Vous êtes sur la page 1sur 38

Makalah Patofisiologi Gizi

STROKE
(STROKE ISKEMIK DAN STROKE HEMORAGIK)

Makalah ini disusun untuk memenuhi


tugas patofisiologi

Oleh :
Kelompok 1
Diah Imas Srimaryani I14050910
Nadya Bellatrix P. I14069001
Diana Lestari I14069002
Riksa Aditya P. I14070001
Titien Dwi Ariyanti I14070002
Novi Lusiyana I14070004
Rina Adila I14070005
Sri Ayu Lestari I14070008

Penanggung Jawab Mata Kuliah


dr. Yekti Hartati Efendi

MAYOR ILMU GIZI


DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sistem saraf merupakan suatu sistem dalam tubuh yang vital. Sistem
saraf terdiri atas tiga bagian, yaitu susunan saraf pusat, susunan saraf tepi, dan
susunan saraf otonom. Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang
belakang. Susunan saraf tepi terdiri atas urat saraf yang berasal dari otak dan
sumsum tulang belakang. Susunan saraf otonom terdiri dari saraf simpatik dan
saraf parasimpatik.
Fungsi utama sistem saraf adalah untuk mendeteksi, menganalisis, dan
mentransfer informasi. Innformasi digabungkan oleh sistem sensori dan
diintegrasikan oleh otak kemudian digunakan untuk ditransmisikan ke sistem
motorik untuk kontrol pergerakan, fungsi viseral, dan endokrin. Aksi ini
dikendalikan oleh neuron yang merupakan penghubung antara sistem sensori
dan motorik.
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron.
Terdapat juga sel-sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada
sistem saraf pusat terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun
demikian, sebagian besar mempunyai bagian-bagian yang sama dengan neuron
motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai tujuh tonjolan yang
disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite mempunyai
tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima
informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus.
Komponen sel saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga
satu meter yang berfungsi menyalurkan ke otot, kelenjar, dan neuron lain
(Ganong 2002).
Terhambatnya aliran darah menuju sel neuron dapat mengakibatkan
gangguan neurologis. Pemahaman tentang penyebab gangguan neurologi
memerlukan pengetahuan mekanisme molekular dan biokimia. Terdapat
beberapa gangguan neurologi antara lain Parkinson, myasthenia gravis, epilepsi,
Alzheimer, dementia, hidrosefalus, cedera medula spinalis, Hernia nukleus
pulposus dan stroke.
Stroke merupakan masalah kesehatan yang sudah lama sekali dikenal di
dunia kedokteran. Namun demikian, hingga kini, stroke masih menjadi masalah
kesehatan yang serius dan belum dapat diturunkan angka kejadiannya secara
signifikan. Stoke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah

2
nontraumatik yang terjadi secara akut pada suatu fokal area di otak, yang
berakibat terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi neurologis fokal
maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimbulkan
kematian (Wajoepramono 2005). Secara tipikal, stroke bermanisfestasi sebagai
munculnya defisit neurologis secar tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan ataupun
kelumpuhan, defisit sensorik atau bisa juga gangguan berbahasa.
Stroke secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik
dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena aterosklerosis yang
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Sedangkan stroke hemoragik terjadi
karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah normal
dan darah merembes ke suatu daerah di otak dan merusaknya.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi
stroke dan patologi umum stroke, klasifikasi penyakit stroke, gejala stroke, faktor
resiko pada stroke, dan untuk mengetahui pencegahan penyakit stroke.

3
METODE
Waktu dan Tempat
Penulisan makalah Stroke Iskemik dan Hemoragik dilakukan dengan cara
penelusuran pustaka pada tanggal 15 s. d. 29 Mei 2009. Pencarian literatur dan
informasi bertempat di perpustakaan LSI, jaringan internet IPB, dan koleksi
pribadi.
Cara Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini diperoleh dengan
menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui buku dan internet.
Kriteria Penentuan Masalah Gizi
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah tentang
patofisiologi stroke dengan fokus pada pengklasifikasian stroke serta jenis
pangan yang dapat mencegah atau membantu perawatan stroke.

4
HASIL
Data Stroke
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana
kegemukan dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika,
setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Berdasarkan data
tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang
terkena serangan stroke dan 4 dari 5 keluarga di Amerika terkena stroke.
Menurut Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan
meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir.
Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini
akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat
mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di
Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan tinggi lemak atau
kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia,
stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan
kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1
di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Kejadian stroke di Indonesia pun
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sebanyak 33 % pasien stroke
membutuhkan bantuan orang lain untuk aktivitas pribadi, 20 % membutuhkan
bantuan orang lain untuk dapat berjalan kaki, dan 75 % kehilangan pekerjaan.
Selain itu, stroke merupakan penyebab dementia (kepikunan) no. 2.
Menurut data dasar rumah sakit di Indonesia, seperti diungkapkan
Yayasan Stroke Indonesia, angka kejadian stroke mencapai 63,52 per 100.000
pada kelompok usia 65 tahun ke atas. Secara kasar, dapat dikatakan, setiap hari
terdapat dua orang Indonesia terkena stroke.

5
PEMBAHASAN

Pengaturan dalam tubuh manusia dilakukan oleh beberapa sistem. Salah


satunya adalah sistem saraf. Sistem saraf merupakan suatu sistem yang
berfungsi untuk mendeteksi, menganalisis, dan mentransfer informasi. Informasi
digabungkan oleh sistem sensori dan diintegrasikan oleh otak kemudian
digunakan untuk ditransmisikan ke sistem motorik untuk kontrol pergerakan,
fungsi viseral, dan endokrin.
Sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf tersusun atas jaringan saraf yang terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel saraf
(neuron) dan sel pendukung (neuroglia). Neuron merupakan sel yang
mempunyai kemampuan untuk menghantarkan informasi melalui mekanisme
penyampaian stimulus yang menyebabkan adanya perubahan elektrokimia.
Neuroglia adalah sel pendukung yang bersifat sebagai pelindung sel saraf.
Susunan saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang atau
dapat disebut juga batang otak. Sel otak disebut sel neuron pada otak dan
batang otak. Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar
neuron. Terdapat sel-sel glia sebanyak 10-50 kali jumlah tersebut. Neuron pada
sistem saraf pusat terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Meskipun
demikian, sebagian besar mempunyai bagian-bagian yang sama dengan neuron
motorik spinal yang khas. Sel ini mempunyai lima sampai tujuh tonjolan yang
disebut dendrite. Khususnya di korteks serebri dan serebeli, dendrite mempunyai
tonjolan-tonjolan bulat kecil yang disebut tonjolan dendrite. Dendrite menerima
informasi dari neuron lain menuju badan sel. Badan sel mengandung nukleus.
Komponen sel saraf lainnya yaitu axon yang dapat mencapai panjang hingga
satu meter yang berfungsi menyalurkan ke otot, kelenjar, dan neuron lain
(Ganong 2002).
Terganggunya aliran darah menuju otak dapat menyebabkan disfungsi sel
saraf. Darah berfungsi mengangkut oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh
jaringan otak. Otak mengandung banyak sel saraf yang berfungsi mengontrol,
mendeteksi, dan mentransfer informasi. Bila suplai darah terputus akan terjadi
kematian jaringan otak, akibatnya bagian tubuh yang dikendalikan oleh bagian
otak tersebut tidak dapat berfungsi. Kematian sel saraf pusat dapat permanen
karena tidak diikuti oleh pembentukan jaringan baru.

6
Berikut ini merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh
gangguan neurologis:
1. Parkinson
Parkinson merupakan gejala klinis dari rigiditas, bradykinesia, tremor, dan
ketidakstabilan postural. parkinson juga dapat disebabkan oleh beberapa
racun seperti toksisitas mangan, karbon disulfida, dan karbon monoksida.
2. Myasthenia gravis
Kelainan autoimun transmisi neuromuskular. Gejala klinisnya yaitu
adanya kelelahan yang fluktuatif dan kelemahan yang meningkat setelah
periode istirahat dan dihambatnya asetilkolinesterase.
3. Epilepsi
Epilepsi merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Serangan epilepsi
adalah pelepasan mendadak energi listrik secara berlebihan oleh neuron
dalam sistem saraf pusat didalam korteks atau diensefalon yang secara
struktur normal atau berpenyakit. Pelepasan itu dapat memicu gerakan
konvulsi (kejang), interupsi sensasi, perubahan kesadaran atau kombinasi
gangguan tersebut. Serangan dapat berasal dari berbagai faktor: metabolik,
toksik, degeneratif, infeksi, genetik, neoplastik, traumatik atau yang tidak
diketahui.
4. Dementia and Alzheimer
Dementia adalah menurunnya fungsi intelektual yang menyebabkan
ketergantungan sosial. Dimentia merupakan gangguan pada ingatan dan
sedikitnya area lain pada fungsi kortikal seperti bahasa, menghitung,
orientasi spasial, membuat keputusan, dan kemampuan abstraksi. Alzeimer
adalah penyebab utama dementia. Merupakan kelainan yang terjadi
perlahan-lahan selama 5-10 tahun dan secara tipikal dimulai dengan
ganngguan belajar dan mengingat sesuatu yang baru.
5. Stroke
Stroke merupakan keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan
karena tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup. Apabila
karena sesuatu hal aliran darah atau aliran pasokan oksigen dan nutrisi ini
terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke.
6. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan pertambahan jumalah cairan serebrospinal dalam
ventrikel. Penyebab utama adalah obstruksi aliran keluar CSS.

