Vous êtes sur la page 1sur 28

Laporan Kasus

STROKE

DHANU ROHYANA (2006730018)

Dokter Pembimbing:

Dr. GEA PANDITHA Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

RUMAH SAKIT RSIJ PONDOK KOPI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang berjudul “ stroke non
hemoraghik“ yang merupakan salah satu penyakit anak terbanyak yang terdapat di Rumah Sakit
islam Jakarta pondok kopi bagian neurologi.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada DR. Gea Panditha Sp.S selaku
pembimbing dalam laporan ini dan rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pembuatan
laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih banyak terdapat
kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
perbaikan dalam pembuatan laporan kasus selanjutnya.

Semoga tinjauan pustaka ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para
pembaca.

Jakarta, 18 maret 2011

Penulis,
BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. AM

Jenis kelamin : Laki-laki

TTL : Jakarta, 12 desember 1980

Umur : 30 tahun

Alamat : Pondok kelapa. Jakarta

Status : Menikah

Agama : Islam

Tanggal Masuk : 15 maret 2011

ANAMNESIS (AUTONAMNESIS, 15 MARET 2011)

Keluhan Utama : Lemah anggota badan sebelah kiri sejak 20 jam SMRS.

Keluhan Tambahan : Pusing , bicara pelo , mulut mencong ke sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSIJ pondok kopi dengan keluhan lemah anggota badan sebelah kiri sejak 1
hari SMRS. Lemah badan dirasakan pada malam hari ketika pasien sedang duduk santai sambil
mengetik. Awalnya pasien mengaku lemah timbul di tangan sebelah kiri, dimana tangannya
masih dapat sedikit digerakan namun terasa berat dan lemas kalau mengangkat tangannya keatas
dan tanpa diawali kesemutan. Pasien juga mengeluh sedikit pusing seperti berat dikepala dan
tegang ditengkuknya.
Kemudian tidak lama berselang ± 2 jam pasien merasakan kelemahan sampai kebagian bawah,
terutama kaki. Dan disaat bersamaan os juga merasa bahwa bicaranya pelo/susah bicara dan
mulutnya mencong kesebelah kanan. Pasien mengatakan bahwa keluhan yang ia rasakan ini
terjadi secara tiba-tiba.

Keluhan seperti mual, muntah dan penurunan kesadaran disangkal. Riwayat terdapat trauma
pada kepala disangkal. Riwayat kejang atau demam disangkal. Riwayat penurunan berat badan
disangkal. Penurunan penglihatan, dan gangguan menelan, gangguan penciuman dan
pendengaran juga disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien mengaku bahwa baru
petama kali mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat Penyakit dahulu

Pasien mengaku menderita hipertensi sejak 1 tahun SMRS, dan selama ini os jarang berobat atau
mengontrol hipertensinya, dan riwayat penyakit kencing manis dan jantung disangkal.

Riwayat Keluarga

Ayah os memiliki riwayat hipertensi dan stroke, penyakit jantung atau DM disangkal.

Riwayat Pengobatan

Pasien mengaku sudah belum berobat sebelumnya.

Riwayat Psikososial

Pasien mengaku merokok sejak muda tetapi mengkonsumsi alcohol disangkalnya.

PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : tampak sakit sedang


 Kesadaran : Composmentis
 Tanda Vital
 Nadi : 90 x/menit, reguler, isi cukup, ekual
 Pernapasan : 20 x/menit, reguler
 Suhu : 36,2 0C
 TD : 150 / 80 mmHg

STATUS GENERALIS
 Kepala : normocephal, distribusi rambut merata. Tanda-tanda trauma (-)
 Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+)
 Hidung : Deviasi septum (-), Sekret (-/-) napas cuping hidung (-)
 Telinga : Normotia, Sekret (-/-)
 Mulut
 Terlihat mencong kesebelah kanan
 Mukosa bibir lembab, sianosis (-),
 Lidah : asimetris – deviasi ke kiri, tremor (-)
 Leher : Tidak terlihat pembesaran KGB atau pembesaran kelenjar tyroid.
 Torax :
o Inspeksi :
 Pergerakan dinding dada simetris.
 Retraksi intercostal (-/-).
 Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-)
o Palpasi :
 Nyeri tekan (-/-) , tidak teraba massa
 Vokal fremitus dextra-sinistra sama.
 Iktus cordis teraba di ICS V linea midklavikularis kiri.
o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler + / +, ronkhi -/- , wheezing -/- , murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
o Inspeksi : Supel
o Palpasi
 Nyeri tekan : Tidak ada
 Hepar : Tidak teraba
 Splen : Tidak teraba
 Ballotement :-/-
o Perkusi : Timpani
o Auskultasi : Bising usus (+) N

