Vous êtes sur la page 1sur 41

ASKEP WAHAM

Label: Askep Jiwa, Perkuliahan


A. Konsep Dasar Waham
1. Pengertian
Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan
klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998).
Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap objek dan tidak konsisten dengan latar belakang
intelektual dan budaya (Rawlins, 1993).
Waham dibangun atas unsur-unsur yang tidak berdasarkan logika, individu tidak mau
melepaskan wahamnya, walaupun telah tersedia cukup bukti-bukti yang objektif tentang
kebenaran itu. Biasanya waham digunakan untuk mengisi keperluan atau keinginan-keinginan
dari penderita itu sendiri. Waham merupakan suatu cara untuk memberikan gambaran dari
berbagai problem sendiri atau tekanan-tekanan yang ada dalam kepribadian penderita biasanya:
a. Keinginan yang tertekan.
b. Kekecewaan dalam berbagai harapan.
c. Perasaan rendah diri.
d. Perasaan bersalah.
e. Keadaan yang memerlukan perlindungan terhadap ketakutan.

2. Faktor Predisposisi dan Prespitasi


Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham (Stuart adn Sundeen,
1995.dikutip oleh Keliat, B.A.1998) adalah:
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSp. yang menimbulkan.
1) Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal, temporal dan limbik.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.

b. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya waham seperti kemiskinan.
Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan
stress yang menumpuk.
Faktor prespitasi yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik umum latar
belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik / emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua,
tuntutan pendidikan yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak berguna
ataupun tidak berdaya.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan waham (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa
RSJP Bogor di kutip oleh RSJP Banjarmasin, 2001) yaitu:
a. Waham dengan perawatan minimal
1) Berbicara dan berperilaku sesuai dengan realita.
2) Bersosialisasi dengan orang lain.
3) Mau makan dan minum.
4) Ekspresi wajah tenang.
b. Waham dengan perawatan parsial
1) Iritable.
2) Cenderung menghindari orang lain.
3) Mendominasi pembicaraan.
4) Bicara kasar.
c. Waham dengan perawatan total
1) Melukai diri dan orang lain.
2) Menolak makan / minum obat karena takut diracuni.
3) Gerakan tidak terkontrol.
4) Ekspresi tegang.
5) Iritable.
6) Mandominasi pembicaraan.
7) Bicara kasar.
8) Menghindar dari orang lain.
9) Mengungkapkan keyakinannya yang salah berulang kali.
10) Perilaku bazar.

4. Jenis-Jenis Waham
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap sekitarnya.
Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara dirinya dengan
orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-hal yang tidak
senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal “Ideas of reference” yaitu
ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain
(senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.

e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.

5. Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan karena, kemungkinan dapat
menimbulkan kemunduran mental. Tetapi jangan memandang klien dengan waham pada
gangguan skizofrenia ini sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh
dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.
Biar pun klien tidak sembuh sempurna, dengan pengobatan dan bimbingan yang baik dapat
ditolong untuk bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di
lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar
menghadapinya.
Penatalaksanaan klien dengan waham meliputi farmako terapi, ECT dan terapi lainnya seperti:
terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi somatik, terapi seni, terapi tingkah laku, terapi keluarga,
terapi spritual dan terapi okupsi yang semuanya bertujuan untuk memperbaiki prilaku klien
dengan waham pada gangguan skizoprenia. Penatalaksanaan yang terakhir adalah rehablitasi
sebagai suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Waham


1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses keperawatan
secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan
masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber data
primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim kesehatan,
catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk mengumpulkan data
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya
meliputi:
a. Identifikasi klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: Nama
klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.
b. Keluhan utama / alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah
Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang dicapai.
c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan individu
pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang
terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi badan
dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan
dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain terhadap
dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang diikuti
dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam
perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan
penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan
merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien
disimpulkan dalam masalah.

j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah
laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai
suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara
wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gabie,
dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh Carpernito,
1983)

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian adalah:
a. Gangguan proses pikir; waham.
b. Kerusakan komunikasi verbal.
c. Resiko menciderai orang lain.
d. Gangguan interaksi sosial: menarik diri.
e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah.
f. Tidak efektifnya koping individu.

