Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
yang sangat strategis sebagai alat komunikasi sosial dan sarana pendidikan
Lebih dari 59 tahun yang lalu UUD 1945 telah menetapkan garis-garis
dalam Bab XV, Pasal 36, bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
Negara dan bahasa daerah yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik
akan dipelihara oleh negara sebagai bagian dari kebudayaan nasional yang
hidup.
pendidikan.
Selain daripada itu, bahasa daerah merupakan salah satu sumber yang
1
transformasi informasi, secara perlahan telah merambah pula pada
bahasa daerah sebagai bahasa kedua. Padahal, tidak dapat dipungkiri bahwa
lingkungannya tetapi lebih dari pada itu bahasa daerah telah membuktikan
diri sebagai bahasa budaya, bahasa ilmu dan bahasa yang tinggi. Di samping
itu, bahasa daerah dengan nilai moral yang tinggi dapat juga dijadikan alat
Salah satu bentuk bahasa dalam tataran bahasa daerah kita yang
hubungan pada tataran masyarakat suku Sasak adalah bahasa Sasak Alus.
suku Sasak.
Alus tidak mengenal batasan dialek seperti yang terjadi pada pemakaian
bahasa daerah Sasak lainnya. Sebab antara kelompok mayarakat dalam suku
Bahasa Sasak Alus ini dapat juga dijadikan sarana pengatur hubungan
2
berbahasa adab dan etika pergaulan dalam pemakaiannya. Hal ini dapat
terlihat pada kesesuaian antara sikap penutur bahasa Sasak Alus dengan
antara bahasa Sasak Alus dengan tata krama dan sopan santun. Dengan
bagian dari bangsa Indonesia, tentulah akan mengenal dan menguasai serta
secara baik ini menjadikan masyarakat suku Sasak sebagai masyarakat yang
dwi bahasawan.
inilah yang menyebabkan terjadinya peralihan kode dari dua buah bahasa
pula terjadi pada tataran bahasa Sasak Alus . Hal ini dapat terlihat pada
bentuk pemakaian bahasa Sasak Alus yang sering menerima peralihan kode
3
antara bahasa Sasak yang dalam kaitan ini adalah bahasa Sasak Alus,
dengan bahasa Indonesia menjadi hal yang biasa dalam sebuah komunikasi.
adalah:
Lendang Nangka.
4
3. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya Diglosia dalam pemakaian
Nangka.
1. Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan penunjang pada mata pelajaran
5
BAB II
LANDASAN TEORI
berintraksi, bekerja sama dan hidup berdampingan dengan damai. Untuk itu,
hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan
2003 : 24 ).
merupakan suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan
6
tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan. Masyarakat merupakan jalinan
( 1974 : 15 ).
Kebutuhan akan komunikasi tersebut tidak akan dapat terpenuhi jika dalam
dianut bersama.
Pada posisi dan situasi seperti ini bahasalah yang menjadikan suatu
7
Mengingat sifat bahasa yang merupakan sebuah konvensi
termasuk dalam kelompok itu, atau yang berpegang pada bahasa standar
secara budaya dan bukan diturunkan secara biologis. Artinya bahwa sistem
perkataan lain bahwa semua manusia di dunia ini dilahirkan tidak bersama-
kalimat.
8
Sebagi salah satu unsur dari kebudayaan bahasa merupakan alat
manusia. ( 1993:12)
direncanakan, bebas atau mana suka) dan bermakna, yang digunakan oleh
1997 : 9 ).
Bahasa Indonesia, bahwa bahasa adalah sistem lambang yang arbitrer, yang
9
Tidak berbeda jauh dengan batasan-batasan dalam teori lainnya,
bahasa :
1. merupakan sistem
2. merupakan lambang
3. merupakan bunyi
jenis yang beragam. Dalam suatu negara, kita akan jumpai berbagai bahasa
10
bicara, orang yang dibicarakan dan menurut medium pembicara. ( KBB I.
1995 : 8109)
merupakan bentuk (rupa) bahasa yang lain . pemakaian bahasa dalam bentuk
dalam berbahasa.
