Vous êtes sur la page 1sur 8

AIDS

Sebagai virus HIV hanya bisa menular jika cairan darah, air mani atau cairan vagina
yang mengandung HIV masuk ke tubuh seseorang. Ini fakta medis (bisa dibuktikan di
laboratorium dengan teknologi kedokteran). Penularan antara lain bisa melalui hubungan
seks yang tidak memakai kondom di dalam atau di luar nikah jika salah satu dari pasangan
itu HIV-positif. Jadi, biar pun zina kalau dua-duanya HIV-negatif maka tidak akan pernah
terjadi penularan HIV.

Tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS pada diri seseorang
yang sudah tertular HIV sebelum mencapai masa AIDS (antara 5 - 10 tahun setelah tertular
HIV)। Tapi, ingat, biar pun tidak ada tanda, gejala atau ciri-ciri yang khas AIDS pada diri
seseorang yang sudah tertular HIV dia sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain melalui
(a) hubungan seks yang tidak memakai kondom di dalam atau di luar nikah, (b) transfusi
darah, (c) jarum suntik, jarum tindik, jarum akupunktur, jarum tattoo atau alat-alat
kesehatan, dan (d) dari seorang ibu yang HIV-positif kepada anaknya, terutama pada saat
persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

karena kita tidak mengetahui orang-orang yang sudah tertular HIV maka hindarilah
perilaku berisiko tinggi agar terlindung dari penularan HIV. Perilaku berisiko tinggi tertular
HIV yaitu (1) melakukan hubungan seks penetrasi yakni penis masuk ke vagina (heteroseks),
seks oral dan seks anal di dalam atau di luar ikatan pernikahan yang sah serta homoseks
tanpa kondom dengan pasangan yang berganti-ganti, (2) melakukan hubungan seks
penetrasi, seks oral dan seks anal di dalam atau di luar ikatan pernikahan yang sah serta
homoseks tanpa kondom dengan seseorang yang suka berganti-ganti pasangan (seperti
dengan pekerja seks perempuan/waria), (3) menerima transfusi darah yang tidak diskrining
HIV, dan (4) memakai jarum suntik secara bersama-sama dengan bergiliran.

Penjelasan HIV/AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau disingkat dengan AIDS, adalah kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan karena hilangnya kekebalan tubuh. Orang yang menderita
AIDS, mudah sekali terserang berbagai penyakit, karena sistem kekebalan tubuhnya yang
berfungsi melawan kuman atau virus yang masuk ke dalam tubuh rusak. AIDS sendiri timbul
karena disebabkan oleh virus Human Immuno Deficiency Virus atau disebut HIV, yang
menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh itu.

Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit HIV AIDS ini,
ada dua cara utama penularan penyakit berbahaya tersebut, yakni melalui narkoba suntik
dan hubungan seks bebas.

Penyebarannya

Penyebaran penyakit HIV AIDS di tanah air berkembang pesat, dengan jumlah
penderitanya mencapai ribuan orang, bahkan tidak sedikit yang kehilangan nyawanya akibat
penyakit ini. Di Kota Bogor misalnya, saat ini kondisinya sangat memperihatinkan,
berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bogor hingga Oktober 2007, tercatat jumlah
penderita HIV sebanyak 308 orang, sementara AIDS 164 orang, dimana 39 diantaranya
meninggal dunia.

Bahkan jumlahnya meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada


periode 2002-2006, tercatat jumlah penderita HIV AIDS di Kota Bogor sebanyak 194 orang.
Dengan jumlah tersebut, menempatkan Kota Bogor sebagai Kota ketiga terbanyak jumlah
penderita HIV AIDS se-Jawa Barat. Sedangkan Jawa Barat sendiri, adalah provinsi ketiga
terbanyak khusus jumlah penderita HIV. orang yang beresiko tinggi terjangkit penyakit HIV
AIDS adalah mereka yang mengkonsumsi narkoba suntik.

