarnya shock loss yang harus ditimbulkan, hal ini ditentukan dengan
menghitung head loss untuk setiap cabang. Cabang dengan head loss
tertinggi adalah ‘free split’. Menurut hukum Kirchoff 2, pada saluran udara
paralel head loss sama. Dengan demikian besarnya shock loss pada setiap
cabang sama dengan selisih antara head loss pada free split dengan head
loss cabang yang bersangkutan.

Saluran Q (cfm) R x 1010 HL (in) Mx (in)


Udara
1 20.000 23,50 0,940 Fre split
2 15.000 1,35 0,030 0,940-0,030 = 0,910
3 35.000 3,12 0,382 0,940-0,382 = 0,559
4 30.000 3,55 0,320 0,940-0,320 = 0,620

Penentuan ukuran regulator diturunkan dari rumus shock loss teoritis untuk
suatu saluran bulat dan simetris.

X = (((1/Cc) – N)/N)2

Dimana X = faktor shock loss, N = nisbah luas regulator/ luas lubang bukaan
dan Cc = koefisien kontraksi.

Cc = 1 / (√ X + (2√x+Z))

Dimana Z = faktor kontraksi

X = Hx / Hv
Dimana Hx = shock loss yang harus ditimbulkan oleh regulator dan Hv =
head kecepatan.
Nilai Z dapat dilihat pada tabel. Dan untuk regulator, nilai Z = 2,5 adalah nilai
yang umum di tambang bawah tanah.

Tabel 6
Koefisien Kontraksi (berdasarkan saluran pojok siku, t = 2,50)

N 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0
Cc 0.63 0.64 0.65 0.67 0.69 0.71 0.75 0.81 0.88 1.0
X 217.9 46.38 17.03 7.61 3.67 1.78 0.81 0.30 0.07 0
7

Tabel 7

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 28 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Faktor Konstraksi
Edge Z

Formed 1.05
Rounded 1.50
Smooth 2.00
Square 2.50
Sharp 3.80

Tabel 8
Koefisien Saluran Masuk

Edge Z Cc X
Formed 1.05 0.975 0.0006
Round 1.50 0.785 0.05
Square 2.50 0.630 0.34
Source : McElroy, 1935.

D. PSIKOMETRI UDARA TAMBANG

Udara segar yang dialirkan kedalam tambang bawah tanah akan mengalami
beberapa proses seperti penekanan atau pengembangan, pemanasan atau
pendinginan, pelembaban atau pengawalembaban. Oleh karena itu maka volume,
tekanan, kandungan energi panas dan kandungan airnya juga akan mengalami
perubahan. Ilmu yang mempelajari proses perubahan sifat-sifat udara seperti
temperatur dan kelembaban disebut psikrometri.

Sumber-Sumber Panas

Ventilasi digunakan untuk memenuhi persyaratan kenyamanan kerja di


tambang bawah tanah yang kelanjutannya dapat meningkatkan efisiensi dan
produksi. Panas dan kelembaban mempengaruhi manusia dalam beberapa hal
antara lain :
• Menurunkan efisiensi
• Mampu menimbulkan kecerobohan dan kecelakaan
• Menyebabkan sakit dan kematian.
Setelah temperatur mencapai tingkat tertentu, seseorang akan kehilangan
efisiensinya, dan bila temperaturnya naik lagi maka dia akan megalami gangguan
fisiologi. Tubuh manusia memiliki keterbatasan dalam menerima panas sebelum
sistem metabolismenya berhenti.

Efisiensi kerja seseorang bergantung langsung kepada temperatur ambient


dan akan berkurang/menurun bila temperaturnya berada diluar rentang 68 – 72 oF.
hubungan antara efisiensi kerja dengan temperatur efektif dapat dilihat pada gambar
16 berikut.

Dalam kondisi panas, tujuan ventilasi adalah mengeluarkan hawa panas dan
uap air dengan laju yang sesuai, sehingga temperatur dan kelembaban udara yang
dikondisikan memungkinkan pekerja juga melepaskan panas tubuhnya saat bekerja.
Kedua faktor tersebut (panas dan kelembaban) harus dikondisikan secara
bersamaan.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 29 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Gambar 16
Hubungan antara Efisiensi Kerja dan Temperatur Efektif

Tubuh manusia bereaksi terhadap panas dan selalau mencoba untuk


mempertahankan suhunya sekitar 37 oC dengan cara mengeluarkan panas melalui
cara konveksi, radiasi dan evaporasi. Namun demikian tubuh manusia akan
menerima panas kembali begitu produksi metabolismenya naik, atau menyerap
panas dari lingkungannya, dan bisa juga kombinasi kedua faktor tersebut. Sistem
syaraf sentral akan selalu bereaksi untuk menjalankan mekanisme pendinginan
secara alamiah.

Akan tetapi, bila syaraf sentral tidak dapat bekerja karena satu sebab dan
lainnya, maka hal ini hal ini akan dapat menyebabkan sakit dan kematian (lihat
gambar 17 berikut);

Gambar 17
Reaksi Fisiologis Terhadap Panas

Bila seseorang istirahat di dalam ruangan dengan kondisi udara jenuh, maka
batas kemampuannya untuk beradaptasi hanya akan mencapai temperatur 90 oF (32
o
C). namun bila ruangan tersebut dialiri udara dengan kecepatam 200 fpm maka
batas temperaturnya dapat naik hingga 95 oF (35 oC). Sedangkan temperatur normal
untuk seseorang dapat bekerja dengan nyaman adalah 26 – 27 oC.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 30 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Perbedaan antara temperatur cembung kering dan cembung basah


menyatakan faktor kenyamanan di dalam udara lembab. Agar seseorang dapat
bekerja dengan nyaman di lingkungan udara dengan kelembaban relatif 80 %
diperlukan perbedaan td-tw sebesar 5 oF (2,8 oC).

Kecepatan aliran udara merupakan faktor utama dalam mengatur


kenyamanan lingkungan kerja. Kecepatan aliran udara sebesar 150 – 500 fpm ( 0,8
– 2,5 m/detik) dapat memperbaiki tingkat kenyamanan ruang kerja yang panas dan
lembab. Dalam menduga temperatur efektif dari suatu kondisi td-tw serta kecepatan
aliran udara tertentu dapat menggunakan grafik yang ditunjukkan pada gambar 18
berikut:

Gambar 18
Grafik Temperatur Efektif

1. Kompresi Adiabatik

Bila kolom udara menurun di dalam suatu vertikal shaft, tekanannya akan
menaik sesuai dengan beratnya. Hal ini akan menyebabkan temperatur udara
menaik dan prosesnya dianggap adibiatik bila kandungan uap air tetap, aliran
udara tidak akan mengalami gesekan, dan tidak ada perpindahan panas antara
udara dengan lingkungannya (batuan). Sudah barang tentu hal ini tidak pernah
terjadi di alam. Kenaikan panas akibat ‘autocompression’ sangat besar, sebagai
contoh suatu tambang emas di Afrika Selatan yang bekerja pada kedalaman
8.000 ft (2438,8 m) menimbulkan autokompresi sebesar 1 juta Btu/menit (17.550
kw) atau memerlukan refrigerasi sebanyak 5.000 ton/hari. Secara teoritik, bila
udara standard sebanyak 100.000 cfm (47,19 m3/det) dimasukkan kedalam

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 31 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

tambang bawah tanah sedalam 1.000 feet (304,8 m), maka banyaknya
refrigerasi yang dibutuhkan adalah:

ft3 lb 1.285 Btu


100.000 ------ X 0,075 --- X ------------- X 1.000 ft
menit ft3 lb/1.000 ft

9.637 Btu/menit = 48,2 ton refrigerasi/hari (169,5 kw)

Begitu udara mengalir ke bawah vertikal shaft, tanpa ada perpindahan


panas antara vertikalshaft dengan udara luar dan tidak ada penguapan, udara
sebetulnya ditekan seperti bila kompresor menekan udara. Temperatur udara
kering naik 5,4 oF (3,02 oC) setiap perubahan kolom udara 1.000 feet.

Setiap penurunan elevasi sebesar 778 feet, ekuivalen dengan


penambahan panas sebesar 1 Btu (0,252 kcal). Dan untuk udara kering,
perubahan temperatur cembung kering adalah : 1/(0,24 x 778) = 0,00535oF/ft
(0,00983 oC/m) atau sama dengan 1 oF/187 ft (1 oC/102 m).

Aliran udara kebawah shaft akan menaikan temperatur dan bobot isinya
sesuai dengan kedalaman. Maka kebutuhan ventilasi akan meningkat dengan
semakin dalamnya aktivitas penambangan. Faktor lainnya dari kompresi
adiabatik adalah kenaikan temperatur cembung kering udara begitu mengalir
melalui fan. Besarnya kurang lebih 0,45 oF (0,25 oC) per 1 inchi air head statik.
Fan yang biasa dipakai di tambang bawah tanah mampu menekan hingga 10
inchi air head statik.

2. Peralatan Listrik Mekanik

Jumlah panas total yang dikeluarkan oleh peralatan listrik mekanik ke


udara tambang bawah tanah tergantung dari besarnya daya yang dipakai dan
bentuk kerja yang dilakukan. Peralatan yang banyak dipakai di tambang bawah
tanah adalah listrik, diesel, dan tekanan udara. Kesemua jenis peralatan
tersebut banyak menggunakan dayanya untuk mengatasi masalah beban gesek
dan rugi-rugi listrik yang akhirnya dikonversikan menjadi bentuk panas.

Panas yang dihasilkan oleh peralatan diesel tambang bawah tanah


ekuivalen dengan sekitar 90 % dari nilai kalor bahan bakar yang dikonsumsi.
Angka ini relatif sama untuk berbagai kondisi kerja mesin, baik dalam keadaan
tidak berbeban maupun berbeban. Nilai kalor bahan bakar solar adalah 140.200
Btu/gallon (9.334 kcal/liter). Untuk kepentingan praktis nilai kalor solar sebesar
125.000 Btu/gallon (8.322 kcal/liter) sering dipakai.

