Vous êtes sur la page 1sur 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y DENGAN
MOLA HIDATIDOSA DI RUANG BAUGGENVIL
RSUD TUGUREJO SEMARANG

Disusun Oleh :
TITIK WIDYASTUTI
G2A506061

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2007
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang
tumbuh bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu
disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma
trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
Molahidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri Stroma villus
korialis langka vaskularisasi dan edematous (Prawirohardjo, 1999).
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hamper seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hirofik (Mansjoer, 1999).

B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang
menyebabkannya antara lain:
1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Keadaan sosio ekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas

C. Manifestasi Klinis
Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:
a. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa dan amenore
b. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
c. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan
seharusnya.
d. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta
tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.

D. Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi
sebagai berikut:
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan menjadi mola
destruens atau koriokarsinoma.

E. Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan
merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi
embrio. Secara histo patologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada
plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah :
satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm.
mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan
adanya sel sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak
kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau iebih
( 25-60%). Kista lutein akan berangsur - angsur mengecil dan kemudian hilang
setelah mola hidatidosa sembuh.

F. Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui secara pasti adanya molahidatidosa, maka
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan
uji imunologik ( galli mainini dan planotest ) akan positif setelah
pengenceran (titrasi):
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik
cairan serebrospinal dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian
janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan
vagina, serta evaluasi keadaan servik.
3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan - pelan dan hati -
hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).
4. Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang - tulang janin ( pada
kehamilan 3-4 bulan).
5. Arteriogram khusus pelvis
6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak
terlihat janin.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan
transfusi darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital
untuk pengeluaran sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah;
barulah dengan tenang dan hati - hati evaluasi sisanya dengan
kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
1). Pasang beberapa gagang laminaria untuk memperlebar pembukaan
selama 12 jam.
2). Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50 satuan oksitosin (
pitosin atau sintosinon ); cabut laminaria, kemudian setelah itu
lakukan evakuasi isi kavum uteri dengan hati - hati. Pakailah
cunam ovum yang agak besar atau kuret besar : ambillah dulu
bagian tengah baru bagian - bagian lainnya pada kavum uteri. Pada
kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin, tak
usah terlalu bersih.
3). Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan
tampon utero - vaginal selama 24 jam.
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo - patologik dalam 2
porsi:
1). Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
2). Porsi 2 : dikeluarkan dengan kuretase.
d. Berikan obat - obatan, antibiotika, uterustonika dan perbaikan keadaan
umum penderita.
e. 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke 2 untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim lagi hasilnya untuk
pemeriksaan laboratorium.
f. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan,
ada beberapa institut yang melakukan histerotomia untuk
mengeluarkan isi rahim ( mola).
g.. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola)
: usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat
besar (mola besar) yaitu setinggi pusat atau lebih.

2. Periksa ulang ( follow-up )


Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai
kontrasepsi pil. Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan
menyulitkan observasi. Juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa
ulang selama 2-3 tahun:
a. Setiap minggu pada triwulan pertama
b. Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.
c. Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
d. Setiap 2 bula pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
Setiap perikas ulang penting diperhatikan :
1). Gejala klinis : perdarahan, keadaan umum dll
2). Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan in spekulo : tentang
keadaan servik, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, kista lutein
bertambah kecil atau tidak dll.
3). Reaksi biologis atau imonologis air seni :
a). Satu kali seminggu sampai hasil negatif
b). Satu kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya
c). Satu kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
d). Satu kali 3 bulan selama tahun berikutnya
Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan.
Keganasan masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola
hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu,
: 62,1% dalam 12 minggu dan 79,4% dalam 24 minggu serta 97,2 % dalam
1 tahun setelah mola keluar.
3. Sitostatika profilaksis pada mola hidatidosa
Beberapa institut telah memberikan methotrexate ( MTX) pada
penderita mola dengan tujuan sebagai profilaksis terhadap keganasan. Para
ahli lain tidak setuju pemberian ini, karena disatu pihak obat ini tentu
mencegah keganasan, dan dipihak lain obat ini tidak luput dari efek
samping dan penyulit yang berta.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian MTX bila :
a. Pengamatan lanjutan sukar dilakukan
b. Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji kehamilan biasa tetap
positif
c. Pada high risk mola.
H. Pathway

Faktor ovum

Mengalami keterlambatan
dalam pengeluaran
Kematian ovum
di dalam tubuh

Mengalami degenerasi

Jangot-jangot korion yang


tumbuh berganda dan
mengandung cairan

Kista-kista kecil
seperti anggur

Molahidatidosa

Tindakan invasif

Kuretase Jaringan terdapat Kurang informasi


ulkus tentang prosedur
Perdarahan
Bakteri mudah masuk Kurang pengetahuan
Hipovolemik
Resiko jaringan ulkus Cemas
Resiko tinggi
kekurangan volume Resiko tinggi infeksi
cairan
Menstimulasi reseptor nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri


