Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB VI

EVALUASI DAMPAK PENTING

6.1 TELAAHAN TERHADAP DAMPAK PENTING

Evaluasi dampak penting merupakan telaahan secara holistik berbagai


komponen lingkungan hidup yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar
dan sebagaimana dikaji pada BAB VI. Evaluasi dampak yang bersifat holistik
tersebut dilakukan telaahan secara totalitas terhadap beragam dampak penting
hipotetik lingkungan hidup (baik yang bersifat positif maupun negatif). Beragam
komponen lingkungan yang terkena dampak penting tersebut ditelaah sebagai
satu kesatuan yang saling terkait dan saling pengaruh mempengaruhi sehingga
dapat diketahui sejauh mana perimbangan antara dampak positif dan
negatifnya.

Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah “METODE MATRIKS


FISHER dan DAVIES”, yang terdiri dari Matrik Evaluasi Dampak Penting
Komponen Fisik-Kimia, Matriks Evaluasi Dampak Penting Komponen Biologi,
Matriks Evaluasi Dampak Penting Komponen Sosial, Matrik Evaluasi Dampak
Penting Komponen Kesehatan dan Matriks Keputusan Seluruh Komponen
Lingkungan.

Evaluasi dampak penting yang akan dilakukan adalah evaluasi terhadap dampak
penting dari rencana kegiatan penbangunan STC oleh PT. Jakarta Intiland baik
pada rencana kegiatan alternatif 1 dan alternatif 2. Hasil evaluasi dampak
penting pada rencana kegiatan alternatif 1 dapat dilihat pada Tabel 6.1, Tabel
6.2, Tabel 6.3, Tabel 6.4, Tabel 6.5. Sedangkan hasil evaluasi dampak penting
pada rencana kegiatan alternatif 2 dapat dilihat pada Tabel 6.6, Tabel 6.7, Tabel
6.8, Tabel 6.9, Tabel 6.10.

6.2 PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK

Berdasarkan hasil penelaahan terhadap alternatif-alternatif rencana kegiatan


yang telah diuraikan pada BAB III yang dikaitkan pada kondisi rona lingkungan
hidup awal yang telah diuraikan pada BAB III, maka sebagai hasil pelingkupan
yang disajikan pada BAB IV dan dijabarkan lebih lanjut pada BAB V disimpulkan
bahwa alternatif kegiatan pada rencana kegiatan alternatif 2 adalah alternatif
terbaik untuk dilaksanakan oleh PT. Jakarta Intiland.
Adapun dasar pertimbangan pemilihan alternatif 2 tersebut adalah :

1. Pada kegiatan pembangunan pondasi khususnya pada saat dilakukan


pemancangan tiang pondasi, dengan asumsi terhadap kegiatan sejenis
bahwa pemancangan tiang yang menggunakan sistem vibro diprakirakan
dapat meminimalkan tingkat getaran yang akan terjadi jika dibandingkan
dengan menggunakan sistem hammer.

2. Berdasarkan evaluasi dampak penting terhadap rencana kegiatan


alternatif 1 dan 2, diketahui bahwa rencana kegiatan 2 memiliki dampak
penting yang nilainya lebih kecil daripada rencana kegiatan alternatif 1.
Adapun hasil evaluasi fdampak penting pada alternatif 2 (Tabel 6.10)
secara keseluruhan adalah sebesar -1,77, sedangkan pada alternatif
(Tabel 6.5) secara keseluruhan adalah sebesar -1,78.

6.3 TELAAHAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

Berdasarkan hasil evaluasi dampak penting terhadap komponen lingkungan


hidup pada rencana kegiatan alternatif 2 (alternatif terbaik), dilakukan
penelaahan yang hasilnya dirangkum seperti yang tersaji pada tabel 6.11.
selanjutnya, telaahan hasil evaluasi dampak penting tersebut akan menjadi
dasar dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungannya.

Adapun dampak-dampak penting terhadap komponen lingkungan hidup pada


rencana usaha dan atau kegiatan pembangunan STC yang perlu dilakukan
pengelolaan adalah sebagai berikut :

A. Tahap Pra Konstruksi

1. Perolehan Lahan

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


akibat perolehan lahan adalah :

a. Persepsi dan sikap masyarakat terhadap rencana usaha dan atau


kegiatan pembangunan oleh PT. Jakarta Intiland sebagai dampak
primer dengan kategori dampak positif penting (PP)

b. Status penguasaan dan kepemilikan lahan sebagai dampak primer


dengan kategori dampak negatif (NP)
2. Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi adalah :

a. Terbukanya kesempatan kerja sebagai dampak primer dengan


kategori dampak positif penting (PP)

b. Peningkatan tingkat pendapatan sebagai dampak turunan dari


dampak terbukanya kesempatan kerja dengan kategori dampak
positif penting (PP)

c. Persepsi dan sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan PT.


