Vous êtes sur la page 1sur 12

ACARA II

KASTRASI DAN HIBRIDISASI

ABSTRAKSI
Praktikum Kastrasi dan Hibridisasi di laksanakan pada tanggal 27 Maret 2007 di Laboratorium Pemuliaan
Tanaman Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan dari
praktikum Kastrasi dan Hibridisasi adalah mengetahui teknik kastrasi dan hibridisasi di lapangan. Hibridisasi
dilakukan pada tanaman padi yang bersifat autogami, maka harus dilakukan kastrasi dengan menghilangkan
benang sari sebelum membukanya kepala sari. Dalam acara ini digunakan dua metode yaitu forcing methode
dan clipping methode. Forcing dilakukan dengan membuka paksa bunga dan membuang benang sari,
sedangkan pada Clipping methode yaitu dengan membuang sepertiga sampai setengah bagian bunga miring
kea rah lemma dan membuang benang sari. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kedua metode ini tidak
berhasil.

I. PENGANTAR
A. LATAR BELAKANG
Salah satu cara untuk memperbaiki keturunan yang dihasilkan oleh tanaman adalah
dengan persilangan antar varietas. Proses persilangan antar varietas yang mempunyai sifat
genetik berbeda disebut hibridisasi. Tanaman dibagi menjadi dua berdasarkan cara
penyerbukannya, yaitu penyerbuk sendiri dan penyerbuk silang. Pada tanaman penyerbuk
sendiri (autogam) akan didapatkan individu baru hasil persilangan yang sifatnya sama
seperti induknya, sedangkan pada penyerbuk silang (allogami) akan didapatkan tanaman
yang mempunyai sifat perpaduan dari kedua induknya.
Dengan hibridisasi akan diperoleh varietas yang mempunyai perpaduan sifat kedua
induknya, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan varietas unggul yang mempunyai
produksi tinggi, tahan serangan hama dan penyakit, dan tahan kekeringan.
Tanaman padi adalah termasuk tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri.
Oleh sebab itu kita perlu mempelajari teknik kastrasi dan hibridisasi ini agar kita bisa
memperoleh tanaman padi baru yang memiliki sifat unggul.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Penyerbukan merupakan peristiwa jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Peristiwa
ini terjadi karena benangsari pecah sehingga serbuk sari yang terdapat di dalamnya
menyebar sehingga terbawa angin, serangga, atau karena tindakan manusia. Bila
penyerbukan dengan serbuk sari yang bersal dari bunga sendiri atau bunga lain dalam satu
pohon disebut sebagai penyerbukan sendiri dan bila serbuk sari berasal dari bunga dan
pohon lain disebut penyerbukan silang (Rubenstein et al., 1980).
Menurut Soecipto ( 1993 ) penyerbukan sendiri dan penyerbukan bersilang yang
berlanjut dengan pembuahan akan menghasilkan komposisi genetic keturunan yang
berbeda. Pada tanaman penyerbuk sendiri yang berlanjut dengan pembuahan secara terus-
menerus, populasi generasi-generasi berikutnya cenderung mempunyai tingkat homozigot
yang semakin besar, jadi populasi tanaman cenderung merupakan kumpulan suatu lini
murni. Sedangkan pada tanaman penyerbuk silang dikenal adanya perkawinan acak.
Perkawinan acak merupakan suatu perkawinan dimana setiap individu dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk kawin dengan individu lain dalam populasi
tersebut.
Pada umumnya maksud dari penyerbukan silang adalah untuk memperoleh jenis-
jenis tanaman batu yang memiliki sifat-sifat: tumbuhnya tanaman lebih cepat, dapat lekas
menjadi besar dan lebih kuat,hasilnya dapat dipungut dalam waktu yang lebih
pendek.,produksinya setiap tahun tetap baik atau lebih tinggi,kualitas hasil yang diperoleh
lebih baik,tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit,tanaman dapat
tumbuh baik di berbagai daerah,bentuk dan warna bunga lebih menarik (Darjanto dan
Satifah,1982)
