Vous êtes sur la page 1sur 9

Asas Hukum

KATA PENGANTAR

Manusia sebagai makhluk sosial pasti saling berhubungan antara satu individu dengan
individu lainnya. Dalam perjalanannya, manusia membutuhkan hukum supaya terjalin
suatu hubungan yang harmonis. Pada dasarnya manusia secara alami mempunyai
kaidah seperti norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma adat sebagai aturan
dalam kehidupannya. Akan tetapi norma-norma itu tidak cukup untuk menjamin
keberlangsungan kehidupan manusia karena tidak tegasnya sanksi bagi yang
melanggarnya sehingga kesalahan itu bisa terulang lagi, maka disusunlah suatu hukum
yang mempunyai sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
Pada hakikatnya tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Setiap hubungan kemasyarakatan
tidak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan hukum yang
ada dan berlaku dalam masyarakat.
Hukum berfungsi sebagai pengatur keseimbangan antara hak dan kewajiban manusia
sebagai makhluk sosial, dan mewujudkan keadilan dalam hidup bersama. Karena
pentingnya kedudukan hukum dalam tatanan masyarakat, maka dalam pembentukan
peraturan hukum tidak bisa terlepas dari asas hukum, karena asas hukum adalah
landasan utama dalam pembentukan hukum.

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam pembentukan kehidupan bersama yang baik, dituntut pertimbangan tentang
asas atau dasar dalam membentuk hukum supaya sesuai dengan cita-cita dan
kebutuhan hidup bersama. Dengan demikian asas hukum adalah prinsip yang dianggap
dasar atau fundamen hukum. Asas-asas itu dapat juga disebut titik tolak dalam
pembentukan dan interpretasi undang-undang tersebut. Oleh karena itu Satjipto
Rahardjo menyebutkan bahwa asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum.
Dikatakan demikian karena asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi
lahirnya suatu peraturan hukum.
Asas hukum merupakan unsur yang sangat penting dalam pembentukan peraturan
hukum. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan sedikit pembahasan yang berkaitan
dengan masalah ini dengan harapan dapat mendekatkan pemahaman kita tentang asas
hukum dan memudahkan kita memahami materi ilmu hukum selanjutnya. Dan makalah
ini kami beri judul "Asas-asas Hukum".
Rumusan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini tidak mengambang dan tersusun scsra sistematis,
maka penulis akan memberi rumusan masalah pada pembahasan makalh ini. Dalam
makalah ini akan dibahas beberapa hal tekait dengan asas hukum, diantaranya:
a. Pengertian asas hukum
b. Fungsi asas hukum
c. Bentuk dan kekuatan asas hukum
d. Ruang lingkup asas hukum
Inilah beberapa hal yang akan dibahas dalam makalah ini, semoga dengan adanya
rumusan masalah ini membuat pembaca lebih mudah untuk memahami makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asas Hukum
Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada
umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Dalam bahasa
Inggris, kata " asas " diformatkan sebagai " principle ", sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ada tiga pengertian kata " asas": 1) hukum dasar, 2) dasar (sesuatu
yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat) dan 3) dasar cita- cita. peraturan
konkret ( seperti undang- undang) tidak boleh bertentangan dengan asas hukum,
demikian pula dalam putusan hakim, pelaksanaan hukum, dan sistem hukum .
Tentang batasan pengertian asas hukum ada beberapa pendapat yang dikemukakan
oleh beberapa ahli , yaitu:
 Pendapat Bellefroid, asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan- aturan yang lebih
umum.
 Pendapat van Scholten, asas hukum adalah kecenderungan yang disyaratkan oleh
pandangan kesusilaan kita pada hukum dan merupakan sifat- sifat umum dengan
segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang tidak boleh
tidak harus ada.
 Pendapat van Eikema Hommes, asas hukum bukanlah norma-norma hukum konkrit,
tetapi ia adalah sebagai dasar-dasar pikiran umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum
yang berlaku.
 Pendapat van der Velden, asas hukum adalah tipe putusan yang digunakan sebagai
tolak ukur untuk menilai situasi atau digunakan sebagai pedoman berperilaku.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa asas hukum
bukan merupakan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan
abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat di dalam dan
di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan
dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan
mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut.
Atau lebih ringkasnya, asas hukum merupakan latar belakang dari terbentuknya suatu
hukum konkrit.
Ada beberapa perbedaan mendasar antara asas dan norma , yaitu :
1. Asas merupakan dasar pemikiran yang umum dan abstrak, sedangkan norma
merupakan peraturan yang riil.
2. Asas adalah suatu ide atau konsep, sedangkan norma adalah penjabaran dari ide
tersebut.
3. Asas hukum tidak mempunyai sanksi sedangkan norma mempunyai sanksi.
Tentu saja keduanya berbeda, karena asas hukum adalah merupakan latar belakang
dari adanya suatu hukum konkrit, sedangkan norma adalah hukum konkrit itu sendiri.
Atau bisa juga dikatakan bahwa asas adalah asal mula dari adanya suatu norma.
B. Fungsi Asas Hukum
Dalam sistem hukum,asas hukum memiliki beberapa fungsi , yaitu :
1. Menjaga ketaatan asas atau konsistensi. Contoh, dalam Hukum Acara Perdata dianut
" asas pasif bagi hakim ", artinya hakim hanya memeriksa pokok-pokok sengketa yang
ditentukan oleh para pihak yang berperkara dan bukan oleh hakim. Hakim hanya
membantu para pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk tercapainya keadilan. Dengan demikian hakim menjadi pasif dan
terjagalah ketaatan asas atau konsistensi dalam Hukum Acara Perdata, karena para
pihak dapat secara bebas mengakhiri sendiri persengketaannya.
2. Menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam sistem hukum. Fungsi ini diwujudkan
dalam beberapa asas hukum di bawah ini:
Lex dura sed ita scripta : Undang- Undang adalah keras tetapi ia telah ditulis
demikian.
Lex niminem cogit ad impossibilia, undang- undang tidak memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak mungkin,
Lex posterior derogat legi priori atau Lex posterior derogat legi anteriori, undang-
undang yang lebih baru mengenyampingkan undang- undang yang lama.
Lex specialist derogat legi generali, undang- undang yang khusus didahulukan
berlakunya daripada undang- undang yang umum.
Lex superior derogat legi inferiori, undang- undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang- undang yang lebih rendah tingkatannya.
3. Sebagai rekayasa sosial, baik dalam sistem hukum maupun dalam sistem peradilan.
Pada fungsi rekayasa sosial, kemungkinan difungsikannya suatu asas hukum untuk
melakukan rekayasa sosial di bidang peradilan, seperti asas Hukum Acara Peradilan di
Indonesia menganut asas tidak ada keharusan mewakilkan kepada pengacara, diubah
menjadi " asas keharusan untuk diwakili ". Asas yang masih dianut tersebut, sebetulnya
sebagai bentuk diskriminasi kolonial Belanda, sehingga sudah perlu dihapuskan.
Dengan demikian, asas hukum difungsikan sebagai a tool of social engineering bagi
masyarakat.
Tapi sekarang ada dari sebagian masyarakat yang melakukan acara pengadilan tanpa
didampingi oleh seorang pengacara, apakah fungsi ini masih berlaku?.
Fungsi ilmu hukum adalah mencari asas hukum dalam hukum positif, sedangkan asas
hukum mempunyai dua fungsi yaitu, : fungsi dalam hukum dan fungsi dalam ilmu
hukum .
Asas dalam hukum mendasarkan eksistensinya pada rumusan oleh pembentuk undang-
undang dan hakim ( ini merupakan fungsi yang bersifat mengesahkan ) serta
mempunyai pengaruh yang normatif dan mengikat para pihak.
Asas dalam ilmu hukum hanya bersifat mengatur dan eksplikatif atau menjelaskan.
Tujuannya adalah memberi ikhtisar, sifatnya tidak normatif dan tidak termasuk hukum
positif.