Klik gambar untuk memperbesar!

Daftar pustaka

Stuart. GW dan  Sundeen.—Buku Saku Keperawatan Jiwa.—edisi 3.—Jakarta : EGC, 1998.

Maramis, WF. –Ilmu Kedokteran Jiwa.—Surabaya : Airlangga University Press, 1995.

Direktorat Kesehatan Jiwa.—Buku Standar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan  pada Kasus di RSJ dan di RSKO.—Jakarta : Depkes RI, 1998.

Pusdiknakes.—Asuhan Keperawatan  Pada Klien Gangguan Penyakit Jiwa.—            Edisi I.—

Jakarta : Depkes, 1994.

Mulyani.Yeni . .— Materi kuliah keperawatan jiwa . .— progsus pkm rantau, 2009


  Masalah Utama

Gangguan proses pikir : Waham

II.    Proses Terjadinya Masalah

A. Definisi

 Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan

kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu

dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya

atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI,

2005).

 Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan

menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)

 Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan

kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang

kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995)

 Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam

kenyataan (Harold I, 1998).

Kesimpulan:

Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan berulang-ulang.
B. Etiologi

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas

adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat

membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan

kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang

sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.

Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi

kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan

pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.

Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu

yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal

(penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi

otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.

Proses terjadinya Waham

a. Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak

menyenangkan.

b. Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang

menyalahartikan kesan terhadap kejadian

c. Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat

diterima menjadi bagian eksternal

d. Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita pada diri

sendiri atau orang lain.


C. Faktor Penyebab Terjadinya Waham

1.   Faktor Predisposisi

  Faktor Biologis

a.    Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal

b.    Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik

c.    Gangguan tumbuh kembang

d.    Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur

  Faktor Genetik

Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia

  Faktor Psikologis

a.    Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif

b.    Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan

c.    Konflik perkawinan

d.    Komunikasi “double bind”

  Sosial budaya

a.    Kemiskinan

b.    Ketidakharmonisan sosial 


c.    Stress yang menumpuk

2.   Faktor Presipitasi

  Stressor sosial budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan

dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.

  Faktor biokimia

Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga

berkaitan dengan orientasi realita

  Faktor psikologi

Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan

mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata

D. Jenis-jenis Waham

Menurut  Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :

a.    Waham Primer

Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Misal seseorang

merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua

kali.

b.    Waham Sekunder


Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk

menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.

Ada beberapa jenis waham :

  Waham Kejar

Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya atau

mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang dibicarakan

  Waham Somatik

Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa

ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda didalam perutnya.

  Waham Kebesaran

Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekayaan yang

luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu Kecantikan, dapat membaca pikiran orang lain,

mempunyai puluhan rumah atau mobil.

  Waham Agama

Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara berulang-ulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