Jakarta Intiland sebagai dampak turunan dari dampak terbukanya
kesempatan kerja dengan kategori dampak positif penting (PP)

3. Pembagunan Fasilitas Penunjang

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


kegiatan pembagunan fasilitas penunjang adalah :

a. Resiko kecelakaan kerja sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

4. Mobilitas Peralatan

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


kegiatan mobilitas peralatan adalah :

a. Penurunan kualiatas udara ambien (debu, gas SO2, NO2, dan CO)
sebagai dampak primer dengan kategori dampak negatif penting
(NP)

b. Peningkatan kebisingan sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

c. Pola penyakit masyarakat sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)
d. Gangguan lalu lintas darat sebagai dampak primer dengan kategori
dampak negatif penting (NP)

e. Proses disosiatif (konflik sosial) sebagai dampak turunan dari


dampak lalu lintas darat dengan kategori dampak negatif penting
(NP)

B. Tahap Konstruksi

1. Pembersihan Dan Pematangan Lahan

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


kegiatan pembersihan dan pematangan lahan adalah :

a. Penurunan kualitas udara ambien (gas SO2, NO2, dan CO) sebagai
dampak primer dengan kategori dampak negatif penting (NP)

b. Peningkatan kebisingan sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

c. Gangguan kesehatan kerja sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

d. Resiko kecelakaan kerja sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

e. Degradasi vegetasi penutupan lahan sebagai dampak primer


dengan kategori dampak negatif penting (NP)

f. Peningkatan aliran permukaan (run off) sebagai dampak turunan


dari dampak degradasi vegetasi penutupan lahan dengan kategori
dampak negatif penting (NP)

g. Peningkatan laju erosi sebagai dampak turunan dari dampak


peningkatan aliran permukaan (run off) dengan kategori dampak
negatif penting (NP)

h. Penurunan kondisi sanitasi lingkungan sebagai dampak turunan dari


dampak peningkatan aliran permukaan (run off) dan peningkatan
laju erosi dengan kategori dampak negatif penting (NP)
i. Proses disosiatif (konflik sosial) sebagai dampak turunan dari
dampak penurunan kondisi sanitasi lingkungan dengan kategori
dampak negatif penting (NP)

2. Mobilisasi Lateral

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat


dari kegiatan mobilisasi lateral adalah :

a. Penurunan kualitas udara ambien (debu, gas SO2, NO2, dan CO)
sebagai dampak primer dengan kategori dampak negatif penting
(NP)

b. Peningkatan kebisingan sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

c. Pola penyakit masyarakat sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

d. Gangguan lalu lintas darat sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

e. Prose disosiatif (konflik sosial) sebagai dampak turunan dari


dampak lalu lintas darat dengan kategori dampak negatif penting
(NP)

3. Pembangunan Pondasi

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


kegiatan pembangunan pondasi adalah :

a. Penurunan kualitas udara ambien (SO2, NO, dan CO) sebagai


dampak primer dengan kategori dampak negatif penting (NP)

b. Peningkatan kebisingan sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

c. Peningkatan getaran tanah sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)
d. Pola penyakit masyarakat sebagai dampak turunan dari dampak
penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

e. Gangguan kesehatan kerja sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

f. Resiko kecelakaan kerja sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

g. Proses disosiatif (konflik sosial) sebagai dampak turunan dari


dampak penurunan kualitas udara ambien, peningkatan kebisingan,
dan peningkatan getaran tanah dengan kategori dampak negatif
penting (NP)

4. Pembangunan Bangunan Utama

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


kegiatan pembangunan bangunan utama adalah :

a. Penurunan kualitas udara ambien (SO2, NO2, dan CO) sebagai


dampak primer dengan kategori dampak negatif penting (NP)

b. Peningkatan kebisingan sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

c. Pola penyakit masyarakat sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

d. Gangguan kesehatan kerja sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

e. Resiko kecelakaan kerja sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

f. Proses disosiatif (konflik sosial) sebagai dampak turunan dari


dampak penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan
kebisingan dengan kategori dampak negatif penting (NP)
5. Penataan Sekitar Lokasi

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


kegiatan penataan sekitar lokasi adalah :

a. Resiko kecelakaan kerja sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

C. Tahap Pasca Konstruksi

1. Demobilisasi Peralatan

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan sebagai akibat dari


kegiatan demobilisasi peralatan adalah :

a. Penurunan kualitas udara ambien (debu, gas SO2, NO2, dan CO)
sebagai dampak primer dengan ketegori dampak negatif penting
(NP)

b. Peningkatan kebisingan sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

c. Pola penyakit masyarakat sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

d. Gangguan lalu lintas darat sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

e. Proses disosiatif (konflik sosial) sebagai dampak turunan dari


dampak lalu lintas darat dengan kategori dampak negatif penting
(NP)