7
7. Cedera medula spinalis
Cedera medula spinalis umunya terjadi karena trauma. Mekanisme umum
cedera medula spinalis adalah akibat impak trauma, yaitu hiperekstensi atau
hiperfleksi. Cidera pada vetebra dapat mencederai medula spinalis.
8. Hernia nukleus pulposus (HNP)
HNP kebanyakan disebabkan karena trauma atau mengangkat berat. Gejala
gangguan ini berupa sakit, hilangnya sensasi, paralisis. Lokasi paling sering
diserang adalah lumbo-sakral dan sevikal.
Definisi Stroke
Stroke adalah terminologi klinis untuk gangguan sirkulasi darah non
traumatik yang terjadi secara akut pada suatu fokal area di otak, yang berakibat
terjadinya keadaan iskemia dan gangguan fungsi neurologis fokal maupun
global, yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimmbulkan
kematian. Dalam hitungan detik dan menit, sel otak yang tidak mendapatkan
aliran darah yang adekuat lagi akan mati melalui berbagai proses patologis.
Secara tipikal, stroke bermanifestasi sebagai munculnya defisit neurologis secara
tiba-tiba, seperti kelemahan gerakan atau kelumpuhan, defisit sensorik, atau bisa
juga gangguan berbahasa (Wahjoepramono 2005).
Stroke secara medis merupakan gangguan aliran darah pada salah satu
bagian otak yang menyebabkan terjadinya defisit neurologis. Secara klinis, stroke
ditandai oleh hilangnya fungsi otak secara lokal atau global yang terjadi
mendadak dan disebabkan semata-mata oleh gangguan peredaran darah otak.
Defisit neurologis terjadi selama 24 jam atau lebih, dapat mengalami perbaikan,
menetap, memburuk atau penderita meninggal (Garnadi 2008).
Patologi umum Stroke
Otak merupakan jaringan yang memiliki tingkat metabolisme paling tinggi.
Meskipun masa yang dimiliki hanya sekitar 2% dari masa keseluruhan tubuh,
jaringan otak menggunakan hingga 20% dari total curah jantung. Curah jantung
digunakan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan glukosa dan oksigen yang
diperlukan jaringan otak untuk metabolismenya.
Gejala fokal dan tanda-tanda gangguan fungsi otak pada stroke akan
muncul sesuai dengan area dari jaringan otak yang mengalami gangguan aliran
darah. Dengan demikian, gejala yang muncul sering kali dapat memberikan
prediksi yang baik mengenai lokasi terjadinya sumbatan pada pembuluh darah.
Gejala fokal yang terlokalisir ini terutama dijumpai pada stroke yang bersifat

8
iskemik. Sedangkan pada stroke hemoragik, gejala fokal sering kali kurang jelas
dan kurang memberikan prediksi lokasi tertentu.
Hal ini berkaitan dengan sifat stroke hemoragik dimana umumnya segera
terjadi berbagai komplikasi perdarahan otak, seperti peningkatan tekanan intra
kranial, edema otak, kompresi jaringan otak dan pembuluh darah, dan
terdispersinya darah yang keluar ke berbagai arah sehingga memberikan
gangguan fungsi otak di daerah selain terjadinya perdarahan.
Sebagian besar kasus stroke iskemik, dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik neuroligis, akan diperoleh informasi yang cukup jelas untuk
melokalisir lokasi lesi terdapat dan disisi sebelah mana dari otak. Sebagai
contoh, lesi akan terdapat pada sisi berlawanan (kontralateral) dari hemiparesis
atau hemisensorik yang dialami pasien. Gejala afasia juga akan didapat bila lesi
terletak pada sisi kiri otak. Selain itu, dapat pula diprediksi apakah lesi terdapat
pada sistem sirkulasi serebri anterior atau posterior dari sirkulus willisi, yaitu
sistem sirkulasi darah yang terdapat di dasar otak yang menjadi sumber aliran
darah otak.
Berdasrkan lokasi area otak yang dialirinya, serangan stroke pada sistem
sirkulasi posterior akan memberikan gejala disfungsi batang otak, termasuk
koma, drop attack (lumpuh tiba-tiba tanpa gangguan kesadaran), vertigo,
nausea, vomitus, kelumpuhan nervus kranialis, ataksia, dan defisit
sensorimotorik yang menyilang (defisit pada wajah salah satu sisi dan pada
tubuh/ekstremitas sisi kontralateralnya). Hemiparesis, hemisensorik, dan defisit
lapangan pandang dapat pula terjadi, namun gejala ini tidak spesifik pada stroke
di sirkulasi posteriol.
Setelah fase akut stroke tertangani, maka pasien perlu segera
mendapatkan terapi rehabilitasi medik. Hal ini perlu karena bentuk, masalah,
pola penyembuhan, situasi sosial, dan respon terhadap pengobatan yang
berbeda-beda pada setiao pasien stroke maka sangat diperlukan perencanaan
program rehabilitasi yang bersifat individual. Beberapa hal yang bersifat umum
dalam penatalaksaan rehabilitasi medik pasien stroke yaitu : perawatan secara
holistik, terapi dengan gangguan terarah, lingkunagan dan waktu terapi,
problema psikososial, dan rehabilitasi pada fase akut.
Faktor Resiko Stroke
Setiap orang selalu mendambakan hidup nyaman, sehat dan bebas dari
berbagai macam tekanan. Namun, keinginan tersebut tidak diimbangi dengan

9
pola hidup yang memadai. Pola hidup yang tidak baik tersebut dapat
menyebabkan masalah kesehatan. Faktor potensial kejadian stroke dibedakan
menjadi 2 kategori besar yakni:
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa semakin tua usia, semakin
besar pula risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan adanya proses
degenerasi (penuan) yang terjadi secara alamiah dan pada umumnya
pada orang lanjut usia, pembuluh darahnya lebih kaku oleh sebab adanya
plak (atherosklerosis).
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini diduga terkait bahwa laki-laki cenderung
merokok. Rokok itu sendiri ternyata dapat merusak lapisan dari pembuluh
darah tubuh yang dapat mengganggu aliran darah.
Herediter
Hal ini terkait dengan riwayat stroke pada keluarga. Orang dengan riwayat
stroke pada kelurga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena stroke
dibandingkan dengan orang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.
Ras/etnik
Dari berbagai penelitian diyemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang
lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan dengan ras kulit hitam.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Hipertensi (darah tinggi)
Orang yang mempunyai tekanan darah yang tinggi memiliki peluang
besar untuk mengalami stroke. Bahkan hipertensi merupakan penyebab
terbesar (etiologi) dari kejadian stroke itu sendiri. Hal ini dikarenakan
pada kasus hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh dimana
diameter pembuluh darah akan mengecil (vasokontriksi) sehingga darah
yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Dengan pengurangan aliran
darah otak (ADO) maka otak akan akan kekurangan suplai oksigen dan
juga glukosa (hipoksia), karena suplai berkurang secara terus menerus,
maka jaringan otak lama-lama akan mengalami kematian.

10
Penyakit jantung
Adanya penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infak miokard
(kematian otot jantung) juga merupakan faktor terbesar terjadinya stroke.
Seperti kita ketahui, bahwa sentral dari aliran darah di tubuh terletak di
jantung. Bilamana pusat mengaturan aliran darahnya mengalami
kerusakan, maka aliran darah tubuh pun akan mengalami gangguan
termasuk aliran darah yang menuju ke otak. Karena adanya gangguan
aliran, jaringan otak pun dapat mengalami kematian secara mendadak
ataupun bertahap.
Diabetes melitus
Diabetes melitus (DM) memiliki risiko untuk mengalami stroke. Hal ini
terkait dengan pembuluh darah penderita DM yang umumnya menjadi
lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar
glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian
jaringan otak.
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan dimana kadar kolesterol
didalam darah berlebih (hiper = kelebihan). Kolesterol yang berlebih
terutama jenis LDL akan mengakibatkan terbentuknya plak/kerak pada
pembuluh darah, yang akan semakin banyak dan menumpuk sehingga
dapat mengganggu aliran darah.
Obesitas
Kegemukan juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Hal
tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah
pada orang dengan obesitas, dimana biasanya kadar LDL (lemak jahat)
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar HDLnya (lemak
baik/menguntungkan).
Merokok
Berdasarkan penelitian didapatkan, bahwa orang-orang yang merokok
ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat
mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh
darah menjadi sempit dan kaku dengan demikian dapat menyebabkan
gangguan aliran darah.

11
Jenis-Jenis Stroke
Secara garis besar berdasarkan kelainan patologis yang terjadi, stroke
dapat diklasifikasikan sebagai stroke iskemik dan stroke hemoragik (perdarahan)
(Wahjoepramono 2005). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti
karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh
darah. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak
dan merusaknya.

