Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
METODE
B. Bahan
1. Air
2. Lactofenol
3. Gel Agarosa
Cara Kerja : Alat-alat yang digunakan selama praktikum teknologi
DNA seperti mikropipet dan tip, waterbath, PCR, elektroforesis, vortex,
microsentrifuge refrigerated, dan spin diamati, lalu dicatat cara kerja, fungsi,
dan prinsip kerja alat. Untuk latihan pipetting, diambil air sebanyak 1 µl
menggunakan mikropipet dan diteteskan di atas kertas plastik. Selanjutnya, 1 µl
methylen blue diambil menggunakan mikropipet dan dicampur dengan air yang
telah diteteskan di atas plastik. Larutan yang telah bercampur tersebut dicoba
diambil dan dipindah-pindahkan ke tempat lain menggunakan mikropipet.
Latihan pipetting ini diulangi menggunakan berbagai ukuran volume hingga
praktikan merasa mahir menggunakannya.
Pembahasan
Mikropipet adalah alat yang digunakan untuk mengambil suatu sampel
dalam jumlah kecil, (skala µl). Mikropipet sendiri terdiri dari berbagai macam
kapasitas volume pengambilan sampel. Pada praktikum ini terdapat 5 jenis
mikropipet dengan skala ukuran 20 µl, 100 µl, 200 µl, 1000 µl, dan 2000 µl.
Dalam penggunaan mikropipet, juga digunakan tip yang berfungsi sebagai
wadah cairan sampel yang akan diambil. Dalam pengambilan sampel,
mikropipet dapat diatur dengan memutar bagian thumb knob (pompa) hingga
diperoleh skala angka yang diinginkan. Perlu diperhatikan pula dalam
pengaturan skala, jika terlalu keras memutar bagian thumb knob ataupun jika
praktikan mengambil sampel melebihi kapasitas mikropipet akan mempercepat
kerusakan alat tersebut. Pada mikropipet juga tertera warna yang sama dengan
warna tip yang harus dipasangkan, dengan kata lain disesuaikan dengan
kapasitas pengambilan sampel.
Tip adalah wadah berbahan polimer yang digunakan pada ujung mulut
mikropipet, dan berfungsi sebagai wadah penampungan sampel. Ukuran dan
warna tip bisa bermacam-macam, tergantung dengan jenis mikropipet yang
sesuai. Tip pada umumnya bersifat disposable atau sekali pakai, namun
beberapa tip ada pula yang digunakan berulang-ulang karena dapat disterilisasi
dengan menggunakan autoklaf. Pada beberapa jenis tip ada yang memiliki
filter, yang berfungsi untuk mencegah masuknya kembali cairan yang diambil
dari tip ke dalam mikropipet. Penyimpanan tip diletakkan di dalam rak tip dan
disesuaikan dengan warna atau kapasitas penampungan sampelnya.
Tip yang digunakan dalam praktikum, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tip putih → dipakai untuk mikropipet dengan volume 5-10 µl dengan
ketelitian hingga 0,05 µl.
2. Tip kuning → dipakai untuk mikropipet dengan volume 20-200 µl
dengan ketelitian hingga 0,1 µl.
3. Tip biru → dipakai untuk mikropipet dengan volume maksimal 1.000 µl
dengan ketelitian hingga 1 µl.
Penggunaan tip harus disesuaikan dengan takaran sampel yang akan
diambil. Jika sampel yang diambil melebihi takaran tip dapat menyebabkan
kontaminasi pada mulut mikropipet, dan menyebabkan kerusakan pada tip.
Tube merupakan suatu wadah berbahan polimer yang berfungsi sebagai
tempat sampel dalam jumlah kecil. Penggunaan tube berdampingan dengan
penggunaan microcentrifuge, spin, dan PCR. Dalam praktikum ini
diperkenalkan mikrotube, dengan kapasitas penampungan sampel 1 µl, 1,5 µl, 2
µl, dan mikrotube PCR.
Kesimpulan
1. Mikropipet digunakan untuk mengambil sampel dalam skala kecil, µl.
2. Penggunaan mikropipet perlu memperhatikan kapasitas volume
mikropipet, jenis dan ukuran tip yang disesuaikan dengan volume
sampel yang akan diambil.
3. Tip digunakan untuk menampung cairan sampel yang diambil
menggunakan mikropipet
4. Tube digunakan sebagai tempat untuk menampung cairan setelah cairan
tersebut diambil dengan mikropipet.