Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengubah Ampere meter kumparan putar menjadi sebuah Voltmeter DC.
2. Mencari sebab-sebab terjadinya penyimpangan dari Voltmeter.
1
2. Pengertian Alat Ukur Kumparan Putar
Yang dimaksud alat ukur kumparan putar (AUKP) adalah alat ukur
yang bekerja atas dasar prinsip dari adanya kumparan listrik ditempatkan
pada beban magnet yang berasal dari suatu magnet permanent.
Di dalam alat ukur kumparan putar terdapat magnet permanent,
yang mempunyai kutub-kutub diantaranya ditempatkan di suatu silinder
inti besi yang menyebabkan di celah udaranya terbentuk medan magnet
yang rata, masuk ke kutub-kutub tersebut ke dalam silinder secara radial
sesuai dengan arah panah pada gambar. Di celah udara ditempatkan
kumparan putar yang berputar melalui sumbu tiang poros.
Bila arus tidak diketahui besarnya mengalir melalui kumparan
tersebut, suatu gaya elektromagnetis f yang mempunyai arah tertentu akan
dikenakan pada kumparan putar sebagai hasil interaksi antara arus dan
medan magnet. Arah gaya f ditentukan menurut hukum tangan kiri
Fleming, momen gerak ini diimbangi dengan momen lawan dari pegas
dan posisi seimbang statis ditunjukkan oleh jarum pada skala ukurnya.
2
Keterangan gambar :
1. Magnit tetap
2. Kutub sepatu
3. Inti besi lunak
4. Kumparan putar
5. Pegas spiral
6. Jarum penunjuk
7. Rangka kumparan
8. Tiang poros
TD = B.n.a.b.I
Pada setiap ujung sumbu tiang ditempatkan pegas yang salah satu
ujungnya melekat pada tiang poros tersebut, sedangkan ujung lainnya
melekat pada dasar yang tetap. Pegas pada tiang sumbu memberikan
momen Tc yang berlawanan dengan arah TD.
Tc = σ x θ
Dimana : σ = Konstanta besaran pegas/konstanta alat ukur.
3
V = (Rd + R1)
Dari rumus momen putar di atas maka arus (I) yang masuk pada
kumparan dan berjarak (r) dari poros / sumbu putar dengan jumlah lilitan
(n) dan panjang kawat (l). Apabila medan magnet A punya rapat fluksi B
konstan maka kumparan tersebut akan ditolak yang menimbulkan momen
putar.
Makin kuat arus dalam putaran, makin kuat daya tolak yang
mengenai kumparan, maka jarum penunjuk makin menyimpang jauh. Jika
arus terbalik maka arah penunjukan akan terbalik juga tetapi dilindungi
oleh K.
4
Jarum harus berhenti seketika pada keadaan ukur, tanpa
bergoyang-goyang yang menandakan redaman system berjalan baik.
Redaman ini terjadi bila kumparan bergerak berputar didalam keping
kerangka arus pusar.
5
nilai sebenarnya
Harga relatif =
nilai terukur
1. Kesalahan alat
2. Kesalahan lingkungan
- Vibrasi
5. Kesalahan Pengukuran
∑=M–T
6
∑ = Kesalahan dari alat ukur
Gambar.1
7
Range VKP yang V.Digital (Volt) V.AUKP (Volt)
digunakan (Volt)
10
15
20
PERTANYAAN :
- Kesalahan relatif
8
4. Ukur dan catat masing-masing tegangan pada R1 dan R2 dengan
menggunakan voltmeter yang saudara buat untuk range 5V, 10V, 15V,
20V.
Gambar.2
10
15
20
9
PERTANYAAN :
1. Untuk pengukuran VR1 dan VR2 pada percobaan di atas selalu terjadi
perbedaan dengan hasil perhitungan, terangkan mengapa terjadi demikian!
2. Berapa sensitivitas alat ukur dan kesalahan relatif dari hasil data
percobaan ?
V. TUGAS AKHIR
10
MODUL II-2
ALAT UKUR BESI PUTAR SEBAGAI
VOLTMETER DC DAN AC
I. TUJUAN
1. Menentukan tahanan dalam dari AUKP
2. Memperbesar skala maksimum Voltmeter AC dan DC
3. Pengaruh frekuensi pada Voltmeter
II. PENDAHULUAN
Alat Ukur Besi Putar ini sederhana dan kuat dalam kontruksi, juga dapat pula
dipakai alat ukur yang mempunyai sudut yang sangat besar. Gaya elektromagnetis
dapat dibangkitkan dengan berbagai cara yaitu cara tolak menolak dan cara
kombinasi atraksi dan tolak menolak.
Untuk pengukuran tegangan DC, induktansi dari kumparan tetap tidak
berpengaruh.
