Vous êtes sur la page 1sur 14

 

KONSERVASI
AIRTANAH
Mata kuliah
Pengelolaan air Bawah Tanah
KONSERVASI AIRTANAH
 Adalah pengelolaan airtanah
untuk menjamin
pemafaatannya secara
bijaksana dan menjamin
kesinambungan
ketersediaannya dengan tetap
memelihara serta
meningkatkan mutunya.
Penyadapan airtanah yang tidak
terkendali pada jangka waktu panjang
akan sangat merugikan bagi sumberdaya
airtanah itu sendiri maupun lingkungan
sekitar 

airtanah yang tadinya sangat bermafaat


bagi pasokan air untuk berbagai
keperluan, pada suatu saat apabila
konservasi tidak dilakukan, sumberdaya
tersebut menjadi tidak berguna.
Konservasi airtanah tidak hanya
menyangkut perlindungan
kuantitas sumberdaya airtanah
itu sendiri, namun juga
menyangkut penataan daerah
imbuh (recharge area) maupun
daerah luah (discharge area)
airtanah.
PADA DASARNYA PENGELOLAAN AIRTANAH DI INDONESIA BERTUMPU
PADA 2 ASPEK:

1. Aspek Hukum
2. Aspek Teknik
ASPEK HUKUM
PERATURAN DAN PERUNDANGAN YANG MELANDASI UPAYA PENGELOLAAN AIRTANAH ADALAH:

1.Undang-undang dasar 1945 pasal 33 ayat 3. Di sini


tersirat bahwa air yang terkandung di dalam bumi perlu
dikelola dan dilindungi agar dapat dimafaatkan
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
 
•Undang-undang nomor 11 tahun 1974 tentang
Pengairan, Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1982
tentang Tata Pengaturan Air, dan Peraturan
Pemerintah No. 23 tahun 1982 tentang Irigasi. Dalam
peraturan dan perundangan ini, tersurat kewenangan
dan tangungjawab dalam bidang pertambangan.
 
3. Undang-undang nomor 4 tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Di sini tersirat kehendak
pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam
(termasuk airtanah) sebagai salah satu komponen
lingkungan.
 
4.Peraturan Menteri Pertambangan dn Energi (Permen
PE) Nomor 02.P/101/M.PE/1994 tentang Pengurusan
administrasi Airtanah. Peraturan ini merupakan
landasan kebijaksanaan pengelolaan airtanah,
sebagai perwujudan dari kewenangan Menteri yang
bertanggunjawab dalam bidang pertambangan dalam
pengurusan administratif atas sumber airtanah.
5.Keputusan Direktur Jendral Geologi dan Sumberdaya
Mineral No.005.K/10/DDJG/1995 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengurusan Aministratif Airtanah.
 
6.Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
390.K/008/M.PE/1995 tentang Pedoman Tekniks
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan kegiatan
Pengambilan Airtanah, sebagai pelaksanaan dari
Pedoman tersebut ditetapkan keputusan Dirjen
Geologi dan Sumberdaya Mineral No. 48.K/101/
DDJG/1995 tentang Petunjuk Teknis.

Di samping itu, dalam rangka perbantuan tugas


pemerintah pusat dalam pengelolaan airtanah, di
daerah2 telah ditetapkan Peraturan Daerah tentang
Masalah Pengelolaan Airtanah.
ASPEK TEKNIS

Keterdapatan airtanah tidak dibatasi oleh


batas-batas administratif suatu daerah 
pengelolaan airtanah berdasarkan
aspek teknis mengacu  cekungan
airtanah: suatu wilayah yang akan
ditentukan oleh batasan2
hidrogeologi, di mana semua event
hidrolika (pengisian, pengambilan,
pengaliran) berlangsung.
  
Batasan2 teknis hidrogeologi
meliputi:

 waktu
 jumlah
 ruang/wadah
 mutu
WAKTU:
 dimaksudkan bahwa ketersediaan airtanah
dibatasi oleh dimensi waktu yang
menyangkut waktu pengaliran dan
pembentukan airtanah.
 Pentarikhan (dating) dan perurutan
(tracing) yang dilakukan dengan isotop
buatan/alami  menetukan umur dan
waktu pengaliran airtanah.
Dengan pentarikhan dan perurutan ini akan
membantu dalam menentukan daerah
imbuh.
RUANG/WADAH:
 tempat di mana air tersimpan,
wadah yang secara hidrogeologi
memungkinkan meyimpan dan
melepaskan airtanah dalam jumlah
berarti  pemahaman terhadap
konfigurasi, geometri, dan
parameter akuifer di suatu
cekungan akan sangat membantu
menentukan keterdapatan dan
besaran sumberdaya airtanah.
JUMLAH:
 dengan mengetahui adanya batasan
waktu dan ruang/wadah  jumlah
suatu sumberdaya airtanah di suatu
cekungan 
dapat dihitung
ditentukan skenario
pengambilan
MUTU:
 dengan analisis hidrokimia airtanah
dapat diketahui kecocokan
peruntukan:
Air minum
industri
pertanian

Vous aimerez peut-être aussi