Menurut Jennings et al (1979), teknik emaskulasi yang sederhana dan yang lebih
efisien adalah membuka spikelet dan memindah anthera dengan tweezers atau vacuum.
Sartowo et.al ( 1994 ) menyatakan bahwa penyerbukan sendiri dan penyerbukan
bersilang yang berlanjut dengan pembuahan akan menghasilkan komposisi genetic
keturunan yang berbeda. Pada tanaman penyerbuk sendiri yang berlanjut dengan
pembuahan secara terus-menerus, populasi generasi-generasi berikutnya cenderung
mempunyai tingkat homozigot yang semakin besar, jadi populasi tanaman cenderung
merupakan kumpulan suatu lini murni. Sedangkan pada tanaman penyerbuk silang dikenal
adanya perkawinan acak. Perkawinan acak merupakan suatu perkawinan dimana setiap
individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk kawin dengan individu
lain dalam populasi tersebut.
Menurut Poespodarsono (1988), tepung sari yang diambil untuk mencegah
terjadinya penyerbukan sendiri dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Cara mekanis.
2. Menggunakan panas/bahan kimia.
3. Sterilisasi tepung sari.
Hibridisasi adalah adalah tindakan menyilangkan dua tanaman atau lebih yang
mempunyai sifat genetic yang berbeda. Pada tanaman allogam dapat langsung dilakukan
sedangkan pada tanaman autogam didahului dengan kastrasi alat kelamin jantan. Setelah
bunga dikastrasi dengan salah satu atau kedua macam metode tadi maka hibridisasi dapat
dilakukan dengan pollen dari induk yang diinginkan untuk selanjutnya diserbukkan ke atas
putik bunga yang telah dikatrasi dengan harapan akan dihasilkan tanaman hibrida baru
yang mewarisi kedua sifat kedua induknya. Hibridisasi merupakan salah satu cara untuk
menghasilkan perbaikan pada keturunan yang dihasilkan, dan mempunyai sifat hibrida
yaitu mewarisi pencampuran sifat kedua induknya (Jenni et al, 1964 ).
Kastrasi adalah tindakan menghilangkan pollen atau benang sari dari bunga
lengkap dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri. Kastrasi dilakukan
sebagai pendahuluan untuk melakukan hibridisasi. Teknik khusus yang dilakukan untuk
pengebirian adalah termasuk memperlakukan bunga tanaman dengan panas, dingin, atau
bahan kimia seperti alcohol. Teknik ini didasarkan bahwa pollen mempunyai tingkat
sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan putik, karena itu seringkali dilakukan dengan
merusak daya tahan pollen tanpa melukai secara berlebihan organ tanaman lain yang
penting. Salah satu cara lain adalah dengan menggunakan sedotan. Dalam metode ini
lubang hampa kecil digunakan untuk menyedot pollen yang melekat pada stigma
(Allard,1966).
Roemaskam ( 1981 ) menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk melaksanakan
kastrasi sebaiknya dilakukan sebelum bunga mekar (beberapa jam sebelumnya). Pada
tanaman-tanaman yang mekar bunganya pada malam hari, maka akan kastrasi dilakukan
pada sore hari sebelumnya. Bunga yang telah dikastrasi ditutup dengan kantong kertas atau
kantong plastic untuk mencegah tepung sari asing yang tidak dikehendaki. Kastrasi ini bisa
juga dilaksanakan segera menjelang terjadinya persilangan.
Sebagai konsekuensi dari system reproduksi ini dan sejarah evolusi mengenai hal
ini sebelumnya, setiap populasi pada tipe ini dipercaya untuk memiliki struktur genetic
yang terpadu yang setidak-tidaknya dapat dirtetapkan sebagian dalam hal frekuensi system
gen. populasi seperti ini telah dikenal oleh Dobzhansky (1951) sebagai “Suatu komunitas
seksual reproduktif dan organisme pembuahan silang yang terbagi kedalam suatu gen
pool” (Allard, 1966).
C. TUJUAN
Mengetahui teknik kastrasi dan hibridisasi serta aplikasinya di lapangan
II. BAHAN DAN METODE

Praktikum Kastrasi dan Hibridisasi dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2007 di


Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian UGM.
Bahan yang digunakan adalah tanaman padi (Oryza sativa). Sedangkan alat yang
digunakan antara lain adalah pinset dan forsep hibridisasi, jarum preparat, loupe , pentil
sepeda, kantong kertas, label, kwas pengumpul tepungsari, dan gunting.
Dalam mengerjakan praktikum ini, sebelumnya dibutuhkan berbagai macam alat,
yakni: pinset, pentil sepeda, kantong kertas, label, gunting. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah tanaman padi (Oryza sativa).
Adapun cara kerja untuk pelaksanaan praktikum kali ini adalah: pertama-tama
dilakukan pemilihan induk tanaman, yakni tanaman dipilih yang sehat dan bisa mewakili
varietas atau line yang digunakan, kemudian dipilih malai yang akan diserbuki, kemudian
bunga dipilih yang cukup masak untuk disilangkan yaitu pada saat tinggi kepala sari kira-
kira ditengah panjang bunga. Bunga yang tengah dan akan mekar dibuang. Kemudian yang
kedua adalah perlakuan kastrasi dan hibridisasi yaitu setelah individu induk dipilih, maka
daun benders dipotong untuk memudahkan persilangan, kemudian malai bagian atas dan
malai bagian bawah dibuang untuk memudahkan kastrasi dan hibridisasi.
Untuk selanjutnya digunakan cara pertama: metode paksa (forcing methode),
caranya adalah bunga dibuka secara paksa secara hati-hati melalui lemma dan palea
dengan pinset. Kedua ujung sekam dipegang dengan hati-hati. Setelah itu benang sari dari
luar dibawa masuk kedalam bunga yang diemaskulasi, kemudian bunga ditutup kembali
dan diberi pentil sepeda yang sudah dipotong kecil, dan terakhir diberi label.
Cara kedua yaitu dengan metode clipping: sepertiga atau setengah bagian dari
pallea dan lemma dipotong hingga kepala sari kelihatan, bidang potong miring kearah
lemma. Benang sari kemudian dibuang secara hati-hati dengan menggunakan pinset.
Setalah itu bunga parental jantan dalam malai yang sudah membuka digoyang-goyangkan
diatas bunga yang sudah dikastrasi. Setelah itu bunga ditutup dengan kantong kertas dan
diberi label.
Keesokan harinya yaitu pada saat pembungaan, dipilih malai yang akan digunakan
tepungsarinya (Pejantan). Seluruh malai dipotong kemudian dimasukkan pangkal malainya
kedalam botol berisi air dan diletakkan pada tempat yang terkena sinar matahari langsung
agar bunga mekar serentak. Kantong bunga yang sudah dikastrasi dibuka dan malai
parental jantan (yang bunganya sudah membuka) digoyang-goyangkan diatas bunga –
bunga yang sudah dikastrasi.
Kantong ditutup kembali dan diikat serta diberi label persilangan, meliputi
informasi tentang nama tetua betina, nama pejantan, tanggal kastrasi, tanggal persilangan,
dan nama pelaku. Praktikum yang dilakukan hanya pada teknik hibridisasi. Kemudian
dihitung dan dilihat prosentase keberhasilannya.
Rumus:

% Keberhasil an =
∑ bulir yang berhasil x100 %
∑ bulir yang diperlakuk an
III. HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Hasil Pengamatan


Outcrossing Selfing
Perlakuan
Clipping Forcing (Kontrol)
∑ Bulir
129 90 225
Perlakuan
∑ Bulir
0 2 126
Berhasil
% 0 2.2 56

Pada metode forcing : tidak berhasil atau prosentase keberhasilan 0 %


Pada metode clipping : prosentase keberhasilan sebesar 2.2 %
Kontrol memiliki prosentase keberhasilan sebesar 56 %.

