Vous êtes sur la page 1sur 25

Askep Gastritis

Pengertian Gastritis

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau
lokal (Soepaman, 1998). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999).
Gastritis adalah radang mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998). Gastritis merupakan suatu
keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus
atau lokal (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan inflamasi


mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

Epidemiologi / Insiden Kasus Gastritis

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam
(IPD jilid II Edisi 3).

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh
sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis
akut.

Etiologi Gastritis

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :

 Gastritis Akut

Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).

Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.

 Gastritis Kronik

Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.

Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan
merokok.

Manifestasi Klinik Gastritis

1.  Gastritis Akut


yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis
melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.

2.   Gastritis Kronik

Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,
anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.

Patofisiologi  Gastritis

•    Gastritis Akut

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.

Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

1.   Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan
meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL
sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.

Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat
maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.

2.   Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan
dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan
akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka
akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh
darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

•    Gastritis Kronik

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa
lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan
terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan
sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan
dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa
terjadi perdarahan serta formasi ulser.

Komplikasi Gastritis

1.   Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas
(SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau
prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
2.   Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat
kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan
penyempitan daerah antrum pylorus.

Penatalaksaan Medik Gastritis

1.   Gastritis Akut

Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton,


ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan ulkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk
mengatur sekresi asam lambung.

2.  Gastritis Kronik

Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor
pompa proton.

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gastritis

Askep Gastritis

Pengkajian Keperawatan pada Askep Gastritis

1.   Faktor predisposisi dan presipitasi

Faktor predisposisi adalah bahan-bahan kimia, merokok, kafein, steroid, obat analgetik, anti
inflamasi, cuka atau lada.

Faktor presipitasinya adalah kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan rokok, penggunaan obat-


obatan, pola makan dan diet yang tidak teratur, serta gaya hidup seperti kurang istirahat.

2.  Test dignostik

 Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan letaknya
tersebar.
 Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
 Pemeriksaan radiology.
 Pemeriksaan laboratorium.

 Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL menurun pada klien
dengan gastritis kronik.
 Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin B12 yang
rendah merupakan anemia megalostatik.
 Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
 Gastroscopy.
Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan) mengidentifikasi area perdarahan dan
mengambil jaringan untuk biopsi.

Diagnosa Keperawatan pada Askep Gastritis

1. Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, anorexia.

3.  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.

4.  Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

5.  Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

Intervensi Keperawatan pada Askep Gastritis

Diagnosa Keperawatan 1. : Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit


kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.

Tujuan :

Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler
berwarna merah muda, tanda vital stabil, input dan output seimbang.

Intervensi :

Kaji tanda dan gejala dehidrasi, observasi TTV, ukur intake dan out anjurkan klien untuk minum
± 1500-2500ml, observasi kulit dan membran mukosa, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan infus.

Diagnosa Keperawatan 2. : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.

Tujuan

Gangguan nutrisi teratasi.

Kriteria Hasil :
Berat badan stabil, nilai laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas
normal, bising usus normal.

Intervensi :

Kaji intake makanan, timbang BB secara teratur, berikan perawatan oral secara teratur, anjurkan
klien makan sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat, auskultasi bising usus,
kaji makanan yang disukai, awasi pemeriksaan laboratorium misalnya : Hb, Ht, Albumin.

Diagnosa Keperawatan 3. : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi


mukosa lambung.

Tujuan :

Nyeri dapat berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :

Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala nyeri menunjukkan angka
0.

Intervensi :

Kaji skala nyeri dan lokasi nyeri, observasi TTV, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman,
anjurkan tekhnik relaksasi dengan nafas dalam, lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai
dengan indikasi untuk mengurangi nyeri.

Diagnosa Keperawatan 4. : Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan :

Keterbatasan aktifitas teratasi.

Kriteria Hasil :

K/u baik, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.

Intervensi :

Tingkatkan tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, batasi
pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada gaster, berikan
obat sesuai dengan indikasi.