 Ekstremitas :
 Edema : Negatif
 Akral hangat
 Sianosis : Negatif
 RCT > 2 s

STATUS NEUROLOGIS
 Kesadaran : Compos mentis
 Kuantitatif (GCS) : E4V5M6
 Mata : pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
 Orientasi
 (tempat, waktu, orang, sekitar) : baik
 Daya ingat kejadian : baik
 Kemampuan bicara : Kurang - Disartria
 Meningeal sign :
 Kaku kuduk : negative
 Kernig dan leseague : negative
 Burdinzki 1& 2 : negative

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

Nervus I (Olfaktorius) Dextra Sinistra

Daya pembau Tidak dilakukan Tidak diilakukan

Nervus II (Optikus) Dextra Sinistra

Daya penglihatan N N
Pengenalan warna N N

Medan penglihatan N N

Fundus okuli Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Papil Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Arteri/vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Perdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus III
Dextra Sinistra
(Okulomotorius)

Ptosis - -

Gerak mata ke :

Medial + +

Atas + +

Bawah + +

Ukuran pupil 2mm 2mm

Bentuk pupil isokor Isokor

Refleks cahaya langsung + +

Refleks cahaya
+ +
konsensuil

Strabismus divergen negatif negatif


Diplopia negatif negatif

Nervus IV (Trokhlearis) Dextra Sinistra

Gerak mata ke lateral


+ +
bawah

Strasbismus konvergen Negatif Negatif

Diplopia - -

Nervus VI (Abdusen) Dextra Sinistra

Gerak mata ke lateral + +

Strasbismus konvergen negatif negatif

Diplopia - -

Nervus V (Trigeminus) Dextra Sinistra

Menggigit + +

Membuka mulut + +

Sensibilitas muka :

Atas + +

Tengah + +

Bawah + +

Refleks kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks bersin Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks maseter Baik Baik


Trismus negatif negatif

N. VII   ( Fasialis ) Dextra Sinitra

Kerut dahi +
Mengerutkan dahi Kerutan dahi +
-
Bersiul -
+
Mengedip +
Sudut nasolabialis
Meringis Sudut nasolabialis (+)
(+)
Menutup mata +
+
Mengembungkan pipi +
+

Lakrimasi Tidak dilakukan


Daya kecap 2/3 ant Tidak dilakukan
R. Aurikulopalpebra Tidak dilakukan
R. Visuopalpebra Tidak dilakukan
Reflex glabella Tidak dilakukan

Nervus VIII (akustikus) Dextra Sinistra

mendengar suara berbisik + +

tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus IX (Glosofaringeus) Dextra Sinistra

arkus farings ? ?

daya kecap lidah 1/3


Tidak dilakukan Tidak dilakukan
belakang
reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sengau Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tersedak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus X (Vagus) Dextra Sinistra

Arkus farings ? ?

Nadi reguler reguler

Bersuara + (normal) + (normal)

Menelan + +

Nervus XI (Aksesorius) Dextra Sinistra

Memalingkan kepala + +

Sikap bahu + +

Mengangkat bahu + +

Trofi otot bahu Eutropia Eutropia

Nervus XII (Hipoglosus) Dextra Sinistra

sikap lidah Deviasi kekiri

Artikulasi Terganggu (disartria)

tremor lidah - -

menjulurkan lidah + +

kekuatan lidah + +

atrofi otot lidah - -


fasikulasi lidah - -

ANGGOTA GERAK ATAS

Lengan Atas Lengan Bawah Tangan

D S D S D S

Gerakan bebas terbatas bebas terbatas bebas terbatas

Kekuatan 5 4 5 4 5 4

Tropi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus N N N N N N

SENSIBILITAS

Jenis Lengan atas Lengan bawah Tangan

Rangsang Kana Kiri Kanan kiri kanan kiri


n

Termis Tdl Tdl tdl tdl tdl tdl

Taktil tdl tdl tdl tdl tdl tdl

Nyeri + + + + + +

Posisi N N N N N N

Vibrasi tdl Tdl tdl tdl tdl tdl

ANGGOTA GERAK BAWAH

Tungkai atas Tungkai bawah Kaki

D S D S D S
Gerakan terbata terbata
bebas terbatas bebas terbatas
s s

Kekuata
5 4 5 4 5 4
n

Tonus N N N N N N

Trofi eu Eu eu eu eu eu

Sensibilitas :

nyeri + + + + + +

termis tdl tdl tdl tdl tdl tdl

taktil + + + + + +

posisi N N N N N N

vibrasi tdl Tdl tdl tdl tdl tdl

REFLEX FISIOLOGI
Reflex Biceps : +/++ Reflex Patella: +/++
Reflex Trisep : +/++ Reflex Achilles: +/++
Reflex Ulnaris: tdl Reflex Glabella  : tdl