11
memperhatikan bentuk situasi dan bentuk bahasa yang sesuai dengan situasi
komunikasi tersebut.
situasinya.
berikut ini !
dane kadus kapindo malih dane sami pare [pengale desa ,pare wande
warge, warge wargie, pare santri, yadwangse sedaye tur pare putra
sentane. Kang utami malih dane rame biang temanten putri, dewek titiang
kang utami dane pangarseng wacane,kapindo dane kepala desa miwah dane
kadus, kapindu malih dane pare pengale desa, pare wande warge, warge
wargie, pare santri ,yadwangse sedaye, tur pare putra sentane, kang utami
12
Bentuk bahasa di atas merupakan salah satu bentuk bahasa dalam
resmi pelaksanaan upacara adat. Sehingga, bentuk bahasa di atas tidak dapat
dan sebagainya.
bahasa yang lazim dipakai dalam suatu daerah ; bahasa suku bangsa ( Team,
1995 : 66 ).
Pada batasan lain disebutkan bahwa bahasa daerah adalah bahasa yang
13
bahasa Jawa, bahasa Gorontalo, Kaili. bahasa daerah sering dihubungkan
1. Kedudukan
seperti : Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makasar dan Batak yang
negara, sesuai dengan bunyi penjelasan pasal 36, Bab XV, Undang-
2. Fungsi
sebagai :
14
pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan
Mengacu pada uraian di atas, salah satu bahasa daerah yang masih
bahasa Sasak.
2.7.1 Dialek
luas,yaitu mulai dari tepi barat Pulau Lombok hingga tepi pantai
15
Berbeda dengan dialek meno-mene, pemakaiannya di
adat.
16
3. Bahasa Biasa ( Basa Jamaq atau Basa Indria )
sebagai bahasa persatuan yang memiliki daerah penggunaan yang jauh lebih
luas dari pada bahasa daerah dan meliputi seluruh wilayah negara Republik
Indonesia.
menggunakan dua buah bahasa yang berbeda dengan baik dan lancar.
Dalam hal ini bahasa daerah mereka dan bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
17
Contoh dalam bahasa Sasak
dinamakan Diglosia.
bahasa atau lebih oleh satu orang yang menyangkut bahasa, logat, tingkatan-
tingkatan, cerita dan gaya percakapan. Jadi setiap orang dapat menggunakan
jalan beralih dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Kenyataan seperti
inilah yang disebut juga sebagai Diglosia. (Wojowasito dalam Halim, 1980 :
73).
( Halim, 1980 : 61 )
dwi bahasawan dan eka bahasawan akan lebih mudah beralih dari bahasa
18
yang satu ke bahasa yang lain dari pada berubah dari gaya dalam bahasa
19
BAB III
METODE PENELITIAN
2000 : 144 )
1. Tahap Pertama
b. Menetapkan Tujuan
20
3. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya Diglosia
2. Tahap Kedua
Studi Pendahuluan
3. Tahap Ketiga
Merumuskan Masalah.
Lendang Nangka ?
Lendang Nangka ?
4. Tahap Keempat
21
Lingkup Materi
Nangka.
Lingkup Lokasi
berikut:
penelitian.
dibutuhkan
22
baik sebagai sarana komunikasi yang berdampingan dengan
5. Tahap Kelima
Menetapka Data
Data sekunder
6. Tahap Keenam
Pengumpulan data
1. Persiapan
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
2. Pengumpulan Data
23
7. Tahap Ketujuh
Analisis Data
1. Tahap Persiapan
kegiatan :
kesimpulan
b. Menarik kesimpulan
8. Tahap Kedelapan
Penyajian Data
penelitian.
24
Data pada hakekatnya adalah segala sesuatu yang sudah
115).
dibutuhkan, berupa :
1. Data Primer.
2. Data Sekunder
25
dibutuhkan di samping data primer dengan tujuan agar peneliti
26
Kesurah dateng selapuq gumi paer nusantara kelampan
sebiniqanne.
27
Bilang jelo ia pade betempuh nyekene saq telukis; tetap
………………………..
a. Observasi.