Diagnosa Keperawatan 5. : Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan


kurangnya informasi.
Tujuan :

Kurang pengetahuan teratasi.

Kriteria Hasil :

Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan
pengobatan.

Intervensi :

Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri
kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk
kesembuhan klien.

Evaluasi Keperawatan pada Askep Gastritis

Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :

1.  Keseimbangan cairan dan elektrolit teratasi

2.  Kebutuhan nutrisi teratasi

3.  Gangguan rasa nyeri berkurang

4.  Klien dapat melakukan aktifitas

5.  Pengetahuan klien bertambah.

Daftar Pustaka

Doengoes M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih,
Jakarta : EGC, 2002.
Wilkinson, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC, 2007

TYPHOID

A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi
dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

B. Etiologi 

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

C. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

D. Tanda dan Gejala

Masa tunas typhoid 10 - 14 hari

1. Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis,
obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
2. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

E. Pemeriksaan Penunjang 
Pemeriksaan Laboratorium :

1. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
o Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
o Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
o Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.

F. Penatalaksanaan

1. Perawatan
o Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
o Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.

2. Diet
o Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
o Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
o Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
o Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

3. Pengobatan

o Klorampenikol
o Tiampenikol
o Kotrimoxazol
o Amoxilin dan ampicillin

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID


A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Sekarang. Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan
utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya. Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan
penyakit yang sama.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga. Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti
pasien.
4. Riwayat Psikososial. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
5. Pola Fungsi kesehatan. Pola nutrisi dan metabolisme :
6. Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada usus halus.
Pola istirahat dan tidur
7. Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien merasakan sakit pada
perutnya, mual, muntah, kadang diare.
8. Pemeriksaan Fisik
o Kesadaran dan keadaan umum pasien. Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar -
tidak sadar (composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis
penyakit pasien.
o Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki. TD, Nadi, Respirasi,
Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi
pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan
prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga
penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan
gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan.
B. Masalah Keperawatan yang Muncul

1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.


2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

C. Intervensi
Diagnosa Keperwatan 1:
Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
Tujuan : Suhu tubuh normal
Intervensi :

 Observasi suhu tubuh klien

Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.

 Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila
terjadi panas

Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

 Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti
katun

Rasional : menjaga kebersihan badan

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik

Rasional : menurunkan panas dengan obat.

Diagnosa Keperawatan 2:
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
Intervensi :

 Kaji pola nutrisi klien

Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.


 Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai

Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian


makan yang tidak disukai.

 Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut

Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.

 Timbang berat badan tiap hari

Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.

 Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.

 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet

Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh
dikonsumsi.

Diagnosa Keperawatan 3:
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :

 Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya

Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.

 Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien

Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit
typhoid.

 Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum
dimengerti

Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di
beri penjelasan tantang penyakitnya.

 Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat

Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.


ASKEP ULKUS PEPTIKUM

KONSEP DASAR
A. Pengertian, ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastro intestinal yang disebabkan oleh terlalu
banyaknya asam hidroklorida dan pepsin. Meskipun ulkus dapat terjadi pada osofagus, lokasi
paling umum adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990). Ulkus kronis dapat menembus
dinding muskular. Pemulihan mengakibatkan pembentukan jaringan fibrosa dan akhirnya
jaringan parut permanen. Ulkus dapat pulih atau sembuh beberapa kali sepanjang hidup
seseorang.

Komplikasi utama yang berkenaan dengan penyakit ulkus peptikum, pada umumnya adalah:
1. Hemoragi, dibuktikan oleh hematemesis dan guaiak fesses positif.
2. Perporasi, dibuktikan oleh awitan tiba-tiba nyeri hebat disertai dengan abdomen kaku seperti
papan dan gejala syok.
3. Obstruksi. Komplikasi ini lebih umum pada ulkus duodenal yang terletak dekat pilorus. Ini
disebabkan oleh kontriksi jalan keluar gastrik sebagai akibat dari edema dan jaringan parut dari
ulkus yang berulang.
Pasien secara umum dapat rawat jalan. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk mengatasi
komplikasi.