C. Bentuk dan Kekuatan Asas Hukum


Sejak zaman dahulu kala, orang-orang sudah berkeyakinan bahwa manusia tidak bisa
membentuk undang-undang dengan sewenang-wenang saja. Ada prinsip-prinsip
tertentu yang lebih tinggi daripada hukum yang ditentukan oleh manusia. 
Ada tiga bentuk asas- asas hukum yaitu :
1. Asas-asas hukum objektif yang bersifat moral. prinsip-prinsip itu telah ada pada
para pemikir zaman klasik dari abad pertengahan.
2. Asas-asas hukum objektif yang bersifat rasional, yaitu prinsip-prinsip yang termasuk
pengertian hukum dan aturan hidup bersama yang rasional. Prinsip ini juga telah
diterima sejak dahulu, tetapi baru diungkapkan secara nyata sejak mulainya zaman
modern, yakni sejak timbulnya negara-negara nasional dan hukum yang dibuat oleh
kaum yuris secara profesional.
3. Asas-asas hukum subjektif yang bersifat moral maupun rasional, yakni hak-hak yang
ada pada manusia dan menjadi titik tolak pembentukan hukum. Perkembangan hukum
paling nampak dalam bidang ini.
Dari penjelasan mengenai bentuk-bentuk asas hukum dapat diketahui bahwa asas
hukum bukanlah kaidah hukum yang konkrit melainkan merupakan latar belakang
peraturan yang konkrit dan bersifat umum dan abstrak Satjipto Rahardjo
mengemukakan bahwa asas hukum bukanlah norma hukum konkrit karena asas hukum
adalah jiwa dari norma hukum itu sendiri. Asas hukum dikatakan sebagai jiwa dari
norma hukum atau peraturan hukum karena ia merupakan dasar lahir atau ratio legis
dari peraturan hukum. Sebagai contoh bahwa asas hukum merupakan jiwa dari
peraturan atau norma hukum yaitu : asas hukum yang menyatakan bahwa apabila
seseorang melakukan perbuatan dursila yang merugikan orang lain maka ia harus
mengganti kerugian, dan ini merupakan asas hukum yang bersifat abstrak, dari asas
hukum ini lahir suatu norma hukum yang bersifat konkrit yaitu setiap perbuatan yang
melawan hukum dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain, wajib membayar ganti
rugi. ( lihat Pasal 1365 BW ). Karena sifat asas hukum yang abstrak inilah sehingga
tidak bisa diterapkan secara langsung dalam peristiwa hukum lain halnya dengan
peraturan hukum yang bersifat konkrit.