Gambar 1 Jenis-jenis stroke


1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik disebut juga stroke sumbatan atau stroke infark
dikarenakan adanya kejadian yang menyebabkan aliran darah menurun atau
bahkan terhenti sama sekali pada area tertentu di otak, misalnya terjadinya
emboli atau trombosis. Penurunan aliran darah ini menyebabkan neuron berhenti
berfungsi. Aliran darah kurang dari 18 ml/100 mg/menit akan mengakibatkan
iskemia neuron yang sifatnya irreversibel (Wahjoepramono 2005). Hampir

12
sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini (Misbach &
Kalim 2007).
Aliran darah ke otak pada stroke iskemik terhenti karena aterosklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau adanya bekuan
darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Penyumbatan
dapat terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu
ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena
setiap arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar
otak (Misbach dan Kalim 2007).
Terjadinya hambatan dalam aliran darah pada otak akan mengakibatkan
sel saraf dan sel lainnya mengalami gangguan dalam suplai oksigen dan
glukosa. Bila gangguan suplai tersebut berlangsung hingga melewati batas
toleransi sel, maka akan terjadi kematian sel. Sedangkan bila aliran darah dapat
diperbaiki segera, kerusakan dapat diminimalisir (Wahjoepramono 2005).

Gambar 2 Stroke iskemik


Mekanisme terjadinya stroke iskemik secara garis besar dibagi menjadi
dua, yaitu akibat trombosis atau akibat emboli. Diperkirakan dua per tiga stroke
iskemik diakibatkan karena trombosis, dan sepertiganya karena emboli. Akan
tetapi untuk membedakan secara klinis, patogenesis yang terjadi pada sebuah
kasus stroke iskemik tidak mudah, bahkan sering tidak dapat dibedakan sama
sekali.
Trombosis dapat menyebabkan stroke iskemik karena trombosis dalam
pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya oklusi (gerak menutup atau
keadaan tertutup) arteri serebral yang besar, khususnya arteri karotis interna,
arteri serebri media, atau arteri basilaris. Namun, sesungguhnya dapat pula
terjadi pada arteri yang lebih kecil, yaitu misalnya arteri-arteri yang menembus

13
area lakunar dan dapat juga terjadi pada vena serebralis dan sinus venosus
(Wahjoepramono 2005).
Stroke karena trombosis biasanya didahului oleh serangan TIA (Transient
ischemic attack). Gejala yang terjadi biasanya serupa dengan TIA yang
mendahului, karena area yang mengalami gangguan aliran darah adalah area
otak yang sama. TIA merupakan defisit neurologis yang terjadi pada waktu yang
sangat singkat yaitu berkisar antara 5-20 menit atau dapat pula hingga beberapa
jam, dan kemudian mengalami perbaikan secara komplit. Meskipun tidak
menimbulkan keluhan apapun lagi setelah serangan, terjadinya TIA jelas
merupakan hal yang perlu ditanggapi secara serius karena sekitar sepertiga
penderita TIA akan mengalami serangan stroke dalam 5 tahun. Dalam keadaan
lain, defisit neurologis yang telah terjadi selama 24 jam atau lebih dapat juga
mengalami pemulihan secara komplit atau hampir komplit dalam beberapa hari.
Keadaan ini kerap diterminologikan sebagai stroke minor atau reversible
ischemic neurological defisit (RIND).
Emboli menyebabkan stroke ketika arteri di otak teroklusi oleh adanya
trombus yang berasal dari jantung, arkus aorta, atau arteri besar lain yang
terlepas dan masuk ke dalam aliran darah di pembuluh darah otak. Emboli pada
sirkulasi posterior umumnya mengenai daerah arteri serebri media atau
percabangannya karena 85% aliran darah hemisferik berasal darinya. Emboli
pada sirkulasi posterior biasanya terjadi pada bagian apeks arteri basilaris atau
pada arteri serebri posterior.
Stroke karena emboli memberikan karakteristik dimana defisit neurologis
langsung mencapai taraf maksimal sejak awal (onset) gejala muncul. Seandainya
serangan TIA sebelum stroke terjadi karena emboli, gejala yang didapatkan
biasanya bervariasi. Hal ini dikarenakan pada TIA yang terjadi mendahului stroke
iskemik karena emboli, umumnya mengenai area perdarahan yang berbeda dari
waktu ke waktu.
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di
dalam darah yang kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan
arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya
bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu
katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi
pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan
katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium). Emboli

14
lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam
aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intrakranial non traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam
suatu daerah di otak dan merusaknya.

Gambar 3 Stroke hemoragik


Hampir 70% kasus strok hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik meliputi perdarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage)
dan perdarahan di antara bagian dalam dan luar lapisan pada jaringan yang
melindungi otak (subarachnoid hemorrhage). Gangguan lain yang meliputi
perdarahan di dalam tengkorak termasuk epidural dan hematomas subdural,
yang biasanya disebabkan oleh luka kepala. Gangguan ini menyebabkan gejala
yang berbeda dan tidak dipertimbangkan sebagai stroke. Berikut ini adalah
penjelasan lebih rinci mengenai jenis-jenis stroke hemoragik:
2.1 Intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral)
Perdarahan intraserebral terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke
dalam jaringan parenkim yang disebabkan ruptur arteri perforantes dalam.
Stroke jenis ini berjumlah sekitar 10% dari seluruh stroke tetapi memiliki
persentase kematian lebih tinggi dari yang disebabkan stroke lainnya. Di
antara orang yang berusia lebih tua dari 60 tahun, perdarahan intraserebral
lebih sering terjadi dibandingkan perdarahan subarakhnoid.
Perdarahan intraserebral sering terjadi di area vaskularis dalam pada
lapisan hemisfer serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada
pembuluh darah berkaliber kecil dan terdapat lapisan dalam (deep arteries).
Perdarahan intraserebral sangat sering terjadi ketika tekanan darah tinggi
kronis (hipertensi) melemahkan arteri kecil, menyebabkannya menjadi

15
pecah. Korelasi hipertensi sebagai kausatif perdarahan ini dikuatkan dengan
pembesaran vertikel jantung sebelah kiri pada kebanyakan pasien.
Hipertensi yang menahun memberikan resiko terjadinya stroke hemoragik
akibat pecahnya pembuluh darah otak diakibatkan karena adanya proses
degeneratif pada dinding pembuluh darah.
Beberapa orang yang tua memiliki kadar protein yang tidak normal
disebut amyloid yang menumpuk pada arteri otak. Penumpukan ini (disebut
amyloid angiopathy) melemahkan arteri dan bisa menyebabkan perdarahan.
Umumnya penyebabnya tidak banyak, termasuk ketidaknormalan pembuluh
darah yang ada ketika lahir, luka, tumor, peradangan pada pembuluh darah
(vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam
dosis yang terlalu tinggi. Gangguan perdarahan dan penggunaan
antikoagulan meningkatkan resiko sekarat dari perdarahan intraserebral.
Perdarahan intraserebral ini merupakan jenis stroke yang paling
berbahaya. Lebih dari separuh penderita yang memiliki perdarahan yang
luas, meninggal dalam beberapa hari. Penderita yang selamat biasanya
kembali sadar dan sebagian fungsi otaknya kembali, karena tubuh akan
menyerap sisa-sisa darah.
2.2 Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid)
Perdarahan subarakhnoid adalah perdarahan ke dalam ruang (ruang
subarachnoid) diantara lapisan dalam (pia mater) dan lapisan tengah
(arachnoid mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges).
Penyebab yang paling umum adalah pecahnya tonjolan pada pembuluh
(aneurisma). Biasanya, pecah pada pembuluh menyebabkan tiba-tiba, sakit
kepala berat, seringkali diikuti kehilangan singkat pada kesadaran.
Perdarahan subarakhnoid adalah gangguan yang mengancam nyawa yang
bisa cepat menghasilkan cacat permanen yang serius. Hal ini adalah satu-
satunya jenis stroke yang lebih umum terjadi pada wanita.
Perdarahan subarakhnoid biasanya dihasilkan dari luka kepala.
Meskipun begitu, perdarahan mengakibatkan luka kepala yang
menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dipertimbangankan sebagai
stroke. Perdarahan subarakhnoid dipertimbangkan sebagai sebuah stroke
hanya ketika hal itu terjadi secara spontan, yaitu ketika perdarahan tidak
diakibatkan dari kekuatan luar, seperti kecelakaan atau jatuh.

