0 évaluation0% ont trouvé ce document utile (0 vote)
149 vues104 pages
PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TPQ NUR IMAN KARANGJAMBU PURWANEGARA PURWOKERTO UTARA
SKRIPSI Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Oleh : MUKTI ALI NIM. 01262022
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN TARBIYAH STAIN PURWOKERTO PURWOKERTO 2008
1
2
NOTA PEMBIMBING Suwito NS., M.Ag. Dosen STAIN Purwokerto Hal : Pengajuan Skripsi Sdr. Mukti Ali Lamp
PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TPQ NUR IMAN KARANGJAMBU PURWANEGARA PURWOKERTO UTARA
SKRIPSI Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Oleh : MUKTI ALI NIM. 01262022
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN TARBIYAH STAIN PURWOKERTO PURWOKERTO 2008
1
2
NOTA PEMBIMBING Suwito NS., M.Ag. Dosen STAIN Purwokerto Hal : Pengajuan Skripsi Sdr. Mukti Ali Lamp
Droits d'auteur :
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Formats disponibles
Téléchargez comme PDF, TXT ou lisez en ligne sur Scribd
PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TPQ NUR IMAN KARANGJAMBU PURWANEGARA PURWOKERTO UTARA
SKRIPSI Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Oleh : MUKTI ALI NIM. 01262022
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN TARBIYAH STAIN PURWOKERTO PURWOKERTO 2008
1
2
NOTA PEMBIMBING Suwito NS., M.Ag. Dosen STAIN Purwokerto Hal : Pengajuan Skripsi Sdr. Mukti Ali Lamp
Droits d'auteur :
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Formats disponibles
Téléchargez comme PDF, TXT ou lisez en ligne sur Scribd
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TPQ NUR IMAN KARANGJAMBU PURWANEGARA PURWOKERTO UTARA
SKRIPSI Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam
Oleh : MUKTI ALI NIM. 01262022
PROGARAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB JURUSAN TARBIYAH STAIN PURWOKERTO PURWOKERTO 2008
2
NOTA PEMBIMBING Suwito NS., M.Ag. Dosen STAIN Purwokerto
Hal : Pengajuan Skripsi Purwokerto, Januari 2007 Sdr. Mukti Ali Lamp : 5 (lima) eksemplar Kepada Yth. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto di- Purwokerto
Assalamualaikum Wr.Wb. Setelah mengadakan koreksi dan perubahan seperlunya, maka bersama ini, saya sampaikan naskah skripsi Saudara: Nama : Mukti Ali NIM : 01262022 Jurusan/Prodi : Tarbiyah/PBA Judul Skripsi : Pengembangan Kemampuan Berbahasa Arab Pada Anak Usia Prasekolah di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut di atas dapat dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb. Pembimbing,
Suwito NS., M.Ag. NIP. 150 290
3
PENGESAHAN Skripsi Berjudul
PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TPQ NUR IMAN KARANGJAMBU PURWANEGARA PURWOKERTO UTARA
yang disusun oleh Saudari Mukti Ali, NIM. 01262022 Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto telah diujikan pada tanggal 21 Januari 2008 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah oleh Sidang Dewan Penguji Skripsi
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Drs. M. Irsyad, M.Pd.I Rohmat, M.Ag NIP. 150266722 NIP. 150327189
Purwokerto, 5 Februari 2008 Ketua STAIN Purwokerto
Drs. H. Khariri, M.Ag. NIP. 150 221 223 MOTTO
4
J > - ; - '; -- - ; - - V > - - ; - : - = - ; - ^ - =- - ^ - =- ) - ;-=- - ( Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu bahwa saya adalah orang Arab, bahwa al-Quran adalah bahasa Arab, dan bahasa penghuni surga di dalam surga adalah bahasa Arab. (HR. Thabrani)PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan: 1. Ayahanda dan ibunda tercinta. 2. Kakak-kakak yang tercinta yang selalu mendorong penulis dan memberi motivasi. 3. Teman-teman seperjuangan.