11
Jika batas ukur sekarang menjadi (n + 1) kali batas ukur semula. Sedangkan
untuk pengukuran tegangan AC akan sama halnya pengukuran tegangan DC bila kita
menambah kapasitor yang dipasang secara paralel dengan Rs untuk menghilangkan
L
pengaruh frekuensi. Harga C kita dapatkan persamaan C = 0,14
Rs 2
Dimana : Rs = Tahanan yang dipasang seri dengan impedansi dalam dari
Voltemeter
L = Induktansi dari Voltmeter
C = Kapasitor yang dipasang paralel dengan Rs untuk
menghilangkan frekuensi dari jala-jala
12
4. Alat Ukur Besi Putar AC/DC 0 – 30 Volt……………… 1 buah
5. Dioda…………………………………………………… 4 buah
6. Resistor-resistor………………………………………... secukupnya
7. Kawat penghubung…………………………………….. secukupnya
Gambar 1
13
Gambar 2
Gambar 3
14
7. Ulangi prosedur b,c,d dengan mengganti R1 = 1,5 KΩ, R2 = 28,2 KΩ untuk
Vdc = 120 Volt dan range 120 Volt.
8. Ulangi prosedur b,c,d dengan mengganti R1 = 1,5 KΩ, R2 = 28,2 KΩ untuk
Vdc = 150 Volt dan range 150 Volt.
9. Ulangi prosedur b,c,d dengan mengganti R1 = 1,5 KΩ, R2 = 28,2 KΩ untuk
Vdc = 200 Volt dan range 200 Volt.
10. Tuliskan hasil pengamatan pada tabel 2.
Gambar 4
V. TUGAS AKHIR
1. Tentukan tegangan di R1 dan R2 secara perhitungan pada percobaan diatas itu
bandingkan dengan hasil pengukuran yang saudara dapatkan!
2. Hitunglah kesalahan alat ukur dan kesalahan relatifnya dari no.1 diatas!
3. Berapa sensitivitas Voltmeter yang saudara buat!
4. Berapa harga tahanan total Rv Voltmeter tiap range!
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Modul praktikum III-A, Laboratorium Teknik Energi Elektrik, Jurusan Teknik
Elektro, ITENAS, 2002.
15
MODUL II – 3
ALAT UKUR INDUKSI (AUI)
I. Tujuan Percobaan
¾ Mengetahui prinsip kerja alat ukur
¾ Mengetahui tpe-tipe alat ukur induksi
¾ Mengetahui prinsip kerja Wattmeter dan KWh meter
¾ Membandingkan hasil pengukuran dari tipe alat ukur induksi
¾ Mengenal pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur induksi
¾ Mengenal metode pengukuran daya dan membandingkan
Gambar 1.
16
Prinsip AUI :
Tegangan efektif yang terjadi : E1 = w . Φ
Bila impedansi lintasan arus pusar sebesar Z maka harga efektif arus pusar :
l1 = el / z = w / z . ǿ1 ................................................................ (1)
Arus pusar ini berbeda sudut fasanya terhadap tegangan induksi sebesar α.
Demikian juga di Φ2 dimana tegangan E2 tertinggal 90° terhadap Φ2 dan I2
tertinggal α terhadap E2 sudut fasanya antara I1 dan Φ2 adalah 90° - β + α.
Mg1 = K. Φ1. Φ2 Cos (90° - β + α) ………………………. (2)
Beda sudut fasa antara I2 dan Φ2 adalah 90° +β + α.
Mg2 = K. Φ1. Φ2 Cos (90° + β + α) ……………………… (3)
Resultan kedua momen tersebut menyebabkan berputarnya piringan :
Mg = Mg1 – Mg2
Mg = K. Φ1. Φ2 Sin β Cos α ……………………………. (4)
Untuk mendapatkan momen gerak yang besar diusahakan :
1. Sin β = 1 : maka beda fasa sudut antara Φ1 dan Φ2 adalah 90°.
2. Cos α = 1 : maka ada beda sudut fasa antara I dan E.
Ada 2 macam tipe AUI, yaitu :
1. Tipe Feraris
17
Seperti dalam gambar terpasang 2 pasang kumparan. Pasangan kumparan
pertama dihubungkan seri dengan induktor besar . Kedua pasang kumparan tersebut
dihubungkan dengan tegangan yang sama. Arus yang mengalir pada kumparan
pertama (IR) mempunyai beda sudut fasa sebesar β terhadap arus kumparan kedua
(IL), harga β hampir mendekati 90°.
Fluksi yang timbul akan merupakan medan putar, medan putar ini akan
menyebabkan arus pusar pada motor. Dan interaksi medan putar dengan arus pusar
akan mengakibatkan, momen gerak yang memutar rotor-rotor tersebut akan
berputar searah putaran medan putar seperti KWh meter. Tetapi bila rotor tersebut
mendapat momen lawan berupa pegas maka rotor tersebut akan berhenti pada saat
terjadi keseimbangan.