16
Perdarahan spontan biasanya diakibatkan dari pecahnya secara tiba-
tiba aneurisma di dalam arteri cerebral. Aneurisma menonjol pada daerah
yang lemah pada dinding arteri. Aneurisma biasanya terjadi dimana cabang
nadi. Aneurisma kemungkinan hadir ketika lahir (congenital), atau mereka
berkembang kemudian, setelah tahunan tekanan darah tinggi melemahkan
dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subarakhnoid diakibatkan dari
aneurisma sejak lahir.
Perdarahan subarakhnoid terkadang diakibatkan dari pecahnya jaringan
tidak normal antara arteri dengan pembuluh (arteriovenous malformation) di
otak atau sekitarnya. Arteriovenous malformation kemungkinan ada sejak
lahir, tetapi hal ini biasanya diidentifikasikan hanya jika gejala terjadi. Jarang,
penggumpalan darah terbentuk pada klep jantung yang terinfeksi,
mengadakan perjalanan (menjadi embolus) menuju arteri yang mensuplai
otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang. Arteri tersebut bisa
kemudian melemah dan pecah.
Gejala Umum Stroke
Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus
memperoleh informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah
serangan otak yang secara sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang
harus dimengerti dan sangat dipahami. Hal ini penting agar semua orang
mempunyai kewaspadaan yang tinggi terhadap bahaya serangan stroke. Secara
umum gejala stroke antara lain adalah:
 Kelemahan atau kelumpuhan dari anggota badan yang dipersarafi.
 Kesulitan menelan
 Kehilangan kesadaran (Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh)
 Nyeri kepala
 Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
 Penglihatan ganda.
 Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
 Pergerakan yang tidak biasa.
 Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
 Ketidakseimbangan dan terjatuh.
 Pingsan.
 Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah.

17
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:
1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku,
menurunnya fungsi sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan
membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan,
refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak
jantung terganggu, lidah lemah.
3. Cerebral cortex: afasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect,
kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam,
dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan
serangan kecil atau serangan awal stroke.
Stroke iskemik dan hemoragik menampakkan gejala awal yang sama,
misalnya anggota gerak pertama-tama terasa lemah, lalu semakin parah dan
lumpuh. Penderita juga mengalami gangguan penglihatan dan kaki sering
kesemutan. Bila telah terserang, dokter biasanya akan mudah mendeteksi. Bila
hanya organ sebelah kiri yang lumpuh, berarti serangan stroke terjadi disebelah
kanan dan sebaliknya (Sutrisno 2007). Gejala stroke iskemik tergantung pada
lokasi dan luasnya sumbatan atau perdarahan (Gendo 2007).
Bentuk ringan stroke dikenal dengan Serangan Otak Sepintas (Transient
Ischaemic Attack/TIA). Gejala terkadang hanya berupa rasa lemah di satu sisi
wajah, atau mungkin rasa kesemutan di lengan atau tungkai. Ada pula yang
mengeluhkan gangguan dari fungsi berbicara. Gejala stroke ringan biasanya
akan kembali normal dalam waktu cepat, kurang dari satu jam. Gejala stroke
yang lebih berat umumnya akan menimbulkan gejala yang lebih khas, seperti
kelumpuhan.
Gejala stroke iskemik
Gejala klinis stroke iskemik dapat terjadi pada lokasi yang berbeda
tergantung neuroanatomi dan vaskularisasi yang diserang, antara lain:
1. Arteri serebri anterior
Arteri serebri anterior merupakan arteri yang memberikan suplai
darah ke area korteks serebri parasagital, yang mencakup area korteks
motorik dan sensorik untuk anggota gerak bawah kontralateral, juga
merupakan pusat inhibitoris dari kandung kemih (pusat miksi).

18
Gejala yang akan timbul apabila terjadi gangguan pada aliran darah
serebri anterior adalah paralisis kontralateral dan gangguan sensorik yang
mengenai anggota gerak bawah. Selain itu, dapat pula dijumpai gangguan
kendali dari miksi karena kegagalan dalam inhibisi refleks kontraksi kandung
kemih, dengan dampak terjadi miksi yang bersifat presipitatif.

2. Arteri serebri media


Arteri serebri media merupakan arteri yang mensuplai sebagian
besar dari hemisfer serebri dan struktur subkortikal dalam, yang mencakup
area divisi kortikal superior, inferior, dan lentikolostriaka.
Gejala yang akan timbul apabila mengenai divisi kortikal superior
yaitu menimbulkan hemisensorik kontralateral dengan distribusi serupa,
tetapi tanpa disertai hemianopia homonimus. Seandainya hemisfer yang
terkena adalah sisi dominan, gejala juga akan disertai dengan afasia Brocca
(afasia ekspresif) yang memiliki ciri berupa gangguan ekspresi berbahasa.
Gejala pada divisi kortikal inferior jarang terserang secara tersendiri, dapat
berupa homonimus hemianopia kontralateral, gangguan fungsi sensorik
kortikal, seperti graphestesia, stereonogsia kontralateral, gangguan
pemahaman spasial, anosognosia, gangguan identifikasi anggota gerak
kontralateral, dan apraksia. Pada lesi yang mengenai sisi dominan, maka
akan terjadi pula afasia Wernicke (afasia reseptif).
Apabila stroke terjadi akibat oklusi di daerah bifurkasio atau
trifurkasio (lokasi percabangan arteri serebri media) dimana merupakan
pangkal dari divisi superior dan inferior, maka akan terjadi stroke yang berat.
Dengan demikian, akan terjadi hemiparesis dan hemisensorik kontralateral,
yang lebih melibatkan wajah dan lengan dibanding kaki, terjadi homonimus
hemianopia, dan bila mengenai sisi dominan akan terjadi afasia global
(perseptif dan ekspresif).
Oklusi yang terjadi di pangkal arteri serebri media akan
mengakibatkan aliran darah ke cabang lentikulostriata terhenti dan akan
terjkadi stroke yang lebih hebat. Sebagai dampaknya, selain gabungan
gejala pada oklusi di bifurkarsio atau trifurkarsio seperti yang disebutkan di
atas, juga akan didapatkan gejala paralisis kaki sisi kontralateral.

19
3. Arteri karotis interna
Arteri karotis interna merupakan arteri yang berpangkal pada ujung
arteri karotis komunis yang membelah dua. Arteri karotis interna bercabang-
cabang menjadi arteri serebri anterior dan media, juga menjadi arteri
oftalmikus yang memberikan suplai darah ke retina.
Berat ringannya gejala yang ditimbulkan akibat oklusi arteri karotis
interna ditentukan oleh aliran kolateral yang ada. Kurang lebih sekitar 15%
stroke iskemik yang disebabkan oklusi arteri karotis interna ini akan didahului
oleh gejala TIA atau gejala gangguan penglihatan monokuler yang bersifat
sementara, yang mengenai retina mata sisi ipsilateral.
Secara keseluruhan, gejala yang muncul merupakan gabungan dari
oklusi arteri serebri media dan anterior ditambah gejala akibat oklusi arteri
oftalmikus yang muncul sebagai hemiplegia dan hemisensorik kontralateral,
afasia, homonimus hemianopia, dan gangguan penglihatan ipsilateral.
4. Arteri serebri posterior
Arteri serebri posterior merupakan cabang dari arteri basilaris yang
memberikan aliran darah ke korteks oksipital serebri, lobus temporalis
medialis, talamus, dan bagian rostral dari mesensefalon. Emboli yang
berasal dari arteri basilaris dapat menyumbat arteri ini.
Gejala yang muncul apabila terjadi oklusi pada arteri serebri posterior
menyebabkan terjadinya homonimus hemianopia yang mengenai lapangan
pandang kontralateral. Sedangkan oklusi yang terjadi pada daerah awal
arteri serebri posterior pada mesensefalon akan memberikan gejala paralisis
pandangan vertikal, gangguan nervus kranialis okulomotorik, oftalmoplagia
internuklear, dan defiasi vertikal drai bola mata.
Apabila oklusi mengenai lobus oksipital sisi hemisfer dominan, dapat
terjadi afasia anomik (kesulitan menyebutkan nama benda), aleksia tanpa
agrafia (tidak dapat membaca tanpa kesulitan menulis), agnosia visual
(ketidakmampuan untuk mengidentfikasi objek yang ada di sisi kiri), dan
akibat adanya lesi di korpus kalosum menyebabkan terputusnya hubungan
korteks visual kanan dengan area bahasa di hemisfer kiri. Oklusi yang
mengenai kedua arteri serebri posterior (kanan dan kiri) mengakibatkan
penderita mengalami kebutaan kortikal, gangguan ingatan dan
prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah yang sebenarnya sudah
dikenali).