Refleks Patologik Dextra Sinistra


Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Rossolimo Tdk dilakukan Tdk dilakukan
Mendel-Bechterew Tdk dilakukan Tdk dilakukan
FUNGSI VEGETATIF

 Miksi
 Inkontinensia urin : Negatif
 Retensio urin : Negatif
 Poliuri : Negatif
 Anuri : Negatif
 Defekasi
 Inkontinensia alvi : Negatif
 Retensio alvi : Negatif

PEMERIKASAAN PENUNJANG

a. CT-Scan (15 maret 2011)


Kesan :
 cerebral infark didaerah capsula ekterna kiri depan
 cerebellum dan batang otak dalam batas normal

b. Lab Darah

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Hemoglobin 13,2 g/dl 13,5-17,7


Leukosit 9.500 rbu/µL 4000-10000

Hematokrit 37 % 40 – 50

Trombosit 221 rbu/µL 250-400

Kolesterol total 203 Mg/dl 150-200

Hdl 52 Mg/dl 40-60

Ldl 141 Mg/dl 50-130

TGT 108 Mg/dl 60-150

Na 138 Meq/l 134-146

Kal 3.7 Meq/l 3.40-4.50

chlor 103 Meq/l 96-150

Ur 29 Mg/dl 13-43

Cr 1.4 Mg/dl 0.6-1.3

As. urat 7.1 Mg/dl 3.5-7.2

SGOT 16 u/l 10-40

SGPT 19 u/l 0-40

GDS 107 Mg/dl 70-140

Protrombine 13.7 Detik 13-18.5


time

Control PT 16.6 Detik 13.5-18.5

APTT 36.1 Detik 27-42

Control APTT 33.6 detik 25.4-38.0

RESUME
 Laki-laki 30 tahun
 Hemiparese sinistra
 Disatria, mulut mencong ke kanan
 Pusing
 Timbul tiba-tiba
 Riwayat HT 1 tahun.

Pemeriksaan fisik

Kesadaran : compos mentis

TD : 150/80 mmHg

Status neurologis :

 N. VII : mulut mencong ke kanan, nasolabialis kiri berkurang.


 N XII : lidah mencong ke kiri. Disatria (+)

CT-Scan : cerebral infark didaerah capsula ekterna kiri depan

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : hemiparese sisnistra dan disatria

Diagnosis topik : capsula interna infark\

Diagnosis etiologi : iskemik stroke

Diagnosis patologi : stroke non hemorraghik

Diagnosis Banding : SH

PENATALAKSANAAN
 Airway
Bebaskan jalan nafas; jika diperlukan pasang gudel; kepala dan tubuh dalam posisi 30º
dengan bahu pada sisi lemah diganjal dengan bantal.
 Breathing
Periksa kadar oksigen, bila hipoksia berikan oksigen 2-4 ltr/mnt.
 Circulation
Pasang infus pada sisi yang sehat; asering

FARMAKOTERAPI NONFARMAKOTERAPI

Neurolin 2 dd 500 Infus Asering

Valsatan 1 dd 80 Diet makanan lunak

Aspilet 1 dd 80 ( peroral)

Plavix 1 dd 75 Konsul jantung

PROGNOSIS
Dubia ad bonam

Follow up
16-04-11
S : Lemas anggota badan kiri, suara pelo
O : TD:160/100 mmHg, HR : 78 x/mnt , RR : 20x/mnt , suhu : 36,5˚C, mulut mencong ke
kanan, nasilabilais sedikit menghilang sebelah kiri, reflek siul (-), reflek menggembung (-
) kekuatan otot kiri atas bawah 4, kanan 5, ektrimitas kiri hiperepleks. Reflek patologis (-
Lab : hipoagregasi trombosit
A : SNH
P : Ass/ 12 jam, valsatan 1dd 80 mg, plavix 1 dd 75 mg,
aspilet 1 dd 80 mg, neurolin 2 dd 500
17-0411
S : Lemas anggota badan kiri, suara pelo
O : TD:160/100 mmHg, HR : 78 x/mnt , RR : 20x/mnt , suhu : 36,5˚C, mulut mencong ke
kanan, nasilabilais sedikit menghilang sebelah kiri, reflek siul (-), reflek menggembung (-
) kekuatan otot kiri atas bawah 4, kanan 5, ektrimitas kiri hiperepleks. Reflek patologis (-
A : SNH
P : Ass/ 12 jam, valsatan 1dd 80 mg, plavix 1 dd 75 mg,
aspilet 1 dd 80 mg, neurolin 2 dd 500
18-04-2011
S : Lemas anggota badan kiri, suara pelo
O : TD:160/100 mmHg, HR : 78 x/mnt , RR : 20x/mnt , suhu : 36,5˚C, mulut mencong ke
kanan, nasilabilais sedikit menghilang sebelah kiri, reflek siul (-), reflek menggembung (-
) kekuatan otot kiri atas bawah 4, kanan 5, ektrimitas kiri hiperepleks. Reflek patologis (-
Lab : INR 0.9
A : SNH
P : Ass/ 12 jam, valsatan 1dd 80 mg, plavix 1 dd 75 mg,
aspilet 1 dd 80 mg, neurolin 2 dd 500