Peralatan listrik, seperti substation atau trafo merupakan sumber panas


yang cukup berarti. Sekitar 4 % energinya keluar sebagai panas. Pompa non-
submersibel bisa mengeluarkan panas sebanyak 15 % dari energi inputnya.

3. Aliran Panas Dinding Batu

Persamaan umum aliran panas melalui dinding dapat ditulis sebagai berikut:

Q = kA.dt/dL

Dimana : Q = panas yang dialirkan, Btu/jam


A = luas daerah dinding yang mengeluarkan panas ft2

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 32 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

K = konduktivitas panas, biasanya relatif tetap untuk


satu jenis batuan. Angkanya berbeda menurut
kandungan air dan susunan perlapisan, Btu-in/ft2jamoF
dt = perbedaan temperatur, oF
dL = ketebalan batuan yang mengeluarkan panas, inchi

Karena aliran panas dari dinding merupakan satu-satunya sumber panas yang
masuk ke tambang, maka penentuan laju pengeluaran panasnya secara vertikal
& horizontal tidak dapat ditentukan secara teliti. Dalam penentuan temperatur
batuan biasanya batas kedalaman minimum 50 feet dianggap sebagai awal
perhitungannya.Tabel 9 berikut memberikan gambaran temperatur maksimum
batuan induk pada berbagai tambang dalam.

Tabel 9
Temperatur Maksimum Batuan Induk

Kedalaman Temperatur
Tambang (ft) (m) (oF) (oC)
Kolar Gold Field India 11000 3353 152 66.7
South Africa 10000 3048 125-130 51.7-54.4
Morro velho, Brazil 8000 2438 130 54.4
Nort Broken Hill,Australia 3530 1076 112 44.4
Great Britain 4000 1219 114 45.6
Bralorne.B.C. Canada 4100 1250 112.5 50.3
Kirkland Lake, Ont. 4000-6000 1219-1829 66-81 18.9-27.2
Falconebridge Mine, Ont 4000-6000 1219-1829 70-84 21.1-28.9
Lockerby Mine, Ont. 3000-4000 914-1219 67-96 19.4-35.6
Levark Borehild (Inco),Ont 7000-10000 2134-3048 99-128 37.2-53.3
Garson Mine, Ont. 2000-5000 610-1524 54-78 12.1-25.6
Lake Shore Mine, Ont. 6000 1829 73 22.8
Holinger Mine, Ont. 4000 1219 58 14.4
Creighton Mine, Ont. 2000-10000 610-3048 60-138 15.6-58.9
Superior, Arizona 4000 1219 140 60.0
San Manuel, Arizona 4500 1372 118 47.8
Butte, Montana 5200 1585 145-150 60.8-65.6
Ambrosia Lake, NM 4000 1219 140 60.0
Brunswick Ni.12 New. 3700 1128 73 22.8
Brunswick, CA
Belle Isle Salt Mine,LA 1400 427 88 31.1

4. Panas Dari Peledakan

Panas peledakan merupakan panas singkat yang akibatnya bisa


membuat lingkungan udara di front kerja menjadi relatif lebih panas dari pada
tempat sekitarnya. Oleh karena itu aliran udara dapat berbalik kembali ke front
kerja, tempat dimana peledakan baru saja terjadi. Konsekuensinya debu akibat
bongkaran batuan tidak terbawa keluar.
Hal lain yang mungkin juga terjadi dari aktivitas peledakan adalah
meningkatnya uap air di sekitar front kerja tersebut. Pada tabel 10 berikut
ditunjukkan nilai-nilai kalor dari berbagai macam bahan peledak:

Tabel 10.
Potensi Panas Dari Berbagai Jenis Bahan Peladak

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 33 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Bahan Peledak Btu/lb Q Q


(kJ/kg) (kal/gram)
Nitroglycerin 2555 5943 1420
60 % Straight Dynamite 1781 4143 990
40 % Straight Dynamite 1673 3891 930
100 % Straight Gelatin 5219 5859 1400
75 % Straight Gelatin 2069 4812 1150
40 % Straight Gelatin 1475 3431 820
75 % Amonia Gelatin 1781 4142 990
40 % Amonia Gelatin 1439 3347 800
Semi Gelatin 1691 3933 940
AN-I-o 94.5/5.5 1601 3724 890
AN-FO 94.3/5.7 1668 3880 927
AN-AL-Water 1979-2159 4603-5022 1100-1200

E. PENENCANAAN VENTILASI TAMBANG DALAM

Pada tambang batu bara bawah tanah, diasumsikan bisa terjadi berbagai
jenis bencana/ kecelakaan yang sama sekali tidak terbayangkan pada industri lain.
Sebagai contoh misalnya; di Jepang pernah terjadi beberapa kali kecelakaan
tambang batu bara bawah tanah. Diantaranya yang paling mengerikan adalah
ledakan gas dan debu batu bara. Sudah barang tentu, penyebabnya adalah
keberadaan gas metan yang mencapai batas ledakan. Pada terowongan (pit)
tambang batubara bawah tanah, hal yang paling penting dari segi keamanan adalah
mengencerkan dan menyingkirkan gas metan CH4 yang timbul dari lapisan batu
bara, dengan menggunakan sistem ventilasi. Oleh karena itu, perencanaan ventilasi
merupakan masalah khas tambang batu bara bawah tanah yang perlu ditentukan
dengan perencanaan yang sungguh-sungguh

Dalam rangka penentuan rencana pembuatan ventilasi tambang, sebaiknya


dipertimbangkan persyaratan-persyaratan seperti di bawah ini:

• Konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa, agar ventilasi yang diperlukan


untuk pengembangan pit kedepan, dapat dilakukan secara ekonomis, dan
konstruksinya dibuat dengan memiliki kelonggaran (kelebihan) udara ventilasi
secukupnya, untuk mengantisipasi pertambahan atau perkembangan pit di
kemudian hari, serta peningkatan gas yang mungkin timbul akibat dari
penambangan batubara.
• Struktur yang diinginkan untuk metode ventilasi pada jenis ventilasi utama
adalah sistem diagonal . Sedangkan pembuatan vertical shaft, khusus dilakukan
terhadap kondisi penambangan bagian dalam. Selain itu, pada tempat yang sulit
dilakukan penggalian vertical shaft (misalnya tambang batu bara dasar laut),
diharapkan memiliki inclined shaft khusus dengan penampang berbentuk
lingkaran. Selain itu konstruksinya dibuat sedemikian rupa agar tahanan ventilasi
utama menjadi sekecil mungkin, dan memungkinkan mengambil ventilasi cabang
sebanyak mungkin dari terowongan ini.

• Dalam melaksanakan pengembangan pit dan penambangan serta dilihat dari


segi konstruksi pit, penting kiranya dibuat ventilasi pada permukaan kerja.
Sehingga penambangan batu bara dan penggalian maju menjadi ‘independen’
secara sempurna. Selain itu untuk daerahpenambangan yang luas, diharapkan
mempunyai sistem ventilasi, baik intake air maupun exhaust air, yang terpisah
dari daerah lain.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 34 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

1. Penentuan Ventilasi Yang Diperlukan

Penentuan ventilasi yang diperlukan harus dilakukan dengan


mempertimbangkan hal-hal di atas. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas,
hal-hal yang dapat menjadi referensi dalam perancangan ventilasi secara konkrit.

a. Jumlah udara masuk per ton produksi batu bara sehari.


Dari hasil aktual di tambang batu bara Jepang, per ton produksi batu
bara sehari adalah sekitar 1~8 (m3/min). Angka ini akan berbeda menurut
jumlah pancaran gas, tingkat pemusatan permuka kerja dan jumlah aliran
cabang, dimana pada pit bawah tanah yang jumlah pancaran gasnya
banyak, angka ini umumnya di atas 4 (m3/min). Dari contoh di lapangan batu
bara Eropa dikatakan bahwa, pit bawah tanah yang tidak ada masalah dari
segi pancaran gas dan kondisi pit, angka ini adalah 2 (m3/min), pit yang baru
mulai konstruksi adalah 3(m3/min) dan pit yang mempunyai masalah dari segi
kondisinya adalah sekitar 4 (m3/min).

Catatan: Menurut penelitian yang memplotkan jumlah pancaran metan dan


kedalaman tambang rata-rata untuk tambang batu bara bawah
tanah 8 negara penghasil utama batu bara, yaitu Amerika Serikat,
Australia, Inggris, Jerman, Polandia, RRC, Cekoslovakia dan bekas
Uni Soviet, maka

Y = 4,1 + 0,023X

Dimana, Y = jumlah pancaran metan (m3/t)


X = kedalaman penambangan rata-rata (m)

b. Hal-hal yang ditentukan di dalam peraturan keselamatan tambang batu bara


mengenai udara pit bawah tanah adalah sebagai berikut, sebagai contoh;
Peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang memberi koridor sbb;

• Kandungan oksigen pada udara di dalam pit harus lebih besar dari 19%
dan kandungan gas karbon diosida harus lebih kecil dari 1%.

• Kandungan gas dapat terbakar di dalam ‘exhaust air’ aliran cabang utama
serta di lokasi kerja harus lebih kecil dari 1,5% dan di dalam aliran udara
ditempat lalu lintas di dalam pit harus lebih kecil dari 2%.
• Temperatur udara di lokasi kerja di dalam pit harus lebih rendah dari
37oC.
• Jumlah udara ventilasi di mulut pit intake mengambil standar jumlah udara
maksimum untuk pekerja tambang yang bekerja dalam waktu bersamaan
di dalam pit selama satu hari, dan untuk tambang batu bara kelas A harus
dibuat lebih besar dari 3 m3 per menit per orang.
• Kecepatan udara ventilasi harus lebih rendah dari 450 m/menit. Kecuali
pada vertical shaft dan terowongan khusus untuk ventilasi boleh
ditingkatkan sampai 600 m/menit.