D. Ruang Lingkup Asas Hukum


Ditinjau dari ruang lingkupnya, asas hukum terbagi menjadi dua macam yaitu :
1. Asas hukum umum, yaitu asas hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang
hukum., seperti asas restitution in integrum, asas bahwa apa yang lahirnya tampak
benar untuk sementara harus dianggap demikian sampai ada keputusan dari
pengadilan..
2. Asas hukum khusus, yaitu asas hukum yang berfungsi dalam bidang yang lebih
sempit seperti dalam bidang hukum perdata, hukuk pidana, dan sebagainya, yang
merupakan penjabaran dari asas hukum umum.
Van Scholten mengatakan bahwa sekalipun pada umumnya asas hukum itu bersifat
dinamis namun ada asas hukum yang bersifat universal yang berlaku kapan saja dan
dimana saja, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat. Ia mengatakan bahwa ada
lima asas hukum universal yaitu ; asas kepribadian, asas persekutuan, asas kesamaan,
asas kewibawaan, dan asas pemisahan antara baik dan buruk. Empat asas hukum
universal yang pertama terdapat dalam setiap sistem hukum. Tidak ada sistem hukum
yang tidak mengenal ke-empat asas hukum universal tersebut. Ada kecenderungan dari
setiap asas hukum yang empat itu untuk menonjol dan mendesak yang lain. Ada suatu
masyarakat atau masa tertentu yang menghendaki asas hukum universal yang satu
daripada yang lain. Ke-empat asas hukum universal yang pertama didukung oleh
pikiran bahwa dimungkinkan memisahkan antara baik dan buruk ( asas hukum yang
kelima ). Kaidah hukum adalah pedoman tentang apa yang seyogyanya dilakukan dan
apa yang seyogyanya tidak dilakukan. Ini berarti pemisahan antara yang baik dan
buruk.
Dalam asas kepribadian, manusia menginginkan adanya kebebasan individu, ingin
memperjuangkan kepentingannya. Asas kepribadian itu menunjuk pada pengakuan
kepribadian manusia, bahwa manusia adalah subjek hukum, penyandang hak dan
kewajiban. Tata hukum bertitik tolak pada penghormatan dan perlindungan manusia.
Manusia ingin bebas memperjuangkan hidupnya. Asas hukum ini pada dasarnya
terdapat di seluruh dunia, walaupun bentuknya bervariasi satu sama lain .
Dalam asas persekutuan yang dikehendaki adalah suatu kehidupan bersama yang
tertib, aman dan damai, persatuan dan kesatuan serta cinta kasih. Manusia ingin hidup
bermasyarakat. Asas hukum ini terdapat di seluruh dunia.
Asas kesamaan menghendaki setiap orang dianggap sama dalam hukum. Yang dianggap
adil adalah apabila setiap orang memperoleh hak yang sama, setiap orang minta
diperlakukan sama tidak dibeda-bedakan ( equality before the law ). Perkara yang
sama harus diputus sama. Keadilan merupakan realisasi asas persamaan ini. Asas
hukum ini dikenal sepanjang umat dimama-mana. Di dalam masyarakat yang
primitifpun sejak dulu asas hukum ini dapat kita jumpai.
Asas kewibawaan memperkirakan atau mengasumsikan adanya ketidaksamaan. Di
dalam masyarakat harus ada seseorang yang memimpin, menertibkan masyarakat,
yang mempunyai wibawa atau diberi kewibawaan yang mempunyai wewenang dan
kedudukan yang lain daripada orang kebanyakan. Dalam lima asas universal tersebut
tampak adanya cita-cita dan harapan manusia, yang melekat pada diri manusia.
Dalam kepustakaan ilmu hukum, asas hukum juga tidak selamanya bersifat universal,
karena beberapa asas hukum ada yang bersifat spesifik, sebagai contoh :
1. Asas the binding force of precedent, yaitu putusan hakim sebelumnya mengikat
hakim-hakim lain dalam perkara yang sama. Asas khusus dianut dalam sistem hukum
Anglo Sakson.
2. Asas nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenadi, atau asas legalitas
( Pasal 1 Ayat 1 KUHPidana ), yaitu tidak ada perbuatan yang dapat dihukum, kecuali
sebelumnya ada undang-undang yang mengaturnya. Asas ini hanya dianut oleh
masyarakat yang telah memiliki hukum tertulis, seperti Indonesia.
3. Asas restitution in integrum, yaitu ketertiban dalam masyarakat haruslah dipulihkan
pada keadaan semula, apabila terjadi konflik. Asas ini digunakan dalam masyarakat
sederhana yang cenderung menghindari konfilik, dan budaya konfrimistis mewarnai
berlakunya asas ini.
4. Asas cogatitionis poena nemo patitur, yaitu tidak seorangpun dapat dihukum karena
apa yang dipikirkan dalam batinnya. Asas ini hanya berlaku pada masyarakat yang
menerapkan sistem hukum sekuler. Namun, dalam hukum Islam, berniat jahat
terhadap seseorang sudah merupakan sebab, sehingga ia dapat dihukum berdasarkan
Hukum Agama Islam.
BAB III
PENUTUP

