Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1
ASAL USUL KOTA PUTUSSIBAU
Putussibau pada masa sekarang merupakan Ibukota Kabupaten Kapuas Hulu yang
berada di wilayah propinsi Kalimantan Barat. Keberadaan Kota Putussibau tidak
terlepas dari adanya pemerintahan tradisional zaman dahulu hingga pemerintah modern
sesudah masuknya Bangsa Belanda dalam bentuk pemerintahan Koloni Belanda.
Putussibau sendiri merupakan satu nama daerah atau tempat di antara beberapa nama
daerah yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu. Di antara nama daerah di wilayah
Kabupaten Kapuas Hulu, selain Kota Putussibau yang sejak zaman dahulu adalah
Embaloh, Kalis, Suhaid, Selimbau, Silat, Bunut dan lain-lain. Nama-nama daerah itu
zaman dahulu adalah nama-nama kerajaan yang ada di wilayah Kapuas Hulu. Namun
sekarang daerah tersebut telah menyatu menjadi bagian yang integral dari NKRI,
khususnya sejak terbentuknya Pemerintahan Administratif pada tahun 1953 berdasarkan
UU Darurat No 3 Tahun 1953. Pada perkembangannya daerah-daerah tersebut menjadi
wilayah-wilayah kecamatan sebagai bagian dari Kabupaten Kapuas Hulu.
2
pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Daun pohon ini dapat
digunakan sebagai bahan pewarna pada tikar. Diceritakan dahulu kala ada pohon
Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai. Pohon Sibau tersebut tumbang menghalangi
aliran sungai, dan dari peristiwa itulah masyarakat menamakan daerah itu dengan
nama Putussibau.
B. Masa Penjajahan
3
Setelah perjanjian disetujui oleh kedua belah pihak, Cettersia kemudian
menyuruh tukang kayu Cina dan satu orang Melayu Bugis bernama Wak Cindarok.
Kayu-kayu hasil tebangan tersebut diangkut melalui sungai Kenera, Kendali, Raya,
Kenepai, Gebong, Rigi, Riau, Lemeda, Marsida, Kemelian, Subang, dan
Kemayung.Pada tanggal 15 November 1823 (11 Rabiul Awal 1239 H), pada masa
pemerintahan Pangeran Soema, pemerintahan koloni Hindia Belanda mengakui
kedaulatan Kerajaan Selimbau yang menguasai tanah negeri Silat. Kemudian
Kerajaan Selimbau mendirikan negeri baru yang diberi nama Nanga Bunut dan
mengangkat Abang Berita sebagai rajanya dengan gelar Raden Suta.
Sejak pangeran Muhammad Abbas Negara berkuasa, terjadi konflik antara Kerajaan
Selimbau dengan Kerajaan Sintang.
Pada tahun 1838 M, Kerajaan Sintang melakukan penyerangan terhadap
Kerajaan Selimbau. Kerajaan Sintang dipimpin oleh Pangeran Adipati Moh
Jamaluddin meyerang Kerajaan Selimbau pada tanggal 7 Ramadhan 1259 H.
Kerajaan Selimbau meminta bantuan kepada Kerajaan Pontianak yang dipimpin
oleh Sultan Syarif Usman bin Sultan Syarif Abdulrahman Al Kadri. Pemerintahan
Kolonial Hindia Belanda juga turut campur dalam peperangan itu karena pihak
Belanda mempunyai perjanjian dengan Kerajaan Pontianak dalam masalah
keamanan dan peperangan.
Selain berkonflik dengan Kerajaan Sintang, Kerajaan Selimbau juga sempat
berperang dengan Kerajaan Sekadau di daerah Sungai Ketungau. Pada tanggal 15
Desember 1847, Pangeran Muh Abbas Surya Negara mendapat pengakuan dari
pemerintah kolonia Hindia Belanda untuk memimpin tanah Kapuas Hulu yang
wilayahnya sampai ke hulu negeri Silat. Pada pemerintahan Pangeran Abbas inilah
Kerajaan Selimbau mengalami zaman keemasan dan mempunyai daerah kekuasaan
yang sangat luas sampai ke daerah Batang Aik Serawak Malaysia. Panembahan Haji
Muda Muh Saleh Pakunegara mendapat pengakuan kedaulatan oleh pemerintahan
colonial Belanda di Batavia sebagai penguasaKerajaan Selimbau. Ia diangkat
menjadi raja ke-23 pada tanggal 28 Februari 1882 M. panembahan H. Gusti Muh
Usman menjadi raja terakhir Kerajaan Selimbau yang ke 25, beliau dinobatkan oleh
pemerintahan Belanda pada tahun 1912 M. Pada masanya ini Kerajaan Selimbau
4
mengalami penderitaan karena harus membayar pajak tinggi. Beliau meninggal
tahun 1923 M.