5
PERSEMBAHAN
6
KATA PENGANTAR
7
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN NOTA PEMBIMBING............................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii KATA PENGANTAR..................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ........................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1 B. Penegasan Istilah ..................................................................... 9 C. Rumusan Masalah..................................................................... 10 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian............................................... 11 E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 11 F. Metode Penelitian .................................................................... 16 G. Sistematika Penulisan ............................................................... 23 BAB II KERANGKA TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN BERBAHASA DAN ANAK USIA PRASEKOLAH A. Kemampuan Berbahasa ............................................................ 25 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa ..................................... 25 2. Jenis-jenis Kemampuan Berbahasa...................................... 25 B. Anak Usia Prasekolah............................................................... 41 1. Pengertian Anak Usia Prasekolah........................................ 41
8
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah ..... 42 3. Lingkungan Pendidikan Anak Usia Prasekolah ................... 44 4. Kemampuan Berbahasa Anak Usia Prasekolah.................... 48 BAB III GAMBARAN UMUM TPQ NUR IMAN A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ..................................... 51 B. Letak dan Keadaan Geografis ................................................... 54 C. Struktur Kepengurusaan TPQ Nur Iman.................................... 55 D. Keadaan Ustadz dan Santri ....................................................... 60 E. Sarana dan Prasarana ................................................................ 65 F. Kurikulum Pembentukan Bahasa Arab...................................... 68 BAB IV PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TPQ NUR IMAN
A. Perencanaan Pembentukan........................................................ 70 B. Pelaksanaan Pembentukan ........................................................ 76 1. Pembentukan Kemampuan Mendengar ............................... 76 2. Pembentukan Kemampuan Berbicara.................................. 79 3. Pembentukan Kemampuan Membaca.................................. 81 4. Pembentukan Kemampuan Menulis .................................... 82 C. Faktor Yang Mendukung Pembentukan Kemampuan Berbahasa ................................................................................. 84 D. Evaluasi Hasil Belajar............................................................... 86 BAB V PENUTUP
9
A. Kesimpulan............................................................................... 90 B. Saran-saran............................................................................... 93 C. Kata Penutup ............................................................................ 94 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewariskan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga membentuk manusia yang berkualitas. Pemenuhan tuntutan tersebut, ditempuh jalur pendidikan. Jalur pendidikan merupakan media yang efektif. Pendidikan bertujuan agar budaya yang merupakan nilai-nilai luhur budaya bangsa dapat diwariskan dan dimiliki oleh generasi muda. Agar tidak ketinggalan zaman senantiasa relevan dan signifikan dengan tuntutan hidup. Diantara sekian banyak budaya yang perlu diwariskan kepada generasi muda adalah bahasa, karena bahasa marupakan alat yang sangat penting untuk berkomunikasi. Para pakar linguistik deskriptif biasanya mendefinisikan bahasa sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter, yang kemudian lazim ditambah dengan yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Bagian utama dari definisi di atas menyatakan hakekat bahasa itu, dan bagian tambahan menyatakan apa fungsi bahasa itu. 1
Menurut F.B. Condillac sebagaimana dikutip oleh Abdul Chaer, bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat
1 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta : Rineka Cipta, Cet I, 2003), hlm. 29
11
naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian teriakan-teriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, dan makin lama kelamaan semakin panjang dan rumit. 2
Sedangkan menurut Aristoteles sebagaimana dikutip oleh Sumarsono, bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia. Artinya, bahasa baru ada kalau sesuatu yang ingin diungkapkan, yaitu pikiran atau perasaan. Dengan kata lain, pikiran mempengaruhi bahasa. 3
Pada era globalisasi sekarang ini, semakin dirasakan betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Kenyataan sekarang ini, adalah banyak para ahli yang bergerak dalam bidang teori dan praktik bahasa. Mereka menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh tanpa bahasa. 4
Fungsi bahasa selain sebagai alat komunikasi dan penghubung antara manusia, juga masih banyak fungsi yang lainnya. Di antaranya adalah bahasa merupakan pendukung yang mutlak dari pada keseluruhan pengetahuan manusia. Tidak suatu bidang ilmu apapun yang disampaikan dengan efisien, kecuali lewat media bahasa, dalam kebanyakan bidang pengajaran bahasa sebagai alat penyampaian adalah yang paling penting dan mutlak diperlukan. Bahasa juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang. Maksudnya, bahwa bahasa dapat mengekspresikan perasaan yang signifikan maupun yang tidak signifikan serta dapat menuangkan keindahan-
2 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, hlm. 30. 3 Sumarsono, Buku Ajar Filsafat Bahasa (Jakarta: Grasido, 2004), hlm. 58. 4 Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah kemahiran Keterampilan Berbahasa (Jakarta: Nusa Indah, Cet. IX), hlm. 1.