Dari beberapa materi yang telah diuraikan di atas dapat kita ambil kesimpulan :
1 Ada beberapa definisi mengenai asas hukum, namun secara garis besar asas hukum
adalah pikiran dasar yang bersifat umum dan merupakan latar belakang atau landasan
untuk terbentuknya peraturan hukum.
2 Asas hukum memiliki fungsi yang berbeda baik dalam hukum maupun ilmu hukum.
3 Ada tiga bentuk asas hukum yang dikenal, yaitu asas hukum objektif yang bersifat
moral, asas hukum objektif yang bersifat rasional, dan asas hukum subjektif yang
bersifat moral dan rasional.
4 Dalam asas hukum kita mengenal adanya asas hukum universal yang meliputi seluruh
bidang hukum., dan asas hukum spesifik yang hanya meliputi bidang hukum tertentu
dan berlaku pada golongan masyarakat tertentu.

ASAS – ASAS HUKUM DI INDONESIA


• Nullum crimen nulla poena sine lege
Tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang – undangan yang
mengaturnya
• Lex superiori derogat lege priori
Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih
rendah , lihat
dalam pasal 7 UU No.10 Tahun 2004
• Lex posteriori derogat lege priori
Peraturan yang terbaru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya .
pahami juga lex
prospicit , non res cipit.
• Lex specialis derogate lege generali
Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat
lebih umum ,
lihat Pasal 1 KUHD.
• Res judicata pro veritate habeteur
Putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain yang
mengoreksinya
• Lex dura set tamen scripta
Undang – undang bersifat memaksa , sehingga tidak dapat diganggu
gugat
• Die normatieven kraft des faktischen
Perbuatan yang dilakukan berulang kali memiliki kekuatan normative ,
lihat Pasal
28 UU No.4 tahun 2004
Analisis – analisis :
• Nullum crimen nulla poena sine lege
Tidak ada kejahatan tanpa peraturan perundang – undangan yang
mengaturnya
? Bahwa semua kejahatan yang terjadi diindonesia adalah yang
melanggar undang –
undang . karena pernyataan diatas menyatakan bahwa tidak ada
kejahatan tanpa
peraturan perundang – undangan yang mengaturnya,
jadi suatu tindak kejahatan dikatakan sebagai perbuatan melanggar
hukum apabila
melanggar undang – undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
• Lex superiori derogat lege priori
Peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan yang lebih
rendah , lihat
dalam pasal 7 UU No.10 Tahun 2004
• Lex posteriori derogat lege priori
Peraturan yang terbaru mengesampingkan peraturan yang sebelumnya .
pahami juga lex
prospicit , non res cipit.
• Lex specialis derogate lege generali
Peraturan yang lebih khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat
lebih umum ,
lihat Pasal 1 KUHD.
• Res judicata pro veritate habeteur
Putusan hakim dianggap benar sampai ada putusan hakim lain yang
mengoreksinya
• Lex dura set tamen scripta
Undang – undang bersifat memaksa , sehingga tidak dapat diganggu
gugat
• Die normatieven kraft des faktischen
Perbuatan yang dilakukan berulang kali memiliki kekuatan normative ,
lihat Pasal
28 UU No.4 tahun 2004

Vous aimerez peut-être aussi