Jadi di Jepang, selama tidak ada alasan yang khusus, harus ditentukan
jumlah udara ventilasi yang membuat kondisi di dalam pit memenuhi
persyaratan-persyaratan tersebut.

2. Struktur Pit Dilihat Dari Segi Ventilasi.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 35 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

a. Sistem Terpusat dan Sistem Diagonal

Pada waktu pembangunan tambang batu bara, 2 buah inclined shaft


atau vertical shaft digali saling berdekatan, misalnya slope utama dan slope
paralel, heading utama dan heading paralel, intake shaft dan exhaust shaft,
dimana salah satunya dijadikan ‘intake air’ dan satunya lagi ‘return air’, dan
sampai pit berkembang ke tahap tertentu, ventilasi dilakukan melalui ‘intake‘
dan ‘return airway’ ini. Metode ventilasi dimana ‘intake airway’ dan ‘return
airway’nya saling berdekatan dinamakan ventilasi sistem terpusat.

Dengan berkembang dan meluasnya pit, ‘airway’ menjadi semakin


panjang, dan tekanan ventilasi yang diperlukan juga semakin besar,
sehingga pada ventilasi sistem terpusat, tahanan ventilasinya membesar,
dan selain itu, karena ‘intake’ dan ‘return airway’ berdekatan, bersamaan
dengan meningkatnya tekanan ventilasi, angin bocor semakin meningkat,
hingga jumlah angin efektif berkurang. Oleh karena itu, biasanya ditempat
yang terpisah jauh digali ‘return airway’ baru, sedangkan heading utama dan
heading paralel yang digunakan selama ini, keduanya dijadikan ‘intake
airway’. Metode ventilasi yang ‘intake’ dan ‘return airway’nya terpisah jauh
seperti ini disebut ventilasi sistem diagonal.

Keunggulan ventilasi sistem diagonal antara lain adalah:

1) Pemanjangan ‘airway’ utama dapat dikurangi drastis. Jadi tahanan


ventilasi dan biaya perawatan terowongan dapat berkurang.

2) Karena ‘intake airway’ dan ‘return airway’ tidak berdekatan, kebocoran


angin diantaranya berkurang, dan pintu ventilasi serta jembatan angin
tidak perlu banyak.

3) Seandainya terjadi bencana seperti ledakan di dalam pit, pemulihan


sistem ventilasi mudah dilakukan.

4) Karena mulut pit ‘intake’ dan ‘outtake’ terpisah jauh, tidak ada
kekhawatiran ‘exhaust air’ bercampur masuk ke dalam ‘intake air’ akibat
arah angin.
b. Pembagian Aliran Udara

Aliran cabang utama pada ventilasi pit bawah tanah, pecah menjadi
beberapa aliran cabang, kemudian setiap aliran cabang terbagi lagi untuk
menyapu permuka kerja dan menjadi ‘exhaust air’. Lama-lama aliran cabang
‘exhaust air’ lain juga berkumpul dan bergabung dengan ‘exhaust air’ utama
dan dibuang ke luar pit. Berpecah dan mengalirnya aliran udara seperti ini
disebut pembagian aliran udara atau pencabangan aliran udara.

Pembagian aliran udara mempunyai efek sebagai berikut:

1) Tahanan ventilasi menjadi kecil karena pembagian, sehingga dengan


memakai kipas angin yang sama dapat dilakukan ventilasi udara lebih
banyak.
2) Dapat mengantarkan udara segar kesetiap permuka kerja disetiap blok.
3) Apabila di ‘airway’ terjadi kerusakan seperti ‘caving’, pengaruhnya dapat
dibatasi pada satu blok saja.
4) Pengaruh bencana seperti kebakaran pit, semburan gas, swabakar dan
ledakan dapat dibatasi pada satu blok.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 36 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

5) Dapat mengurangi kecepatan angin di terowongan utama.


6) Dapat mengantarkan udara bertemperatur relatif rendah hingga kedekat
permukaan kerja.

Semua hal diatas adalah nerupakan efek utama dari pembagian aliran
udara. Mengenai pembagian aliran udara, terutama untuk ventilasi di
permuka kerja penambangan, peraturan keselamatan tambang batu bara
mengatur hal sebagai berikut:

• Pada tambang batu bara kelas A, ‘exhaust air’ dari lokasi


penambangan batu bara sistem lorong panjang (long wall) atau ‘gob’
tidak boleh dilakukan ke lokasi penambangan lain. (Kecuali ada alasan
khusus dan mendapat izin dari kepala bagian pengawasan keselamatan
tambang, maka hal tersebut diperbolehkan).

Demikianlah, setiap permukaan kerja penambangan harus mempunyai


ventilasi yang berdiri sendiri. Bukan saja di permuka kerja penambangan,
tetapi di permuka kerja lubang majupun diharapkan menerapkan ventilasi
‘independen’ dengan mempertimbangkan gas yang muncul.

Metode pembagian aliran udara terdiri dari pembagian aliran alami dan
pembagian aliran proporsional. Pembagian aliran alami adalah metode
pembagian aliran secara alami tanpa menggunakan alat pembagi aliran
ataupun kipas angin pembantu. Sedangkan pembagian aliran proporsional
adalah metode pengaturan jumlah udara ventilasi dengan menggunakan
peralatan seperti fan atau kipas angin. Tergantung dari tahapan
pembagiannya, pembagian aliran udara dapat dibagi menjadi pembagian
aliran primer, pembagian aliran sekunder dan pembagian aliran permuka
kerja, seperti terlihat pada gambar 19 berikut :

Gambar 19
Pembagian Aliran Ventilasi
Hal penting yang berikutnya adalah bagaimana strukturnya harus dapat
mencegah kebocoran angin untuk meningkatkan jumlah angin efektif.
Masalah ini bukan saja untuk maksud menyingkirkan gas di lokasi kerja yang
merupakan tujuan utama, tetapi dilihat dari segi pencegahan swabakar dan
ekonomi daya ventilasi juga penting. Untuk mencapai tujuan tersebut,
jaringan ventilasi utamanya menggunakan sistem diagonal (mengenai sistem
ini akan dijelaskan kemudian) dengan menggali ‘ventilation shaft’ di bagian
dalam, sementara sebagian cara efektif pada konstruksi panel digunakan
sistem struktur ruang.
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 37 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

3. Ventilasi Utama

a. Jenis Ventilasi Utama

Ventilasi utama terdiri dari jenis-jenis berikut.


• Penggolongan berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi,
terdiri dari : Ventilasi alami dan ventilasi mesin
• Penggolongan berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi
mesin, terdiri dari : Ventilasi tiup dan ventilasi sedot.
• Penggolongan berdasarkan letak intake dan outtake airway, terdiri
dari : Ventilasi terpusat dan ventilasi diagonal

b. Ventilasi Alami

Setiap kenaikan atau penurunan temperatur sebesar 1oC, semua jenis


gas akan memuai atau menyusut sebesar 1/273 kali volumenya pada 0 oC.
Dengan kata lain, berat per satuan volume akan bertambah atau berkurang
sebesar 1/273 kali.

Temperatur di permukaan (di luar pit) berubah secara drastis tergantung


dari musim (terutama di negara 4 musim). Dalam satu hari, temperatur di luar
pit juga mengalami perubahan kecil dari siang ke malam. Tetapi, temperatur di
dalam pit pada kedalaman tertentu hampir tidak ada perubahan yang besar
sepanjang 4 musim atau malam dan siang. Temperatur di dalam pit yang
panas buminya tidak tinggi, pada musim panas lebih rendah daripada
temperatur udara luar. Sehingga, apabila terdapat perbedaan temperatur
intake airway dan return airway yang ketinggian mulut pit intake dan
outtakenya berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di dalam dan di
luar pit atau udara di intake airway dan return airway akibat temperatur,
sehingga membangkitkan daya ventilasi. Penyebab yang dapat
membangkitkan daya ventilasi adalah sebagai berikut:

1) Perbedaan tinggi mulut pit intake dan outtake


2) Perbedaan tempetarur intake dan return airway
3) Perbedaan temperatur di dalam dan luar pit
4) Komposisi udara di dalam pit.
5) Tekanan atmosfir

Pada suatu pit yang mempunyai 2 buah mulut pit yang ketinggiannya
berbeda seperti gambar di bawah, dimana pada musim panas temperatur di
dalam pit lebih rendah dari pada temperatur luar, maka udara di dalam pit
menjadi lebih berat dari pada udara di luar pit yang sama-sama mempunyai
tinggi L, sehingga mulut pit bawah menjadi outtake/exhaust. Pada musim
dingin terjadi kebalikannya.

Gambar 20
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 38 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Kondisi Ventilasi Alami

Dalam kasus ni, daya ventilasi dapat dinyatakan dengan rumus berikut:

4,17
h= L(t − ta )
1.000
dimana:
h = tekanan ventilasi (mmaq
L = perbedaan tinggi (m)
t = temperatur exhaust air (oC)
ta = temperatur udara luar (oC)

Contoh soal : Berapakah tekanan ventilasi alami, apabila perbedaan


tinggi mulut intake dan outtake (L) 200 m, temperatur di
luar pit ( ta ) 10o C dan temperatur di dalam pit (t) 25o C ?

Jawaban :

4,17
H= x 200 x ( 25 o −10 o ) = 12 ,5, yakni menjadi 12,5 mmaq
1.000

Seperti terlihat pada gambar 21 di bawah, walaupun intake dan outtake


berupa vertical shaft, ventilasi alami tetap bekerja karena perbedaan
temperatur dan kedalaman kedua vertical shaft. Dalam hal ini, rumus ventilasi
alami dapat dinyatakan dengan rumus berikut.