Selama kedudukan Gusti Muhammad Usman, pemerintahan Belanda
melakukaan beberapa perjanjian:
1) Tanggal 15 November 1823 M dengan Pangeran Soama. Isi perjanjian adalah
pengakuan pemerintahan Belanda atas kedaulatan Kerajaan Selimbau yang
menguasai tanah negeri Kapuas Hulu dan negeri Silat.
2) Tanggal 5 Desember 1847 M, dengan Pangeran Muh Abbas Surya Negara. Isi
perjanjiannya adalah pengauan pemerintah Belanda atas kedaulatan Kerajaan
Selimbau di tanah Kapuas hulu yang kekuasaannya sampai ke Hulu Negeri
Silat.
3) Tanggal 27 Maret 1855 M, dengan Pangeran Muh Abbas Surya Negara. Isi
perjanjiannya adalah pengauan pemerintahan Belanda atas kedaulatan Kerjaan
Selimbau di Tanah Kapuas Hulu. Daerah yang telah ditaklukkan oleh Pangran
Muh Abbas meliputi: Dayak Batang Lumpur yang tinggal di Suriyang, Tangit,
Sumpak, Semenuk, dan Lanja.
4) Tanggal 28 Februari 1880 M, dengan Pangeran Haji Muda Agung Muh Saleh
Pakunegara
Pada masa pemerintahan Belanda (sekitar tahun 1936), Sintang merupakan
daerah landschop di bawah naungan pemerintahan Gouvernement. Daerah
Landschop ini terbagi menjadi 4 (empat) onderafdeling yang dipimpin oleh seorang
controleur atau gesagkekber, yaitu :
1. Onderafdeling Sintang, berkedudukan di Sintang;
2. Onderafdeling Melawi, berkedudukan di Nanga Pinoh;
3. Onderafdeling Semitau, berkedudukan di Semitau;
4. Onderafdeling Boeven Kapuas, berkedudukan di Putussibau.
Pemerintahan Landschop ini berakhir pada Tahun 1942 dan kemudian
tampuk pemerintahan diambil alih oleh Jepang.
5
2. Perlawanan Terhadap Bangsa Belanda
6
kenyataannya Jepang malah tidak lebih baik dari Belanda. Banyak sumber daya
alam dan manusia dimanfaatkan oleh Jepang untuk kepentingan Jepang sendiri.
Rakyat Putussibau benar-benar dieksploitasi guna kepentingan bangsa Jepang
dengan tanpa diberi imbalan yang memadai. Melihat ketimpangan ini, maka banyak
rakyat yang melakukan perlawanan terhadap Jepang. Demi mempertahankan
kedudukannya di Kalbar khususnya Putussibau, Jepang melakukan penangkapan
dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap membahayakan kedudukan
Jepang.
C. Masa Kemerdekaan
7
Swapraja: Swapraja Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Matan,
Sukadana, Simpang, Sanggau, Sekadau, Tayan, dan Sintang. Sedangkan Neo
Swapraja : Meliau, Nanga Pinoh, dan Kapuas Hulu.
Presiden Kalimantan Barat melalui Surat Keputusan Nomor 161 tanggal 10
Mei 1948 membentuk suatu ikatan federasi dengan nama daerah Kalimantan Barat.
Untuk mendukung federasi ini, Belanda mengeluarkan Besluit Luitenant
Gouverneur Kenderal Nomor 8 tanggal 2 Maret 1948 yang isinya adalah pengakuan
status Kalimantan Barat sebagai daerah Istimewa dengan pemerintahan sendiri
beserta sebuah Dewan Kalimantan Barat.
Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), daerah Kalimantan berstatus
sebagai daerah bagian (bukan Negara Bagian) yang terdiri dari satuan-satuan
kenegaraan seperti Daya Besar, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Banjar.
Dengan adanya tuntutan rakyat, maka DIKB yang dipandang sebagai peninggalan
pemerintah Belanda, berdasarkan keputusan Dewan Kalimantan Barat tanggal 7
Mei 1950, dengan masing-masing No 235/R dan 235/R menyatakan bahwa baik
badan pemerintah harian DIKB maupun pejabat kepala pusat PIS yang diwakili oleh
seorang pejabat berpangkat presiden.
Pada masa kemerdekaan kemudian Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu
dibentuk berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1953
Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara Nomor 352). Daerah Tingkat II Kabupaten
Kapuas Hulu terbentuk bersamaan dengan Daerah Tingkat II lainnya di Propinsi
Kalimantan Barat.
3. Jumlah Penduduk
8
D. Potesi Wisata dan Peninggalan Sejarah Di Kota Putussibau
1. Potensi Wisata
2. Peninggalan Sejarah
9
KESIMPULAN
Kota Putussibau adalah salah satu nama daerah dan tempat diantara beberapa nama
daerah yang ada diwilayah kabupaten Kapuas Hulu. Kota ini terletak di hulu Sungai
Kapuas yang memiliki panjang 1,143 kilometer, dan 56 persen dari luas wilayah kabupaten
ini adalah kawasan konservasi dalam bentuk taman nasional dan hutan lindung.