Dimana :
V : Tegangan sumber
I : Arus yang melalui I seri dengan R
IL : Arus yang melalui kumparan 2 seri dihasilkan L
ΦR : Fluksi magnetik yang menghasilkan IR
ΦL : Fluksi magnetik yang menghasilkan IL
ER : Tegangan induksi karena ΦR
EL : Tegangan induksi karena ΦL
IER : Arus pusar karena ER
IEL : Arus pusar karena EL
18
θ= I2 Sin β Cos α …………………………. (7)
Untuk Voltmeter :
Mg = KV2 Sin β Cos α …………………….. (8)
θ= V2 Sin β Cos α …………………………... (9)
2. Tipe Shaded Pole
Pada tipe ini memakai piringan dan satu kumparan yang menimbulkan fluks
magnet. Agar sistem ini terdapat 2 fluks yang mempunyai beda fasa tertentu, maka
fluks utama tersebut dibagi dua dengan membagi pada intinya.
Untuk membuat beda fasanya, di salah satu dari bagian inti yang terbagi dua
tersebut ditambah cincin/ring tembaga. Keadaan ini disebut Shaded Pole.
(a)
Gambar 4. shaped P
Untuk Amperemeter
19
θ = I2 Sin β Cos α ………………………….. (1.2)
Untuk Voltmeter
totalperputaran
Dengan : Kons tan ta( K ) =
energi
20
Gambar 5. Diagram vektor
Kumparan Tegangan
Shaded
Piringan
Kumparan arus
Magnit seri
21
Mg = K V I Cos ϕ ……………………………… (1.6)
θ = V I Cos ϕ
Dimana :
V: tegangan beban
I : arus beban
ϕ : sudut fasa beban
δ : sudutnya fasa antara Iv dengan V
F : frekuensi
Z : impedansi arus pusar
Φv : fluksi akibat arus Iv
Φi : fluksi akibat arus Ii
Ev : tegangan induksi akibat Φv
Ei : tegangan induksi akibat Φi
Ipv : arus pusar akibat Φv
Ipi : arus pusar akibat Φi
β : sudut fasa antara Φv dan Φ
III. Kesalahan
a. Pengaruh Frekuensi
Alat ukur induksi sangat dipengaruhi oleh frekuensi, mengingat alat ukur ini
hanya untuk arus/tegangan bolak-balik saja. Dari persamaan 4 :
f
Mg = K. Φ1. Φ2 Sin β Cos α
z
Faktor terpengaruh oleh frekuensi sebagai berikut :
*Z = R2 + X 2
X = 2πf.L
Dengan naiknya frekuensi, impedansi Z juga akan naik.
22
R
* Cos α = , dengan naiknya f, Z naik dan Cos α turun.
Z
Ditinjau dari factor tersebut terlihat bahwa dengan naiknya frekuensi harga
momen akan mengecil.
b. Faktor Temperatur
Dengan naiknya temperatur, baik karena temperature luar maupun arus pusar
akan membesar impedansi Z seperti pada (a) dimana Z ini sangat berpengaruh
pada momen gerak dari alat ukur ini. Sebenarnya yang mempengaruhi kenaikkan
harga Z tersebut adalah tahanan R-nya. Kompensasi dapat dilakukan dengan
tahanan shunt yang mempunyai koefisien tahanan yang positif dan benar.
B. Pengukuran Daya
Dalam pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur induksi sumber
arus/tegangan harus bolak-balik.
P = V I Cos ϕ
Ada beberapa cara pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur
induksinya diantaranya :
1. Pengukuran Daya Satu Fasa
Dengan menggunakan Wattmeter
Suatu Wattmeter satu fasa dapat langsung mengukur daya yang diserap
beban, karena semua besaran arus dan Cos ϕ sydah tercakup di dalamnya.
Rangkaian pengkuran dengan Wattmeter satu fasa dapat dilihat pada gambar
dengan daya yang diukur adalah :
P = E I Cos ϕ
23
Gambar 7. Rangkaian pengukuran daya bolak-balik satu fasa dengan watt
meter.
Kesalahan pada Wattmeter satu fasa antara lain adalah disebabkan oleh sifat
induktif kumparan tegangan. Hal ini menyebabkan arus yang mengalir pada
kumparan tegangan tidak sefasa dengan tegangan yang diukur.
V1 = V2 + V3 + 2V2 + V3 Cos ϕ
Gambar 8. Pengukuran daya 1 fasa dengan 3 voltmeter dan diagram vektor metoda 3
amperemeter.
24
Pengukuran daya satu fasa dapat juga dilakukan dengan menggunakan 3
Amperemeter.