  Waham Dosa

Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat diampuni

atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan

keluarga, karena pikirannya yang tidak baik


  Waham Pengaruh

Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain

atau suatu kekuatan yang aneh

  Waham Curiga

Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusah merugikan

atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan

kenyataan

  Waham Nihilistik

Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang dinyatakan secara

berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan

  Delusion of reference

Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan dirinya

E. Karakteristik atau Kriteria Waham

1.    Klien percaya bahwa keyakinannya benar

2.    Bersifat egosentris

3.    Tidak sesuai dengan rasio atau logika

4.    Klien hidup menurut wahamnya


F. Tanda dan Gejala

1.    Kognitif :

  Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata

  Individu sangat percaya pada keyakinannya

  Sulit berfikir realita

  Tidak mampu mengambil keputusan

2.    Afektif

  Situasi tidak sesuai dengan kenyataan

  Afek tumpul

3.    Prilaku dan Hubungan Sosial

  Hipersensitif

  Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal

  Depresif

  Ragu-ragu

  Mengancam secara verbal

  Aktifitas tidak tepat

  Streotif

  Impulsive

  Curiga
4.    Fisik

  Higiene kurang

  Muka pucat

  Sering menguap

  BB menurun

  Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

G.   Rentang Respon

     Respon Adaptif                                                      

Respon Maldaptif

1.  Pikiran logis                1.  Kadang-kadang proses pikir            1. Gangguan proses

         Terganggu.                                     pikir waham

2.  Persepsi akurat            2.  Ilusi                                  2.  Kesukaran proses

                                                                                       emosi

3.  Emosi konsisten dengan   3                                        . Emosi berlebihan atau kurang     3.

Perilaku tidak
                                                                                       terorganisir

4.  Perilaku cocok            4.  Perilaku tidak biasa             4.  Isolasi sosial

5.  Hubungan sosial harmonis     5. Menarik diri                                   

                                  

III.  Pohon Masalah dan Analisa Data

a.    Pohon Masalah

Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan isi pikir : waham agama  ( Core Problem)

Gangguan  Konsep Diri : Harga Diri Rendah


b.   Analisa Data

Data Masalah

Data Objektif : Kerusakan komunikasi verbal

Klien bicara kacau                        

Binggung

Pembicaraan berbelit-belit

Data Subjektif : Perubahan proses pikir : waham        

klien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai


 
kenyataan

Klien mengatakan berulang kali

Data Objektif :

Klien tampak binggung

Data Subjektif : Gangguan konsep diri berhubungan

dengan harga diri rendah


Klien merasa malu berinteraksi dengan orang

lain
Data Objektif :

Ekspresi muka sedih dan murung

IV.  Masalah Keperawatan

1.    Kerusakan komunikasi verbal

2.    Perubahan isi pikir: waham kebesaran

3.    Gangguan konsep diri

V.   Diagnosa Keperawatan

1.    Kerusakan Komunikasi verbal b.d  waham kebesaran

2.    perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR

VI.  Rencana Tindakan Keperawatan

Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham kebesaran

TUM     : Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi verbal dapat berjalan dengan baik

TUK 1   :            Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya:


  Salam terapetik, perkenalan diri,

  Jelaskan tujuan interaksi,

  Ciptakan lingkungan yang tenang,

  Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)

2. Jangan membantah dan mendukung klien

  Kata-kata perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai

ekspresi  menerima

  Kata-kata perawat tidak mendukung disertai ”sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai

ekspresi ragu tapi empati

  Tidak membicarakan isi waham klien

3.    Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung

  Anda berada di tempat yang aman, kami akan menerima anda

  Gunakan keterbukaan dan kejujuran

  Jangan tinggalkan klien sendirian

TUK 2   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Intervensi :

1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistik

2. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini

yang realistik, hati-hati terlibat dengan waham


3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari) kemudian

anjurkan untuk melakukannya saat ini

4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak

ada.

      Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting

TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi

Intervensi

1.    Obsrvasi kebutuhan sehari-hari klien

2.    Diskusikan kebutuhan  klien yang tidak terpenuhi baik secara di rumah dan di RS (rasa takut,

ansietas, marah)

3.    Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham

4.    Tingkat aktivitas  yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga

(aktivitas dapat dipilih dan dibuat jadwal bersama dengan klien)

5.    Atur situai agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya

TUK 4   : Klien dapat b.d realitas (realitas: diri, orang lain, tempat, waktu)

Intervensi :

1.    Berbicara dengan klien dalam konteks realitas

2.    Sertakan klien dalam TAK :TAK Orientasi Realita

3.    Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
Perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR

TUM     : Klien dapat meningkatkan harga dirinya sehingga mampu mengendalikan wahamnya

TUK 1   :            Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya

Intervensi :

Bina hubungan saling percaya dengan :

1.    Salam terapetik, perkenalan diri,

2.    Jelaskan tujuan interaksi,

3.    Ciptakan lingkungan yang tenang,

4.    Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)

TUK 2   : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan harga diri rendah (HDR)

Intervensi :