2. Pemutusan Hubungan Kerja Konstruksi

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan akibat dari


kegiatan pemutusan hubungan kerja konstruksi adalah :

a. Hilangnya kesempatan kerja sebagai dampak primer dengan


kategori dampak negatif penting (NP)
b. Penurunan tingkat pendapatan masyarakat sebagai dampak
turunan dari dari dampak peningkatan pengangguran dengan
kategori dampak negatif penting (NP)

D. Tahap Operasi

1. Rekrutmen Tenaga Kerja (Staf Dan Karyawan)

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan akibat dari


kegiatan rekrutmen tenaga kerja (staf dan karyawan) adalah :

a. Terbukanya kesempatan kerja sebagai dampak primer dengan


kategori dampak positif penting (PP)

b. Peningkatan tingkat pendapatan sebagai dampak turunan dari


dampak terbukanya kesempatan kerja dengan kategori dampak
positif penting (PP)

c. Persepsi dan sikap masyarakat terhadap rencana kegiatan PT.


Jakarta Intiland sebagai dampak turunan dari dampak terbukanya
kesempatan kerja dengan kategori dampak positif penting (PP)

2. Operasional Dan Pemeliharaan Bangunan

Dampak-dampak yang perlu dilakukan pengelolaan akibat dari


kegiatan operasional dan pemeliharaan bangunan adalah :

a. Penurunan kualitas udara ambien (SO2, NO2, dan CO) sebagai


dampak primer dengan kategori dampak negatif penting (NP)

b. Peningkatan kebisingan sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

c. Gangguan lalu lintas darat sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

d. Pola penyakit masyarakat sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori negatif penting (NP)
e. Penurunan kondisi sanitasi lingkungan sebagai dampak primer
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

f. Gangguan kesehatan kerja sebagai dampak turunan dari dampak


penurunan kualitas udara ambien dan peningkatan kebisingan
dengan kategori dampak negatif penting (NP)

g. Resiko kecelakaan kerja sebagai dampak primer dengan kategori


dampak negatif penting (NP)

h. Proses disosiatif (konflik sosial) sebagai dampak turunan dari


dampak penurunan kualitas udara ambien, peningkatan kebisingan,
dan gangguan lalu lintas darat dengan kategori dampak negatif
penting (NP)

6.4 REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap dampak penting dan telaahan arahan


pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang telah dilakukan untuk
rencana kegiatan alternatif 2, maka dalam pelaksanaan pembangunan STC, PT.
Jakarta Intiland wajib melaksanakan hal-hal sebagai berikut :

1. Terkait dengan status kawasan pada lokasi rencana pembangunan STC,


PT. Jakarta Intiland wajib melakukan koordinasi secara intensif dengan
dinas atau instansi terkait serta mendapat rekomendasi yang disetujui
oleh walikota samarinda.

2. Setelah dilakukan koordinasi dengan dinas atau instansi terkait dan


apabila status kawasan lokasi rencana pembangunan STC ternyata tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, ketentuan, kebijakan yang
berlaku, maka rencana pembangunan STC oleh PT. Jakarta Intiland wajib
ditolak.

3. Dalam pelaksanaan pembangunan dan operasional STC, PT. Jakarta


Intiland wajib melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL).
4. Apabila dalam pelaksanaan pembangunan dan operasional STC, terjadi
dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan
diluar sumber dampak dalam dokumen AMDAL ini, maka PT. Jakarta
Intiland wajib melakukan pengelolaan lingkungan serta menjadi tanggung
jawab sepenuhnya PT. Jakarta Intiland.

5. Apabila dalam pelaksanaan pembangunan dan operasional STC, terjadi


dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang tidak dapat
dilakukan pengelolaannya dengan menggunakan teknologi yang ada,
maka rencana pembangunan STC oleh PT. Jakarta Intiland wajib
menghentikan kegiatan dan atau usaha baik sementara atau selamanya
dan bersedia menerima sanksi serta memenuhi segala kewajiban sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, ketentuan, kebijakan yang
berlaku.

6. Apabila dalam pelaksanaan pembangunan dan operasional STC, terjadi


dan atau terdapat perubahan desain dan atau proses dan atau kapasitas
dan atau bahan baku dan atau bahan penolong, perubahan lokasi, dan
lain-lain. PT. Jakarta Intiland wajib memperbaiki dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) berdasarkan peraturan
perundang-undangan, ketentuan, kebijakan yang berlaku.

Vous aimerez peut-être aussi