Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Zona intertidal merupakan zona yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dengan
luas area yang sempit antara daerah pasang tertinggi dan surut terendah. Pada zona ini
terdapat variasi faktor lingkungan yang cukup besar, seperti fluktuasi suhu, salinitas,
kecerahan dan lain – lain. Variasi ini dapat terjadi pada daerah yang hanya berjarak sangat
dekat saja misalnya beberapa cm. Zona ini dihuni oleh organisme yamh keseluruhannya
merupakan organisme bahari.
Kondisi lingkungan di zona ini cukup bervariasi dan biasanya dipengaruhi oleh faktor
harian maupun musiman. Faktor – faktor tersebut antara lain :
1) Pasang surut
2) Suhu
Daerah intertidal biasanya dipengaruhi oleh suhu udara selama periode yang
berbeda, dan mempunyai kisaran yang luas à harian atau musiman
Kisaran suhu yang ekstrim à organisme semakin lemah
3) Gerakan ombak
4) Salinitas
Karena organisme intertidal umumnya berasal dari laut, maka adaptasi yang diteliti
terutama harus menyangkut penghindaran atau pengurangan tekanan yang timbul karena
keadaan yang terbuka setiap hari pada lingkungan daratan. Tekanan yang utama dari
lingkungan laut adalah ombak.
Mekanisme yang sedehana untuk menghindari kehilangan air terlihat pada hewan-
hewan yang bergerak, misalnya kepiting. Hewan ini dengan mudah berpindah dari daerah
permukaan yang terbuka di intertidal ke dalam lubang-lubang, celah atau galian yang sangat
basah sehingga kehilangan air dapat diatasi. Hewan ini menghindarai kondisi lingkungan
pantai yang kurang baik dengan aktif memilih mikrohabitat yang baik. Situasi yang serupa
terjadi pada beberapa spesies anemon seperti Anthopleura xanthigrammica di pesisir Pasifik
Amerika Utara. Tubuhnya lunak tanpa sistem pencegah kehilangan air. Akan tetapi spesies
ini biasanya ditemukan di antara teritip atau di dalam celah dimana kehilangan air dapat
dikurangi sehingga adaptasi fisiologis tidak dibutuhkan.
Mekanisme sederhana lainnya terdapat pada beberapa genera alga intertidal bagian
atas yaittu Porphyra, Fucus, Enteromorpha. Tumbuhan ini tidak dapat bergerak dan tidak
memiliki mekanisme untuk menghindari kehilangan air. Mereka beradaptasi untuk mengatasi
kehilangan air yang besar hanya dengan jaringannya.
Gerakan ombak mencapai puncaknya di zona intertidal. Karena itu, setiap organisme
yang hidup di daerah ini perlu beradaptasi untuk mempertahankan diri dari pengaruh pukulan
ombak. Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda pada pantai berbatu, dan pada
pantai berpasir, sehingga membutuhkan adaptasi yang berbeda pula. Untuk mempertahankan
posisi menghadapi gerakan ombak, organisme intertidal telah membentuk beberapa adaptasi.
Salah satu diantaranya yang ditemukan pada teritip, tiram, dan cacing polikaeta serpulida,
adalah dengan melekat kuat pada substrat. Sedangkan alga di daerah intertidal menyatukan
dirinya pada dasar perairan melalui sebuah alat pelekat.
Organisme lain juga membuat alat pelekat yang kuat tetapi tidak permanen, sehingga
membatasi pergerakan. Sebagai contoh adalah benang bisal pada Mytilus yang dapat
menambatkan hewan tersebut dengan kokoh tetapi tetap dapat putus dan dapat dibuat kembali
sehingga membatasi gerakan yang lambat.
Moluska intertidal yang dominan seperti beberapa maacam limpet dan kiton,
mempertahankan diri dari gerakan ombak dengan kaki yang kuat dan besar yang diletakkan
pada substrat. Organisme motil seperti kepiting tidak mempunyai mekanisme struktural untuk
mempertahankan diri dari sapuan ombak dan mereka dapat terus hidup hanya dengan
berlindung pada celah batu atau dibawah batu. Hampir semua moluska intertidal beradaptasi
terhadap serangan ombak dengan jlan mempertebal cangkang, lebih tebal dibandingkan
dengan individu yang sama yang terdapat di daerah subtidal dan mengurangi ukuran tubuh
yang amat mudah pecah bila terpukul ombak.