28
berkaitan, dan untuk lebih memahami karakter lokasi penelitian secara
secara detail.
b. Wawancara
metode ini menjadi sangat penting karena data yang diperlukan berada
c. Metode Dokumentasi
kutipan, guntingan koran dan bahan referensi lain). (Team, 1995 :211)
a. Pencatatan
29
Langkah pencatatan digunakan dalam penelitian ini
dimaksudkan agar tidak ada satu pun gejala yang lepas dari
kehilangan data.
ini meliputi :
2. Sistematis
b. Transkripsi
30
Pemakaian metode transkripsi dalam penelitian ini
c. Rekaman
dan gambar.
agar data yang diperoleh utuh sesuai dengan wujud asli bahasa
31
3.4. Teknik Analisis Data
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Salah satu bentuk bahasa dalam tataran bahasa sasak adalah bahasa
Sasak Alus. Bahasa Sasak Alus ini merupakan salah satu bentuk bahasa yang
dapat dipungkiri bahwa pemakaian tataran bahasa ini hanya terdapat pada
Hal ini dapat dilihat melalui kesesuaian antara pemakaian bahasa Sasak Alus
pada pemilihan kata serta tidak terletak pada urutan fungsi kata dalam
kalimat.
33
Perhatikan bentuk kalimat berikut ;
komunikatif , seperti :
Dan sebagainya.
kebenaran berbahasa.
34
4.2. Hubngan Bahasa Sasak Alus dengan Bahasa Kawi
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan tataran bahasa ini.
Baik menyangkut bentuk kosa kata yang digunakan atau pun bentuk pola
Sehingga, dalam pemakaian bahasa Sasak Alus terdapat banyak sekali bentuk
kosa kata yang sama dengan yang digunakan dalam bahasa Kawi.
Inggih, Dewek titiang nunas agung panurgahe tipak dane sami saq
35
pulih rawuh malungguh malinggih leq paseban agung niki.
malinggih, puniki.
36
Demikian juga bentuk-bentuk yang lainnya seperti :
Singgih = inggih
Panurgehe = nurge
Sinampure = ampurayan
dsb.
bentuk kosa kata bahasa Sasak Alus yang bersumber dari kosa kata
37
Tabel Inventarisasi Bentuk Kata dalam Bahasa Sasak Alus
Bentuk Kosa Kata Arti kata dalam Bahasa Ketera
No Bahasa Sasak Alus
Bahasa kawi Indonesia ngan
38
41 Deweq Deweq Saya
42 Dukan Dukan Marah
43 Hantos Hantos Tunggu
44 Hantuk Hantuk Oleh, karena
45 Hanom Hanom Muda
46 Hurip Hurip Hidup
47 Ican (-in) Ican (-in) Beri, memberi
48 Iling (-ang) Iling (-ang) Ingat, ingatkan
49 Inggih Inggih Ya, benar
50 Iring Iring Ikut
51 Jate Jate Rambut
52 Jeneng Jeneng Nama
53 Jelamer Jelamer Bibir
54 Jro Jro Dalam
55 Jaja Jaja Dada
56 Jit Jit Pantat
57 Jangge Jangge Leher
58 Karas Karas Tempat sirih
59 Karang ulu Karang ulu Bantal
60 Karne Karne Telinga
61 Karya Karya Perbuatan/pekerjaan
Bekarya Bekarya Syukuran, pesta
62 Kampuh Kampuh Dodot
63 Kayun Kayun Kehendak
64 Kepaten Kepaten Kematian
65 Kepres Kepres Remah
66 Kiat Kiat Tawa
67 Kuace Kuace Baju
68 Lambe Lambe Bibir
69 Lati, layah, Lati, layah, lemesan Lidah
lemesan Lelate
70 Lelate Laki (se-lakian) Alis
71 Laki (se-lakian) Linggih,linggian Laki-laki, suami
72 Linggih,linggian Lingsir Duduk, kendaraan
73 Lingsir Lontek Tua
74 Lontek Luaran Lidah
75 Luaran Lungguh Berhenti
76 Lungguh Lunsuran Duduk
77 Lunsuran Lumbar Sisa
78 Lumbar Manah Pergi
79 Manah Manik Hati, keinginan
80 Manik -/be/manik Kata
-/be/manik -manik/-ang/ Berkata
-manik/-ang/ Panggil