R 2 2
PL = ( I 3− I 2 − I 12 )
2
2. Pengukuran Daya Tiga Fasa
Metoda ini lazim disebut metoda Aron, dimana tegangan diambil kedua
Wattmeter adalah tegangan-tegangan fasa-fasa dengan menggunakan 2 Wattmeter
dapat diukur daya tiga fasa pengukuran dari beban balik hubungan delta (Δ)
maupun hubungan bintang (Y). Pengukuran daya tiga fasa tersebut dengan
menjumlahkan dua buah pengukuran yang ditunjukkan oleh Wattmeter P1 dan P2,
maka
25
Gambar 10. pengukuran metoda aron hubung bintang
1. KWh meter
Percobaan 1
Beban V I Cos φ t
(Watt) (Volt) (A) (sekon)
Beban V I Cos φ t
(Watt) (Volt) (A) (sekon)
B. Wattmeter
27
Percobaan 2
1. Rangkaikan alat ukur tersebut sesuai gambar!
2. Tegangan supply hanya boleh dipasang bila sudah disetujui oleh
asisten.
3. Hubungkan rangkaian dengan tegangan supply sebesar 220 V!
4. Catat tegangan, arus, dan daya yang terukur oleh alat ukur tersebut!
5. Ulangi langkah 4 untuk setiap beban yang berbeda!
6. Catat hasil pengamatan pada table 2!
Tabel 2
Untuk rangkaian seri
Beban V I Cos φ t
(Watt) (Volt) (A) (sekon)
Beban V I Cos φ t
(Watt) (Volt) (A) (sekon)
28
VII. Tugas Akhir dan Pertanyaan
1. Jelaskan prinsip kerja KWhmeter secara jelas dan singkat?
2. Sebutkan perbedaan KWhmeter dan Wattmeter (minimal 3 buah)?
4. Suatu ampermeter induksi tipe shaded pole mempunyai defleksi
penuh 400º pada arus I = 10 ampere.Beda fasa antara fluks shaded dan tidak
Shaded = 50º.
a. berapa sudut defleksi untuk I = 5 ampere
b. bila antara sudut defleksi shaded dan tidak shaded = 40º,berapa sudut
defleksi untuk = 5 ampere?
5. Gambarkan rangkaian pengukuran 1 fasa pada hubungan bintang dan
Hubungan delta ?serta buktikan Ptotal = P1 + P2 + P3
29
MODUL II - 4
PENGUKURAN TAHANAN
I. Tujuan
• Mengetahui besarnya tahanan dalam amperemeter dan voltmeter.
• Mengetahui besarnya tahanan dalam lampu.
• Memahami dan mengerti prinsip pengukuran tahanan dengan menggunakan
metoda Voltmeter Amperemeter.
II. Alat-Alat
• Power Supply 0-15 V
• Variac 0 - 250 V
• Multimeter digital
• Voltmeter DC
• Amperemeter DC
• Voltmeter AC
• Amperemeter AC
• Tahanan
• Lampu
• Jumper
30
Menurut nilai resistansinya, tahanan dapat diklasisfikasikan sebagai
berikut :
- tahanan kecil :R<1Ω
- tahanan sedang : 1 Ω < R < 100 kΩ
- tahanan besar : R > 100 kΩ
Pengukuran tahanan kecil dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya metoda voltmeter amperemeter dan metoda jembatan Thomson. Untuk
metoda voltmeter amperemeter dapat dilihat pada rangkaian berikut :
Gambar 1
V R p × RV
Rp = …(1) R≈ …(2)
I RV − R p
Gambar 2
31
⎛ Ra ⎞
Untuk tipe 1 : R = Rp⎜⎜1 − ⎟⎟ …(3)
⎝ Rp ⎠
⎛ Rp ⎞
Untuk tipe 2 : R = ⎜⎜ ⎟⎟ …(4)
⎝ 1 − Rp / Rv ⎠
Selain itu, tahanan sedang dapat diukur dengan menggunakan metoda substitusi
dan metoda jembatan Wheatstone.
Untuk pengukuran tahanan besar, metodanya antara lain metoda defleksi,
metoda pelepasan muatan, metoda jembatan Mega Ohm.
V. Prosedur Percobaan
A. Menentukan Besarnya Resistansi dengan Tegangan DC
1. Buatlah rangkaian tipe 1 seperti pada gambar 2.
2. Hubungkan dengan power supply dengan persetujuan asisten.
3. Atur besarnya Vdc dari 5 v sampai 9 v.
4. Catat nilai yang terukur pada voltmeter dan amperemeter.
32
5. Catat nilai tegangan pada amperemeter untuk percobaan tipe 1, dan catat
nilai arus pada voltmeter untuk percobaan tipe 2.
6. Ulangi prosedur 1 – 5 dengan tahanan yang berbeda.
7. Ulangi prosedur 1 – 6 untuk tipe 2.
VDC VM AM Rx
VAC VM AM Rx
33
VI. TUGAS AKHIR
1. Jelaskan mengenai hasil dari percobaan tadi.
2. Tiga buah resistor dipasang secara seri. Masing-masing memiliki nilai, R1 = 43
Ω ± 5 %, R2 = 70 Ω ± 5 %, R3 = 54 Ω ± 5 %.
a. Tentukan kesalahan resistansi total (ΔR).
b. Tentukan nilai resistansi total sebenarnya.
c. Tentukan kesalahan relativ resistansi total (er).