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh
darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat atau kematian.2
Secara umum, stroke digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan
kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit
akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO)2. Stroke atau gangguan aliran darah di otak
disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas,
invaliditas).11
Anatomi Pembuluh Darah Otak
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel
glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama
sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa,
otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi
sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial (Gambar 2.1.). Otak
harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang
dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang
pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang
menyalurkan darah ke bagian depan. otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior.
Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu
dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi (Gambar 2.2).
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari otak adalah
otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau
pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area
visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsisebagai pusat koordinasi serta batang otak yang
merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ (gambar 2.3.)
Gambar 2.1. Sel Glia Pada Otak

Gambar 2.2. Pembuluh Darah di Otak

Gambar 2.3. Bagian Otak dan Fungsi Otak


Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada anggota
gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di
atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke.
Stroke Non Hemoragik
Klasifikasi Stroke Non Hemoragik
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik
(kausal):
a. Berdasarkan manifestasi klinik:
1. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
2. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu.
3. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
b. Berdasarkan Kausal:
1. Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil.
Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh
tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada
pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
2. Stroke Emboli/Non Trombotik
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas.
Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa
mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
Gejala Stroke Non Hemoragik
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut adalah:
a. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.
 Buta mendadak (amaurosis fugaks).
 Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila gangguan
terletak pada sisi dominan.
 Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral) dan dapat
disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.
b. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.
 Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.
 Gangguan mental.
 Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.
 Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
 Bisa terjadi kejang-kejang.
c. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.
 Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan. Bila tidak di
pangkal maka lengan lebih menonjol.
 Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.
 Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).
d. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.
 Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.
 Meningkatnya refleks tendon.
 Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.
 Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala berputar (vertigo).
 Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).
 Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien sulit bicara
(disatria).
 Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara lengkap (strupor),
koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya ingat terhadap lingkungan
(disorientasi).
 Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah bola mata yang
tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata (ptosis), kurangnya daya gerak
mata, kebutaan setengah lapang pandang pada belahan kanan atau kiri kedua mata
(hemianopia homonim).
 Gangguan pendengaran.
 Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.
e. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior
 Koma
 Hemiparesis kontra lateral.
 Ketidakmampuan membaca (aleksia).
 Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.
 Gejala akibat gangguan fungsi luhur
 Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua yaitu,
Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi pikiran
melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain
tetap baik. Aphasia sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang
lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau sebagian
diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan otak.
 Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak. Dibedakan dari
Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu Verbal alexia adalah
ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat membaca huruf. Lateral alexia adalah
ketidakmampuan membaca huruf, tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi
ketidakmampuan keduanya disebut Global alexia.
 Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan otak.
 Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka setelah terjadinya
kerusakan otak.
 Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah tingkat
kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan gerakan yang sesuai
dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan tertentu. Kelainan ini sering bersamaan
dengan Agnosia jari (dapat dilihat dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh
sementara penderita tidak boleh melihat jarinya).
 Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan melaksanakan
bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
 Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat kerusakan pada
kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang menyebabkan terjadinya
gangguan bicara.
 Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma capitis, infeksi
virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa di otak.
 Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah kemampuan.

Diagnosis Stroke Non Hemoragik


Diagnosis didasarkan atas hasil:
a. Penemuan Klinis
1. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak. Tanpa
trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.
2. Pemeriksaan Fisik Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko
seperti hipertensi, kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.
b. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
1. Pemeriksaan Neuro-Radiologik Computerized Tomography Scanning (CT-Scan),
sangat membantu diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama
pada fase akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak
jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu
membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS) maupun
perdarahan subarakhnoid (PSA).
2. Pemeriksaan lain-lain Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti:
pemeriksaan darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila
perlu gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,
Elektrokardiografi (EKG).