39
81 Mantuk Mantuk Pulang
82 Mangkin Mangkin Sekarang
-semangkinan /se-an/ mangkin Sekarang ini
-/-an/mangkin -/-an/mangkin Nanti
83 Matur Matur Menyampaikan
84 Mawinang Mawinang Maksud
85 Mecunduk Mecunduk Berjumpa
86 Medaran Medaran Makan
87 Megeng Megeng Puasa
88 Mejejek Mejejek Berdiri
89 Meneng Meneng Diam
90 Menggah Menggah Marah
91 Mererepan Mererepan Menginap
92 Mesare Mesare Tidur
93 Mesiram Mesiram Mandi
94 Metaken Metaken Bertanya
95 /me-/tangi /me-/tangi Bangun
96 Munggah Munggah Menunaikan ibadah
97 Napi : punapi Napi : punapi Apa
98 Nede Nede Mohon, makan
99 Nenten Nenten Tidak / bukan
100 Nike Nike Itu
101 Niki Niki Ini
102 Ninggal Ninggal Mati
103 Nunas Nunas Minta
Nunasang Nunasang bertanya
104 Nurge/nurgehe Nurge/nurge Permisi
105 Nyandang Nyandang Cukup, sesuai
106 Onang Onang Kuasa
107 Paedan Paedan Tempat berludah
108 Pade Pade Telapak kaki
109 Panggih Panggih Berjumpa
110 Pageran Pageran Gigi
111 Pangandika Pangandika Perkataan, ucapan
112 Pamit Pamit Izin pulang
Pamitang Pamitang Meminjam
113 Pamu Pamu Tahi lalat
114 Parek Parek Menghadap
115 Pawaryan Pawaryan Kakus/kamar mandi
116 Pecandangan Pecandangan Tempat sisrih
117 Pelungguh Pelungguh Anda
118 Penjarupan Penjarupan Wajah
119 Peragayan Peragayan Badan
120 Penyingak Penyingak Mata
40
121 Pewajik Pewajik Cuci tangan (tp)
122 Piringang Piringang Dengar
123 Poros Poros Kelamin laki-laki
124 Pulih Pulih Dapat
125 Pungkur Pungkur Belakang, punggung
126 Punia Punia Pusat
127 Pupuh Pupuh Paha
128 Rade-rade Rade-rade Agak
129 Rage Rage Anda
Ngerage Ngerage Menjabat
130 Rauh Rauh Datang
131 Rawis Rawis Kumis, jenggot
132 Radean Radean Jari manis
133 Sami Sami Semua
134 Sampun Sampun Sudah
Sampunang Sampunang Jangan
135 Sasih Sasih Bulan
136 Sekuh Sekuh Kelamin perempuan
137 Serat Serat Surat / tulisan
138 Seseban Seseban Tembakau
139 Sesemin Sesemin Godeq
140 Sareng Sareng Dengan,bersama
141 Sermin Sermin Lihat
142 Serminang Serminang Melihat
Besermin Besermin Menangis
143 Penyerminan Penyerminan Mata
144 Silak Silak Silahkan
145 Simpang Simpang Mampir
146 Sisip Sisip Salah
147 Sirah Sirah Kepala
148 Sirep maya Sirep maya Alis
149 Siwak Siwak Beda
150 Sokwenten Sokwenten Kecuali, sekedar
151 Sungkan Sungkan Sakit
152 Tampek Tampek Kain
153 Tampakgading Tapakgading Tanda tangan
154 Tangkil Tangkil Menghadap
Penangkilan Penangkilan Paseban/tempat
155 Tepetek Tepetek Penguburan
156 Tiang Tiang Saya
157 Tiang mindah Tiang mindah Entahlah
158 Titi tata Titi tata Aturan
159 Tertip tapsila Tertip tapsila Sopan santun
160 Tendes Tendes Kepala
Tumbas Tumbas Beli
161 Ungasan Ungasan Hidung
162 Utawi Utawi Atau
163 Warek Warek Kenyang
164 Wenten Wenten Ada
165 Wikan Wikan Tahu
166 Wates Wates Batas
167 Yakti / sayakti Yakti / sayakti Benar, sebenarnya
168 Yen Yen Jika
169 Nyalat Nyalat Sholat
41
4.2.2. Hubungan pola kalimat.
Karena kedua bahasa ini berada pada tataran bahasa Sasak, kedua
bahasa ini memiliki bentuk kalimat yang sama, yaitu bentuk kalimat yang
pola kalimat kedua bahasa ini lebih mengacu kepada tata krama pergaulan
seksana pidute krame dewek titiang hasebe maring ayun rage sami.