(Coordinates: 0°51'58"N 112°55'28"E). Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu dinamakan
demikian karena di kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai Kapuas.
Sungai Kapuas yang melewati Kota Putussibau telah memutus aliran Sungai Sibau
yang membelah Kota Putussibau sehingga dikatakan Putussibau. Menurut versi cerita
rakyat lainnya, bahwa munculnya nama Putussibau berasal dari kata “Sibau” yang
merupakan jenis pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Diceritakan
dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai. menghalangi aliran sungai.
Kota Putussibau berdiri pada tanggal 1 Juni 1895, sewaktu pemerintah kolonial
Hindia Belanda menempatkan seorang Controleur di wilayah Boven Kapuas bernama L.C.
Westenemk (1895-1897) yang berkedudukan di Putussibau. Pada masa kemerdekaan
kemudian Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dibentuk berdasarkan Undang-undang
Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan
(Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 9 Tambahan Lembaran Negara Nomor 352).
Daerah Tingkat II Kabupaten Kapuas Hulu terbentuk bersamaan dengan Daerah Tingkat II
lainnya di Propinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan landasan historis, pemerintah Kabuaten Kapuas Hulu mengadakan
Seminar yang membahas ”Hari Jadi Kota Putussibau” pada tanggal 14-15 Februari 2005 di
Putussibau. Hasil seminar tersebut menjadi dasar keluarnya Peraturan Daerah (Perda)
Kabupaten Kapuas Hulu Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Penetapan Hari Jadi Kota
Putussibau.
Demikianlah makalah ini penulis persembahkan agar dapat memberikan manfaat
kepada sidang pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis agar dapat lebih
mengenali serta memahami asal-usul kota Putussibau.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
GLOSARIUM
12
Kenkarikan = Kepala pemerintahan di jaman Jepang semacam Asisten
Resident atau bupati saat ini, sedangkan wakilnya disebut
Bunkekarikan
Gunco = Kepala pemerintahan di jaman Jepang untuk wilayah
setingkat kecamatan
Kewedanan = Adalah wilayah administrasi kepemerintahan yang berada di
bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang berlaku di masa
Hindia-Belanda dan beberapa tahun setelah kemerdekaan
Indonesia yang dipakai di beberapa provinsi (misalnya Jawa
Barat dan Jawa Timur). Pemimpinnya disebut wedana.
District = Distrik (District) atau kawedanan di jaman kolonial Hindia
Belanda merupakan pembagian administratif di bawah onder-
afdeeling. Di bawah distrik terdapat beberapa onder-district.
Minseibu Syuu = Merupakan daerah tingkat teratas yang mempunyai
pemerintahan sendiri sebagai suatu kesatuan dalam masa
pemerintahan militer Jepang
Swapraja = Daerah pemerintahan asli yang kedudukannya berdasarkan
atas hukum asli (masyarakat adat)
13
KATA PENGANTAR
Sebentar lagi tepatnya tanggal 1 Juni, Kota Putussibau yang kita banggakan ini akan
berulang tahun. Tidak dapat dapat di pungkiri banyak di antara kita yang belum mengetahui
asal usul kota Putussibau. Agar lebih mengenal dan mengetahui asal usul Kota Putussibau
maka penulis mencoba untuk membuat makalah yang berjudul “Asal Usul Kota
Putussibau” sebagai tugas dari mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diasuh oleh.......... .
Harapan penulis semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan sedikit
gambaran tentang asal usul Putussibau bagi sidang pembaca pada umumnya dan khususnya
bagi penulis sendiri
Tak lupa sebelumnya penulis ingin memohon maaf apabila terdapat kekurangan
ataupun kesalahan baik dari segi penulisan maupun keakuratan data. Kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini di kemudian hari
sehingga bisa menjadi bahan makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Putussibau, 2011
Desy Afriani
i
14
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
ASAL USUL KOTA PUTUSSIBAU...................................................................... 2
A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Putussibau................................ 2
1. Asal Mula Kata Putussibau............................................................ 2
2. Asal Mula Penduduk Putussibau......................................................... 3
B. Masa Penjajahan.......................................................................................... 3
1. Kondisi Sosial Politik Zaman Belanda................................................. 3
2. Perlawanan Terhadap Bangsa Belanda......................................... 6
3. Kondisi Sosial Ekonomi Zaman Jepang........................................ 6
4. Perlawanan Terhadap Bangsa Jepang.......................................... 6
C. Masa Kemerdekaan.................................................................................... 7
1. Situasi Setelah Kemerdekaan............................................................... 7
2. Pembentukan Kabupaten Kapuas Hulu.............................................. 7
3. Jumlah Penduduk................................................................................. 8
D. Potesi Wisata dan Peninggalan Sejarah Di Kota Putussibau.................. 9
1. Potensi Wisata........................................................................................ 9
2. Peninggalan Sejarah.............................................................................. 9
KESIMPULAN........................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11
GLOSARIUM.......................................................................................................... 12
ii
15
ASAL USUL KOTA PUTUSSIBAU
Disusun Oleh