Gambar 21
Ventilasi alami pada vertical shaft

L1 L2 ………….. Kedalaman kedua vertical shaft (m)


T1 t2 ………….. Temperatur kedua vertical shaft (oC)

H=
4,17
{( )
L − L x (t − ta ) + L (t − t )
1.000 2 1 2 1 2 1
}
Seandainya kedua vertical shaft berada pada level yang sama, maka L1-
L2 menjadi 0, sehingga rumus ini menjadi

4,17
h= L (t − t )
1.000 1 2 1
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 39 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Ventilasi alami terutama terjadi karena perbedaan temperatur di dalam


dan luar pit, maka ketika perbedaannya kedil pada musim semi dan gugur,
daya ventilasi semakin berkurang, bahkan kadang kala disuatu hari atau
karena siang dan malam aliran ventilasi berbalik, atau kadang-kadang sama
sekali tidak mengalir. Olah karena itu, selain tambang batu bara yang sama
sekali tidak timbul gas metan, tambang batu bara yang sedikit sekali saja
timbul gas, ventilasi yang dilakukan dengan metode ini berbahaya. Namun,
karena pada ventilasi mesinpun, daya ventilasi alami ini tetap bekerja, maka
harus dipikirkan untuk memanfaatkannya sedapat mungkin. Selain itu, apabila
idak ada kipas angin cadangan pada waktu kipas angin utama sedang
diperbaiki, sedapat mungkin perbaikan dilakukan pada musim panas atau
dingin, yaitu ketika daya ventilasi alami bekerja kuat.

c. Ventilasi Mesin

Metode yang menggunakan kipas angin untuk melakukan ventilasi


dengan menciptakan tekanan ventilasi (positif atau negatif) di mulut pit
intake/outtake. Pada metode ini, dipilih kipas angin yang paling sesuai dilihat
dari jumlah udara ventilasi yang diperlukan dan perbedaan tekanan ventilasi
untuk mengalirkan jumlah udara tersebut.

d. Ventilasi Sistem Tiup dan Ventilasi Sistem Sedot

Ventilasi sistem tiup adalah metode ventilasi yang membangkitkan


tekanan di mulut intake yang lebih tinggi (tekanan positif) dari pada tekanan
atmosfir, untuk meniup masuk udara dalam pit. Apabila kipas angin utama
dijalankan dengan metode ini gas metan akan terperangkap di dalam gob
atau dinding batu bara, sehingga senadainya kipas angin berhenti
beroperasi, ada bahaya gas tersebut mengalir ke dalam terowongan atau
lokasi kerja dalam waktu bersamaan. Selain itu, pada sistem ini pintu ventilasi
harus dibuat di mulut pit intake, sehingga menjadikannya sebagai
terowongan transportasi akan merepotkan, dan juga banyak kebocoran
angin. Untuk meniadakan kelemahan ini, memang return airway bisa
dijadikan sebagai terowongan transportasi, namun ditinjau dari segi
keamanan terhadap fasilitas transportasi sebaiknya dihindari.

Kebalikan dari sistem tiup, maka pada sistem sedot, kipas angin
ditenpatkan di mulut pit outtake, membangkitkan tekanan yang lebih rendah
(tekanan negatif) dari pada tekanan atmosfir, untuk menyedot keluar udara
dari dalam pit. Karena tidak ada kelemahan seperti ventilasi tiup yang ditulis
di depan maka saat ini ventilasi di tambang batu bara menggunakan metode
ini.
4. Teori Ventilasi
a. Tahanan Ventilasi
Pada waktu air lewat di dalam pipa besi, akan mengalami tahanan
karena jumlah aliran air, kecepatan, ukuran pipa besi dan sifat permukaan
dalam pipa besi. Sama seperti kasus air tersebut, aliran udara yang melewati
terowongan juga akan menerima tahanan yang berbeda menurut jumlah
aliran udara, kecepatan, ukuran terowongan, panjang terowongan, belokan
dan bentuk keliling terowongan. Namun, karena sifat cairan dan gas sangat
berbeda, sifat tahanan yang diterima juga akan berbeda.
Untuk melakukan ventilasi, harus diberikan daya ventilasi yang dapat
mengatasi tahanan ini. Tahanan ini disebut tahanan ventilasi, yang mana

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 40 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

akan mengalami perubahan karena kecepatan, jumlah aliran udara dan


keadaan pit, seperti berikut ini:

• Seperti dapat dilihat pada rumus di depan, untuk terowongan yang sama,
tahanan ventilasi sebanding dengan kuadrat kecepatan aliran udara. Artinya,
kalau kecepatan menjadi 2 kali, tahanan menjadi 2 x 2 = 4 kali, dan saat
kecepatan menjadi 3 kali, tahanan menjadi 9 kali. Untuk terowongan yang
sama jumlah aliran udara sebanding dengan kecepatan udara, sehingga
untuk jumlah aliran udara juga dapat dikatakan hal yang sama. Misalnya,
pada suatu terowongan yang tiap menitnya dilewati 2.000 m3 udara, apabila
jumlah aliran udaranya langsung dijadikan 4.000 m3, maka tahanan yang
diterima menjadi 4 kali lipat.

• Tahanan ventilasi sebanding dengan panjang airway


• Tahanan ventilasi berbanding terbalik dengan luas penampang terowongan
dan berbanding lurus dengan panjang keliling penampang terowongan. Jadi,
apabila luas penampang terowongannya tertentu, maka makin pendek
panjang keliling, makin kecil tahanannya. Dengan demikian, bentuk
lingkaran atau yang mendekatinya merupakan bentuk airway yang ideal.
• Tahanan ventilasi tergantung dari bentuk permukaan dinding dalam
terowongan. Biasanya tahanan tersebut yang dinyatakan secara kuantitatif
disebut koefisien gesek terowongan.

1) Koefisien Gesek
Koefisien gesek berbeda menurut metode penyanggaan terowongan.
Tabel berikut adalah koefisien gesek untuk tiap jenis terowongan.

Tabel 11
Koefisien Gesek Tiap Jenis Terowongan

Jenis terowongan Besar Kecil Rata-Rata


Lapis batu bata 0,00072 0,00030 0,00055
Tipe busur Lapis beton 0,00069
Steels sets 0,00140
Terowongan Biasa 0,00130 0,00037 0,00081
telanjang Banyak tonjolan 0,00207
Penyangga kayu Biasa 0,00237 0,00087 0,00166
Tidak beraturan 0,00414
Permuka kerja 0,00264
Seluruh Pit 0,00424 0,00154 0,00222
Vertical shaft 0,00240 0,00020 0,00130

2) Tahanan Belokan
Tahanan ventilasi meningkat drastis dibelokan terowongan, ditempat
yang menyempit, serta pada tempat terjadinya tabrakan aliran udara.
Tahanan yang timbul dibelokan disebabkan oleh kerugian energi akibat
aliran udara yang berlebih. Mengenai hal ini, Petit dari Perancis telah
mengukur tahanan belokan dengan saluran kayu berbentu persegi panjang,
dimana tahanan tersebut dinyatakan dalam panjang saluran kayu yang lurus
dengan penampang yang sama. Hasilnya adalah seperti pada gambar
kanan. Artinya, belokan tegak lurus akan menimbulkan tahanan yang setara
dengan 82,3 m terowongan lurus. Sedangkan, apabila belokan dijadikan
bentuk lingkaran, tahanannya menjadi hanya 7 m.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 41 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Gambar 22.: Gesekan Pada Bagian Belokan Terowongan

3) Rumus Perhitungan Tahanan Ventilasi

Untuk melakukan jumlah aliran udara yang sama, makin besar


tahanan ventilasi, diperlukan tekanan ventilasi yang makin besar. Untuk itu,
tahanan ventilasi dinyatakan dengan tekanan ventilasi.
Kalau hal-hal yang berhubungan dengan tahanan ventilasi seperti
yang diuraikan di atas dinyatakan dalam rumus, akan menjadi sebagai
berikut.
uL 2
h= K v
a
h = tekanan ventilasi (mm air)
K = koefisien gesek terowongan (tabel, satuan: Kgs2/m4)
u = panjang keliling penampang terowongan (m)
L = Panjang terowongan (m)
a = Luas penampang terowongan (m2)
v = kecepatan angin (m/s)

Pada rumus di atas, kecepatan aliran adalah jumlah aliran dibagi luas
Q
penampang artinya v = (Q = jumlah aliran). Dengan substitusi v ke
a
dalam rumus di atas, maka menjadi :
uLQ 2
h= K
a3
Artinya, pada rumus yang tidak memasukkan kecepatan angin,
tahanan ventilasi berbanding terbalik dengan pangkat 3 luas penampang
terowongan.

4) Rumus Umum Atkinson

Sebagai rumus umum ventilasi untuk menghitung penurunan tekanan


akibat gesekan pada waktu udara mengalir di dalam terowongan, ada
rumus umum Atkinson yang masih digunakan secara luas hingga kini.
Rumus tersebut adalah sebagai berikut:

L.u.v 2 L.u.Q 2
h =K =K
a a3

h = Penurunan tekanan akibat gesekan (mm air)


L = Panjang terowongan (m)
u = Panjang keliling penampang terowongan (m)
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 42 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

v = Kecepatan angin rata-rata (m/detik)


a = Luas penampang terowongan (m2)
Q = Jumlah angin (m3/detik)
K = Koefisien tahanan gesek terowongan

5) Tahanan Jenis

L.u
K dalam rumus Atkinson merupakan konstanta yang ditentukan
a3
oleh kondisi terowongan, dan disebut sebagai tahanan spesifik atau
tahanan jenis terowongan ( R ). Karena nilai R mempunyai angka desimal
yang sangat kecil, maka untuk aplikasinya digunakan murgue dengan
mengalikan 1.000. Jika M adalah murgue, maka;

L.u
M = K x1.000 (murgue) .......... ....... (1)
a3
= R x 1.000 (murgue)

Sehingga rumus Atkinson menjadi seperti berikut:

L.u.Q 2 M
H= K = xQ 2.......... .........( 2)
a 3 1 .000

Artinya, tahanan ventilasi (h) sebanding dengan kuadrat jumlah


angin, dan makin besar tahanan jenisnya makin besar pula tahanan
ventilasinya.