kelompok yang paling beresiko terserang virus HIV AIDS adalah Narapidana. Tercatat
78 orang Narapidana yang positif menderita HIV AIDS karena mengkonsumsi narkoba suntik.
Sementara dari kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS) tercatat hanya 9 orang yang positif
HIV AIDS, sedangkan kelompok waria, yang dinyatakan positif menderita HIV AIDS sebanyak
4 orang. Sebetulnya, angka-angka yang tercatat dalam data tersebut, tidak dapat menjadi
tolak ukur, pasalnya masih banyak masyarakat yang menggunakan narkoba suntik, sehingga
dapat dipastikan, jumlah penderita HIV AIDS masih tersebar dimana-mana,” ujar Sri
Pintantari kepada wartawan, Sabtu (1/12) siang.
Mengenai waria kebanyakan mengatakan, termasuk kelompok yang beresiko terserang HIV
AIDS, dengan penularannya sama, yakni melalui narkoba suntik dan hubungan seks bebas.
Banyak waria yang menggunakan narkoba suntik dan berhubungan seks bebas. Tapi
peluangnya tidak terlalu besar, kebanyakan dari mereka tertular melalui hubungan seks
bebas dengan orang yang telah terinfeksi HIV. “Biasanya jika hasrat birahi waria timbul, ia
akan berhubungan badan dengan wanita, tapi orientasinya tetap laki-laki,” terangnya(red-
BN).

Mempelajari fakta–fakta mengenai Infeksi HIV dan AIDS:

· AIDS – Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah stadium akhir dari infeksi yang
disebabkan oleh virus, yaitu Human Inmodeficiency Virus (HIV).

· Bagian terbesar dari HIV disebabkan hubungan seksual tak terlindungi dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV (70 – 80 % infeksi). Infeksi HIV juga bisa menyebar melalui transfusi
dengan darah yang terinfeksi (kecuali di negara – negara yang telah melaksanakan
pemeriksaan seluruh darah donor terhadap HIV), melalui penggunaan jarum suntik
bersama dengan jarum yang terkontaminasi darah pengidap HIV, dan melalui darah dari
wanita yang terinfeksi ke bayinya semasa dalam kandungan, saat kelahiran atau saat
pemberian ASI.

· Infeksi HIV tidak menyebar melalui kontak sosial biasa (non seksual)

· Begitu seseorang terinfeksi HIV, ia bisa merasa dan terlihat sehat hingga sepuluh tahun
atau lebihsebelum tanda–tanda AIDS timbul. Meski begitu selama penampakan sehat ini
pemeriksaan darah dapat memperlihatkan adanya HIV. Inilah yang disebut “HIV positif”.
Seseorang yang HIV positif meskipun tampak dan merasa sehat, dapat menularkannya
kepada orang lain.
· Tidak ada vaksin yang dapat melindungi seseorang dari infeksi HIV. AIDS belum ada
obatnya. Ini berarti satu–satunya jalan untuk menghindari AIDS adalah dengan cara
mencegah terjadinya infeksi dari awalnya.

· Adanya penyakit hubungan seksual yang tidak diobati seperti siphilis dan gonore
mempermudah terjadinya penyebaran infeksi HIV dari satu orang ke orang lain. Luka
terbuka dan lecet merupakan jalan masuk yang mudah untuk IMS termasuk HIV kedalam
tubuh. Adanya IMS sudah merupakan tanda dari perilaku berisiko. Pencegahan dan
pengobatan IMS dengan demikian merupakan salah satu cara lain untuk melindungi diri
dari infeksi HIV.

· Membuat rajah/tato atau melubangi tubuh dengan jarum yang tidak steril dapat
mengakibatkan infeksi HIV dan IMS lain seperti Hepatitis B. Yakinkan bahwa jarum yang
digunakan telah disetril di otoclav atau gunakan jarum anda sendiri.

· Transmisi seksual HIV dapat dicegah dengan mempraktekkan seks aman. Seks aman
termasuk tidak melakukan hubungan seks, kesetiaan pada pasangan yang tidak
terinfeksi, menggunakan kondom lateks setiap kali terlibat hubungan seks vaginal, anal,
atau oral, seks tanpa penetrasi, melakukan aktifitas seperti berpelukan, berciuman,
masturbasi, masturbasi mutual.

Seks aman – bagaimana definisinya ?

· Sama sekali tidak melakukan hubungan seks

· Membangun hubungan monogami matual yang dapat menyakinkan bahwa keduanya tidak
pernah terpapar HIV. Ini bisa dilaksanakan hanya bila keduanya tidak terinfeksi atau
berisiko untuk mendapat infeksi HIV. Tangguhkan aktifitas seksual hingga
memungkinkan untuk menyakini bahwa hubungan yang aman dan berjangka panjang
dapat dibangun.