1.    Kaji pengetahuan klien tentang HDR

2.    Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyebab HDR

3.    Diskusikan dengan klien  tentang HDR serta penyebab dan akibat yang mungkin muncul

4.    Beri penguatan positif pada kemampuan klien dalam mengungkapkan pendapatnya  tentang

HDR

5.    Bantu klien mengidentifikasi aspek positif tentang perasaannya


TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya

Intervensi :

1.    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

2.    Hindarkan pemikiran penilaian negative, utamakan memeberikan pujian realistis

TUK 4   : Klien dapat menerapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya

Intervensi :

1.    Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan

kemampuannya

2.    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien

3.    Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien

TUK 5   :  Keluarga dapat membantu klien untuk berperilaku adaptif  terhadap lingkungan

Intervensi :

1.    Diskusikan dengan keluarga tentang bentuk dukungan yang perlu diberikan pada klien dengan

HDR

2.    Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat dan menghadapi klien dengan HDR
 

Label: askep (keperawatan), askep Jiwa, Kesehatan

0 Comments:

1.

Post a Comment

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Subscribe to: Poskan Komentar (Atom)

Sabtu, 21 Agustus 2010


Laporan Pendahuluan (Askep) Gangguan Proses Pikir : WAHAM
Diposkan oleh _Ly_`s pageS at Sabtu, Agustus 21, 2010
Label: askep (keperawatan), askep Jiwa, Kesehatan

I.     Masalah Utama

Gangguan proses pikir : Waham

II.    Proses Terjadinya Masalah

A. Definisi

 Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan

kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu

dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya

atau kesalahannya atau tidak benar secara umum. (Tim Keperawatan PSIK FK UNSRI,

2005).
 Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak dapat dikurangi dengan

menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)

 Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan

kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang

kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis,W.F,1995)

 Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam

kenyataan (Harold I, 1998).

Kesimpulan:

Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan selalu dikemukakan berulang-ulang.

B. Etiologi

Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas

adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat

membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan

kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku yang

sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.

Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi

kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan

pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.

Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons terganggu

yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan perilaku verbal
(penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas terkait dengan fungsi

otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.

Proses terjadinya Waham

a. Individu diancam oleh lingkungan, cemas dan merasa sesuatu yang tidak

menyenangkan.

b. Individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas yang

menyalahartikan kesan terhadap kejadian

c. Individu memproyeksikan pikiran, perasaan dan keinginan negative atau tidak dapat

diterima menjadi bagian eksternal

d. Individu memberikan pembenarn atau interpretasi personal tentang realita pada diri

sendiri atau orang lain.

C. Faktor Penyebab Terjadinya Waham

1.   Faktor Predisposisi

  Faktor Biologis

a.    Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal

b.    Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbik

c.    Gangguan tumbuh kembang

d.    Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur


  Faktor Genetik

Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan skizoprenia

  Faktor Psikologis

a.    Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitif

b.    Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan

c.    Konflik perkawinan

d.    Komunikasi “double bind”

  Sosial budaya

a.    Kemiskinan

b.    Ketidakharmonisan sosial 

c.    Stress yang menumpuk

2.   Faktor Presipitasi

  Stressor sosial budaya

Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan

dengan orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok.

  Faktor biokimia

Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat halusinogen diduga

berkaitan dengan orientasi realita

  Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya kemampuan

mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata

D. Jenis-jenis Waham

Menurut  Mayer Gross, waham dibagi 2 macam :

a.    Waham Primer

Timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Misal seseorang

merasa istrinya sedang selingkuh sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua

kali.

b.    Waham Sekunder

Biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk

menerangkan gejala-gejala skizofrenia lainnya.

Ada beberapa jenis waham :

  Waham Kejar

Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya atau

mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang dibicarakan

  Waham Somatik

Keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa

ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda didalam perutnya.
  Waham Kebesaran

Klien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekayaan yang

luar biasa, umpamanya ia adalah Ratu Kecantikan, dapat membaca pikiran orang lain,

mempunyai puluhan rumah atau mobil.