B. Etiologi
1. Meningkatnya produksi asam lambung.
2. Stres.
3. Golongan darah.
4. Asap rokok.
5. Daya tahan lambung yang rendah.

C. Patofisiologi
Asam lambung dalam kondisi yang normal akan membantu dalam pencernaan dengan produksi
yang sesuai dengan keperluan sehingga akan berfungsi secara fisiologis tapi dalam keadaan
sekresi yang berlebihan akan menjadikan lambung teriritasi atau walaupun sekresi asam lambung
normal tapi daya tahan mukosa lambung rendah juga akan menyebabkan iritasi. 
D. Tanda Dan Gejala
1. Nyeri yang dirasakan setelah makan.
2. Nyeri tengah malam.
3. Hilang setelah makan.
4. Adanya perdarahan bila ulkus aktif.

E. Penatalaksanaan Farmakoterapi:

 Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (Tagamet), ranitidin (Zantac), famotidin


(Pepcid), Nizatidin (Axid).
 Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta), atau antasida
aluminium hidroksida (Amphojel atau Alternangel).
 Sukralfat (Carafate).
 Antikolinergik seperti propantelin bromida (Pro-Banthinne).
 Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok penghentian obat
ulserogenik sementara ulkus masih aktif.
 Modifikasi diet.
 Penatalaksanaan stres.
 Pembedahan bila komplikasi terjadi:
 Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung).
 Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asamhidroklorik) dengan
piroloplasti (pembesaran bedah terhadap sphincter pilorik untuk memungkinkan
peningkatan pengosongan lambung pada adanya penurunan motilitas gastrik, yang terjadi
setelah vagotomi).
F. Pertimbangan Pembedahan
1. Perfurasi.
2. Obstruksi organis
3. Perdarahan masif.
4. Ulkus yang besar sekali.
G. Pertimbangan Pemulangan
1. Perawatan lanjutan.
2. Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan.
3. Obat-obatan untuk dilanjutkan di rumah.
4. Penatalaksanaan stres.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Pasien.
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status marital, suku,
keluarga/orang terdekat, alamat, nomor register.
3. Riwayat Atau Adanya Faktor Resiko.
 Riwayat garis pertama keluarga tentang ulkus peptikum.
 Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung (misal, aspirin, steroid
atau indometasin).
 Perokok berat.
 Stres emosi kronis.
3. Pengkajian Fisik.
 Nyeri epigastrik. Ini gejala paling menonjol selama periode eksaserbasi. Pada ulkus
duodenal, nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan dan sering disertai dengan mual dan
muntah. Pada ulkus gastrik, nyeri terjadi dengan segera setelah makan. Nyeri dapat
digambarkan sebagai nangging, tumpul, sakit, atau rasa terbakar. Ini sering hilang
dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi. 
Selama remisi pasien asimtomatik
 Penurunan berat badan.
 Perdarahan sebagai hematemesis atau melena (bila ulkus aktif).
4. Pemeriksaan diagnostik.
 Seri gastro intestinal menunjukkan lubang ulkus tetapi tidak menandakan bila ini
benigna atau maligna. Ulkus maligna dan benigna menghasilkan gejala yang sama.
Sering ulkus benigna sembuh dengan terapi medis dalam beberapa minggu,
sedangkan ulkus maligna tidak sembuh dengan terapi.
 Endoskopi dengan apusan sistologi dilakukan dengan tepat membedakan antara
ulkus benigna dan maligna bila gejala menetap.
 Guaiak feses mungkin positif untuk darah samar bila ulkus aktif.
5. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam pra-perawatan di rumah sakit.
6. Kaji respons emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan,
pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif.
7. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkan stres dan
persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup.

Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri berhubungan dengan faktor penyakit ulkus peptikum aktif. Batasan
karakteristik mengungkapkan ketidaknyamanan, merintih, perilaku melindungi,
meringis.
Tujuan : Mendemonstrasikan ketidaknyamanan hilang.
Kriteria :
- Menyangkal nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- Tak ada merintih
Intervensi : 
 Berikan obat-obat yang diresepkan (antagonis reseptor histamin, Carafate, antasida
atau kolinergik) dan evaluasi keefektifannya.
 Beri tahu dokter bila nyeri gaster menetap atau memburuk. Tes guaiak semua
fesses bila nyeri menetap. Laporkan fesses guaiak positif.
 Pertahankan puasa sesuai program bila perdarahan aktif terjadi.
Anjurkan perawatan oral:
 Sikat gigi kit dan mencuci mulut dengan air dingin
 Melumasi bibir dengan salep petrohum PRN
 Mempertahankan kasa lembab di sisi tempat tidur untuk digunakan pasien
membasahi mulut
 Bila diare berdarah terjadi, berikan perawatan perineal setelah setiap defekasi -
bersihkan dengan air hangat dan sabun ringan. Dengan izin dokter, berikan salep
anastesi seperti dibukain HCl (Nupercainal), Pada anus bila pasien mengeluh sakit.
Gunakan pengharum ruangan untuk mengontrol bau.
Rasionalisasi :
- Antasida dan carafate menyaluti ulkus. Antagonis reseptor histamin mengurangi
asiditas gastrik dengan menyekat sekresi histamin, suatu stimulan sam gastrik.
Antikolinergik mengurangi sekresi asam hidroklorida dan memperlambat motilitas
saluran gastro intestinal.
- Temuan ini, menandakan kebutuhan perhatian medis segera.
- Menyikat gigi menghilangkan plak. Pembatasan makanan per oral menyebabkan
mulut dan bibir kering. Pembasahan sering membantu menghilangkan kekeringan.
- Diare yang sering menyebabkan iritasi pada anus. Fees berdarah dapat
menghasilkan bau tak sedap.

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor


kehilangan darah berlebihan sekunder terhadap penyakit ulkus peptikum. Batasan
karakteristik: feses guaiak positif, pasase feses hitam, emesis berwarna kopi, tekanan
darah turun disertai dengan takikardi, takipnea, kulit lembab basah, menyatakan haus,
penurunan haluaran urine.
Tujuan : Mendemonstrasikan tak ada tanda peradangan akut.
Kriteria : Pasase feses coklat lunak, hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal.
Intervensi : 
 Pantau:
 Tanda vital setiap 4 jam, bila feses guaiak positif
 Warna dan konsistensi feses (guaiak semua feses bila perdarahan tidak tampak)
 Warna emesis berwarna kopi
 Hasil laporan JDL
 Beri tahu dokter tentang emesis berwarna kopi, feses hitam, emesis atau feses
merah terang, penurunan TD disertai dengan takikardi dan takipnea, kulit lembab
dingin, atau nilai hemoglobin dan hematokrit di bawah rentang normal. Berikan