Dewasa ini, perhitungan jaringan ventilasi hampir semuanya


dilakukan dengan komputer, namun apabila sebagai tahanan jenis yang
menjadi dasar perhitungan digunakan nilai tahanan jenis (M) yang dihitung
dari persamaan (1), adakalanya menimbulkan kesalahan pada hasil
perhitungan, sehingga sebaiknya dilakukan pengukuran langsung tahanan
jenis dengan barometer tambang.

a) Penggabungan Tahanan Jenis

(1) Penggabungan seri


Andaikan Airway dengan tahanan jenis R1 dan airway dengan
tahanan jenis R2 saling dihubungkan secara seri seperti (a) pada
gambar di sebelah kanan, dimana ditengahnya sama sekali tidak ada
cabang airway, baik memisah maupun menggabung. Dalam hal ini,
jumlah angin, V, dimanapun sama.
Penurunan tekanan yang terjadi di masing-masing airway adalah
R1V2 dan R2V2. Seandainya 2 buah airway tersebut dianggap sebagai 1
buah airway dan tahanan jenisnya R, maka

h = RV2

Seperti diuraikan di atas, karena

h = R1V2 + R2V2

Maka sudah pasti

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 43 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

R = R1 + R2

Dengan cara yang sama, apabila beberapa airway


dihubungkan secara seri, dimana tahanan jenis masing-masing adalah
R1, R2, R3, dst, dan tahanan jenis keseluruhan adalah R, maka

R = R1 + R2 + R3 + ….

Gambar 23
Saluran Udara Yang Berhubungan Secara Seri dan Paralel

(2) Penggabungan paralel

Andaikan 2 buah airway dengan tahanan jenis masing-masing


R1 dan R2 saling dihubungkan secara paralel seperti (b) pada gambar di
atas, dimana ditengahnya sama sekali tidak ada cabang airway
memisah maupun menggabung. Apabila jumlah aliran pada masing-
masing airway adalah V1 dan V2, maka penurunan tekanan masing-
masing adalah R1V12 dan R2V22. Namun, pnurunan tekanan tersebut
seharusnya sama. Apabila nilai penurunan tekanan adalah h, maka

H = R1V12 = R2V22
Jadi
h h
V1 = dan V =
R 2 R
1 2
Apabila 2 buah airway yang berhubungan secara paralel
dianggap sebagai 1 buah airway, dimana jumlah aliran udaranya V.

Karena
V = V1 + V2

Maka terjadilah hubungan sebagai berikut


 
1 1
V = h
 + 

 R R 
 1 2 

Persamaan di atas ditulis ulang dalam h, sehingga menjadi


−2
 
1 1
h =
 + 
 V2
 R R2 
 1 

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 44 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Apabila tahanan jenis keseluruhan adalah R, maka dari


hubungan h = RV2, diperoleh :
−2
 
1 1
R =
 + 

 R R 
 1 2 
Atau
1 1 1
= +
R R1 R2

Dengan cara yang sama, apabila beberapa airway dengan


tahanan jenis R1, R2, R3, ……., dihubungkan secara paralel, dimana
tahanan jenis pada waktu hubungan airway tersebut dianggap sebagai
1 buah airway adalah R, maka,

1 1 1 1
= + + + ....
R R1 R2 R3
Dan, karena h = RV2 = R1V12 = R2V22 = R3V32, maka
R R R
V1 = V ,V2 = V ,V3 = V
R1 R2 R3

6) Equivalent Orifice

Misalkan pada sebuah papan tipis dibuat lubang, dimana jumlah


angin yang melalui lubang tersebut dibuat eqivalen dengan jumlah aliran
udara pada suatu pit. Sekarang, andaikan ukuran lubang dapat
diasumsikan sehingga perbedaan tekanan di depan dan belakang lubang
juga menjadi ekuivalen dengan tekanan ventilasi suatu pit, maka tahanan
ventilasi pit dapat dinyatakan dengan ukuran lubang tersebut. Ukuran
lubang yang diasumsi tersebut dinamakan equivalent orifice.
Di berbagai negara, hingga sekarang equivalent orifice ini digunakan
sebagai metode untuk menyatakan tahanan ventilasi secara sederhana.
Apabila jumlah angin dan tekanan ventilasi diketahui, equivalent
orifice dapat dihitung dengan rumus di bawah ini.
Q
A = 0,38
h
A = Equivalent orifice (m2)
h = Tekanan ventilasi (mm air)
Q = Jumlah angin (m3/detik)

Contoh soal:

Berapakah equivalent orifice pada pit dengan tekanan negatif 94 mm


dan jumlah angin 4.680 m3/menit (78 m3/detik)?
Q 78
Jawaban : A = 0,38 = 0,38 = 3,05
h 94
Jadi, equivalent orifice pit ini menjadi 3,05 m2

Memperbesar equivalent orifice, atau dengan kata lain memperkecil


tahanan ventilasi di dalam pit adalah sangat penting untuk memperbaiki
ventilasi. Berapapun besarnya jumlah angin teoritis suatu kipas angin,

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 45 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

kalau equivalent orificenya tidak sesuai, jumlah angin tidak akan


bertambah. Dengan makin dalam dan jauhnya lokasi penambangan pada
tambang batu bara, tahanan ventilasi juga semakin meningkat, sehingga
terjadi kekurangan angin ventilasi. Dengan demikian akan timbul
kebutuhan untuk memperbesar equivalent orifice melalui penggalian
ventilation shaft, pelebaran airway utama serta penambahan aliran cabang.

7) Daya Ventilasi

Seperti diuraikan di depan, untuk melakukan ventilasi harus


dibangkitkan tekanan ventilasi yang cukup untuk mengatasi tahanan
ventilasi. Daya teoritis yang diperlukan untuk mengatasi tahanan tersebut
dinamakan daya ventilasi (atau daya penggerak udara), yang dapat
dinyatakan dengan rumus berikut.
hQ
N=
75
N = daya penggerak udara (HP)
h = tekanan ventilasi (mm)
Q = jumlah angin ventilasi (m3/detik)

Kenyataannya, dengan mempertimbangkan efisiensi kipas angin


serta motor, dan perluasan pit dikemudian hari, daya yang diperlukan
untuk operasi kipas angin biasanya diambil 1,5 ~ 3 kali daya penggerak
udara menurut perhitungan diatas.

Contoh soal:
Berapa daya penggerak udara untuk melakukan ventilasi dengan
tekanan ventilasi 150 mm dan jumlah angin 150 m3/detik?
150 x 150
Jawaban N = = 200 HP
75
Dalam hal ini, walaupun digunakan kipas angin dengan efisiensi
terbaik, diperlukan daya 300 HP x 1,5 = 450 HP. Misalkan untuk
melewatkan jumlah udara tersebut, tekanan ventilasinya dapat dijadikan
100 mm dengan cara memperbesar terowongan, melakukan
penganggaan yang tepat atau memperpendek terowongan, maka daya
penggerak udara menjadi
100 x 150
N= = 200 HP
75
Sehingga daya kipas angin menjadi 200 HP x 1,5 = 300 HP

Jadi yang paling penting adalah memperkecil tahanan ventilasi


sebisanya, dimana kalau kita berpikir mengenai tahanan ventilasi,
walaupun kita sudah mengenal rumus umum Atkinson, namun secara
umum dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
L v2
h =f.r. x
Da 2g
h = tahanan ventilasi dinyatakan dalam tekanan negatif (mm air)
f = koefisien gesek terowongan
r = Berat jenis fluida (terutama udara)
L = Panjang terowongan (m)
Da = Luas penampang (m2)/panjang keliling penampang (m)
V = kecepatan aliran rata-rata (m/detik)
g = percepatan gravitasi

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 46 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Dalam rumus di atas, r dan g dapat dianggap hampir konstan,


sehingga tindakan teknis untuk mengurangi tahanan ventilasi dapat
difokuskan pada 4 pokok yaitu:
• Mengecilkan f
• Memendekkan L
• Mengecilkan v
• Membesarkan nilai Da

Ke 4 hal tersebut semuanya masalah yang berhubungan dengan


konstruksi pit.
Dalam hal ini, f yang paling kecil adalah konstruksi terowongan dari
beton. Sedangkan untuk Da, terowongan berbentuk lingkaran adalah yang
paling ideal. Dalam artian itulah, maka vertical shaft berbentuk lingkaran
dapat dikatakan tipe ideal. Akan tetapi, menggunakan bentuk ini terhadap
terowongan yang umum adalah sulit secara ekonomi, sehingga banyak
digunakan terowongan tipe setengah lingkaran yang memakai penyangga
steel sets. Jadi, karena alasan konstruksi pit, seringkali yang menjadi
metode utama untuk mengurangi tahanan ventilasi adalah mengurangi L
(memendekkan airway) dan v (kecepatan ventilasi). Untuk mengurangi v
terhadap jumlah angin ventilasi yang konstan, cukup dengan memperbesar
penampang terowongan. Akan tetapi terowongan berpenampang besar ini
mempunyai masalah, yaitu memerlukan biaya yang besar untuk penggalian
dan perawatannya. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan ekonomi
penampang terowongan, dengan mempertimbangkan biaya untuk daya
penggerak ventilasi, serta biaya penggalian dan perawatan. Akan tetapi,
karena pertimbangan, bahwa tahanan ventilasi sebanding dengan kuadrat
kecepatan ventilasi, serta peningkatan ventilasi yang diperlukan terhadap
perkembangan di masa depan, sudah barang tentu penampang airway
utama harus dibuat dengan kelonggaran yang cukup.

Metode yang paling efektif untuk menerobis kebuntuan ventilasi


akibat perluasan daerah penambangan, perpindahan daerah penambangan
ke tempat dalam dan peningkatan gas yang timbul adalah menggali
ventilation shaft (vertical shaft untuk ventilasi) dibagian yang sedalam
mungkin. Dengan melakukan itu, seringkali semua masalah yang
berhubungan dengan f, L, v dan Da dapat diselesaikan.