  Waham Agama

Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara berulang-ulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

  Waham Dosa

Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar, yang tidak dapat diampuni

atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian yang tidak baik, misalnya kecelakaan

keluarga, karena pikirannya yang tidak baik

  Waham Pengaruh

Yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain

atau suatu kekuatan yang aneh

  Waham Curiga

Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusah merugikan

atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang-ulang dan tidak sesuai dengan

kenyataan

  Waham Nihilistik

Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal yang dinyatakan secara

berulang-ulang dan tidak sesuai dengan kenyataan


  Delusion of reference

Pikiran yang salah bahwa tingkah laku seseorang ada hubunganya dengan dirinya

E. Karakteristik atau Kriteria Waham

1.    Klien percaya bahwa keyakinannya benar

2.    Bersifat egosentris

3.    Tidak sesuai dengan rasio atau logika

4.    Klien hidup menurut wahamnya

F. Tanda dan Gejala

1.    Kognitif :

  Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata

  Individu sangat percaya pada keyakinannya

  Sulit berfikir realita

  Tidak mampu mengambil keputusan

2.    Afektif

  Situasi tidak sesuai dengan kenyataan

  Afek tumpul
3.    Prilaku dan Hubungan Sosial

  Hipersensitif

  Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal

  Depresif

  Ragu-ragu

  Mengancam secara verbal

  Aktifitas tidak tepat

  Streotif

  Impulsive

  Curiga

4.    Fisik

  Higiene kurang

  Muka pucat

  Sering menguap

  BB menurun

  Nafsu makan berkurang dan sulit tidur


G.   Rentang Respon

     Respon Adaptif                                                      

Respon Maldaptif

1.  Pikiran logis                1.  Kadang-kadang proses pikir            1. Gangguan proses

         Terganggu.                                     pikir waham

2.  Persepsi akurat            2.  Ilusi                                  2.  Kesukaran proses

                                                                                       emosi

3.  Emosi konsisten dengan   3                                        . Emosi berlebihan atau kurang     3.

Perilaku tidak

                                                                                       terorganisir

4.  Perilaku cocok            4.  Perilaku tidak biasa             4.  Isolasi sosial

5.  Hubungan sosial harmonis     5. Menarik diri                                   

                                  

III.  Pohon Masalah dan Analisa Data

a.    Pohon Masalah


Kerusakan komunikasi verbal

Perubahan isi pikir : waham agama  ( Core Problem)

Gangguan  Konsep Diri : Harga Diri Rendah

b.   Analisa Data

Data Masalah

Data Objektif : Kerusakan komunikasi verbal

Klien bicara kacau                        

Binggung

Pembicaraan berbelit-belit
Data Subjektif : Perubahan proses pikir : waham        

klien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai


 
kenyataan

Klien mengatakan berulang kali

Data Objektif :

Klien tampak binggung

Data Subjektif : Gangguan konsep diri berhubungan

dengan harga diri rendah


Klien merasa malu berinteraksi dengan orang

lain

Data Objektif :

Ekspresi muka sedih dan murung

IV.  Masalah Keperawatan

1.    Kerusakan komunikasi verbal

2.    Perubahan isi pikir: waham kebesaran

3.    Gangguan konsep diri


V.   Diagnosa Keperawatan

1.    Kerusakan Komunikasi verbal b.d  waham kebesaran

2.    perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR

VI.  Rencana Tindakan Keperawatan

Kerusakan Komunikasi verbal b.d waham kebesaran

TUM     : Klien dapat mengontrol wahamnya sehingga komunikasi verbal dapat berjalan dengan baik

TUK 1   :            Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya:

  Salam terapetik, perkenalan diri,

  Jelaskan tujuan interaksi,

  Ciptakan lingkungan yang tenang,

  Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)

2. Jangan membantah dan mendukung klien

  Kata-kata perawat menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai

ekspresi  menerima

  Kata-kata perawat tidak mendukung disertai ”sukar bagi saya untuk mempercayainya” disertai

ekspresi ragu tapi empati


  Tidak membicarakan isi waham klien

3.    Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung

  Anda berada di tempat yang aman, kami akan menerima anda

  Gunakan keterbukaan dan kejujuran

  Jangan tinggalkan klien sendirian

TUK 2   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

Intervensi :

1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistik

2. Diskusikan dengan klien tentang kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini

yang realistik, hati-hati terlibat dengan waham

3. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktifitas sehari-hari) kemudian

anjurkan untuk melakukannya saat ini

4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak

ada.