12
keindahan sehingga dapat diketahui, diketahui dan dirasakan oleh orang lain. Di samping bahasa dipakai untuk interaksi individual, antar generasi juga antar angkatan. Pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi itu digambarkan oleh para ahli, antara lain Gorys Keraf 5 yang menyatakan bahwa fungsi bahasa yang secara umum itu sebagai alat komunikasi yang diadakan dengan menggunakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tak ada seorangpun yang menyangkal peran penting bahasa dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat saling berkomunikasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta kebudayaan dalam rangka membangun peradaban yang lebih baik. Begitu penting peran bahasa, seorang filosof bahasa kenamaan Ludwig Wittgenstein, menyatakan die grenze miner sprache bedeuten die grenze meiner welt (batas bahasaku adalah batas duniaku). Secara lebih bebas artinya adalah batas dunia manusia identik dengan batas dunia logika yang dibangunnya. Ungkapan Ludwig Wittgenstein menyiratkan makna bahwa kemampuan berbahasa seseorang sangat menentukan sejauh mana dia mampu menembus batas-batas dunianya sendiri. Bahasalah yang membedakan manusia dari mahluk lainnya, sebab hanya manusia yang dapat memproduksi sistem bunyi. 6
Setiap negara mempunyai bahasa nasional sendiri-sendiri. Biasanya bahasa itu tersusun dari bahasa-bahasa daerah yang ada, sehingga memungkinkan adanya penggunaan dua bahasa atau lebih dalam berkomunikasi. Masyarakat Indonesia mengenal berbagai macam bahasa
5 Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah kemahiran Keterampilan Berbahasa, hlm. 1. 6 Mudja Rahadjo Bahasa: Antara Pikiran dan Tindakan, dalam Ulul Albab: Jurnal Studi Islam, Vol. 3, No. 2 (Malang: STAIN Malang, 2001), dalam kata pengantar bukunya, hlm. 45.
13
ketika masih kanak-kanak dikenal bahasa ibu yaitu bahasa daerah, setelah masuk sekolah menengah diajarkan bahasa-bahasa asing pada sekolah-sekolah umum. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang utama, sedang pada sekolah-sekolah Islam dan pondok pesantren menambah pelajaran bahasa Arab sebagai mata pelajaran bahasa asing yang harus dipelajari juga. Tidak mengherankan jika bahasa Arab jarang dikenal atau belum memasyarakat di kalangan masyarakat Indonesia meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam, bahasa Arab merupakan bahasa Islam dan bahasa internasional. 7 Lebih khusus lagi bahasa Arab adalah bahasa Islam, bahasa orang-orang Indonesia yang mustahil dapat mendalami ajaran-ajaran Islam itu tanpa menguasai bahasa Arab dengan baik. 8
Bahasa Arab sebagai bahasa yang hidup, baik berbentuk klasik atau kuno maupun yang modern (klasik, susah dipahami, modern mudah dipahami) mempunyai kegunaan yang penting dalam agama, ilmu pengetahuan dalam pembinaan dan pembentukan kebudayaan nasional, bukan hubungan internasional. Namun sebagai siswa maupun mahasiswa yang belajar bahasa Arab mengeluh bahwa, bahasa Arab adalah bahasa yang sulit (sukar) bahkan memandangnya sebagai momok. Hal demikian itu menjadi tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, khususnya sekolah-sekolah agama dan STAIN
7 Umar Fauzi, Pembentukan Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Prasekolah (Studi Deskriftif Tentang Pengenalan Bahasa Arab Sejak Dini, (Skripsi Tidak Diterbitkan, Purwokerto: STAIN Puwokerto, 2003), hlm. 3. 8 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengejaran Agama dan Bahsa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. II, 1997), hlm. 7.