Salah satu metode konstruksi pit untuk mengurangi tahanan ventialasi


adalah intake dan return airway utama dibuat berpenampang besar,
kemudian memperbanyak ventilasi cabang. Dengan demikian, bukan saja
akan mengurangu tahanan ventilasi tetapi dapat menyuplai udara segar
dan temperatur rendah ke setiap blok, dan apabila ternyata terjadi bencana
seperti kebakaran pit, dapat mencegah perluasan daerah yang terkena.

Seperti telah dijelaskan di atas, tahanan ventilasi merupakan hal yang


sangat penting bagi jumlah udara ventilasi. Oleh karena itu, kita teruskan
permbahasan yang lebih rinci lagi.

Sekarang, andaikan ada terowongan berpenampang persegi panjang


dengan lebar b dan tinggi b/2, maka
u = 2b + b = 3b ………… (1)
a = b x b/2 = b2/2 ………. (2)

Apabila (1) dan (2) disubstitusi ke dalam rumus umum Atkinson, maka

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 47 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

L.3b.Q 2 L.Q 2
h =K = 24 K
b6 / 8 b5

Seperti diuraikan di depan, koefisien gesek terowongan berlapis


beton adalah ½ dari koefisien gesek terowongan dengan steel sets,
sehingga apabila jumlah angin ventilasi dan panjang terowongannya sama,
maka dapat dikatakan terowongan lapis beton dengan lebar 1 secara
ventilasi nilainya ekuivalen dengan terowongan steel sets dengan lebar
1,15.

8) Teori Kipas Angin

Kipas angin adalah mesin yang disekitar porosnya dipasangi sejumlah


sayap, dan dengan memutarnya memberikan gaya sentrifugal atau gaya
dorong kepada udara untuk membangkitkan angin. Teorinya sangat sulit,
dan dalam kesempatan ini akan diuraikan secara ringkas mengenai
tahanan kipas angin dan 3 kaidah kipas angin.

a) Tahanan Kipas Angin


Pada waktu kipas angin berputar dan udara melewati kipas,
timbul tahanan karena gesekan dengan sayap dan pelat luar, serta
tabrakan udara. Besar tahanan ini berbeda menurut tipe serta kapasitas
kipas angin, dimana kipas angin yang tahanannya kecil berarti kipas
angin yang efisien.
Tahanan kipas angin adalah tahanan yang sifatnya sama
dengan tahanan ventilasi di dalam pit. Sama seperti ketika melakukan
ventilasi di dalam pit, dimana tahanan pit tersebut dinyatakan dengan
lubang ekuivalen (equivalent orifice), maka tahanan kipas angin juga
dinyatakan dengan equivalent orifice, tetapi pada kipas angin disebut
sebagai lubang lewat kipas angin (passage orifice of fan), yang
dinyatakan oleh rumus berikut.
(equivalent orifice …. Luas penampang lubang, dimana
tahanan pada waktu fluida mengalir diekuivalenkan
dengan tahanan pada waktu melewati lubang tipis. Di
tambang batu bara biasanya digunakan pada waktu
menunjukkan tahanan ventilasi di dalam pit).
Q
0 = 0,38
ho
0 = passage orifice (m2)
Q = jumlah angin ventilasi (m3/detik)
ho = tahanan kipas angin (mm air)

Gabungan tahanan ventilasi pit h dan tahanan kipas angin ho


menjadi tekanan negatif (vakum) yang ditimbulkan kipas angin untuk
melakukan ventilasi. Gabungan tahanan h + ho ini disebut tekanan
negatif (vakum) mula, sedangkan tekanan negatif di dalam pit saja (h)
disebut tekanan negatif efektif dan tekanan negatif di dalam kipas
angin (ho) disebut tekanan negatif tidak efektif.

b) 3 kaidah Kipas Angin


Diantara jumlah putaran, jumlah angin, perbedaan tekanan dan
daya kipas angin terdapat hubungan sebagai berikut. Hal ini dinamakan
3 kaidah kipas angin.
(1) Kaidah ke 1
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 48 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Perbedaan tekanan efektif kipas angin berbanding lurus


dengan kuadrat jumlah putaran
Contoh soal:
Apabila kipas angin dengan putaran 200 rpm, tekanan 80 mm
air dan kapasitas angin 4.700 m3, putarannya dijadikan 300 rpm,
berapakah tekanannya?
300 2
Jawaban : 80 mm x = 180 mm
200 2
(2) Kaidah ke 2
Jumlah (kapasitas) angin pada kipas angin berbanding lurus
dengan jumlah putaran.
Contoh soal:
Berapakah jumlah angin kipas angin di atas
300
Jawaban : 4700 m3 = 7.050 m3
200
(3) Kaidah ke 3
Daya penggerak udara kipas angin berbanding lurus dengan
pangkat 3 jumlah putaran atau jumlah angin
Contoh soal:
Menjadi berapa kali daya penggerak kipas angin di atas?
300 3 27 .000 .000
Jawaban: = = 3,375 , artinya menjadi 3,375 kali
200 3 8.000 .000

c) Kurva Karakteristik Kipas Angin

Untuk mengetahui sifat dan kemampuan kipas angin, hubungan


antara jumlah (kapasitas) ventilasi dan perbedaan tekanan efektif dicari
melalui pengukuran langsung, kemudian dinyatakan dalam grafik, yang
disebut sebagai kurva karakteristik kipas angin.
Untuk memperoleh kurva karakteristik, putaran kipas angin
dijaga konstan selanjutnya luas penampang jalan udara diubah-ubah
dan dicari jumlah angin, daya poros, tekanan angin dan efisiensi, untuk
setiap luas penampang. Hubungan tersebut digambarkan sebagai kurva
pada grafik, dengan mengambil jumlah angin sebagai sumbu datar,
serta efisiensi, tekanan angin dan daya poros sebagai sumbu tegak.
Gambar 24 di bawah ini adalah satu contoh kurva karakteristik
kipas angin.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 49 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Gambar 24.: Kurva Karakteristik Kipas Angin

Dari kurva karakteristik tersebut dapat diketahui, pada jumlah


angin berapa atau harus dibuat berap perbedaan tekanan efektifnya,
agar kipas angin tersebut bekerja pada efisiensi yang terbaik. Kurva
karakteristik ini sangat penting dalam manajemen kipas angin, dan
diperlukan sekali pada waktu pemilihan kipas angin, perubahan jumlah
putaran, operasi gabungan dan perencanaan pembagian aliran.
Penjelasan mengenai operasi gabungan kipas angin utama tidak
diberikan disini.

Pf = tekanan negatif η = efisiensi PS = daya kuda poros

9) Perhitungan Ventilasi

a) Apabila memungkinkan penggabungan tahanan jenis


Apabila seluruh tahanan jenis airway yang menyusun jaringan
terowongan dapat dinyatakan dalam satu kesatuan jaringan airway,
yaitu dengan menggabungkan secara seri dan paralel, maka
perhitungan jumlah angin menjadi mudah. Yakni dapat dihitung dari h =
RV2 (catatan: telah dijelaskan di depan).

b) Apabila diberikan kurva karakteristik kipas angin


Tekanan ventilasi alami PN boleh diasumsikan tidak berubah
menurut jumlah ventilasi. Namun, tekanan yang dibangkitkan kipas
angin PF berubah besar tergantung jumlah angin yang dihasilkan,
sehingga tanpa mempertimbangkan hal ini, tidak dapat diperoleh jumlah
angin yang benar.
Untuk mencari jumlah angin dari kurva karakteristik kipas angin
yang diberikan, metode analisa grafik adalah cara yang mudah.

Gambar 25.: Penjelasan cara mencari jumlah


Angin apabila kurva karakteristik kipas angin diberikan.

Pertama-tama, tekanan ventilasi alami diasumsikan nol. Pada


gambar di atas, kurva karakteristik kipas angin adalah I. Pada sumbu
tegak grafik ini, diambil kerugian tekanan (h) dan pada grafik
digambarkan kurva II yang menunjukkan hubungan h = RV2.

Kurva ini adalah setengah bagian sebelah kanan dari garis


parabola dengan sumbu tegak sebagai sumbu simetris. Seluruh jumlah
angin yang diventilasikan sama dengan jumlah angin yang dihasilkan
oleh kipas angin, dan takanan yang hilang karena vetilasi sama dengan
tekanan yang dibangkitkan oleh kipas angin. Sehingga, absis dari titik

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 50 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

potong kurva I dan II merupakan seluruh jumlah angin, V 1, dan ordinat


dari titik potong merupakan tekanan kipas angin, PRF1.

c) Rumus Dasar Perhitungan Ventilasi Yang Umum

Apabila jaringan airway di dalam pit tidak bisa disubstitusi oleh


satu airway yang nilainya setara, dengan memanfaatkan rumus umum
penggabungan seri dan paralel tahanan jenis, maka perhitungan jumlah
angin menjadi repot. Dalam hal ini dihitung dengan menggunakan
komputer dan berikut ini akan dijelaskan pola pikir dasar untuk
melakukan itu.
Ada 3 hubungan yang menjadi dasar perhitungan jumlah angin
pada setiap airway di dalam jaringan sirkuit ventilasi yang diberikan,
yaitu:

(1) Kerugian tekanan terhadap airway manapun dapat dinyatakan oleh


rumus berikut.

H = RV2 ………………………(1)

Pertama-tama arah aliran udara pada setiap airway


diasumsikan sembarang. Apabila udara ternyata mengalir ke arah
tersebut, V diberi tanda positif, dan apabila udara mengalir ke arah
yang berlawanan, V diberi tanda negatif, maka rumus di atas dapat
ditulis kembali sebagai berikut:

H = RV V …………………… (2)

(2) Untuk titik hubung (pertemuan) airway manapun, seluruh jumlah


aliran udara yang mengalir menuju titik hubung sama dengan seluruh jumlah aliran
udara yang mengalir menjauhi titik tersebut. Artinya, disini berlaku persyaratan
kontinuitas. Andaikan jumlah aliran udara yang menuju dan meninggalkan satu titik
hubung adalah V1, V2, V3, ….., dimana jumlah aliran udara yang menuju titik hubung
diberi tanda negatif, maka persyaratan kontiunitas dapat dinyatakan dengan rumus
berikut.

