Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Y DENGAN
MOLA HIDATIDOSA DI RUANG BAUGGENVIL
RSUD TUGUREJO SEMARANG
Disusun Oleh :
TITIK WIDYASTUTI
G2A506061
A. Pengertian
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang
tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu
disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma
trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri Stroma villus
korialis langka vaskularisasi dan edematous (Prawirohardjo, 1999).
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hamper seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hirofik (Mansjoer, 1999).
B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang
menyebabkannya antara lain:
1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Keadaan sosio ekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas
C. Manifestasi Klinis
Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:
a. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa dan amenore
b. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
c. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan
seharusnya.
d. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta
tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
D. Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi
sebagai berikut:
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
destruens atau koriokarsinoma.
E. Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan
merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi
embrio. Secara histo patologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada
plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah :
satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm.
mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan
adanya sel sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak
kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau iebih
( 25-60%). Kista lutein akan berangsur - angsur mengecil dan kemudian hilang
setelah mola hidatidosa sembuh.
F. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui secara pasti adanya molahidatidosa, maka
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan
uji imunologik ( galli mainini dan planotest ) akan positif setelah
pengenceran (titrasi):
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik
cairan serebrospinal dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian
janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan
vagina, serta evaluasi keadaan servik.
3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan - pelan dan hati -
hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).
4. Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang - tulang janin ( pada
kehamilan 3-4 bulan).
5. Arteriogram khusus pelvis
6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak
terlihat janin.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan
transfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital
untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah;
barulah dengan tenang dan hati - hati evaluasi sisanya dengan
kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
1). Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan
selama 12 jam.
2). Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50 satuan oksitosin (
pitosin atau sintosinon ); cabut laminaria, kemudian setelah itu
lakukan evakuasi isi kavum uteri dengan hati - hati. Pakailah
cunam ovum yang agak besar atau kuret besar : ambillah dulu
bagian tengah baru bagian - bagian lainnya pada kavum uteri. Pada
kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin, tak
usah terlalu bersih.
3). Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan
tampon utero - vaginal selama 24 jam.
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo - patologik dalam 2
porsi:
1). Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
2). Porsi 2 : dikeluarkan dengan kuretase.
d. Berikan obat - obatan, antibiotika, uterustonika dan perbaikan keadaan
umum penderita.
e. 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke 2 untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk
pemeriksaan laboratorium.
f. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan,
ada beberapa institut yang melakukan histerotomia untuk
mengeluarkan isi rahim ( mola).
g.. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola)
: usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat
besar (mola besar) yaitu setinggi pusat atau lebih.
Faktor ovum
Mengalami keterlambatan
dalam pengeluaran
Kematian ovum
di dalam tubuh
Mengalami degenerasi
Kista-kista kecil
seperti anggur
Molahidatidosa
Tindakan invasif
3. Rencana Intervensi
Intervensi Keperawatan :
a. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
- TTV stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus
memiliki karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi
sel darah merah.
d. Observasi Nadi dan Tensi
Rasional: Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
e. Berikan diet halus
Rasional: Memudahkan penyerapan diet
f. Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel
darah merah.
g. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
Rasional Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dan transfusi.
h. Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui
pemeriksaan fisik.
A. Identitas
Nama pasien : Ny. Y
Umur : 53 tahun
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Banyu Ringin RT 01 / IV Singorejo, Semarang
3. Riwayat KB
- Jenis : Suntik 3 bulan
- Lama : 20 tahun
4. Riwayat Kesehatan
Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing, manis,
gondok dan penyakit keturunan lainnya. Tidak ada riwayat keguguran
pada anggota keluarga lainnya.
6. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum : Composmentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernafasan : 20 X/menit
Nadi : 80 X/menit
Konjungtiva : Anemis
Sclera : Anikteric
Turgor kulit : elastis
Warna kulit : agak pucat
a. Inspeksi:
Pembesaran relatif abdomen
Linea alba tidak ada
Striae pada perut sedikit
b. Palpasi
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri : 2 Jari diatas pusat.
Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :
- Vaginal Toucher : tidak ditemukan
fluks
- Portio: Lunak, nyeri goyang (-),
Pembukaan 1 Cm
- Cavum Uteri : TFU 2 jari di atas pusat.
- Adnexia Parametrium ka/ki : Nyeri tekan
(-) Massa (-)
c. Auskultasi
Doppler tidak dilakukan
7. Data Penunjang
HCG Test : Positif
Hemoglobin : 8,9 mg %
Ultra Sonografi :
Diagnosa Medik : Mola Hidatidosa
ANALISIS DATA
09.00 - Mengeluh nyeri perut
bagian bawah dan
perdarahan sudah 6
hari, badan lemah
DO :
- Perdarahan pervaginal
bergumpal
- Hb 8,9 g/dl
- Kulit agak pucat
- Mengeluh perdarahan
sudah 6 hari
DO :
- Perdarahan pervaginal
bergumpal
- Vulva kotor dan
lembab
- Menyatakan nyeri
perut bagian bawah
- Mengeluh perdarahan
sudah 6 hari
DO :
- Kadang meringis
menahan nyeri
Diagnosa Keperawatan
1. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
Rencana Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi devisit
volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
Kriteria Hasil :
- TTV stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi:
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan
Rasional: Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan
jaringan intrauteri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi dengan
nyeri yang dialami.
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang
- Tampak rileks
- Mampu istirahat dengan tepat
Intervensi:
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan
guidance mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional . Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan
dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi
Rasional : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang
dapat menurunkan nyeri disamping kecemasan
Wong, Dona L& Perry, Shanon W. (1998). Maternal Child Nursing Care, Mosby
Year Book Co., Philadelphia.