B. Histogram

Histogram Tingkat Keberhasilan Kastrasi

60
50
40
30 Success Rate
%

20
10
0
Clipping Forcing Selfing (Kontrol)
Perlakuan
IV. PEMBAHASAN
Praktikum acara kastrasi dan hibridisasi yang dilaksanakan pada tanggal 27 Maret
2007 bertujuan untuk mengetahui teknik kastrasi serta hibridisasi di lapangan. Pada
praktikum ini digunakan tanaman padi (Oryza sativa) yang diharapkan mampu
memberikan hasil yang baik dlam kastrasi dan hibridisasi. Untuk mengetahui antara
keduanya maka tanaman padi diperlakuakan kedalam dua metode yaitu Forcing Methode
dan Clipping Methode.
Metode pertama yang digunakan adalah forcing methode. Metode ini dilakukan
dengan membuka paksa bunga padi secara hati – hati, kemudian benangsarinya diambil
dengan menggunakan pinset. Dalam mencabut benang sari harus dilakukan secara hati –
hati agar tidak merusak putik. Setelah benang sari dihilangkan, palea dan lemma yang
tadinya dibuka ditutup kembali dengan menggunakan karet pentil. Perlakuan ini diulang
sebanyak sepuluh kali pada rumpun bunga yang sama. Kemudian bunga ditutup
menggunakan kantong kertas agar tidak diserbuki oleh pollen yang tidak diinginkan.
Masalah yang timbul dari metode forcing ialah pembukaan paksa lemma dan palea
yang beresiko terhadap kerusakan stigma atau putik. Hal tersebut terjadi akibat adanya
penekanan pada bunga. Putik dapat rusak akibat pembukaan bunga secara paksa melebihi
batas membukanya bunga padi. Palea dan lemma membuka sedemikian rupa sehingga
antara lemma dan palea terjadi sudut kira-kira 30-600. kastrasi dilakukan pada bunga padi
yang belum mengalami self fertilization (penyerbukan sendiri), yaitu bunga yang memiliki
panjang benang sari maksimal setengah panjang bunga. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan tinggi benang sari hampir sama dengan tinggi putik atau lebih rendah dari
putik sehingga pengambilan benang sari menjadi lebih sulit. Hibridisasi dengan forcing
method dilakukan sekali pada tiap bunganya, agar pembukaan paksa tidak terjadi berulang
kali, untuk menghindari tingkat kerusakan putik yang lebih besar.
Metode lain yang digunakan dalam percobaan adalah Clipping methode. Metode
yang digunakan adalah kastrasi dengan memotong bagian bunga padi miring kebawah dari
pallea menuju lemma sekitar setengah atau sepertiga bagian bunga. Memotongnya harus
berdasarkan letak putik agar putik tidak ikut terpotong. Pemotongan berfungsi untuk
menghilangkan pollen, sehingga bila dipotong maka pollennya terlihat dan tinggal dicabuti
dengan pinset.
Metode clipping memiliki kelebihan antara lain merupakan metode yang sangat
sederhana dan dapat dilaksanakan hampir semua pemuliaan tanaman. Metode ini juga
dapat memungkinkan polenisasi dapat segera terjadi dan cukup efisien, dan hasil dari
polenisasi dapat mencapai 50% atau lebih dibandingkan dengan metode yang lain. Namun
untuk melaksanakan metode ini pemulia tanaman harus sabar dan teliti agar bagian bunga
yang penting tidak rusak. Kendala yang muncul dari metode ini ialah pada ketepatan
pemotongan porsi lemma dan palea. Porsi pemotongan berpengaruh terhadap persentase
jumlah biji yang jadi. Pemotongan yang terlalu rendah dapat melukai stigma, tetapi jika
pemotongan terlalu tinggi emaskulasi menjadi sulit terjadi, karena serbuk sari menjadi
terlalu jauh menyebabkan pollen sulit sampai ke stigma pada saat penyerbukan.
Pemotongan miring ke arah lemma menyebabkan benang sari yang berada di dekat lemma
menjadi lebih terbuka daripada benang sari yang berada di dekat palea, sehingga
pengambilan benang sari yang berada di dekat palea menjadi lebih sulit karena benang sari
tertutup palea. Pengambilan kepala sari yang berada di dekat palea memerlukan kehati-
hatian dan ketelitian yang tinggi agar tidak terjadi kerusakan pada stigma, karena tinggi
benang sari sama atau lebih rendah daripada stigma dankeadaan benang sari yang tertutup
palea.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada metode Forcing dan metode clipping
tidak didapatkan hasil yang maksimal atau bisa dikatakan gagal hal ini disebabkan
mungkin waktu melakukan perlakuan terhadap kedua metode tidak sesuai dengan aturan
yang ada pada teori yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya., sehingga hasilnya
tidak ada. Pada kastrasi dengan metode forcing tingkat keberhasilan 2,2 % yang
menunjukkan lebih baik daripada metode clipping.
Diantara kedua metode tersebut berdasarkan teori clipping methode lebih efisien
untuk dilakukan, karena tidak perlu membuka bunga dengan paksaan yang sulit untuk
dekerjakan, tetapi kekurangan dari metode ini yaitu adanaya kemungkinan jatuhnya pollen
yang terbawa oleh angin ke kepala putik sebelum putik benar-benar masak untuk
melakukan penyerbukan, karena tidak adanya penghalang untuk melindungi kepala putik
dari masuknya benda asing (pollen), untuk antisipasinya maka pada saat penutupan dengan
menggunkan kertas berlilin harus serapat mungkin, hal ini dilakukan untuk menghindari
jatuhnya pollen ke kepala putik. Sedangkan kelebihan dari forcing methode yaitu,
praktikan pada saat selesai dalam mengambil benang sarinya menutup kembali bunga yang
telah dibuka dengan paksa sebelumnya, hal inilah yang menjadi nilai lebih bagi forcing
method dalam mendapatkan tingkat akurasi data yang maksimal.
V. KESIMPULAN

