Vous êtes sur la page 1sur 3

Bryan Bhaskara Pratama

070810539
Ilmu Hubungan Internasional

Review

Teori Strukturisasi, Anthony Giddens

Teori strukturisasi oleh Anthony Gidden secara umum memandang agen dan struktur
dengan perpektif yang sedikit berbeda sebagai dualitas atau dapat diartikan bahwa agen dan
struktur dapat dipisahkan satu sama lain. Dijelaskan bahwa relasi yang terjadi antara aktor
dengan struktur memang merupakan sebuah dualitas dan bukan disebut dengan dualisme.
Dualitas yang disinggung dalam teori ini terjadi pada dimensi sosial yang dipraktekkan secara
berulang dan membentuk pola tertentu dalam lintas ruang dan waktu.
Ruang dan waktu adalah pokok sentral lain dalam teori strukturasi. Tidak ada tindakan
perilaku sosial tanpa ruang dan waktu. Ruang dan waktu menentukan bagaimana suatu perilaku
sosial terjadi. Mereka bukan semata-mata arena atau panggung suatu tindakan terjadi
sebagaimana dipahami dalam teori-teori sosial sebelumnya. Hal ini mengandung makna bahwa
praktek sosial dapat menunjukkan posisi aktor sedangkan keterulangan dan keterpolaan dari
praktik sosial merujuk pada posisi struktur. Giddens sungguh-sungguh menekankan bahwa ruang
dan waktu bukan hanya dimaknai sebagai wadah daripada sebuah tindakan sosial yang terjadi,
akan tetapi ruang dan waktu lebih merupakan unsur konstitutif dan integral dalam proses
pembentukan perilaku sosial itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa ruang dan waktu dipercaya
dapat menentukan makna tindakan tertentu di satu sisi dan menjelaskan perbedaan jenis tindakan
sosial di sisi lain.
Oleh karena itu dalam teori ini, masyarakat merupakan agregasi yang berasal dari
bermacam bentuk tindakan sosial yang terus menerus mengalami pengulangan dalam bingkai
ruang dan waktu. Tindakan atau praktek sosial yang berulang dan terpola inilah yang menjadi
objek kajian dalam ranah sosiologi.
Dalam perspektif strukturisasi, tindakan sosial dan struktur tidak dapat dianalisis secara
terpisah, seperti struktur diciptakan, dipertahankan dan diubah melalui tindakan. Sedangkan
praktek atau tindakan sosial mengandung makna bahwa aksi diberi bentuk hanya melalui latar
belakang struktur dan bagaimana garis kausalitas berjalan di dua arah sehingga mustahil untuk
menentukan siapa yang mengubah apa. Selanjutnya disinggung bahwa struktur terdiri dari aturan
dan sumber daya yang melibatkan tindakan manusia, dan aturan tersebutlah yang membatasi
tindakan sosial. Aturan-aturan ini bersama-sama dengan sumber daya yang mereka miliki
digunakan dalam interaksi sosial. Aturan dan sumber daya yang digunakan dalam cara ini tidak
deterministik, tetapi diterapkan secara refleks oleh aktor berpengetahuan. Dengan demikian,
hasil dari tindakan tidak sepenuhnya dapat diprediksi.