transfusi darah sesuai program dan pantau reaksi merugikan.
 Untuk mengontrol perdarahan, berikan obat yang diresepkan yang meliputi :
 Vitamin K (aqua MEPHYTON) bila masa protrombin memanjang
 Antagonis reseptor histamin seperti simetidine (Targamet), ranitidi (Zantac),
femotidin (Pepcid)
 Vasopresin (Pitressin Synthetic, Pitressin Tannate)
 Evaluasi keefektifan obat. Gunakan pompa infus bila memberikan obat ini dengan
drip kontinu.
 Pasang selang NG dan sambungkan pada pengisap intermiten sesuai program bila
terjadi emesis merah terang. Pertahankan kepatenan selang dengan mengiritasi
dengan salin normal dingin, prn.
 Berikan lavase gastrik sesuai program:
 Masukkan kira-kira 60-100 ml agen yang diresepkan (salin es, antasida, atau
vasopresin)
 Klem selang selama 10-15 menit, kemudian sambungkan pada penghisap
 Ulangi lavase pada interval yang diprogramkan
 Inspeksi warna haluaran gastrik bila penghisapan dilakukan
 Pertahankan puasa sesuai pesanan bila terjadi muntah. Berikan terapi intravena
sesuai program. Gunakan jarum 18-G untuk memulai penginfusan intravena bila
transfusi darah diperlukan.
 Bila pasien mengalami kelemahan dan pusing, tempatkan pispot di samping tempat
tidur dan bantu dalam toileting sesuai kebutuhan. Instruksikan pasien untuk memberi
tanda minta bantuan bila turun dari tempat tidur.
 Pertahankan tirah baring bila perdarahan aktif terjadi.
 Siapkan pasien untuk pembedahan atau sklerosing sesuai pesanan.
Rasionalisasi:
- Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
- Emesis warna kopi menunjukkan darah tercampur dengan getah lambung. Feses
hitam (melena) menandakan perdarahan saluran gastro intestinal. Emesis atau feses
merah terang menandakan perdarahan aktif. Kehilangan darah berlebihan dapat
menimbulkan anemia, dibuktikan oleh hemoglobin dan hematokrit rendah dan gejala
syok.
- Vitamin K membantu memperbaiki faktor pembekuan. Antagonis reseptor histamin
mengurangi produksi asam gastrik. Vasopresin menyebabkan kontriksi pembuluh
darah sehingga membantu mengontrol perdarahan.
- Intubasi NG memberi rute untuk lavase gastrik. Larutan dingin dan vasopresin
menyebabkan vasokontriksi. Antasida menyaluti lapisan lambung untuk mencegah
erosi lanjut dengan pemajanan pada asam hidroklorida.
- Kehilangan darah cepat menimbulkan hipovolemi. Cairan intravena membantu
memperbaiki volume intravaskuler sampai perdarahan dapat terkontrol. Transfusi
darah harus diberikan melalui jarum berdiameter besar karena viskositasnya tinggi.
- Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan aktivitas saluran gastrointestinal.
- Pembedahan diperlukan bila terapi obat tidak efektif dalam mengontrol perdarahan
berat setelah 24 jam.