20
5. Arteri basilaris
Arteri basilaris merupakan gabungan dari sepasang arteri vertebra.
Cabang dari arteri basilaris memberikan suplai darah untuk lobus oksipital,
lobus temporal media, talamus media, kapsula internal krus posterior, batang
otak dan serebelum.
Gejala yang muncul akibat oklusi trombus arteri basilaris
menimbulkan defisit neurologis bilateral dengan keterlibatan beberapa
cabang arteri. Trombosis basiler mempengaruhi bagian proksimal dari arteri
basilaris yang memberikan darah ke pons. Keterlibatan sisi dorsal pons
mengakibatkan gangguan pergerakan mata horizontal, adanya nigtagmus
vertikal, dan gerakan okular lainnya seperti konstriksi pupil yang reaktif,
hemiplegi yang sering disertai koma dan sindrom oklusi basiler dengan
penurunan kesadaran.
Emboli dari arteri vertebralis yang menyumbat bagian distal arteri
basilaris mengakibatkan penurunan aliran darah menuju formasio retikularis
asendens di mesensefalon dan talamus sehingga timbul penurunan
kesadaran. Sedangkan emboli yang lebih kecil dapat menyumbat lebih
rostral dan pada kasus demikian, mesensefalon, talamus, lobus temporal,
dan oksipital dapat mengalami infark. Kondisi ini dapat mengakibatkan
gangguan visual (hemianopia homonim, buta kortikal), visiomotor (gangguan
gerak konvergen, paralisis penglihatan vertikal, diplopia), dan prilaku
(terutama disorientasi) abnormal tanpa gangguan motorik.
6. Cabang vertebrobasilar Sirkumferensial
Cabang sirkumferesial dari arteri vertebralis dan basilaris adalah
arteri sereberalis inferior posterior, sereberalis inferior anterior, dan
sereberalis superior.
Gejala yang terjadi akibat oklusi arteri sereberalis inferior posterior
mengakibatkan sindrom medular lateral (Wallenberg’s syndrome). Sindrom
ini dapat disertai ataksia sereberalis ipsilateral, sindrom Horner, defisif
sensoris wajah, hemihipertesi alternan, nistagmus, vertigo, mual muntah,
disfagia, disartria, dan cegukan. Oklusi arteri sereberalis inferior anterior
akan mengakibatkan infark sisi lateral dari kaudal pons dan menimbulkan
sindrom klinis seperti paresis otot wajah, kelumpuhan pandangan, ketulian,
dan tinitus. Oklusi arteri sereberalis superior akan mengakibatkan sindrom

21
lateral rostral pons yang menyerupai lesi dengan disertai adanya optokinetik
nistagmus atau skew deviation.
7. Cabang vertebrobasiler paramedian
Cabang arteri paramedian memberi aliran darah sisi medial batang
otak mulai dari permukaan ventral hingga dasar ventrikel IV. Struktur pada
regio ini meliputi sisi medial pedunkulus sereberi, jaras sensorik, nukleus
rubra, formasio retikularis, nukleus kranialis (N.III, N. IV, N.VI, N.XII).
Gejala yang diakibatkan oleh oklusi arteri ini tergantung dimana
oklusi terjadi. Oklusi pada mesensefalon menimbulkan paresis nervus
okulomotor (N.III) ipsilateral disertai ataksia. Paresis nervus abdusen (N.VI)
dan nervus fasialis (N.VII) ipsilateral terjadi pada lesi daerah pons, sedang
paresis nervus hipoglosus (N.XII) terjadi jika letak lesi setinggi medula
oblongata. Manifestasi klinis dapat berupa koma apabila lesi melibatkan
kedua sisi batang otak.
8. Cabang vertebrobasilar basalis
Percabangan ini berasal dari arteri sirkumferensial yang memasuki
sisi vertebral batang otak dan memberi aliran darah jaras motorik batang
otak. Gejala yang ditimbulkan akibat oklusi arteri basilaris yaitu hemiparesis
kontralateral, dan apabila nervus kranialis (N.III, N.VI, N.VII) terkena
terjadilah paresis nervus kranialis ipsilateral.
9. Infark lakunar
Infark lakunar sering terjadi pada nukleus dalam dari otak (putamen
37%, talamus 14%, nukleus kaudatus 10%, pons 26%, kapsula interna krus
posterior 10%). Terdapat 4 macam sindrom infark lakunar yaitu hemiparesis
murni, stroke sensorik murni, hemiparesis ataksik, dan sindroma dysarthria-
clumsy hand.
Gejala Stroke Hemoragik
1. Perdarahan Intraserebral
Gejala yang diakibatkan oleh perdarahan intraserebral yaitu onset yang
hampir selalu timbul pada saat beraktivitas dan terkadang terjadi saat pasien
dalam keadaan tidur (hanya 3%). Gejala yang paling umum ditemukan adalah
sakit kepala dan muntah. Walaupun tidak spesifik dan tergantung lokasi lesi, hal
ini membedakannya dengan stroke iskemik. Sakit kepala pada saat onset
merupakan suatu gejala klinis yang penting pada pasien dengan perdarahan

22
lobar, diakibatkan karena adanya distensi lokal, distorsi, atau peregangan
struktur intrakranial superfisial yang sensitif terhadap rasa sakit.
Gejala lainnya yaitu kejang yang menunjukkan adanya suatu perdarahan
lobaris dibandingkan perdarahan pada bagian yang lebih dalam. Kecepatan
penurunan kesadaran pada pasien bervariasi sesuai lokasi dan luas perdarahan
yang terjadi.
Mayoritas kasus dari perdarahan intraserebral terdapat pada
kompartemen supratentorial dan sebagian lagi pada bagian hemisfer serebral,
ganglia basalis, dan talamus. Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis
perdarahan yang dapat terjadi pada stroke perdarahan dan gejala yang
diakibatkannya:
1.1 . Perdarahan Putaminal
Perdarahan putaminal merupakan bentuk perdarahan intracerebral
yang paling sering terjadi. Gambaran klasik dari perdarahan putaminal
adalah kelemahan motorik unilateral yang diikuti abnormalitas sensorik
visual dan perilaku. Apabila lesi mengenai hemisfer sisi dominan akan
terjadi afasia global, sedangkan bila mengenai hemisfer non-dominan
akan menyebabkan gejala hemi-inattention.
1.2 . Perdarahan kaudatus
Perdarahan kaudatus biasa dimasukkan sebagai perdarahan
putaminal yaitu sebagai perdarahan putamina basalis. Onset
perdarahan kaudatus umumnya tiba-tiba, dengan sakit kepala dan
muntah yang diikuti penurunan kesadaran. Pemeriksaan fisik
menunjukan adanya kekakuan leher dan berbagai gangguan perilaku
(disorientasi dan konfusi) dan seringkali diikuti gangguan ingatan jangka
pendek.
1.3 . Perdarahan talamik
Perdarahan talamik akan menunjukan gambaran klinis yang sesuai
dengan besarnya area perdarahan dan perluasan massa perdarahan
yang terjadi. Apabila masa yang timbul sangat besar maka perluasan
dapat mencapai daerah parietal. Gejala muntah cukup banyak dijumpai
namun sakit kepala jarang. Gejala klinis termasuk hemiparesis atau
hemiplegia yang disertaai sindrom hemisensorik berupa penurunan
sistem sensorik tungkai, wajah dan punggung kontralateral. Gejala
utama pada perdarahan talamik adalah kelainan pada nervus

23
okulomotoris yang mengakibatkan kelumpuhan pandangan atas,
paralisis konvergen, retraksi nistagmus, deviasi asimetris.
1.4 . Perdarahan substansia alba (perdarahan lobaris)
Perdarahan yang terjadi pada daerah subkortikal substansia alba
menghasilkan lesi yang dapat muncul diseluruh lobus serebri terutama
dilobus parietal, temporal dan oksipital. Perdarahan lobaris berbeda
dengan perdarahan intraserebral pada umumnya yaitu tidak banyak
berkaitan dengan hipertk berkaitan dengan hipertensi. Gejala klinis
perdarahan lobaris agak berbeda dengan perdarahan lain. Perdarahan
lobaris jarang terjadi hipertensi arterial dan penurunan kesadaran.
Sedangkan keluhan sakit kepala dan kejang lebih sering ditemukan.
Terjadi rasa sakit kepala di daerah sekitar mata ipsilateral dan
hemianopasia juga sakit pada areal sekitar telinga dan kelemahan
anggota gerak kontralateral atas serta kelemahan kaki dan wajah.
1.5 . Perdarahan serebral
Perdarahan serebral disebabkan oleh hipertensi arterial.
Perdarahan yang terjadi berasal dari cabang distal arteri serebralis
posteriol inferior. Gejala krinis muncul pada saat pasien melakukan
aktifitas. Gejala awal yang mendahului rasa pening disertai perasaan
seperti saat mabuk, mati rasa pada wajah dan selanjutnya pasien tiba-
tiba tidak mampu berjalan dan bahkan berdiri. Kekakuan pada leher dan
daerah bahu, tinitus dan cekukan terjadi pada beberapa pasien.
1.6 . Perdarahan mesensefalon
Perdarahan spontan nontraumatik pada otak tengah sangat jarang
ditemukan perdarahan biasanya berasal dari bagian bawah talamus
atau lesi yang berawak dicerbelum atau ponds. Gejala yang ditimbulkan
umumnya bertahap dan progresif. Kerap terjadi ataksia dan
oftalmoplegia juga hidrposefalus akibat blokade atau distensi pada
akuaduktus. Gejala lain yang ditimbulkan antara lain berupa
kelumpuhan bilateral nervus III, kelemahan bulbar, reflek extensor
plantar, sakit kapal yang menyeluruh, muntah, hemiparesis, diplopia,
dan pinpoint pupil.
1.7 . Perdarahan pons
Perdarahan pons terjadi karena peningkatan tekanan intrakranial
yang disebabkan masuknya darah keruangan tertutup intrakranial.