V1 + V2 + V3 + … = 0 …….. (3)

(3) Untuk sirkuit manapun, jumlah matematis kerugian tekanan yang


terjadi di airway yang menyusunnya, sama dengan jumlah tekanan yang dibangkitkan
kipas angin yang berada di sirkuit tersebut dan ventilasi alami.

5. Ventilasi Lokal

Tujuan utama ventilasi adalah mengamankan pit dengan mengirimkan


udara yang cukup ke lokasi kerja untuk menyingkirkan gas.

Diantara ventilasi permuka kerja, ada yang melakukan ventilasi dengan


membawa masuk intake air secara langsung, seperti ventilasi permuka kerja
penambangan, dan ada yang mengirimkan angin yang dibangkitkan oleh kipas
angin lokal, air jet dan lain-lain, dengan menggunakan saluran udara (air duct)
seperti pada ventilasi permuka kerja penggalian maju.

Ventilasi lokal termasuk ke dalam kelompok kedua, yang mana


melakukan ventilasi menggunakan kipas angin lokal, air jet dan lain-lain. Disini

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 51 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

akan diuraikan pokok-pokok umum mengenai ventilasi lokal dan ventilasi


permuka kerja penambangan batu bara.

a. Pokok Perhatian Terhadap Ventilasi Permuka Kerja

1) Ventilasi permuka kerja penambangan yang mempunyai kemiringan,


harus dilakukan dengan mengalirkan udara dari bagian bawah ke bagian atas.
(Mengenai hal ini, peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang menetapkan,
bahwa di lokasi kerja penambangan batu bara sistem lorong panjang pad atambang
batu bara kelas A, tidak diperbolehkan melakukan ventilasi mengarah ke bawah. Kecuali
ada alasan khusus seperti lapisan batu baranya landai, dan mendapatkan izin dari
kepala bagian pengawasan keselamatan tambang).
2) Intake dan return airway permuka kerja penambangan dapat mengalami
penyempitan dengan majunya permuka kerja, sehingga terowongan tersebut senantiasa
harus dijaga pada ukuran yang telah ditentukan.
3) Pada permuka kerja sistem mundur, ada kemungkinan gas pakat di gob
mengalir masuk ke bagian dangkal (up-dip) permuka kerja. Oleh karena itu, ventilasi
bagian dangkal terutama perlu hati-hati, dan gas pekat diencerkan dengan air jet atau
kipas angin lokal, atau dihantar ke tempat yang aman di dalam return airway dengan
saluran udara.
4) Batuan ambruk dari atap (caving) dan batu kayu (petorified wood) yang
ada di permuka kerja dapat meningkatkan tahanan ventilasi permuka kerja secara
drastis, sehingga harus disingkirkan secepatnya.

b. Jenis Metode Ventilasi Lokal

Sama seperti ventilasi utama, ada sistem tiup dan sistem sedot, namun
untuk penggalian maju pada prinsipnya harus menggunakan sistem tiup.
Untuk menyingkirkan gas yang timbul di permuka kerja penggalian maju,
secepatnya harus mengencerkan gas tersebut sampai ke taraf yang tidak
bahaya. Gas dan udara secara alamiah dapat bercampur karena efek difusi
gas, sehingga kalau kedua gas diaduk dengan ventilasi tiup, segera
bercampur dan menjadi encer. Tetapi, pada ventilasi sedot tidak terjadi
pengadukan, sehingga gas diujung permuka kerja tidak mudah disingkirkan.

Namun pada sistem tiup, exhaust air yang terdifusi keluar ke bagian
depan melalui seluruh terowongan, sehingga pada penggalian maju batuan
terjadi banyak suspensi serbuk batuan yang membuat buruk keadaan
lingkungan. Oleh karena itu, pada penggalian maju batuan yang sama sekali
tidak timbul gas, penggunaan sistem sedot membuat udara terowongan lebih
bersih dan sehat (perhatikan gambar).

Gambar 26. Ventilasi Permuka Kerja Penggalian Maju

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 52 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Dilihat dari segi fasilitas peralatan, ventilasi lokal dapat dibagi menjadi
ventilasi brattice, air jet, saluran udara dan metode kipas angin lokal.

1) Ventilasi Brattice
Ini adalah metode ventilasi pada sebuah terowongan penggalian
maju dengan merentangkan papan kayu dan vinil, dimana satu sisi
dijadikan intake dan sisi lainnua sebagai exhaust. Di Jepang, pada
zaman penambangan batu bara sistem ruang dan pilar, ventilasi
permuka kerja terutama dilakukan dengan ventilasi brattice. Namun
karena banyak kebocoran angin dan boros bahan papan kayu, serta
memakan tenaga dan waktu, maka saat ini tidak digunakan lagi.
(Perhatikan Gambar).

Gambar 27.: Ventilasi Brattice

2) Air jet

Ini adalah metode yang melakukan ventilasi melalui gaya yang


dihasilkan melalui penyemprotan udara kompresi dari nozel yang
dipasang di dalam saluran udara. Karena daya ventilasinya lemah, tidak
bisa digunakan untuk ventilasi jarak jauh, tetapi digunakan secara lokal
pada penyingkiran gas di lokasi terjadi ambrukan (caving). Namun,
karena bisa menimbulkan listrik statik, penanganan terhadapnya harus
dilakukan dengan baik. (Perhatikan gambar berikut)

Gambar 28.: Air Jet


3) Ventilasi Saluran Udara

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 53 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Ini adalah metode yang melakukan ventilasi dengan


memanfaatkan perbedaan tekanan udara di dalam pit, dengan
menggunakan saluran udara.

Pada waktu membuka pintu angin yang menghubungkan intake


airway dan return airway di dalam pit, yang dialiri udara ventilasi yang
cukup banyak harus dilakukan dengan tenaga yang lumayan besar,
karena adanya perbedaan tekanan di kedua terowongan. Seandainya
pintu angin dilubangi dan kepadanya dipasangi saluran udara, maka
akan mengalir udara di dalam saluran udara. Ventilasi saluran udara
adalah ventilasi yang memanfaatkan fenomena ini untuk melakukan
ventilasi permuka kerja. Ventilasi saluran udara juga terdiri dari sistem
tiup dan sistem sedot (perhatikan gambar pada halaman berikut). Pada
sistem tiup, ventilasi dilakukan dengan memperpanjang saluran udara
dari sisi intake air, sedangkan pada sistem sedot ventilasi dilakukan
dengan menghubungkan saluran udara ke sisi return air. Untuk
penggalian maju lebih cocok digunakan sistem tiup.

Ventilasi saluran udara mempunyai keunggulan sebagai berikut:


• Karena memanfaatkan tekanan ventilasi pada ventilasi
utama, selama ventilasi utama tidak berhenti, ventilasi saluran udara
juga tidak berhenti.
• Tidak menggunakan listrik dan udara kompresi seperti
pada kipas angin lokal. Terutama karena tidak ada peralatan listrik,
keamanannya terjamin.

Gambar 29.: Ventilasi Sistem Tiup Dan Sedot

• Pada kipas angin lokal atau jet, ada resiko terjadi


resirkulasi udara tergantung posisi pemasangan atau jumlah angin.
Sedangkan pada ventilasi saluran udara sama sekali tidak ada
resirkulasi udara (mengenai resirkulasi udara akan diuraikan di
belakang).
• Pada kipas angin lokal timbul bunyi bising selama operasi,
sehingga ada resiko terjadi kecelakaan lori batu bara atau hal lain.
Sedangkan ventilasi saluran udara sama sekali tidak menimbulkan
bunyi bising.
• Apabila diperlukan jumlah angin ventilasi yang cukup
banyak, maka dengan menggunakan beberapa buah saluran udara
atau saluran udara berdiameter besar, dapat dilakukan ventilasi
dalam jumlah besar.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 54 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Sementara kelemahan ventilasi saluran udara adalah sebagai berikut:


• Apabila di dalam satu aliran cabang dilakukan ventilasi
saluran udara lebih dari dua secara seri, tahanan ventilasi akan
meningkat, sehingga jumlah udara ventilasi berkurang. Pada
prinsipnya, ventilasi saluran udara harus dilakukan secara paralel.
• Di daerah terujung ventilasi utama, perbedaan tekanan
ventilasi antara intake air dan exhaust air semakin kecil, sehingga di
daerah ujung yang gas timbulnya paling banyak, pada umumnya
akan kekurangan jumlah udara kalau menggunakan ventilasi saluran
udara.
• Apablia intake airway dan return airway terpisah jauh,
ventilasi menjadi sulit karena saluran udara menjadi panjang.
• Pada waktu membuka pintu angin diantara intake airway
dan return airway tempat saluran udara terpasang, ventilasi saluran
udara akan terhenti.

c. Metode Ventilasi Dengan Kipas Angin Lokal

Ini adalah metode ventilasi lokal yang melakukan ventilasi dengan


menyambung dan memperpanjang kipas angin lokal dan saluran udara. Saat
ini, untuk ventilasi lokal yang dilakukan di Jepang, metode ini menjadi cara
paling utama.
Pada metode kipas angin lokal juga terdapat sistem tiup dan sistem
sedot (perhatikan gambar 30).

Gambar 30.: Metode Ventilasi Kipas Angin Lokal

Pada sistem sedot, debu yang timbul di permuka kerja dapat disedot ke
dalam saluran udara tanpa menyapu dulu terowongan di tengahnya,
sehingga dari segi lingkungan kerja lebih unggul daripada sistem tiup.
Namun, sistem sedot mempunyai kelemahan sebagai berikut:

• Lingkup gerak aliran udara diujung saluran udara kecil, sehingga


gas yang timbul di permuka kerja sulit disingkirkan.
• Karena perlu memperpanjang saluran udara sampai ke dekat
permuka kerja, menjadi gangguan kerja di permuka kerja, serta saluran
udara mudah mengalami kerusakan akibat peledakan atau hal lain.
• Saluran udara dari vinil sulit digunakan karena bisa mengempis.
• Apabila konsentrasi gas dapat terbakar yang disingkirkan tinggi,
penggunaan kipas angin aksial menjadi berbahaya.