3. Resiko tinggi terhadap perubahan dalam penatalaksanaan pemeliharaan di rumah


berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kondisi, rencana tindakan
dan perawatan diri pencegahan. Batasan karakteristik: melaporkan kesulitan dalam
koping terhadap penyakit kronis, riwayat ketidakpatuhan, mengungkapkan kurang
pemahaman, meminta informasi, mengungkapkan takut perdarahan menyebabkan
kematian.
Tujuan : Mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi perawatan diri, pencegahan
dan tindakan pemeliharaan pada saat pulang.
Kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan tindakan yang
direncanakan, mengungkapkan rencana untuk mengubah gaya hidup untuk
mengurangi resiko eksaserbasi.
Intervensi : 
 Evaluasi pemahaman pasien tentang kondisi dan rencana therapeutic. Perbaiki
adanya kesalahan konsep. Tekankan bahwa terapi membantu memulihkannya.
Biarkan pasien mengetahui bahwa ulkus peptikum dapat kambuh bila rencana
tindakan tidak diikuti. Tinjau ulang tujuan tindakan yang diprogramkan.
 Berikan instruksi tentang modifikasi diet untuk mencegah kekambuhan. Instruksi
harus meliputi menghindari makanan yang menyebabkan ketidaknyamanan. Beberapa
makanan yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah coklat, caffeine, bumbu pedas,
alkohol, makanan gorengan, aspirin, dan produk yang mengandung aspirin. Makan
tiga makanan seimbang setiap hari, dengan kudapan pada interval reguler sering.
Rujuk pasien pada ahli diet untuk bantuan dalam perencanaan diet seimbang bila
riwayat diet menunjukkan ketidakadekuatan. Hindari masukan jumlah besar dari
produk susu.
 Anjurkan pasien yang merokok untuk mengambil langkah untuk berhenti.
 Tekankan pentingnya menggunakan obat yang diresepkan. Anjurkan untuk
menggunakan antasida atau antagonis reseptor hidramin dengan makan.
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi stress dan mengembangkan rencana untuk
mengubah gaya hidup untuk mengurangi stres. Tekankan pentingnya
mengekspresikan perasaan dengan seseorang. Rujuk pasien pada kelas
penatalaksanaan stres. Anjurkan pasien untuk mengikuti program latihan reguler dan
menggunakan waktu untuk aktivitas menyenangkan.
 Berikan instruksi untuk menghilangkan konstipasi. Bila menggunakan antasida
aluminium hidroksida, minum sedikitnya delapan gelas cairan setiap hari dan makan
makanan tinggi serat.
 Anjurkan pasien untuk mencari pertolongan medis bila hal berikut terjadi:
 Awitan tiba-tiba dari nyeri gastrik yang tak hilang dengan obat yang diresepkan
 Emesis berwarna kopi atau berdarah
 Fesses hitam
Rasionalisasi : 
- Pemahaman tentang kondisi dan terapi yang diprogramkan meningkatkan
kepatuhan.
- Tidak terdapat bukti ilmiah bahwa diet khusus meningkatkan pemulihan. Makanan
tertentu merangsang sekresi gastrik dan mencetuskan ketidaknyamanan. Aspirin
mencegah adhesi trombosit dan dapat mencetuskan perdarahan. Kelebihan kalsium
dan protein dari masukan besar susu dan produk susu merangsang produksi asam
lambung. Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan dapat membantu pasien dalam
perencanaan makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi setiap hari sesuai dengan
status keuangan dan penyakit.
- Nikotin merangsang sekresi asam lambung yang mempengaruhi pemulihan ulkus.
- Makanan memperlambat pengosongan gastrik, sehingga meningkatkan keefektifan
obat.
- Stres emosi mengaktifasi respons adrenergik. Sekresi asam hidroklorik meningkat,
yang selanjutnya meningkatkan mukosa gastrik yang telah terinflamasi.
- Konstipasi adalah efek samping utama dari antasida aluminium hidroksida.

4. Ansietas berhubungan dengan faktor rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan
beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis. Batas karakteristik: mengeluh
sulit menerima kondisi, melaporkan perasaan gugup atau cemas, ekspresi wajah
tegang.
Tujuan : Mendemonstrasikan ansietas hilang.
Kriteria : Ekspresi wajah rileks, perasaan cemas atau gugup berkurang.
Mengungkapkan pemahaman tentang rencana terapeutik
Intervensi : 
 Gunakan pendekatan tenang, menenangkan bila memberi informasi.
 Beri dorongan untuk bertanya.
 Jelaskan tujuan semua tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik
yang meliputi :
 Gambaran singkat tentang tes
 Tujuan tes
 Persiapan yang diperlukan sebelum tes
 Perawatan setelah tes
Rasionalisasi :
- Pemecahan masalah sulit untuk orang yang cemas karena ansietas merusak belajar
dan persepsi. Penjelasan yang jelas, sederhana paling baik dipahami. Istilah medis
dan keperawatan dapat membingungkan pasien dan meningkatkan ansietas.
- Pengetahuan tentang apa yang diharapkan membantu mengurangi ansietas. 

DAFTAR PUSTAKA

A, Price, Silvya. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2.


Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1991: Jakarta.
Engram Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Penerbit
Buku Penerbit Kedokteran. 1994: Jakarta
Soeparman. Dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. 1990: Jakarta

Askep Apendisitis

Definisi Apendisitis
Apendisitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang merupakan kasus
gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.

Etiologi Apendisitis

Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat :

1. Hiperplasia dari folikel limfoid

2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks

3. Tumor appendiks

4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis

5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.

Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan
mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan meningkatkan
tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan
pertumbuhan kuman flora pada kolon.

Patofisiologi Apendisitis
Keterangan :
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama
mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis
akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan
obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan
bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikutiganggren.
Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi
prefesional disebut appendikssitis perforasi.

Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis.

Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis.
Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk
terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

Tanda Dan Gejala Apendisitis

Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual,
muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan
tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada
beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan
nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya
dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung
appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot
rektum kanan dapat terjadi.

Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah
ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan
kondisi klien memburuk.
Komplikasi Apendisitis

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi
peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak
kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala
mencakup demam dengan suhu 37,7o C atau lebih tinggi, nyeri tekan abdomen yang kontinue.

Penatalaksanaan Apendisitis

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48
jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik
dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain
diperut kanan bawah.

a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk


menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan

b. Tindakan operatif ; appendiktomi

c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari
ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

Asuhan Keperawatan Apendisitis

Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat Keperawatan

1. riwayat kesehatan saat ini ; keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual
muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.

2. Riwayat kesehatan masa lalu


3. pemeriksaan fisik

a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena


jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.

b. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.

c. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.

d. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit
pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.

e. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.

c. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi.

2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.

Diagnosa Keperawatan Apendisitis

a. Pre operasi

1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan muntah pre operasi.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi.

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

b. Post operasi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi apendektomi.

2. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkurang berhubungan dengan anorexia, mual.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah. Kurang pengetahuan tentang
perawatan dan penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

Perencanaan

1. Persiapan umum operasi


Hal yang bisa dilakukan oleh perawat ketika klien masuk ruang perawat sebelum operasi :

a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk mengurangi
rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).

b. Mengukur tanda-tanda vital.

c. Mengukur berat badan dan tinggi badan.

d. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa, Urinalisa).

e. Wawancara.

2. Persiapan klien malam sebelum operasi

Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :

a. Persiapan kulit

kulit merupakan pertahanan pertama terhadap masuknya bibit penyakit. Karena operasi merusak
integritas kulit maka akan menyebabkan resiko terjadinya ifeksi.

Beberapa ahli bedah lebih menyukai mencukur rambut karena bisa mengganggu prosedur
operasi.

b. Persiapan saluran cerna

persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :

1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi.

2. Mengurangi kemungkinan obstruksi usus.

3. Mencegah infeksi faeses saat operasi.

Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :

1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.

2. Pemberian enema jika perlu.

3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.

4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8 – 10 jam sebelum
operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal diberikan malam sebelum atau pagi
sebelum operasi untuk mengeluarkan cairan intestinal atau gester.
c. Persiapan untuk anastesi

Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi untuk melekukan
pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini akan menunjukkan tipe anastesi
yang akan digunakan selama operasi.

d. Meningkatkan istirahat dan tidur

Klien pre operasi akan istirahat cukup sebelum operasi bila tidak ada gangguan fisik, tenaga
mentalnya dan diberi sedasi yang cukup.

3. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-
obatan pre operasi :

1. Mencatat tanda-tanda vital

2. Cek gelang identitas klien

3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik

4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus

5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir

6. Anjurkan klien untuk buang air kecil

7. Perawatan mulut jika perlu

8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala

9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia lebih mudah.

4. Interpesi pre operasi

1. Obsevasi tanda-tanda vital

2. Kaji intake dan output cairan

3. Auskultasi bising usus

4. Kaji status nyeri : skala, lokasi, karakteristik

5. Ajarkan tehnik relaksasi

6. Beri cairan intervena


7. kaji tingkat ansietas

8. Beri informasi tentang proses penyakit dan tindakan

5. Intervensi post operasi

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Kaji skala nyeri : Karakteristik, skala, lokasi

3. Kaji keadaan luka

4. Anjurkan untuk mengubah posisi seperti miring ke kanan, ke kiri dan duduk.

5. Kaji status nutrisi

6. Auskultasi bising usus

7. Beri informasi perawatan luka dan penyakitnya.

Evaluasi

a. Gangguan rasa nyaman teratasi

b. Tidak terjadi infeksi

c. Gangguan nutrisi teratasi

d. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya

e. Tidak terjadi penurunan berat badan

f. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Vous aimerez peut-être aussi