24
Gejala klinis yang terjadi adalah sakit kepala yang hebat di daerah
oksipital sebelum terjadi koma, gejala kejang, menggigil hebat, dan
terjadi disfungsi sistem otonom. Selain itiu gajala lainnya adalah mati
rasa pada wajah dan tungkai atas, ketulian, diplopia, kelemahan kaki
bilateral, dan pola pernapasan yang abnormal, apnea.
1.8 . Perdarahan medula oblongata
Perdarahan medula oblongata yang sangat jarang sekali terjadi
bahkan lebih jarang dibandingkan pedarahan otak tengah. Gejala yang
ditimbulkan dapat berupa rasa pening, muntah, sakit kepala, diplopia,
dan paresthesia tungkai atas kanan. Umumnya terjadi somnolen dalam
waktu singkat dan ataksik disertai kaku kuduk, hemiparesis kiri,
nistagmus, disfonia, dan disfagia.
2.Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya suatu
aneurisma intrakranial. Sebelum pecah, aneurisma biasanya tidak
menyebabkan gejala-gejala sampai menekan saraf atau bocornya darah dalam
jumlah sedikit, biasanya sebelum pecahnya besar (yang menyebabkan sakit
kepala). Kemudian menghasilkan tanda bahaya, seperti berikut di bawah ini :
 Sakit kepala, yang bisa tiba-tiba tidak seperti biasanya dan berat
(kadangkala disebut sakit kepala thunderclap).
 Nyeri muka atau mata.
 Penglihatan ganda.
 Kehilangan penglihatan sekelilingnya.
Tanda bahaya bisa terjadi hitungan menit sampai mingguan sebelum
pecah. Orang harus melaporkan segala sakit kepala yang tidak biasa kepada
dokter dengan segera. Pecahnya bisa terjadi karena hal yang tiba-tiba, sakit
kepala hebat yang memuncak dalam hitungan detik. Hal ini seringkali diikuti
dengan kehilangan kesadaran yang singkat. Hampir separuh orang yang terkena
meninggal sebelum sampai di rumah sakit. Beberapa orang tetap dalam koma
atau tidak sadar. Yang lainnya tersadar, merasa pusing dan mengantuk. Mereka
bisa merasa gelisah. Dalam hitungan jam atau bahkan menit, orang bisa kembali
menjadi mengantuk dan bingung. Mereka bisa menjadi tidak bereaksi dan sulit
untuk bangun.
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan cerebrospinal disekitar otak
melukai lapisan pada jaringan yang melindungi otak (meninges), menyebabkan

25
leher kaku sama seperti sakit kepala berkelanjutan, sering muntah, pusing, dan
rasa sakit di punggung bawah. Frekuensi naik turun pada detak jantung dan
bernafas seringkali terjadi, kadangkala disertai kejang yang semakin meningkat.
Selain itu, subarachnoid hemorrhage juga dapat menyebabkan beberapa
masalah serius lainnya :
1. Hidrosefalus: dalam waktu 24 jam. Darah dari subarachnoid hemorrhage
bisa menggumpal. Darah yang menggumpal bisa mencegah cairan di
sekitar otak (cairan cerebrospinal) dari kekeringan seperti normalnya.
Akibatnya, penumpukan darah di dalam otak, meningkatkan tekanan di
dalam tengkorak. Hidrosefalus bisa menyebabkan gejala-gejala seperti
sakit kepala, mengantuk, pusing, mual, dan muntah dan bisa
meningkatkan resiko pada koma dan kematian.
2. Vasospasm: sekitar 3 sampai 10 hari setelah perdarahan, arteri di dalam
otak bisa kontraksi (kejang), membatasi aliran darah menuju otak.
Kemudian, jaringan otak bisa tidak mendapatkan cukup oksigen dan bisa
mati, seperti stroke iskemik. Vasopasm bisa menyebabkan gejala yang
serupa pada stroke iskemik, seperti kelemahan atau kehilangan rasa
pada salah satu bagian tubuh, kesulitan menggunakan atau memahami
bahasa, vertigo, dan koordinasi lemah.
3. Pecahan kedua: kadangkala pecahan kedua terjadi, biasanya dalam
waktu seminggu.
Penyebab stroke
Stroke banyak terjadi pada kelompok usia lanjut. Sama halnya dengan
jantung koroner, pembuluh darah otak semakin hari semakin menebal.
Diperlukan waktu puluhan tahun sebelum pipa pembuluh otak tersumbat total
(Mahendra dan Evi 2007).
Beberapa penyebab stroke dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yakni stroke yang disebabkan faktor pembuluh darah dan faktor dari luar
pembuluh darah.
A. Faktor pembuluh darah
 Aterosklerosis pembuluh darah otak
Aterosklerosis adalah penumpukan aterom atau lemak pada lapisan
dalam pembuluh darah. Jika aterom ini sudah menutupi seluruh lumen pembuluh
darah maka aliran darah akan tersumbat. Akibatnya, jaringan yang ada di depan

26
pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan akibat lebih lanjut dapat terjadi
kematian jaringan.
 Malformasi arteri (pembuluh nadi) otak
Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan tipisnya
dinding pembuluh darah akan memudahkan dinding pembuluh darah robek jika
terjadi peningkatan tekanan darah. Aneurisma dibagi menjadi dua yaitu
congenital (bawaan dari lahir) dan bukan bawaan lahir (didapat setelah lahir).
Aneurisma ini tidak memberikan gejala apapun sampai suatu saat dapat pecah
sendiri jika terjadi peningkatan aliran darah ke otak dan terjadilah stroke.

 Trombosis vena (penyumbatan)


Penyebab seperti thrombus, embolus, cacing, parasit, atau leukemia yang
dapat menyumbat pembuluh darah.
 Pecahnya pembuluh darah otak
Pecahnya pembuluh darah otak dapat terjadi di ruang subarachnoid (di
bawah selaput otak) atau intracerebral (dalam jaringan otak). Akibatnya adalah
darah dari arteri otak akan terus mengalir keluar tanpa ada yang dapat
menghentikan. Darah akan menutupi dan menekan sebagian besar jaringan otak
sehingga jaringan otak yang tertekan akan mengalami hipoksia disertai dengan
kematian jaringan otak, bahkan mungkin disertai dengan kematian biologis.
B. Faktor dari luar pembuluh darah
 Penurunan perfusi (aliran) darah ke otak
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti hipertensi menahun
yang menyebabkan terjadinya perubahan anatomi jantung, gagal jantung
kongestif atau hiperkolesterol. Adanya perubahan tersebut menyebabkan darah
menjadi relatif lebih pekat dan alirannya menjadi lambat.
Embolus atau thrombus yang mengalir di dalam pembuluh darah
tersangkut di salah satu cabang pembuluh darah otak yang kecil sehingga
menyumbat aliran darah. Kejadian ini akan menyebabkan kematian jaringan
otak. Embolus atau thrombus dapat berasal dari pembuluh darah di tungkai yang
terlepas saat kita beraktivitas, dari paru-paru, embolus lemak terutama terkena
pada orang yang obesitas atau pascaoperasi besar, seperti operasi caesar dan
patah tulang (Mahendra dan Evi 2007).
Pencegahan Stroke

27
Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder.
Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum
pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang
pernah terkena stroke termasuk TIA (Wahjoepramono 2005).
Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan
dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi :
1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal
2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan,
sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak
jenuh
3) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na
atau 6 g NaCl)
4) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per
hari
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang ditujukan pada pasien
yang sudah pernah mengalami stroke atau TIA. Target akhir dari pencegahan
sekunder adalah agar jangan sampai terjadi seranagn TIA ataupun stroke yang
berulang. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Stroke Council of the American Heart Association merekomendasikan
hal pencegahan sebgai berikut :

Diet AHA step II: ≤ 30 % lemak, < 7 %


lemak jenuh, < 200 mg/hari kolesterol,
LDL < 100 mg/dL penurunan berat badan dan aktifitas fisik.
HDL > 35 mg/dL Jika target tak tercapai dan LDL > 130
Lemak
TC < 200 mg/dL mg/dL berikan terapi medikamentosa
TG < 200 mg/dL (mis: statin).
Bila LDL 100-130 mg/dL, medikamentosa
dapat dipertimbangkan.
Edukasi pasien dan keluarga untuk
Alkohol Mengurangi konsumsi alkohol kurangi / hentikan kebiasaan minum
alcohol
Latihan fisik sedang (jalan santai, jogging,
Aktifitas 30–60 menit dalam 3-4 kali / bersepeda atau aerobik). Program
fisik menggu dengan supersi medis bagi pasien
dengan rsiko tinggi (penyakit jantung)
≤ 120 % dari berat badan ideal
Obesitas Diet dan latihan fisik
berdasarkan tinggi
AHA: American Heart Association, HDL: high density lipoprotein, LDL: low density
lipoprotein, TC: total cholesterol, TG: trigliserida

1) Konsumsi ganggang coklat.