4. Pernapasan
Karena hewan-hewan penghuni zona intertidal merupakan hewan laut, maka mereka
mempunyai tonjolan organ pernapasan yang mampu mengambil oksigen dari air. Biasanya
tonjolan itu tipis dan merupakan perluasan dari permukaan tubuh. Organ-organ pernapasan
ini amat peka terhadap kekeringan di udara dan tidak akan berfungsi kecuali jika dicelupkan
ke dalam air. Organ seperti ini tidak diperlukan di daerah intertidal. Di antara hewan
intertidal, terdapat kecenderungan untuk memasukkan organ pernapasan ini ke dalam rongga
perlindungan untuk mencegah kekeringan. Hal ini dapat terlihat jelas pada berbagai moluska
dimana insangnya terdapat dalam rongga mantel yang dilindungi oleh cangkang. Keadaan
yang sama dijumpai pada teritip dimana jaringan mantel bertindak sebagai organ pernapasan.
Hewan-hewan dengan organ pernapasan yang terlindung juga harus mempertahankan air
pada waktu pasang turun, karena itu mereka sering menutup operkulum atau mengaitkan diri
(kiton, limpet), dengan demikian pertukaran gas berkurang. Jadi, untuk mempertahankan
oksigen dan air ketika pasang turun, banyak hewan yang berdiam diri.
5. Cara Makan
6. Tekanan salinitas
Zona intertidal juga mendapat limpahan air tawar, yang dapat menimbulkan masalah
tekanan osmotik bagi organisme intertidal yang hanya dapat menyesuaikan diri dengan air
laut. Karena hampir semua organisme intertidal tidak memperlihatkan adaptasi daya tahan
terhadap perubahan salinitas, tidak seperti organisme estuaria. Kebanyakan tidak mempunyai
mekanisme untuk mengontrol kadar garam cairan tubuhnya dan karena itu disebut
osmokonformer. Adaptasi satu-satunya sama dengan adaptasi untuk melindungi tubuh dari
kekeringan, misalnya untuk teritip dan moluska adalah dengan menutup valva atau cangkang.
Keadaan ini mungkin yang menyebabkan mortalitas katastrofik pada organisme intertidal jika
terjadi hujan deras atau aliran air tawar. Tetapi nampaknya keadaan ini amat jarang terjadi
sehingga mekanisme khusu tidak terlalu dibutuhkan.
7. Reproduksi
Hampir semua ikan intertidal berukuran kecil, karena keadaan linhkungan yang
bergolak. Bentuk tubuh biasanya pipih dan memanjang (Bleniidae, Pholidae) atau gepeng
(Cottidae, Cobiesocidae), yang memungkinkan mereka tinggal di lubang, saluran, celah, atau
lekukan untuk berlindung dari kekeringan dan gerakan ombak. Sebagian besar mempunyai
gelembung renang dan sangat berasosiasi dengan substrat. Banyak dari ikan ini yang
beradaptasi untuk menahan kisaran salinitas dan suhu yang besar dibandingkan dengan
familinya yang berada di daerah subtidal. Beberapa dari mereka beradaptasi dengan cara
berada di luar air untuk beberapa saat lamanya. Banyak ikan intertidal di zona beriklim
sedang yang merupakan karnivora dan menunjukkan peranan yang potensial dalam organisasi
komunitas intertidal.
Pola daur hidup dari beberapa spesies yang diamati umumnya sama. Telur-telurnya
demersal dan diletakkan pada batu, karang, atau tumbuhan yang tenggelam. Sering telur-telur
tersebut dijaga oleh ikan jantan. Telur menetas setelah beberapa minggu menjadi larva
planktonik. Periode plankton bervariasi, lamanya bergantung pada spesiesnya. Dapat
berlangsung selama dua bulan,. Selama periode ini, secara bertahap larva membentuk ciri-ciri
ikan dewasa, dan akhirnya menjadi bentik. Jangka waktu hidup dalam fase dewasa umumnya
pendek, berkisar antara 2 sampai 10 tahun dan dewasa kelamin terjadi pada tahun pertama
atau kedua. Beberapa ikan intertidal mengadakan migrasi, bergerak mengikuti pasang surut
harian atau musiman.
Kesimpulan
Daftar pustaka
http://www.scribd.com/doc/29302728/Org-Inter-Tidal-Kel-1
http://www.scribd.com/doc/9739611/EKOSISTEM-PERAIRAN
http://zonaikan.wordpress.com/2010/02/16/ekologi-intertidal/