Singgih , dewek titiang sami kepandikayang isiq jro pembayun , yaq tiang
nunasang, sang sampun tapak temoe jari, adeqne saq becat isiq ne parek
O P S
O P S
42
Jika kita bandingkan kedua kalimat di atas, nampaklah bahwa
kedua kalimat tersebut memiliki pola kalimat yang sama. Disamping itu,
bentuk kedua pola kalimat ini bukanlah bentuk pola baku dalam bahasa
Sasak. Sebab, dapat saja pola kedua kalimat ini berubah selama tidak
P O S
P O S
menitik beratkan pada susunan fungsi kata dalam kalimat tetapi lebih pada
langsung berlaku pula pada bentuk kalimat bahasa Sasak Alus dan bahasa
berikut ini !
miwah dane kadus kapindo malih dane sami pare [pengale desa ,pare
wande warge, warge wargie, pare santri, yadwangse sedaye tur pare
putra sentane. Kang utami malih dane rame biang temanten putri, dewek
43
titiang pribadi nyuwun agung panurgahe.
dane kadus, kapindu malih dane pare pengale desa, pare wande warge,
warge wargie, pare santri ,yadwangse sedaye, tur pare putra sentane,
misalnya :
44
(15) Araq napi kendale, ampoq pelungguh telat rawuh ?
Variasi bentuk kalimat pada kedua tataran bahasa ini dapat berterima
sulit untuk dihindari dengan kata lain dalam sebuah komunikasi tidak resmi
45
Demikian pula halnya dengan masyarakat Suku Sasak yang
menggunakan dua buah bahasa dengan baik yaitu bahasa daerah sebagai
bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, tidak lepas pula dari
bahasa dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa sasak atau sebaliknya sering
kalimatnya.
berikut :
Nara Sumber : Lamun keadaan bahasa Sasak Alus semangkinan niki bau
Alus niki ?
46
salah satu alat komunikasi kita yang cukup strategis.
pergeseran bentuk bahasa dengan secara tidak disadari,baik bentuk kosa kata
keseluruhannya.
(17) Piran tiang yaq bau parek ? mekeranak sepertinya sulit sekali
Mataram.
47
Pada contoh kalimat-kalimat di atas terlihat bahwa dalam
bahasa antara bahasa sasak alus dengan bahasa Indonesia. Pada kalimat
ini terdapat pemakaian bahasa yang bersumber dari bahasa Sasak Alus
seperti pada kalimat : piran tiang yaq bau parek dan beberapa kata
kata yang lazim digunakan dalam bahasa Sasak Alus seperti : tiang,
48
Jadi,, pada pemakaian kalimat dalam sebuah konteks
diglosia juga sering terjadi pada pola kalimat dengan bentuk peralihan
bentuk pola kalimat atau pemakaian bentuk pola kalimat suatu bahasa ke
bahasa Sasak Alus sering mengikuti pola kalimat bahasa Indonesia atau
juga sebaliknya.
Alus tidak mengenal adanya urutan fungsi kata dalam kalimat. Selama
S P KT KW
Bahasa Indonesia.
49
(22 ) Bapak margi jok Masbagik oneq kelemak
S P KT KW
KT P S KW
P KT S KW
P KT KW S
KW P KT S
dan sebagainya.
Dengan kata lain , keseluruhan bentuk pola kalimat ini dapat dibenarkan
merupakan bentuk pola kalimat yang sesuai dengan pola kalimat baku
terjadi karena adanya peralihan bentuk kode bahasa dalam gejala diglosia.
peralihan pola kalimat, gejala diglosia terjadi pula pada kontek komunikasi
50
dalam bentuk perubahan dan pencampran kode bahasa pada pemindahan
kode pada paragraf yang satu kepada paragraf lainnya dalam sebuah
wacana.