14
atau perguruan lainnya, di mana selama enam hingga sepuluh tahun belajar bahasa Arab ternyata tidak bisa juga. 9
Ali Al-Najjar 10 dalam Syahin sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad mengungkapkan dalam deskripsi dan pemaparannya dengan sangat mendetail. Statemennya sebagai berikut: --- '+- ''-= ' ~ .~ -- Bahasa Arab merupakan bahasa yang terluas dan terkaya kandungannya Selanjutnya Al-Kawi menulis bahwa Amir Al-Muminin Umar bin Al- Khattab ra. berkata: . 11
-- .~ = ' -- - .= = Hendaklah sekalian tamak (keranjingan) mempelajari bahasa Arab karena bahasa Arab itu merupakan bagian dari agamamu. Itulah sebabnya Abdul Alim Ibrahim 12 , berkata bahwa : `~ ` - . -- Bahasa Arab merupakan bahasa orang Arab dan sekaligus juga merupakan bahasa agama Islam.
9 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengejaran Agama dan Bahsa Arab, hlm. 188. 10 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajaran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Cet. I, 2003), hlm. 6 11 Akhmad Munawari, Belajar Cepat Tata Bahasa Arab Program 30 Jam: Nahwu, Shorof Sistematis (Yogyakarta: Nurma Media Idea, Cet. XI, 2006), hlm. 152. 12 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajaran hlm. 7.
15
Atas dasar itulah, maka orang yang hendak memahami hukum-hukum (ajaran) agama Islam dengan baik haruslah berusaha mempelajari bahasa Arab. Bahasa-bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia tidak dapat diandalkan untuk memberikan kepastian arti yang tersirat dan tersurat dari makna yang terkandung dalam Al-Quraan. Karena Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab yang mubin, maka kaidah-kaidah yang di perlukan dalam memahami Al- Quran bersendi atas kaidah-kaidah bahasa Arab, memahami asas-asanya merasakan uslub-uslubnya, dan mengetahui rahasia-rahasianya. 13
Mengingat pentingnya bahasa Arab, terutama bagi kita umat Islam maka perlu ditanamkan kepada generasi-generasi muda dari sejak kecil. Masa kecil adalah masa yang ajaib, ini dapat dilihat kala anak lahir. Ia tidak mempunyai apapun. Aktivitasnya kebanyakan hanya tidur, makan, dan menangis. Tetapi tiga tahun kemudian, kita bisa melihatnya telah dapat melakukan berbagai aktivitas dan telah menjadi manusia sesungguhnya. Dapat juga menyaksikan berbagai perubahan drastis pada usia prasekolah dalam sekejap mata. Dalam tiga tahun anak telah berkembang dari bayi yang masih merangkak dan tidak dapat berbicara sama-sekali menjadi manusia sesungguhnya yang bisa berbicara dan bisa berjalan. 14
Pada masa inilah bimbingan orang tua, guru dan lingkungan sekitar mempunyai peranan yang sangat urgen. Kebanyakkan pada masa ini anak sebagian besar waktunya berada di lingkungan sekolah. Karena itulah maka
13 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I, 2003), hlm. 7. 14 Marian Edelman Borden, Smart Start: The Parents Complete Guide To Prescool Education Terj. Ary Nilandri (Bandung: Kaifa, Cet. I, 2001), hlm. 13.