      Perawat perlu memperlihatkan bahwa klien penting

TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi

Intervensi

1.    Obsrvasi kebutuhan sehari-hari klien


2.    Diskusikan kebutuhan  klien yang tidak terpenuhi baik secara di rumah dan di RS (rasa takut,

ansietas, marah)

3.    Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham

4.    Tingkat aktivitas  yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga

(aktivitas dapat dipilih dan dibuat jadwal bersama dengan klien)

5.    Atur situai agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya

TUK 4   : Klien dapat b.d realitas (realitas: diri, orang lain, tempat, waktu)

Intervensi :

1.    Berbicara dengan klien dalam konteks realitas

2.    Sertakan klien dalam TAK :TAK Orientasi Realita

3.    Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien

Perubahan isi pikir: waham kebesaran b.d HDR

TUM     : Klien dapat meningkatkan harga dirinya sehingga mampu mengendalikan wahamnya

TUK 1   :            Klien dapat Membina Hubungan Saling Percaya

Intervensi :

Bina hubungan saling percaya dengan :

1.    Salam terapetik, perkenalan diri,

2.    Jelaskan tujuan interaksi,


3.    Ciptakan lingkungan yang tenang,

4.    Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topic, tempat dan waktu)

TUK 2   : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan harga diri rendah (HDR)

Intervensi :

1.    Kaji pengetahuan klien tentang HDR

2.    Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang penyebab HDR

3.    Diskusikan dengan klien  tentang HDR serta penyebab dan akibat yang mungkin muncul

4.    Beri penguatan positif pada kemampuan klien dalam mengungkapkan pendapatnya  tentang

HDR

5.    Bantu klien mengidentifikasi aspek positif tentang perasaannya

TUK 3   : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya

Intervensi :

1.    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

2.    Hindarkan pemikiran penilaian negative, utamakan memeberikan pujian realistis

TUK 4   : Klien dapat menerapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya
Intervensi :

1.    Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan

kemampuannya

2.    Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi klien

3.    Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien

TUK 5   :  Keluarga dapat membantu klien untuk berperilaku adaptif  terhadap lingkungan

Intervensi :

1.    Diskusikan dengan keluarga tentang bentuk dukungan yang perlu diberikan pada klien dengan

HDR

2.    Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat dan menghadapi klien dengan HDR

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PROSES PIKIR ( WAHAM )

Pengertian

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan
klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham
dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan,
tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Budi Anna Keliat,1999).

Tanda dan Gejala :

1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,


keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
6. Takut, sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersinggung (Azis R dkk, 2003)

Penyebab

Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai
keinginan.

Tanda dan Gejala :

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya. ( Budi Anna Keliat, 1999)

Akibat dari Waham

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan Gejala :

1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai

Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1. Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham

Data subjektif :

 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan,


keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Data objektif :
 Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain,
lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/
realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham.

Tujuan umum :

 Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Rasional : Hubungan saling
percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya.

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan
klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. Rasional : Dengan mengetahui


kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan
yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.

Tindakan :

 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.


 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Rasional : Dengan


mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk
memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman
dan aman.

Tindakan :

 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.


 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah
sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas. Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka
pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada.

Tindakan :

 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar. Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur
dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping
obat.

Tindakan :

 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga. Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam
merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan:
 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan umum :

 Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga
dirinya.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan
topik pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian
yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan 

Tindakan :

 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan


 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.


 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Evaluasi

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5. Klien menggunakan obat sesuai program

Daftar Pustaka

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Vous aimerez peut-être aussi