Gejala diglosia seperti ini sering kali terjadi, baik dalam sebuah
berikut ini :
51
Pada paragraf pertama seorang komunikan menggunakan
bahasa Sasak Alus secara benar dan lengkap sesuai dengan kaidah
diglosia dapat terjadi pada sebuah komunikasi non formal secara bebas dan
4.4. Kode Bahasa Yang Sering Bercampur dalam Pemakaian Bahasa Sasak
Alus.
mampu menggunakan dua buah bahasa dengan baik. Dua bahasa dimaksud
adalah bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai
bahasa kedua.
52
sebagai bahasa kedua. Sehingga sering sekali terjadi percampuran antara
komunikasi.
dimaksud.
Lendang Nangka pada khususnya menguasai hanya dua bahasa secara baik
dan lancar, yaitu bahasa sasak dan bahasa Indonesia, maka yang sering
bahasa yang masih menjadi salah satu sarana komunikasi dalam masyarakat
53
terutama bahasa Sasak Alus yang menjadi objek penelitian ini tentulah
bahasa Indonesia.
Bertolok dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hanya kde dari
Sasak Alus pada masa sekarang ini. Meskipun telah disampaikan bahwa
keberadaan bahasa sasak Alus juga merupakan sebuah proses diglosia antara
Alus.
Terjadinya proses peralihan kode bahasa dari suatu bahasa kepada bahasa
lisan.
begawean laloq.
54
Penulis :Oh…inggih, jari mangkin jak girangan
55
masyarakat kita. Sehingga, kejadian seperti ini seolah-olah merupakan hal
yang biasa dan bukan hal yang salah dalam sebuah komunikasi.
yang sering dikupas dalam konsep-konsep para ahli bahwa hal ini sangat
faktor penyebab terjadinya proses peralihan kode bahasa dari suatu bahasa
kepada bahasa lainnya atau yang sering disebut dengan diglosia ini, meliputi :
menggunakan dua buah bahasa secara baik dan lancar , memang telah
dengan menggunakan dua buah bahasa dengan baik yaitu bahasa Sasak ,
56
memungkinkian terjadinya peralihan kode bahasa dari kedua bahasa
tidak disadari .
Hal ini juga tercermin dalam sebuah sesenggak yang masih menjadi
pemakaian bahasa yang santun dan menjaga perasaan orang lain, tetap
berlaku.
Hal ini juga diakui oleh para nara sumber yang menjadi subjek
57
bukan termasuk dalam kategori orang-orang yang mereka hormati.
dengan usia relatif lebih muda dari lawan bicara yang berstatus sosial di
sosial lebih rendah dalam strata sosial , ketika berbicara dengan lawan
bicara yang usianya jauh lebih muda tetapi berasal dari status sosial yang
BAB V
5.1. KESIMPULAN
Sebagai alat komunikasi bahasa di dunia ini terampil dalam jenis yang
beragam. Dalam suatu negara akan kita jumpai berbagai bahasa yang
dipergunakan pahaasa pada suatu daerah tertentu dengan meggunakan beratus
bahasa yang berbeda.
Perbedaan bentuk bahasa yang digunakan ini adalah menghasilkan ragam
bahasa. Yaitu variasi bahasa menurutu pemahaman yang berbeda, menurut topik
58
yang dibicarakan. Menurut hubungan pembicara, lawan bicara, orang yang
dibicarakan dan menurut medium pembicara. ( KBB I. 1995 : 8109)
Ragam-ragam bahasa ini meliputi pula perbedaan likasi geografis yang
sering di sebut dialog, ragam bahasa yang menghubungkan dengan kelompok
sosial disebut sosiolok. Yang berhubungan dengan situasi / lingkungan formalitas
yang dikenal dengan sesuatu fungsulan.
Jikalau kita memperhatikan bahasa dengan terperinci dan teliti, kita akan
melihat bahasa dalam bentuk dan maknanya menunjukkan perbedaan-perbedaan
kecil antara pengungkapan yang satu dengan yang lain pengungkapan perbedaan-
perbedaan bentuk bahasa seperti ini akan kita sebut variasi ( Nababan. 1994 : 13)
Secara singkat dijelaskan KBBI, bahwa fariasi bahasa merupakan bentuk
(rupa) bahasa yang lain . pemakaian bahasa dalam bentuk yang berbeda (KBBI ,
1995 : 1117)
59