28
Salah satu makanan yang perlu untuk dikonsumsi adalah bahan-bahan
alami yang tersedia di laut seperti ganggang laut coklat (brown seaweed) /
Rambut Malaikat (mozu) atau nano. Tumbuhan laut yang memiliki nama latin
Laminaria Japonica hidup di daerah terumbu karang yang jenih dan bersih.
Ganggang laut coklat (brown seaweed) untuk mencegah penyakit,
memperpanjang usia dan meningkatkan kesehatan secara signifikan. Ganggang
laut coklat (brown seaweed) banyak mengandung vitamin dan mineral yang
seimbang dan bermanfaaat seperti : kalsium, magnesium, iron, copper, mangan,
zink, boron dan iodine, selain itu mengandung serat, asam amino, dan B-
kompleks. Ganggang Laut Coklat (brown seaweed) juga mengandung beberapa
zat aktif, yang dapat mengurangi risiko terkena stroke akibat penyumbatan
pembuluh darah, seperti:
 Alginate, yakni serat tak larut yang berperan mengurangi kadar lemak,
trigliserida serta kolesterol dalam darah, sehingga terkontrol.
 laminarin sebagai zat anti penggumpalan darah yang membantu
mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.
 Iodium organik membantu mengoptimalkan fungsi tiroid untuk
metabolisme tubuh lebih baik
 Mineral koloidal yang mudah diserap oleh tubuh.
 Kandungan lain yang berguna bagi pasien pasca stroke adalah fucoidan
yaitu suatu polisakarida kompleks yang membantu memperbaiki daya
ingat dan sistem motorik pasca stroke serta meregenerasi sel-sel baru
untuk kesehatan menyeluruh.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan pada pasien pasca
stroke yang dilakukan Universias Manitoba, Winnipeg, Kanada. Hasilnya
menunjukkan bahwa fucoidan dalam brown seaweed mempercepat pemulihan
fungsi motorik pada minggu pertama serta memperbaiki memori.
Penelitian manfaat ganggang laut coklat lainnya:
 Fucoidan dalam ganggang coklat mampu menghambat pembentukan
bekuan darah sehingga menurunkan resiko terserang penyakit jantung
dan stroke (Malmo University Hospital, Swedia)
 Fucoidan dalam ganggang coklat mempercepat fungsi motorik pada
minggu pertama dan perbaikan memori (University of Manitoba,
Winnipeg-Canada)

29
 Ganggang coklat mengubah aktifitas enzim di liver yg mengontrol
metabolisme asam lemak, sehingga menurunkan kadar lemak dalam
darah. Selain itu, dapat juga meningkatkan pembakaran lemak di liver
(Laboratory of Lipid Chemistry, Yokohama- Jepang)
 Ganggang laut coklat (brown seaweed) membantu menurunkan kadar
kolesterol sebanyak 26,5% dan trigliserida sebanyak 36,1%
(Cardiovascular Center di RS Sakhalin, Rusia) (Utama J 2007).
2) Ikan Tuna
Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan asam
folat. World's Health Rating dari The George Mateljan Foundation
menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna ke dalam kategori sangat bagus
karena mempunyai nutrient density yang tinggi, yaitu mencapai 6,7 (batas
kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat
menurunkan level homosistein. Homosistein merupakan komponen produk
antara yang diproduksi selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya
bagi pembuluh arteri dan sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya
penyakit jantung.
Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah
dibandingkan dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna
38-45mg per 100gr daging. Kandungan gizi yang tinggi membuat tuna sangat
efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya stroke. Sebuah
studi yang pernash dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa konsumsi
ikan tuna 2-4 kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke
daripada yang hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau
lebih dalam setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52
persen. Konsumsi tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari
ischemic stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke
otak.
3) Sayur dan Buah-buahan
Sebagian besar buah dan sayur memiliki nilai gizi dan mineral yang cukup
tinggi. Kandungan gizi tersebut sangat dibutuhkan untuk merevitalisasi sel-sel
dan jaringan tubuh yang telah rusak serta meningkatkan sistem metabolisme
serta sistem kekebalan didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis buah dan sayur
yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit stroke diantaranya
adalah: melon, alpukat, pisang, apel, belimbing, jambu biji, dan asparagus.

30
Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan
bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus
diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko,
terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur (Wirakusumah
2001).
Selain itu, menurut Wirakusumah (2001), makanan yang dapat menolong
untuk mencegah stroke antara lain :
 Sumber asam lemak omega-3
Komponen ini banyak terkandung di dalam ikan. Suatu penelitian yang
dilakukan di Belanda terhadap populasi yang berusia 60-90 tahun, yang
selalu mengkonsumsi ikan (sekurang-kurangnya satu kali seminggu),
membuktikan bahwa resiko terserang stroke pada 15 tahun ke depan hanya
setengah kali dibandingkan dengan populasi lain yang tidak mengkonsumsi
ikan. Hal ini membuktikan bahwa asam lemak omega-3 yang terkandung di
dalam ikan akan memperbaiki struktur membran sel. Dalam hal ini, sel akan
lebih kuat dan lentur. Selain itu, asam lemak omega-3 dapat membantu
thromboxane yang berfungsi menurunkan terbentuknya gumpalan darah.
 Teh
Stroke dapat juga dilawan dengan teh, khususnya jenis teh hijau. Sebuah
studi di Jepang membuktikan dengan mengkonsumsi teh hijau sebanyak
lima cangkir sehari dapat menurunkan resiko terserang stroke. Di dalam teh
hijau terkandung antioksidan yang dapat mencegah terjadinya kerusakan
sel. Bahkan, teh hijau mengandung komponen antioksidan yang lebih kuat
dibanding vitamin E dan vitamin C. Berikut ini adalah zat-zat yang berperan
sebagi sumber antioksidan :
 Betakaroten, di dalam makanan komponen ini dapat mencegah
perubahan kolesterol menjadi unsur toksik yang mampu membentuk
plak dan akan menggumpal di dalam arteri. Betakaroten yang diubah
menjadi vitamin A, akan melawan kerusakan sel saraf ketika otak
kehilangan oksigen. Betakaroten banyak terdapat pada wortel, tomat,
papaya, bit, serta sayur dan buah yang berwarna jingga.
 Vitamin E, dapat mengurangi pembentukan gumpalan darah (plak) yang
dapat menyumbat arteri. Contoh sumber pangan yang mengandung
vitamin E adalah taoge.

31
 Vitamin C, dapat memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah
terjadinya hemorrhages (keluarnya darah dari pembuluh) otak. Bahan
pangan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, tomat
dan lain-lain.
 Sumber kalium
Makanan sumber kalium seperti pisang, dapat menurunkan resiko
terserangnya stroke. Diduga, asupan kalium yang memadai membuat
dinding arteri lebih elastik dan normal. Selain itu, juga dapat melindungi
kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi.

 Bawang Bombay dan bawang putih


Bawang Bombay dan bawang putih dapat mencegah penggumpalan darah
yang akan menyumbat aliran darah ke otak. Selain itu, juga dapat memacu
mekanisme pelarutan gumpalan darah di dalam tubuh.
Sedangkan hal-hal yang harus diwaspadai antara lain :
 Sumber lemak
Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan makanan yang
mengandung lemak. Jenis lemak yang harus diwaspadai, terutama lemak jenuh
yang dapat memicu terbentuknya gumpalan-gumpalan lemak dalam pembuluh
darah. Inilah yang akan menghambat aliran darah ke otak sehingga
menimbulkan stroke.
 Garam
Diduga, kelebihan garam dapat memicu timbulnya mini stroke. Pengujian
yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan bahwa pada otak tikus yang
mnengkonsumsi ransum dengan kadar garam yang tinggi, akan tampak
adanya kerusakan arteri dan jaringan, yang disebabkan oleh keadaan mini
stroke.
 Alkohol
Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan alkohol karena
kelebihan alcohol yang tinggi dapat meningkatkan resiko terserangnya
stroke. Konsentrasi alcohol yang tinggi dapat memicu terjadinya emboli
(penggumpalan), dan ischemia (kurangnya darah dalam jaringan), yang

32
disebabkan oleh perubahan konsentrasi darah dan kontraksi pembuluh
darah. Kondisi inilah yang mengawali terjadinya stroke.
Upaya Pengobatan Stroke
Stroke adalah penyakit otak yang paling destruktif dengan konsekuensi
berat. Stroke tidak hanya akan menimbulkan kecacatan yang dapat membebani
seumur hidup tetapi juga ancaman kematian bagi pasien. Apabila mengalami
serangan stroke, sebaiknya segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan
penyebabnya, bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan
obat penghancur bekuan darah. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa
kelumpuhan dan gejala lainnya dapat dicegah atau dipulihkan jika obat stroke
yang berfungsi menghancurkan bekuan darah disuntikkan kurang dari tiga jam
sejak serangan (periode emas). Obat yang diberikan biasanya diberikan
berdasarkan penyebab stroke, dan akibat yang ditimbulkan oleh stroke tersebut,
seperti obat depresi (untuk mengatasi gangguan psikis), dan alat bantu nafas.
Antikoagulan (anti penggumpalan) tidak diberikan kepada penderita tekanan
darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan
otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak (Utama
J 2007).
Perawatan Pasca Stroke
Sekali terkena serangan stroke, tidak membuat seseorang terbebas dari
stroke. Di samping dampak menimbulkan kecacatan, masih ada kemungkinan
dapat terserang kembali di kemudian hari. Penanganan pasca stroke yang biasa
dilakukan adalah:
1) Rehabilitasi. Penderita memerlukan rehabilitasi serta terapi psikis seperti
terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unit
orthotik prostetik. Juga penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa,
terapi wisata, dan sebagainya. Selain itu, juga dilakukan community based
rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya masyarakat) dengan melakukan
penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan pasien agar mampu
menolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini akan
meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan masyarakat.
2) Penerapan gaya hidup sehat. Bahaya yang menghantui penderita stroke
adalah serangan stroke berulang yang dapat fatal atau kualitas hidup yang
lebih buruk dari serangan pertama. Bahkan ada pasien yang mengalami
serangan stroke sebanyak 6-7 kali. Hal ini disebabkan pasien tersebut tidak