Etiologi

- Infark otak (80%)


a. Emboli
b. Aterotrombotik
- Perdarahan intraserebral (15%)
c. Hipertensi
d. Malformasi arteri-vena
e. Angiopati amiloid
- Perdarahan subarachnoid (5%)
2. Faktor resiko

Faktor risiko yang Faktor risiko yang dapat diubah


tidak dapat diubah

Usia Hipertensi
Jenis kelamin pria Diabetes mellitus
Ras Merokok
Riwayat keluarga Penyalahgunaan alcohol dan obat
Riwayat TIA atau Kontrasepsi oral
stroke Hematokrit meningkat
Penyakit Jantung Bruit karotis asimptomatis
Koroner Hiperurisemia dan dislipidemia
Fibrilasi atrium
Heterozigot/homozigot
homosistinemia
Gejala Klinis Perdarahan Perdarahan Stroke Non
Intraserebral Subarachnoid Hemoragik
(PIS) (PSA)

Gejala defisit Berat Ringan Berat/ringan


fokal

TIA - - +
sebelumnya

Onset Menit-jam 1-2 menit Pelan (jam-


hari)

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tidak


ada kecuali
lesi di batang
otak

Muntah pd Sering Sering -


awalnya

Hipertensi +++ - ++

Penurunan ++ + +/-
Kesadaran

Kaku kuduk +/- + -

Hemiparesis Sering sejak Permulaan Sering sejak


awal tidak ada awal

Deviasi mata ++ + +/-

Gangguan ++ +++ ++
bicara

Perdarahan ++ + -
subhialoid

Paresis/ - + -
gangguan
N.III

Diagnosis dengan sistem skoring


Skore Stroke Siriraj

(2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit


kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) – (3 x
penanda ateroma) – 12
Keterangan
 Derajat kesadaran Nyeri kepala
 Komposmentis = 0 - Ada = 1
 Somnolen =1 - Tidak ada = 0
 Sopor/koma =2
 Vomitus Ateroma (diabetes, angina, penyakit
 Ada =1 pembuluh darah )
 Tidak ada =0 - Ada =1
- Tidak ada =0
Hasil
 Skor > 1 : perdarahan supratentorial

Skor < 1 infark serebri

Skor stroke Gadjah Mada

Penurunan Nyeri Babinski Jenis stroke


kesadaran kepala

+ + + Perdarahan

+ _ _ Perdarahan

_ + _ Perdarahan

_ _ + Iskemik
_ _ _ Iskemik

Tatalaksana Umum Stroke Akut


a. Stabilisasi fungsi kardiologis melalui ABC
b. Posisi kepala dan badan atas 20-30o
c. Bebaskan jalan nafas, bila perlu berikan oksigen 1-3 L/ menit sampai ada hasil
pemeriksaan gas darah
d. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten
e. Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus
f. Hiperglikemia atau hipoglikemia harus segera dikoreksi
g. Suhu tubuh harus dipertahankan normal
h. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
i. Cairan intravena 24 jam pertama à RL, NaCl 0,9%, Asering, dan dilanjutkan 24 jam
berikutnya à kristaloid atau koloid
j. Asupan nutrisi per oral à setelah hasil tes fungsi menelan baik dan apabila gangguan
menelan atau kesadaran menurun à pipa nasogastrik dengan 1500 kalori
k. Mencegah infeksi sekunder à traktus respiratorius dan urinarius
l. Mecegah timbulnya “stress ulcer” à obat antasida/proton pump inhibitor
m. Mencegah dekubitus dengan trombosis vena dalam à heparin subkutan 5000 IU 2 kali
sehari /LMWH
n. Mobilisasi terbatas untuk mencegah dekubitus

Prognosis
a. Sekitar 50% penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan fungsi
normalnya.
b. Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan mental dan tidak mampu bergerak,
berbicara atau makan secara normal.
c. Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Clinical Anatomy for Medical Student. 6th ed. Sugiharto L, Hartanto H,

Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi Klinik Untuk

Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006; 740-59.

2. Lionel Ginsberg. Neurologi edisi ke delapan. Jakarta : Erlangga Medical Series.

3. Mahar Mardjono. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke -11. PT.Dian Rakyat. Jakarta.2006

4. Ratna Mardiati. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak Manusia. Sagung Seto. Jakarta. 1996.

5. Lumbantobing.Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.FKUI.Jakarta.2008.

Vous aimerez peut-être aussi