I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas
• Kelemahan.
• Kesulitan ambulasi.
b. Sirkulasi
• Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok).
• Edema jaringan.
c. ELIMINASI
• Ketidakmampuan defekasi dan flatus.
• Diare (kadang-kadang).
• Cegukan; distensi abdomen; aabdomen diam.
• Penurunan haluan urine, warna gelap.
• Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang timbul,
bising usus kasar (obstruksi), kekakuan abdomen, nyeri tekan.
Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak diatas hati (udara
bebas dalam abdomen).
d. Cairan
• Anoreksia, mual/muntah; haus.
• Muntah proyektil.
• Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.
e. Kenyamanan/Nyeri
• Nyeri abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.
f. Pernapasan
• Pernapasan dangkal, takipnea.
g. Keamanan
• Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi pasca-
melahirkan, abses retroperitoneal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat
pertahanan sekunder.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan
jaringan intrauteri.
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

3. Rencana Intervensi
Intervensi Keperawatan :
a. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
- TTV stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus
memiliki karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi
sel darah merah.
d. Observasi Nadi dan Tensi
Rasional: Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
e. Berikan diet halus
Rasional: Memudahkan penyerapan diet
f. Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel
darah merah.
g. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
Rasional Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dan transfusi.
h. Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui
pemeriksaan fisik.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat


pertahanan sekunder.
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Kriteria hasil :
- TTV dbn
- Ekspresi tenang
- Hasil lab dbn
Intervensi:
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan
bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak
enak mungkin merupakan tanda infeksi
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa
perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan
genital yang lebih luar
c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
d. Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat
dapat menyebabkan infeksi.
e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda
nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin
merupakan gejala infeksi
f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama
selama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk
kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat
memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
g. Batasi pengunjung dan ajari pengunjung untuk mencuci tangan
yang baik.
Rasional: Mencegah cross infeksi.
h. Observasi suhu tubuh.
Rasional: Mengetahui infeksi lanjut.
i. Berikan obat sesuai terapi
Rasional: Antibiotika profilaktik atau pengobatan

c. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan


jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Kriteria Hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang
- Tampak rileks
- Mampu istirahat dengan tepat
Intervensi:
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun diskripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan
guidance mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan
dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam
spectrum luas/spesifik

d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap
penyakit meningkat
Kriteria Hasil :
- Klien tenang
- Klien dapat informasi tentang penyakitnya
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap
penyakit.
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa
cemas.
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
penilaian objektif klien tentang penyakit.
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi
klien dan meningkatkan kesadaran diri klien.
d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
berkontibusi menurunkan kecemasan.
e. Terangkan hal-hal seputar Mola Hidatidosa yang perlu diketahui
oleh klien dan keluarga.
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien
untuk meningkatkan pengetahuan dan membangnn support
system keluarga; 1
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. Y DENGAN MOLA HIDATIDOSA
DI RUANG BOUGENVIL RSUD – TUGUREJO SEMARANG

Tanggal masuk : 19 Juli 2007 Jam masuk : 11.46 WIB


Ruang : Bougenvil No. Reg Med : 146245
Pengkajian : 20 Juli 2007

A. Identitas
Nama pasien : Ny. Y
Umur : 53 tahun
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Banyu Ringin RT 01 / IV Singorejo, Semarang

Nama suami : Tn. M


Umur : 56 tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan : Wiraswasta
i. Riwayat Keperawatan
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah relatif
sedikit selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami dismenorchea. Hari
pertama haid terakhir tanggal 20 Juni 2007, tanggal 14 Juli terjadi
perdarahan, di bawah ke bidan tanggal 15 Juli 2007, tanggal 19 Juli
2007 terjadi perdarahan kembali, dan baru di bawa ke RSUD Tugurejo
Semarang pada tanggal 19 Juli 2007.
b. Riwayat Kehamilan / nifas sebelumnya
Klien sebelumnya belum pernah mengalami.
Klien sudah memiliki 5 anak.

3. Riwayat KB
- Jenis : Suntik 3 bulan
- Lama : 20 tahun

4. Riwayat Kesehatan
Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing, manis,
gondok dan penyakit keturunan lainnya. Tidak ada riwayat keguguran
pada anggota keluarga lainnya.

5. Kebutuhan Dasar Khusus


a. Pola Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, dengan cukup lauk dan sayuran; klien tidak
mengalami gangguan nafsu makan, klien tidak berpantang makan.
b. Pola Aktivitas dan latihan
Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan akti vitas seperti
biasanya dan tidak menambah waktu istirahat karena klien tidak
merasa bahwa dirinya hamil. Saat ini klien merasa nyeri pada perut
bagian bawah dan perdarahan walaupun tidak terlalu mengganggu
kegiatan sehari-hari. Nyeri yang timbul terasa lebih berat saat merubah
posisi tubuh dengan cepat dan tiba-tiba.

6. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum : Composmentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernafasan : 20 X/menit
Nadi : 80 X/menit
Konjungtiva : Anemis
Sclera : Anikteric
Turgor kulit : elastis
Warna kulit : agak pucat

a. Inspeksi:
Pembesaran relatif abdomen
Linea alba tidak ada
Striae pada perut sedikit

b. Palpasi
Leopold I : Tinggi Fundus Uteri : 2 Jari diatas pusat.
Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :
- Vaginal Toucher : tidak ditemukan
fluks
- Portio: Lunak, nyeri goyang (-),
Pembukaan 1 Cm
- Cavum Uteri : TFU 2 jari di atas pusat.
- Adnexia Parametrium ka/ki : Nyeri tekan
(-) Massa (-)
c. Auskultasi
Doppler tidak dilakukan
7. Data Penunjang
HCG Test : Positif
Hemoglobin : 8,9 mg %
Ultra Sonografi :
Diagnosa Medik : Mola Hidatidosa
ANALISIS DATA
09.00 - Mengeluh nyeri perut
bagian bawah dan
perdarahan sudah 6
hari, badan lemah
DO :
- Perdarahan pervaginal
bergumpal
- Hb 8,9 g/dl
- Kulit agak pucat

- Mengeluh perdarahan
sudah 6 hari
DO :
- Perdarahan pervaginal
bergumpal
- Vulva kotor dan
lembab
- Menyatakan nyeri
perut bagian bawah
- Mengeluh perdarahan
sudah 6 hari
DO :
- Kadang meringis
menahan nyeri
Diagnosa Keperawatan
1. Devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab

Rencana Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi devisit
volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.
Kriteria Hasil :
- TTV stabil
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi:
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan
Rasional: Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan
jaringan intrauteri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi dengan
nyeri yang dialami.
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang
- Tampak rileks
- Mampu istirahat dengan tepat
Intervensi:
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan
guidance mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional . Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan
dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi
Rasional : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang
dapat menurunkan nyeri disamping kecemasan

3. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva


lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perdarahan berlangsung.
Intervensi:
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak
enak mungkin merupakan tanda infeksi.
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa
perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital
yang lebih luar.
c. Lakukan perawatan vulva
Rasional :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik
infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala
infeksi.
e. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama
selama masa perdarahan.
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk
kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat
memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
IMPLEMENTASI
No Tgl/Waktu Implementasi Respon TTD
1. 20-7-07 Mengukur jumlah cairan S : -
08.00 yang keluar O : volume darah ± 200 cc
keluar warna merah segar
bergumpal.
08.20 Menerangkan bahaya S : Klien mengatakan takut
pengeluaran cairan yang dengan perdarahan, dan
berlebihan menanyakan cara agar
perdarahan berhenti
O : klien kooperatif
08.30 Melakukan penghitungan S : -
intake dan output O : intake harian ± 1200 cc,
output ± 1400 cc
08.45 Menganjurkan cukup banyak S : Klien mengatakan akan
minum dan makan. berusaha banyak minum
O : Klien menerima semua
saran dari perawat.
Klien kooperatif
2 21-7-07 Menilai derajat nyeri S : Klien mengatakan nyeri
07.30 seperti ditekan pada
bagian bawah perut.
O : klien terlihat kesakitan
07.45 Menerangkan penyebab nyeri S : Klien mengatakan
mengerti
O : Klien kooperatif
08.00 Menganjurkan klien tidak S : Klien mengatakan akan
banyak bergerak / aktivitas mematuhi semua yang
disarankan oleh perawat
O : klien mengangguk
08.15 Menganjurkan klien untuk S : Klien mengatakan akan
memberitahu perawat bila memperhatikan kondisi
nyeri bertambah hebat. tubuhnya.
O: -
3 21-7-07 Menganjurkan pada ibu S : Klien mengatakan telah
09.00 untuk dapat mengecek berusaha memperhatikan
perdarahan. perdarahan yang terjadi
O : Klien kooperatif
09.30 Menganjurkan ibu untuk S : Klien mengatakan
membersihkan kemaluan sanggup
secara teratur. O : Klien mengangguk
09.45 Menganjurkan pada ibu S : Klien mengatakan akan
untuk segera memberitahu segera memberitahu
perawat bila ada tanda perawat bila ada tanda
demam, perdarahan berbau demam, perdarahan
atau keluar nanah. berbau atau keluar nanah.
O : Klien kooperatif
EVALUASI
No Tgl/Waktu Respon Perkembangan (SOAP) TTD
1 24-7-07 S : Klien mengatakan cukup banyak minum
08.00 O : - Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
2 24-7-07 S : Klien mengatakan nyerinya agak berkurang
08.30 O : Klien tampak tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien tentang
cara mengatasi agar tidak nyeri dengan teknik
distruksi.
3 24-7-07 S : Klien mengatakan bahwa setiap hari vulva
09.45 selalu dibersihkan
O : TD : 120/80 mmHg, N : 80 /mnt,
S : 37 oC , RR : 22 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Menganjurkan agar tidak melakukan
hubungan senggama selama masa perdarahan
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad. (1981). Obstetri Patologi, Elstar


Offset, Bandung.

JNPKKR-POGI. (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Marilynn E.Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,


Jakarta.

Rustam Mochtar. (1992). Sinopsis Obstetri Jilid I, EGC, Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo. (1999). Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Wong, Dona L& Perry, Shanon W. (1998). Maternal Child Nursing Care, Mosby
Year Book Co., Philadelphia.

_____, Protap Pelayanan Kebidanan RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Surabaya

Vous aimerez peut-être aussi