1. Praktikum ini menggunakan tanaman Padi ( Oryza sativa ) dalam pengamatan


kastrasi dan hibridisasi.
2. Kastrasi dan hibridisasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah dengan
Forcing Methode dan Clipping Methode.
3. Kedua metode yang digunakan memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda
beda, umumnya clipping lebih mudah daripada forcing
4. berdasarkan hasil praktikum keberhasilan kastrasi dengan metode forcing sebesar
2.2%, sedangkan pada metode clipping sebesar 0% atau dapat dikatakan gagal.
5. Tanaman padi yang digunakan sebagai control menunjukkan persentase
keberhasilan sebesar 56 %
DAFTAR PUSTAKA

Allard R. W. 1966. Principles of Plant. John Wiley & Sons, Inc. New York, USA.

Darjanto dan Satifah, 1982. Biologi Bunga dan Taknik Penyerbukan Silang Buatan.
Gramedia. Jakarta.

Jennings., P. R, W. R Scoffman, H. E. Kauffman. 1979. Rice Improvement. IRRI. Los


Banos. The Philippines.

Jenni, P.R, H.M Beachell, and M. Chuavanoj. 1964. An improved rice hybridization
technique. Crop Science (IV) : 524 – 526

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. PAU. Bogor.

Rubenstein I., Burle Gengenbach, Ronald L Philips, C Edward Green. 1980. Genetic
Improvement of Crops Emergent Techniques. University of Minnesota Press.
United States of America. .

Roemaskam,S. 1981. Cara menyilangkan tanaman. Trubus XII (139): 250-251

Saptowo, S., Pardal C. A. Wathmena, M. F. Masyhudi, S Hanan. 1994. Pengaruh umur


embrio dan genotip tanaman terhadap pertumbuhan kultur embrio muda. Zuriat
V (2): 52

Sucipto, A. 1993. Sekilas Tentang hibridisasi pada tanaman padi (Oryza Sativa). Buletin
Ilmu Terpadu IV. (21): 3-6
LAMPIRAN

Clipping Control

∑ blr ∑ blr ∑ blr ∑ blr ∑ blr


∑ blr berhasil
perlakuan berhasil perlakuan berhasil perlakuan
Ul1 12 0 20 0 20 20
Ul2 11 0 28 0 119 68
Ul3 10 0 15 0 23 0
Ul4 12 0 13 0 12 12
Ul5 12 2 21 0 16 8
Ul6 10 0 10 0 10 7
Ul7 11 0 12 0 15 11
Ul8 12 0 10 0 10 0
∑ 90 2 129 0 225 126
2.22 0.00 56
%

Perhitungan persentase keberhasilan :


1. Forcing Methode
2
= x100 %
90
= 2.22 %

2. Clipping Methode
0
= x100 %
129
= 0%
3. Kontrol

126
= x100 %
225
= 56 %
Rekap Kastrasi Hibridisasi Golongan C7

Kelompok yang sudah mengumpulkan


Data

M syahrul, Bayu.F, Ari.y Akhmad Siddik, dkk

Forcing : 0 (12) Forcing : 2 (12)


Clipping : 0 (20) Clipping : 0 (21)
Control : 20 (20) Control : 8 (16)

Shohib, Affan, Rina, Suci Adi puspo, Ahmad Fathi, Laras

Forcing : 0 (11) Forcing : 0 (10)


Clipping : 0 (28) Clipping : 0 (10)
Control : 68 (119) Control : 7 (10)

Sanjaya, Reny, Dina Ayda, Rudiman, Fuad

Forcing : 0 (10) Forcing : 0 (11)


Clipping : 0 (15) Clipping : 0 (12)
Control : 0 (23) Control : 11 (15)

Arwan, Arin, Sigit Tita, dkk

Forcing : 0 (12) Forcing : 0 (12)


Clipping : 0 (13) Clipping : 0 (10)
Control : 12 (12) Control : 0 (10)

Vous aimerez peut-être aussi