3. Jelaskan mengenai bahwa semakin besar tahanan dalam voltmeter dan semakin
kecil tahanan dalam amperemeter maka hasil pengukuran akan mendekati nilai
yang sebenarnya.
34
MODULII-5
POWER SUPPLY
I. TUJUAN
1. Mengenal beberapa metode penyearah pada rangkaian dasar catu daya ( Power
Supply ).
2. Mengamati cara kerja rangkaian penyearah.
3. Mengamati cara pengaruh beberapa komponen elektronika pada sistem
penyearah.
4. Menghitung faktor ripple, faktor regulasi dan nilai kapasitansi filter kapasitor.
5. Mendapatkan tegangan output berupa sinyal negatif.
35
Penyearah gelombang penuh dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
- Penyearah Bridge ( jembatan )
- Penyearah Center Tap
Tegangan DC pada beban dinyatakan dengan persamaan (2) :
2Vm
VDC = ……………………………………………………………... (2)
π
Vdc
Waktu
Faktor Regulasi = RF =
[Vnoload − V fullload ]×100% ………………………..… (4)
V fullload
36
III. 3. Filter Kapasitor
37
menggunakan oscilloscope. Gambar dan catat besarnya kemudian hitung
besar tegangan DC - nya ( VDC ) !
Pertanyaan V.1. :
1. Jelaskan pengaruh perubahan nilai kapasitansi dan nilai resistansi beban
pada percobaan V.1. diatas !
2. Gambarkan grafik perubahan nilai kapasitansi dan beban terhadap
perubahan nilai VDC !
38
V.2. Penyearah Gelombang Penuh
+15
a
0 Beban
!
4. Pasangkan kapasitor C dengan kapasitansi 2,40 µF. Ubah – ubah nilai
resistansi sesuai dengan tabel 4. Amati tegangan output pada beban ( VDC )
39
resistansi beban, serta catat besar tegangan ripple peak to peak yang
dihasilkan !
5. Atur beban pada posisi maksimum dan pasangkan kapasitor denga
kapasitansi 2,40 µF ! Ukur tegangan output pada beban ( Vfull load ) dengan
oscilloscope, catat hasilnya, kemudian gambar bentuk gelombangnya !
6. Lepaskan beban ! Ukur tegangan outputnya ( Vno load ) dengan oscilloscope
! Gambar bentuk gelombang serta hitung faktor regulasinya !
7. Pindahkan hubungan ground ke titik a ! balik polaritas kapasitor, pasang
beban dengan resistansi 5 KΩ. Ukur tegangan output ( Vba) terhadap
ground dengan menggunakan oscilloscope. Amati, kemudian gambar
bentuk gelombang yang dihasilakan ! Apa yang dapat anda simpulakan ?
8. Lakukan langkah 1 – 6 untuk penyearah Center Tap.
Pertanyaan V.2. :
Gambar grafik perubahan nilai kapasitansi C dan beban terhadap
perubahan VDC !
40
V. PERTANYAAN DAN TUGAS AKHIR
1. Apa yang menyebabkan ripple tegangan ? Jelaskan !
2. Analisa rangkaian penyearah setengah gelombang. Terangkan sehingga didapat
bentuk output setengah siklus !
3. Analisalah rangkaian penyearah gelombang penuh metode bridge. Terangkan
urutan jalannya arus ! Gambar bentuk gelombangnya sehingga didapat
gelombang searah pada output !
4. a. Apakah fungsi dari regulator ?
b. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari regulator analog, regulator IC dan
regulator zener ?
5. Perhatikan rangkaian power supply dengan metode bridge :
41
DIODA
I. TUJUAN
1. Mempelajari karakteristik dioda beserta sifat – sifatnya
2. Mempelejari dioda dalam beberapa aplikasi
Bila terminal negatif sumber DC dihubungkan dengan tipe-n pada dioda dan
terminal positif sumber DC dihubungkan dengan tipe-p pada dioda, maka dioda
forward bias atau apabila dianggap sebagai saklar otomatis, maka saklar dalam
keadaan tertutup. Bila terminal negatif sumber DC dihubungkan dengan tipe-p pada
dioda dan terminal positif pada sumber DC dihubungkan dengan tipe-n pada dioda,
maka dioda reverse bias atau saklar dalam keadaan terbuka.
Secara ideal, dioda berlaku sebagai konduktor sempurna ( tegangan berharga nol )
jika dibias reverse.
Berikut adalah beberapa aplikasi dari dioda :
42
Clipper positif :
Clipper negatif :
Clipper kombinasi :
Clamper positif :
43
Clamper negatif :
44
0
2
4
6
8
1N4002
VD
Vin VD
45
V. TUGAS AKHIR
1. Coba bandingkan apa yang terjadi pada posisi sebelum dibalik dan setelah dibalik
untuk tiap percobaan pada pengukuran karakteristik !