Karena kelemahan-kelemahan itu, hampir semua metode ventilasi kipas


angin menggunakan sistem tiup.
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 55 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Di Jepang, sebagai kipas angin lokal, dahulu banyak digunakan mulai


dari yang kecil dengan daya 1 HP sampai tipe turbo atau tipe propeller
dengan daya 5, 10, 20 HP. Namun akhir-akhir ini, kipas angin lokal tipe besar
yang dapat mengantisipasi penggalian maju yang jaraknya lumayan panjang
juga sudah digunakan.

Tenaga penggeraknya ada yang menggunakan tenaga listrik dan


tenaga pneumatik (udara kompresi). Sistem penggerak listrik mempunyai
efisiensi yang lebih baik, kebisingan juga rendah dan biaya tenaga
penggerak juga murah dibanding sistem pneumatik. Namun karena memakai
tenaga listrik, dahulu ditempat yang banyak gas, cenderung menghindari
penggunaannya. Tetapi, karena ada peningkatan manajemen terhadap gas
dan peralatan keamanan, saat ini hampir semuanya menggunakan sistem
penggerak listrik.

Kondisi dimana udara yang sudah digunakan sekali (exhaust air)


bercampur masuk ke mulut ventilasi lokal dan aliran udara yang sama
berulang-ulang dialirkan, disebut resirkulasi udara. Apabila keadaan ini
berlanjut terus, gas tidak tersingkir dengan baik, makin lama konsentrasi gas
meningkat dan terjadi keadaan yang bahaya, sehingga harus diusahakan
agar tidak terjadi resirkulasi udara.

Oleh karena itu, dalam penempatan kipas angin lokal harus


diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Apabila letak kipas angin lokal tidak baik (perhatikan gambar berikut)

Apabila letak kipas angin lokal dekat ke return airway, dapat


menjadi penyebab resirkulasi udara. Terutama pada waktu
mengoperasikan kembali kipas angin lokal yang sempat terhenti karena
suatu sebab, gas dapat mengalir balik ke posisi kipas angin lokal dan
menjadi penyebab timbulnya kecelakaan. Pada waktu meletakkan kipas
angin, dipilih tempat yang kondisi atap dan dindingnya baik serta tidak
ada tetesan air, dan mengambil tempat di sisi intake air dengan jarak
yang cukup dari mulut return airway, agar tidak terjadi resirkulasi udara.

Gambar 31.: Kondisi Kipas Angin

2) Apabila kekurangan angin induk

Walaupun letak kipas angin sudah baik, kalau jumlah angin induk
(intake air) yang melewati posisi peletakan kipas angin lebih sedikit dari
pada jumlah angin yang dibangkitkan oleh kipas angin, akan terjadi
Diktat Ventilasi Tambang Hal. 56 - 59
Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

resirkulasi udara. Selain itu, adakalanya resirkulasi udara dapat terjadi


karena kekurangan angin induk yang disebabkan oleh ambruknya airway
atau pembukaan pintu angin.

Mengenai hal ini, peraturan keselamatan tambang batu bara Jepang


menetapkan sebagai berikut:

• Kipas angin lokal harus ditempatkan pada posisi dimana exhaust air
tidak tertarik masuk ke intake air, dan jumlah udara ventilasi yang
melalui posisi tersebut dibuat melebihi kapasitas kipas angin yang
dimaksud, agar tidak terjadi resirkulasi udara.

6. Pengukuran

Di tambang batu bara perlu dilakukan berbagai macam pengukuran untuk


memeriksa apakah disetiap tempat di dalam pit telah dilakukan ventilasi udara
yang cukup, dengan maksud mendapatkan kesalahan ventilasi, atau untuk
mendapatkan bahan yang diperlukan untuk perencanaan ventilasi atau perbakan
ventilasi. Hal yang harus diukur antara lain adalah temperatur udara,
kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin, jumlah angin, penurunan
tekanan, tekanan kipas angin, kadar gas, jumlah debu dan derajat kata. Disini
akan dijelaskan mengenai pengukuran tekanan udara, kecepatan angin, jumlah
angin, penurunan tekanan dan tekanan kipas angin yang secara langsung
diperlukan untuk perencanaan ventilasi atau perbaikan ventilasi.

a. Kecepatan angin
1) Anemometer
Untuk mengukur kecepatan angin di dalam pit bawah tanah
biasanya menggunakan anemometer. Ini adalah kincir angin yang
sangat ringan dan gesekannya kecil, dimana baling-balingnya terbuat
dari pelat aluminium dan membentuk sudut 42-44o terhadap arah poros.
Untuk mengukur kecepatan angin, alat ini diletakkan di dalam aliran
udara untuk memutar baling-baling, dimana kecepatan angin atau jarak
tempuh aliran udara per satuan waktu dapat diperoleh dari jumlah
putaran dalam waktu tertentu. Daerah kemampuan ukurnya adalah 0,5-
10 m/s.

2) Tabung pitot
Pada tabung pitot terdapat lubang ukur tekanan total di depan dan
lubang ukur tekanan statis di samping. Perbedaan kedua tekanan
tersebut, yakni tekanan dinamis, diukur dengan manometer tabung U,
kemudian kecepatan angin diperoleh dari persamaan di bawah.

∆P = γw2/2g

∆P = tekanan dinamis w = kecepatan angin


γ = berat jenis udara g = percepatan gravitasi

3) Pengukuran kecepatan angin rendah


Kecepatan angin di bawah 1 m/s sulit diukur. Untuk itu ada
anemometer kawat panas yang memanfaatkan pelepasan panas dari
kawat halus dan anemometer termistor yang memanfaatkan koefisien
temperatur tahanan semi konduktor.

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 57 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

Untuk mengukur kecepatan angin rendah secara sederhana,


maka pada dua titik berjaral 5-10 m di dalam lorong angin diberi tanda
titik start dan titik pengukuran. Kemudian dengan stopwatch dilakukan
pengukuran waktu yang diperlukan oleh asap untuk melewati dua tanda
tersebut, hingga diperoleh kecepatan angin. Karena asap akan
menyebar selama mengalir, maka bagian tengah dari asap menyebar
yang diukur.

b. Jumlah angin
Jumlah angin adalah perkalian kecepatan angin rata-rata dan luas
penampang. Pada umumnya, kecepatan angin terbesar terjadi di sekitar
pusat penampang terowongan. Oleh karena itu, apabila mengukur
kecepatan angin dengan anemometer, maka anemometer digerakkan
sepanjang penampang dengan kecepatan konstan untuk mengukur
kecepatan angin rata-rata. Kemudian nilai tersebut dikalikan dengan luas
penampang terowongan yang diukur untuk menghitung jumlah angin.

c. Perbedaan tekanan
Apabila tabung gelas ditekuk membentuk huruf U dan ke dalamnya
dimasukkan air atau cairan lain hanya setengah bagiannya, kemudian dua
buah tekanan yang hendak diukur masing-masing dihubungkan ke kedua
ujung tabung gelas dengan pipa, maka perbedaan tekanan dapat diukur
sebagai perbedaan ketinggian cairan. Apabila mau mengukur perbedaan
tekanan yang kecil, cukup dengan memiringkan tabung U. Dengan
memiringkannya sebesar 0o, sensitivitas akan meningkat 1/sin 0 kali.

d. Tekanan udara
1) Barometer air raksa
Mengetahui tekanan udara melalui pengukuran tinggi kolom air
raksa yang terangkat oleh tekanan udara. 1 atmosfir adalah 760 mm Hg.
Alat ini cocok untuk pengukuran di tempat tetap (diam), tetapi tidak cocok
digunakan dengan membawanya di dalam pit bawah tanah.
2) Barometer aneloide
Wadah yang bagian dalamnya kedap dibuat dengan
menempelkan 2 lembar logam tipis berbentuk lingkaran bergelombang.
Dengan adanya perubahan tekanan, wadah tersebut mengembang dan
mengempis, dimana deformasi yang kecil tersebut diperbesar secara
mekanis untuk ditunjukkan dengan jarum. Kurang memuaskan dari segi
ketelitian, tetapi cocok untuk dibawa.
3) Altimeter untuk pesawat terbang
Telah dilaporkan penggunaan alat ini untuk pit bawah tanah.
Cukup dapat mencapai tujuan.

e. Penurunan Tekanan
1) Melakukan pengukuran penurunan tekanan yang terjadi karena
mengalirnya udara di dalam lorong angin adalah hal yang sangat penting.
Apabila pada 2 titik pengukuran di dalam lorong angin diletakkan tabung
tekanan statis Pitot dan di tengah-tengahnya diletakkan tabung U,
kemudian dihubungkan dengan pipa (misalnya pipa karet), maka
perbedaan tekanan yang tampak pada tabung U adalah penurunan
tekanan. Apabila 2 titik yang hendak diukur penurunan tekanannya
berjarak jauh, selang jarak tersebut dibagi menjadi beberapa bagian,
kemudian penurunan tekanannya diukur dan nilai penjumlahan untuk

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 58 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004
Ventilasi Tambang

selang 2 titik tersebut boleh dianggap sebagai penurunan tekanan. Pada


waktu melakukan pengukuran mulai dari mulut pit udara masuk kemudian
mengelilingi pit dan sampai ke mulut pit udara buang, maka nilai
penjumlahan penurunan tekanan selama itu setara dengan jumlah
tekanan kipas angin dan tekanan ventilasi alami (perhatikan gambar di
bawah).
2) Melakukan pengukuran nilai mutlak tekanan udara dengan menggunakan
barometer aneloide, kemudian dari perbedaan tekanan tersebut
menghitung penurunan tekanannya.

Gambar 32.: Metode Pengukuran Tekanan Ventilasi


Antar 2 titik di dalam Terowongan

Diktat Ventilasi Tambang Hal. 59 - 59


Program D-III T.Pertambangan FT - UNP Copyright – 2004

Vous aimerez peut-être aussi