Teori Demokratisasi, Samuel Huntington-The Third Wave


Dalam studi ini Samuel Huntington berusaha untuk menganalisis transisi dari beberapa
negara terutama yang berada dalam kawasan Asia dan Amerika Latin yang mana bertransisi dari
nondemocratic system kepada sistem politik demokratis selama kurun waktu tahun1970an dan
1980an. Acuan dalam pemikiran ini terletak pada dorongan internasional yang luas menuju
demokrasi yang selama periode ini disebut sebagai "gelombang ketiga" atau The Third Wave.
Gelombang sebelumnya telah timbul dari kurun waktu tahun 1828 hingga 1926, dan 1943 hingga
1962. Huntington mengakui bahwa transisi demokrasi dan konsolidasi dapat menghasilkan
berbagai dinamika.
Tersaji identifikasi akan lima perubahan di dunia yang membuka jalan bagi gelombang
terbaru transisi menuju demokrasi, antara lain: 1) masalah legitimasi pendalaman otoriter
pemerintah yang dinilai tidak mampu mengatasi masalah dengan ditandai dengan kekalahan
militer dan kegagalan ekonomi; 2) ekonomi yang sedang berkembang di banyak negara yang
telah mengangkat standar hidup, tingkat pendidikan, dan urbanisasi, sementara juga
meningkatkan harapan masyarakat dan kemampuan untuk mengekspresikan mereka; 3)
perubahan dalam lembaga-lembaga keagamaan yang telah membuat mereka lebih rentan untuk
menentang otoritarianisme pemerintahan dari mempertahankan status quo; 4) mendorong untuk
mempromosikan hak asasi manusia dan demokrasi oleh aktor-aktor eksternal seperti organisasi
non-pemerintah dan Komunitas Eropa; dan 5) efek bola salju demonstrasi yang diperkuat dengan
komunikasi internasional.
Berikutnya, Huntington meneliti proses transisi dari nondemocratic kepada rezim
demokrasi. Ia membedakan empat tipe umum transisi, yang diantaranya: 1) transformasi, seperti
yang bagaimana terjadi di Spanyol, India, Hongaria, dan Brasil yang mana hanya para elit yang
berkuasa dan memimpin dalam rangka mewujudkan demokrasi; 2) penggantian, seperti yang
terjadi di Jerman Timur, Portugal, Romania, dan Argentin yang mana terdapat kelompok oposisi
yang memimpin dalam rangka mewujudkan demokrasi; 3) transplacements, seperti yang terjadi
di Polandia, Cekoslowakia, Bolivia, dan Nikaragua yang mana demokratisasi terjadi dari
tindakan bersama oleh pemerintah dan kelompok oposisi, dan yang terakhir; 4) intervensi, seperti
di Grenada dan Panama yang mana lembaga-lembaga demokrasi yang dipaksakan oleh kekuatan
luar.
Huntington juga membahas berbagai aspek stabilisasi demokratis dan prospek
konsolidasi demokrasi gelombang ketiga. Dalam persepsinya dia mencoba untuk menguraikan
sejumlah kondisi yang disukai atau mendukung konsolidasi demokrasi baru, yang terdiri atas: 1)
pengalaman dari upaya sebelumnya di demokratisasil; 2) tingkat tinggi pembangunan ekonomi;
3) lingkungan politik yang menguntungkan internasional; 4) waktu awal transisi menuju
demokrasi yang bersifat relatif terhadap gelombang seluruh dunia yang menunjukkan bahwa
dorongan untuk demokrasi berasal dari pribumi dan bukan dari pengaruh luar, dan 5)
pengalaman yang relatif damai daripada kekerasan transisi.

Konsolidasi Demokrasi, Larry Diamond


Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, paham demokrasi telah menyebar di seluruh
dunia pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagai hasil dari "gelombang ketiga"
demokratisasi global, sebanyak 117 negara, yang mana dapat dikatakan lebih dari 60 persen dari
semua negara di dunia telah menjalankan demokrasi. Gelombang demokratisasi bukan hanya
merupakan sebuah cerita tentang kemajuan demokrasi. Diamond dalam bukunya mencoba
menggunakan peringkat kebebasan tahunan, laporan hak asasi manusia, data survei opini publik,
dan studi kasus untuk menunjukkan kesenjangan yang tumbuh antara bentuk pemilihan
demokrasi dan kondisi yang lebih dalam demokrasi liberal. Aspek terakhir meliputi masyarakat
sipil aktif dan pluralistik, serta aturan hukum, perlindungan terhadap kebebasan sipil, kendala
kekuasaan negara, dan kontrol sipil terhadap militer.
Karena rendahnya kualitas demokrasi di banyak negara berkembang dan negara-negara
pasca-komunis, publik banyak dikecewakan dengan cara demokrasi. Hal ini membuat demokrasi
rentan terhadap beberapa bentuk kerusakan, seperti dengan kudeta. Berdasarkan dua dekade
penelitian dan menulis tentang demokrasi muncul, Pengembangan Demokrasi: Menuju
Konsolidasi yang didasarkan pada tulisan Samuel Huntington, The Third Wave: Demokratisasi
di Akhir Abad Dua Puluh, yang memperkenalkan konsep gelombang ekspansi demokratis.
Jika demokrasi baru gelombang ketiga adalah untuk menjadi stabil dan abadi, Diamond
berpendapat, mereka harus mengalami konsolidasi. Dia mendefinisikan konsolidasi demokrasi
sebagai pelukan norma-norma demokrasi, prinsip, dan praktek oleh semua elit utama dan
organisasi suatu negara, serta masyarakat massa.
Diamond menjelaskan bahwa demokratis harus menjadi lebih liberal, akuntabel, dan
responsif terhadap warganya. Hal ini memerlukan bangunan kuat lembaga-lembaga politik yang
lebih efektif (khususnya partai politik, sistem peradilan, dan legislatif), desentralisasi kekuasaan
ke tingkat regional dan lokal, pengendalian korupsi, dan penguatan masyarakat sipil. Media
massa, serikat buruh, ruang bisnis, asosiasi profesi, organisasi mahasiswa, dan kelompok
perempuan harus terlibat dan memeriksa apakah negara demokrasi adalah untuk berkembang.

Vous aimerez peut-être aussi