· Gunakan kondom lateks tiap kali dilakukan aktifitas vaginal, oral, atau anal.

· Hanya melakukan seks tanpa penetrasi atau “outercourse” (diluar) yang berarti aktifitas
seksual dimana penis, mulut, rektum, atau vagina anda tidak berhubungan langsung
dengan penis, mulut, rektum, atau vagina pasangan anda. Aktivitas ini termasuk
pemijatan, masturbasi, aktifitas tangan.

· Melakukan aktifitas seperti berpelukan dan berciuman.

Apakah perilaku seks berisiko ?

· Memiliki lebih dari satu partner

· Tidak menggunakan kondom

· Melakukan seks anal tak terlindung secara khusus berisiko


Perempuan berisiko lebih besar untuk mendapat IMS dibandingkan laki–laki karena :

· Perempuan lebih mungkin mendapat HIV atau IMS dari satu kali hubungan seksual. Hal ini
terutama berlaku pada anak gadis dimana organ seksnya belum sempurna dan
membuat HIV jauh lebih mudah memasuki tubuhnya.

· Perempuan mungkin memiliki IMS yang asimptomatik (tanpa gejala) yang sulit didiagnosa,
tapi meningkatkan resiko penyebaran HIV.

· Perempuan biasanya berada pada pihak yang tidak menguntungkan pada negoisasi seksual
dan mungkin tidak mampu menyakinkan pasangannya untuk hanya mempraktekkan
seks aman ( memakai kondom )

· Perempuan mungkin merupakan obyek kekerasan termasuk perkosaan.

· Akhirnya, penting untuk disadari adanya fakta bahwa di kelompok besar laki–laki
manapun, akan ada laki–laki yang berhubungan seks dengan laki–laki lain. Anal seks
adalah yang biasanya dilakukan diantara sesama laki–laki. Penyebaran HIV melalui
kegiatan ini terjadi karena lapisan anus lebih mudah pecah dan berdarah. Itu sebabnya
khusus kontak seksual anal tidak terlindung risikonya tinggi.
SIFILIS
Infeksi Menular Seksual (IMS) menyebar cukup mengkhawatirkan di Indonesia. Baik
jenis gonorchea maupun sifilis. Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh
bakteri spiroseta, Treponema pallidum. Penularan biasanya melalui kontak seksual; tetapi,
ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui
ibu ke anak dalam uterus).

Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan; sebelum perkembangan tes
serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar” karena
sering dikira penyakit lainnya. Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan
penderita sifilis mencapai 5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina, laporan
menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 0,2 per 100.000 jiwa pada tahun 1993
menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. Di Amerika Serikat, dilaporkan sekitar
36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiran lebih tinggi. Sekitar tiga
per lima kasus terjadi kepada lelaki.

Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem
saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki
kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks-nya mungkin terkena sifilis
dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.

Ciri-ciri

Kuman penyebabnya disebut Treponema pallidum. Masa tanpa gejala berlangsung


3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu. Kemudian timbul benjolan di sekitar alat
kelamin. Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang
sendiri tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah
hubungan seks. Gejala ini akan hilang dengan sendirinya dan seringkali penderita tidak
memperhatikan hal ini.

Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, atau
disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan syaraf otak,
pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi
yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan
mental.

Ciri Pada Wanita dan Pria

Namun demikian bagaimana penyakit sifilis ini sesungguhnya? Mungkin sedikit


uraian berikut ini bisa membantu Anda.

Sifilis atau yang disebut dengan ‘raja singa’ disebabkan oleh sejenis bakteri yang
bernama treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae ini, memiliki
ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta
penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan
genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat
ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan. Anda tidak dapat
tertular oleh sifilis dari handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.

Gambaran tentang penyakit sifilis seperti yang dikemukakan tersebut mungkin masih
membuat Anda penasaran, karena wanita yang tidak tahu kalau suaminya sering ‘jajan‘
mungkin tidak menyadari kalau dirinya sudah mengidap penyakit sifilis.

Jadi uraian selanjutnya adalah mengenali gejala yang mungkin terjadi pada wanita,
yang terurai dalam empat stadium berbeda.

Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah
di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di
tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan
kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu,
chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.

Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan
mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan
adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip
dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium
ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.

Stadium tiga. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya
akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala
penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam
tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat
berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.

Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini,
spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak
dan tulang.

Sedangkan pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang mirip
dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan utamanya ialah bahwa
pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di daerah penis. Dan pada tahap kedua,
akan muncul luka-luka di daerah penis, mulut, tenggorokan dan dubur.

Orang yang telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan
adanya chancre setelah tiga hari – tiga bulan bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh. Kalau
sifilis stadium satu ini tidak diobati, tahap kedua penyakit ini dapat muncul kapan saja, mulai
dari tiga sampai enam minggu setelah timbulnya chancre.

Sifilis dapat mempertinggi risiko terinfeksi HIV. Hal ini dikarenakan oleh lebih
mudahnya virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang bila terdapat luka. Sifilis yang diderita
juga akan sangat membahayakan kesehatan seseorang bila tidak diobati. Baik pada
penderita lelaki maupun wanita, spirochaeta dapat menyebar ke seluruh tubuh dan
menyebabkan rusaknya organ-organ vital yang sebagian besar tidak dapat dipulihkan. Sifilis
pada ibu hamil yang tidak diobati, juga dapat menyebabkan terjadinya cacat lahir primer
pada bayi yang ia kandung.

Pengobatan

Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya. Menurut statistik,
perawatan dengan pil kurang efektif dibanding perawatan lainnya, karena pasien biasanya
tidak menyelesaikan pengobatannya. Cara terlama dan masih efektif adalah dengan
penyuntikan procaine penisilin di setiap pantat (procaine diikutkan untuk mengurangi rasa
sakit); dosis harus diberikan setengah di setiap pantat karena bila dijadikan satu dosis akan
menyebabkan rasa sakit. Cara lain adalah memberikan kapsul azithromycin lewat mulut
(memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa
jenis sifilis kebal terhadap azithromycin dan sekitar 10% kasus terjadi pada tahun 2004.
Perawatan lain kurang efektif karena pasien diharuskan memakan pil beberapa kali per hari.

Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan


menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai
penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang
memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.

Seks Oral dan Sifilis

Banyak orang salah meyakini. Mereka pikir seks oral aman. Padahal, hubungan seks
dengan cara ini sudah terbukti bisa menularkan penyakit sifilis. Begitu laporan yang
disiarkan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDCP) dalam
Morbidity and Mortality Weekly Report. Ditambahkan, luka di mulut akibat sifilis, pada
gilirannya semakin meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.

“Mereka yang dalam jangka panjang tidak terikat hubungan monogami dan melakukan
hubungan seks oral, sebaiknya tetap menggunakan pelindung, semisal kondom, untuk
mengurangi risiko terkena penyakit seksual menular,” kata tim peneliti dari Chicago
Department of Public Health yang dipimpin oleh Dr. C. Ciesielski.

Dalam pemantauan yang mereka lakukan, tim itu mendapati bahwa sifilis terus
menyebar lewat seks oral. Pola penularan yang mereka pantau sangat berubah dalam
periode tahun 1998 hingga 2002. Bila di tahun 1990-an sifilis hanya terjadi pada kaum
heteroseksual, sejak 2001 jumlah pria yang melakukan hubungan seks dengan sesama pria
tercatat hampir 60 persen.

Antara tahun 2000 hingga 2002 tim yang dipimpin Ciesielski juga mewawancarai
mereka yang terkena sifilis. Hasilnya, lebih dari 14 persen kasus penularan sifilis terjadi
melalui seks oral. Jumlah ini dlaporkan oleh 20 persen gay dan 7 persen pria dan wanita
heteroseksual.
Angka itu belum termasuk penularan melalui seks oral yang mungkin terjadi pada
saat yang bersangkutan juga melakukan hubungan badan. Bahayanya, orang dengan sifilis di
mulut mungkin tidak memperlihatkan gejala. Luka di mulut lazim disalahmengerti sebagai
sariawan atau herpes. Padahal, di dalam luka itu tersembunyi kuman penyebab sifilis.

Semua data ini menggarisbawahi perlunya edukasi pada mereka yang aktif secara
seksual untuk menghindari sifilis.

Vous aimerez peut-être aussi