33
mengendalikan faktor risiko stroke. Penerapan gaya hidup sehat sangat
penting bagi mereka yang sudah pernah terkena serangan stroke, agar tidak
kembali diserang stroke seperti berhenti merokok, diet rendah lemak atau
kolesterol dan tinggi serat, berolahraga teratur 3 kali seminggu (30-45
menit), makan secukupnya, dengan memenuhi kebutuhan gizi seimbang,
menjaga berat badan jangan sampai kelebihan berat badan, berhenti minum
alkohol dan atasi stres.
3) Selain itu konsumsi bahan-bahan makanan yang dapat mengurangi resiko
timbulnya kembali serangan stroke juga sangat diperlukan.

34
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf manusia, yang
dapat berakibat pada kelumpuhan sistem-sistem lainnya. Secara umum patologi
stroke berlangsung secara progresif dan bertahap, mulai dari gejala stroke ringan
hingga dapat menyebabkan kematian. Secara garis besar, stroke dibagi menjadi
stroke iskemik (karena penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik
(karena pecahnya pembuluh darah) yang memiliki gejala bervariasi sesuai
daerah yang terserang.
Stroke memiliki beberapa faktor resiko yang dapat mendukung
perkembangan stroke yang terdiri dari dua jenis faktor, yaitu faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, herediter, dan ras) dan yang dapat
dimodifikasi (berbagai penyakit degeneratif dan gaya hidup). Pencegahan
penyakit stroke dapat dilakukan dengan meminimalisir faktor resiko yang dapat
dimodifikasi tersebut, seperti mengatur pola hidup dan mengkonsumsi makanan
yang disesuaikan dengan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Saran
Gejala stroke umumnya sulit untuk dibedakan dengan gejala penyakit
lainnya apabila masih belum mencapai stadium lanjut. Oleh karena itu
pencegahan primer sangat disarankan karena setelah mengalami stroke,
seseorang sulit untuk dapat pulih total, apalagi pada usia lanjut. Salah satu cara
pencegahan primer yang paling disarankan yaitu konsumsi buah-buahan,
sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak jenuh
dan beraktivitas fisik secara rutin.

35
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2006. Cegah stroke, konsumsi wortel. www.kapanlagi.com. [25 Mei


2009].

Danis D. Kamus Istilah Kedokteran. Jakarta: Gita Media Press.

Efendi YH. Bahan Kuliah Patofisiologi, Neurologi. Departemen Gizi Masyarakat,


Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ganong W. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.

Gendo U. 2007. Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Tradisional Cina.


Jakarta: Kanisius.

Mahendra B, Rachmawati Evi. 2007. Atasi Stroke Dengan Tanaman Obat.


Jakarta: Penebar Swadaya.

Misbach J, Kalim H. 2007. Stroke Mengancam Usia Produktif. www.medicastore.


com. [25 Mei 2009].

Smith T, Davidson S. 2005. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat.

Sutrisno A. 2007. Stroke. Jakarta: Gramedia.

Tembayong J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Penerbit


Buku Kedokteran.

Utama J. Pengobatan Stroke dan Perawatan Pasca Stroke. www.


medicastore.com [12 Mei 2009].

Wahjoepramono EJ. 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. Lippo Karawaci:
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, RS Siloam Gleneagles.

Wirakusumah ES. 2001. Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa Swara.

36
LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel
Tabel 1 Manifestasi klinik stroke iskemik berdasarkan daerah yang terserang
Daerah vaskular Manifestasi klinik
Arteri karotid internal 1. Kebutaan ipsilateral-terletak pada atau mengenai sisi yang
sama (arteri optalmik-yang berhubungan dengan mata)
2. Gejala pada arteri serebralis tengah
Arteri serebralis 1. Kelemahan kontralateral- dan kehilangan sensori termasuk
tengah lengan dan wajah lebih daripada kaki.
2. Afasia-defek atau hilangnya kemampuan ekspresi dengan
bicara, menulis, atau tanda-tanda atau untuk memahami
bahasa lisan atau tulisan, yang disebabkan oleh trauma atau
penyakit di pusat otak.
3. Hemineglect-separuh/sebagian gagal melakukan beberapa
tugas atau fungsi, anosognosia-ketidakwaspadaan atau
penyangkalan dari defisit neurologis, disorientasi spasial pada
hemisfer serebralis kanan
4. Derajat variabel dari defek visual
Arteri serebralis 1. Kelemahan kontralateral- dan kehilangan sensori yang
anterior mendominasi bagian anggota gerak bagian bawah
2. Ketidakmampuan mengeluarkan urin, terutama dengan lesi
bilateral
3. Disparaksia lengan
4. Abulia-kehilangan atau berkurangnya kemauan, inisiatif dan
dorongan
5. Afasia transkortikal motorik pada bagian dominan-gangguan
kemampuan bicara dan menulis, yang disebabkan oleh lesi
pada insulin dan operkulum sekelilingnya
Arteri serebralis 1. Anopsia kontalateral homonymous
posterior 2. Kehilangan sebagian sensorei kontralateral tanpa mengalami
kelemahan
3. Defisit kortikal asosiasi variabel visual, seperti aleksia tanpa
agrafia dan agnosia visual asosiatif
Arteri basilaris 1. Paralisis pada limb (lengan atau tungkai) yang biasanya
bilateral namun terkadang asimetrik
2. Biasanya pada bulbar atau paralisis pseudobulbar pada
muskulatur cranial (disfagia-,disartria-artikulasi pembicaraan
yang tidak sempurna oleh karena gangguan kendali otot yang
merupakan akibat kerusakan saraf pusat atau perifer,diplegia
fasial-kelumpuhan yang mengenai kedua belah sisi tubuh, dan
lainnya
3. Pengurangan dari sensori atau abnormalitas serebelar.
4. Abnormalitas gerakan mata (internuklear optalmoplegia
(paralisis otot mata), “one-and-half syndrome”, nistagmus
(gerak cepat bola mata involunter, dapat horizontal, vertikal,
berputar, atau campuran dari dua variasi), skew deviation,
ocular bobbing, miosis, dan ptosis (turunnya kelopak mata
atas akibat kelumpuhan)
5. koma
Arteri vertebralis 1. berbagai variasi dari vertigo, dizziness, nausea (sensasi tidak
menyenangkan yang secara samar mengaxu pada
epigastrium dan abdomen dengan kecendrungan untuk
muntah), dan vomiting (muntah)

37
2. fasial ipsilateral dengan kontralateral tubuh dan hipoestesia
anggota gerak bagian bawah
3. Ataksia truncal ipsilateral atau appendikular
4. Sindrom horner ipsilateral
5. Disfagia dan hoarseness

Lampiran 2 Daftar istilah


 Abulia: hilangnya/berkurangnya kemampuan, inisiatif dan dorongan.
 Anmnesia: kemampuan ingatan, sejarah masa lalu pasien dan
keluarganya
 Afesia: defek/hilangnya kemampuan ekspresi bicara, menulis,atau tanda-
tanda atau untuk bahasa lisan atau tulisan, yang disebabkan oleh trauma
atau penyakit dipusat otak
 Blindness: hilangnya kemampuan melihat, hilangnya persepsi alas
rangsang visual
 Bulbar: Sebuah masa bundar/pembesaran
 Diplegia: kelumpuhan yang mengenai kedua sisi tubuh
 Disatria: artikulasi pembicaraan yang tidak sempurna oleh karena
gangguan kendali otot yang merupakan akibat dari kerusakan saraf pusat
atau perifer
 Disfasia: berkurangnya kemampuan berbicara, yang terdiri dari tidak
adanya koordinasi dan gagalnya menyusun kata-kata menurut susunan
yang benar akibat lesi pusat
 Ispilateral: terletak pada/mengenai sisi yang lain
 Hemiparesis: kehilanngan atau gangguan funngsi motorik pada suatu
bagian akibat lesi pada mekanisme saraf atau otot yang mengenai satu
sisi tubuh
 Paralisis: kehilangan atau gangguan fungsi motorik pada suatu bagian
akibat lesi pada mekanisme saraf atu otot juga secara analogi ganngguan
fungsi otot
 Symptomatology: 1. Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan
gejala, 2. Hubungan gejala suatu penyakit

38

Vous aimerez peut-être aussi