2. Apakah ada perbedaan antara karakteristik dioda dengan karakteristik dioda zener
? Jelaskan !
3. Dari hasil pengukuran dapat diketahui berapakah besarnya tegangan dioda zener
yang digunakan ?
4. Khusus untuk pengukuran karakteristik dioda adan dioda zener buatlah analisis
garis bebannya dan tentukan titik kerjadari dioda tersebut tersebut!
5. Apa perbedaan dasar antara clipper dengan clamper pada gelombang output yang
dihasilkannya ?
6. Buatlah output dari setiap aplikasi dioda diatas dengan menggunakan software
Electronic WorkBench ( EWB ) !
7. Coba bandingkan apakah clipper kombinasi merupakan penggabungan antara
clipper positif dan clipper negatif ? Jelaskan!
46
MODUL II-6
DASAR TRANSISTOR
I. TUJUAN
1. Mempelajari cara kerja Transistor Bipolar
2. Menentukan titik kerja Transistor
3. Membuat garis beban DC
II. ALAT-ALAT
1. Kit praktikum Dasar Tansistor
2. Power Supply
3. Multimeter
Konstruksi
47
Rangkaian Bias Transistor
Bias Basis
Gambar diatas merupakan rangkaian bias basis. Biasanya catu daya basis sama
dengan catu daya kolektor ; VBB = VCC. Cara pemberian prategangan pada transistor
merupakan cara yang paling buruk dalam operasi linier ini, karena titik Q akan
menjadi tidak stabil.
Sebuah sumber tegangan VBB membias dioda forward emitter melalui resistor yang
membatasi arus pada RB. Hukum tegangan Kirchoff menyatakan tegangan pada RB
adalah VBB-VBE.
Hukum Ohm memberikan arus bias :
VBB − VBE
IB = … (1)
RB
Bias Emitter
48
Untuk mengatasi perubahan β dc maka digunakan rangkaian “Prategangan Umpan
Balik Emitter”.
Rangkaiannya sebagai berikut :
49
linier. Disebut pembagi tegangan karena berasal dari pembagi tegangan pada R1 dan
R2. Tegangan yang melintasi R2 memberi tegangan maju pada dioda emitter.
Prategangan pembagi tegangan bekerja sebagai berikut, misalkan kita membuka
sambungan basis pada gambar diatas, dengan demikian kita akan melihat pembagi
tegangan tanpa beban yang mempunyai tegangan thevenin sebesar :
R2
VTH = Vcc … (6)
R2 + R1
Dan hambatan thevenin sebesar :
R1 .R2
RTH = R1 // R2 = … (7)
R1 + R2
Garis Beban
50
Jika transistor dalam keadaan saturasi maka VCE = 0 artinya pada terminal C dan E
akan terhubung sehingga arus mengalir dan transistor menjadi ON. Jika transistor
dalam keadaan cut-off maka IC = 0, dan terminal C dan E akan terbuka sehingga
tidak ada arus yang mengalir melalui transistor dan transistor menjadi OFF.
2. Untuk setiap perubahan RB, RC, VCC, VBB ukur nilai dari VCE, VBE, IB, IC, IC
saturasi.
3. Catat hasil pengamatan kedalam tabel 1.
51
4. Gambar garis beban dc untuk setiap pengamatan, kemudian tentukan titik Q
(Queiscent).
Tabel 1 :
52
1. Buat rangkaian seperti gambar dibawah ini :
2. Untuk setiap perubahan VBB, VCC, RC, RB, RE, sesuai tabel 2, ukur VCE, VBE, IB,
IC, IC saturasi.
3. Catat hasil pengamatan kedalam tabel 2.
4. Gambar garis beban dc dan titik Q untuk setiap pengamatan.
Tabel 2 :
No VCE VBE IB (uA) IC (mA) IC sat = VCC/RC
VCC = 10 V
VBB = 5 V
1 RC = 330 Ω
RE = 220 Ω
RB = 2K2 Ω
VCC = 10 V
VBB = 5 V
2 RC = 510 Ω
RE = 330 Ω
RB = 3K3 Ω
VCC = 10 V
VBB = 5 V
3 RC = 820 Ω
RE = 330 Ω
RB = 4K7 Ω
53
VCC = 15 V
VBB = 6 V
4 RC = 1K Ω
RE = 510 Ω
RB = 4K7 Ω
VCC = 15 V
VBB = 0 V
5 RC = 820 Ω
RE = 330 Ω
RB = 12 K Ω
2. Untuk setiap perubahan VCC, R1, R2, RC, RE ukur harga : VTH, VCE, VBE, IB, IC,
IC saturasi.
3. Catat hasil pengamatan kedalam tabel 3.
4. Gambar garis beban dc untuk setiap pengamatan kemudian tentukan titik Q.
Tabel 3 :
54
RE = 220 Ω
VCC = 10 V
R1 = 2K2 Ω
2 R2 = 510 Ω
RC = 820 Ω
RE = 220 Ω
VCC = 15 V
R1 = 1M Ω
3 R2 = 2K2 Ω
RC = 3K3 Ω
RE = 220 Ω
VCC = 7 V
R1 = 1K Ω
4 R2 = 220 Ω
RC = 510 Ω
RE = 330 Ω
VCC = 0 V
R1 = 2K2 Ω
5 R2 = 510 Ω
RC = 820 Ω
RE = 220 Ω
Switch Transistor :
55
2. Untuk setiap perubahan VBB, VCC, RB, RC sesuai tabel ukur : VBE, VLED, VCE, IB,
IC, IC saturasi.
3. Catat hasil pengamatan kedalam tabel 4.
4. Gambar garis beban dc untuk setiap pengamatan.
Tabel 4 :
56
V. TUGAS AKHIR
1. Gambarkan garis beban dc dan tentukan titik kerja Q menurut perhitungan
untuk setiap percobaan, kemudian bandingkan dengan hasil pengamatan.
2. Terangkan cara kerja rangkaian transistor menurut gambar 1, 2, 3, 4.
3. Mengapa pada Bias Basis titik Q-nya tidak stabil? dan bagaimana cara
mengatasinya.
4. Sebutkan keuntungan dan kerugian serta kegunaan dari rangkaian Bias Basis,
Bias Emitter, dan Prategangan Pembagi Tegangan.
5. Kesimpulan apa yang saudara dapatkan dari percobaan.
57
MODUL II-7
FILTER PASIF
VII. TUJUAN
1. Mempelajari karakteristik respon frekuensi dari berbagai macam filter (LPF,
HPF, BPF, BRF).
2. Membandingkan respon frekuensi yang diperoleh dari perhitungan dengan
pengukuran.
VIII. ALAT-ALAT
1. Komponen pasif (resistor, induktor, kapasitor).
2. Oscilloscope.
3. Function Generator.
4. Jumper dan Probe.
5. Project Board.
58
- Band Reject Filter (BRF).
Berikut ini adalah beberapa macam rangkaian sederhana yang dapat dijadikan filter
pasif :
FILTER RC
Rangkaian yang tersusun atas komponen R dan C dapat digunakn sebagai filter
HPF, LPF, dan BPF. Pada penggunaannya sebagai filter HPF dan LPF, rangkaian
ini memiliki suatu nilai batas frekuensi sebesar :
1
f co = ( Hz ) … (1)
2πRC
Nilai ini dipengharuhi oleh besar resistor dan kapasitor yang digunakan.
a. Filter RC (LPF).
Filter RC yang digunakan sebagai Low Pass Filter memiliki respon frekuensi
sebesar :
1
H ( jω ) = … (2)
jωRC + 1
59
b. Filter RC (HPF).
Filter RC yang digunakan sebagai High Pass Filter memiliki respon frekuensi
sebesar :
jωRC
H ( jω ) = … (3)
jωRC + 1
FILTER RL
Rangkaian yang tersusun atas komponen R dan L dapat digunakan sebagai filter
HPF, LPF dan BPF. Pada penggunaannya sebagai filter HPF dan LPF, rangkaian ini
memiliki suatu nilai batas frekuensi sebesar :
R
f co = ( Hz ) … (4)
2πL
Nilai ini dipengaruhi oleh besar resistor dan inductor yang digunakan.
a. Filter RL (LPF).
60
Filter RL yang digunakan sebagai Low Pass Filter memiliki respon frekuensi
sebesar :
R
H ( jω ) = …(5)
jωL + R
b. Filter RL (HPF).
Filter RL yang digunakan sebagai High Pass Filter memiliki respon frekuensi
sebesar :
jωL
H ( j) = …(6)
jωL + R
1
H ( jω ) = … (7)
⎛ 1 ⎞
R + j ⎜ ωL − ⎟
⎝ ωC ⎠
61
Khusus untuk rangkaian RLC seri dan RLC parallel, frekuensi resonansinya adalah
:
1
f co = ( Hz ) … (9)
2η LC
Pada kondisi ini dapat diperoleh nilai bandwidth dan factor kualitas untuk rangkaian
seri (s) serta factor kualitas untuk rangkaian parallel (p), sebesar :
BW = f co 2 − f co1 ( Hz ) … (10)
ω0 L 1
Qs = = … (11)
R ω0 L
R
Q p = ω 0 RC = … (12)
ω0 L
ω0
Q= … (13)
BW
Rangkaian RLC seri dan parallel yang menghasilkan respon BPF ini memiliki du
buah frekuensi cut-off, yaitu :
2
ω0 ⎛ 1 ⎞
ω co1 = − + ω0 1 + ⎜⎜ ⎟⎟ [rad/s] … (14)
2Q ⎝ 2Q ⎠
2
ω0 ⎛ 1 ⎞
ω co 2 = + ω0 1 + ⎜⎜ ⎟⎟ [rad/s] ... (15)
2Q ⎝ 2Q ⎠
62
a. Rangkaian Filter RLC seri :
X. PROSEDUR PERCOBAAN.
Catatan :
- Kutub negtif harus di-ground dengan baik.
- Jumper dan probe harus terhubung dengan baik agar tidak menghasilkan noise
pada pengukuran.
- Pastikan oscilloscope sudah dalam keadaan terkalibrasi.
- Tabel. 1
F (KHz) Vopp (Volt)
63
Filter RC (LPF)
Filter RC (HPF)
64
Filter RL (LPF)
Filter RL (HPF)
65
Filter RLC (BPF)
66
XI. TUGAS AKHIR
1. Gambarkan grafik Vo terhadap fungsi frekuensi pada kertas grafik!.
Dari gambar tersebut, jelaskan fungsi rangkaiannya!.
2. Berapa frekuensi cut-off untuk masing-masing percobaan ?
Bandingkan dari hasil pengukuran dan perhitungan !.
3. Berapa Bandwidth untuk percobaan filter BPF dan BRF?
Bandingkan dari hasil pengukuran dan perhitungan !.
67
MODUL II – 8
DIFERENSIATOR – INTEGRATOR
I. TUJUAN
• Mempelajari sifat-sifat rangkaian Integrator dan Diferensiator.
• Mempelajari kegunaan Integrator dan Diferensiator sebagai filter.
III. TEORI
RANGKAIAN DIFERENSIATOR
a. RC Diferensiator
C
+ +
Vi R Vo
- -
Menurut Hukum Kirchoff
1
C∫
Vi = idt + R.i
1 1 dVi
1. Untuk Vi =
C ∫ idt 〉〉 R.i , maka Vi ≈ Vi = ∫ idt atau I ≈ C
C dt
sehingga didapatkan
dVi
hubungan antara input dan output sebagai berikut : Vo = R.i = R.C …………(1)
dt
68
2. Untuk gelombang sinusoida
1 1
Bila Vi =
C ∫ i.dt 〉〉 R.i dalam bentuk phasornya
jωC
.I 〉〉 R.i akan menghasilkan :
1
〉〉 R atau ωRC 〈〈1 . Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa jika dipengaruhi
ωC
syarat, maka rangakaian tersebut berfungsi sebagai Diferensiator.
3. Transfer Function
Vo R 1 1 1 1
= = = dimana ω 0 = atau fo = untuk
Vi 1 1 ω0 RC 2πRC
R+ 1+ 1− j
JωRC jωRC ω
1 Vo
ω 〉〉ω 0 atau ω 〉〉 , maka ≈ 1 sehingga rangkaian diatas merupakan High Pass
RC Vi
Filter (HPF).
b. RC Diferensiator
+ +
Vi L Vo
- -
RANGKAIAN INTEGRATOR
a. RC Integrator
69
+ R +
Vi C Vo
- -
Dengan cara yang sama seperti pada Diferensiator, diperoleh hubungan antara
input dan output sebagai berikut :
1
RC ∫
Vo = Vidt ………………………………………………………. (3)
b. RL Integrator
L
+ +
R
Vi Vo
Hubungan output dan inputnya :
R
L∫
Vo = Vidt ………………………………………………………(4)
PROSEDUR PERCOBAAN
a. RC Integrator sebagai filter
+ R +
Vi C Vo
- -
70
• Pelajari gambar rangkaian diatas.
• Atur tegangan output Audio Generator sebesar 4 Vpp berbentuk sinusoida, setelah itu
hubungkan dengan input rangkaian.
• Hubungkan output rangkaian dengan oscilloscope
• Atur frekuensi generator sesuai tabel di bawah ini. Tegangan input harus tetap setiap
perubahan frekuensi.
• Lakukan prosedur di atas untuk harga – harga R dan C seperti data Tabel 1
+ C +
Vi R Vo
- -
• Pelajari gambar rangkaian diatas.
• Atur tegangan output Audio Generator sebesar 4 Vpp berbentuk sinusoida, setelah itu
hubungkan dengan input rangkaian.
• Hubungkan output rangkaian dengan oscilloscope
71
• Atur frekuensi generator sesuai tabel II.
IV. PERTANYAAN
1. Secara teori gambarkan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh
rangkaian integrator dan diferensiator bila inputnya adalah gelombang pulsa !
2. Gambarkan bentuk gelombang yang dihasilkan rangkaian integrator &
diferensiator sesuai dengan hasil percobaan saudara !
3. Bandingkan gambar pada no 1 dan no 2, apakah sesuai dengan yang
diharapkan ?
V. PUSTAKA
Hayt, William. Engineering Circuit Analysis. 3rd Edition
72