16
pengaruh yang paling mendominasi adalah pengaruh lingkungan sekolah. Di sini orang tua sangat berpengaruh terhadap kemajuan bahasa anak, ibu dan juga orang lain harus memberi contoh kepada anak dengan bahasa yang lengkap dan baik. Bahasa yang sering didengar oleh anak akan ditirunya. Hendaknya selalu berhati-hati dengan pemakaian bahasa. Supaya anak lekas dapat berbicara dengan dengan baik dan lengkap, pendidik (ibu, ayah, saudara-saudara yang lain) harus sering mengajak anak berbicara. 15
Mengingat pentingnya bahasa Arab, terutama bagi umat Islam, maka perlu di tanamkan kepada generasi-generasi muda, yang ditanamkan sejak kecil. Dalam hal ini, salah satu lembaga pendidikan yang mengadakan bahasa kepada anak-anak adalah lembaga pendidikan Islam, yaitu TPQ Nur Iman. Dari observasi pendahuluan telah diketahui bahwa TPQ ini terletak di daerah Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara. Adapun kegiatan pembelajaran yang diperioritaskan adalah mengenai bahasa Arab. Sedangkan untuk mempelajarinya membutuhkan lingkungan bahasa dan waktu yang relatif lama, peneliti tertarik menggali kemungkinan mengenal bahasa Arab kepada usia anak prasekolah. Perlu diketahui juga bahwa TPQ Nur Iman adalah lembaga yang telah mendapat dana pembinaan dari Pemda atas instruksi dari Bupati sebesar Rp. 3.000.000,- pada bulan September 2004. 16 Dana ini digunakan untuk pemenuhan pembiayaan sarana dan prasarana, seperti papan tulis, mimbar,
15 Sutari Imam Barnadib, Penantar Ilmu Mendidik Anak (Yogyakarta: Institut Press IKIP, Cet. VI, 1982), hlm. 22. 16 Hasil wawancara dengan Direktur TPQ Nur Iman Bapak Drs. Cipto Waluyo, M.Pd. pada tanggal 20 Nopember 2007.
17
tape recorder, buku-buku pelajaran, buku cerita anak dan berbagai perlengkapan yang mendukung berjalannya kegiatan belajar dan mengajar. TPQ Nur Iman juga salah satu lembaga yang telah mendapatkan dana bantuan dari STAIN sebesar Rp. 1.200.000,- ribu dana ini sebenarnya diberikan secara individual oleh STAIN. Berdasarkan kesepakatan, siapapun yang mendapatkan dana ini digunakan sebagai sarana untuk melengkapi kekurangan agar pembelajaran yang ada dalam lembaga ini berjalan secara maksimal. Dana ini diambil persemester dalam satu tahun. TPQ Nur Iman juga merupakan salah satu lembaga di antara sekian banyak TPQ yang mengajarkan materi pelajaran bahasa Arab sebagai materi penunjang setelah Iqro dan Al Quran yang merupakan materi pokok. 17 Oleh karena itu, peneliti tertarik mengambil judul Pembentukan Kemampuan Berbahasa Arab pada Anak Usia Prasekolah di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara dengan alasan: 1. Untuk mengenalkan kepada masyarakat umum bahwa di TPQ Nur Iman ada materi penunjang yaitu bahasa Arab. 2. Banyak lembaga TPQ di kelurahan Purwanegara tetapi hanya TPQ Nur Iman yang mengajarkan materi bahasa Arab sebagai materi penunjang yang penting. 3. Ustadz-ustadz TPQ Nur Iman terdiri dari para mahasiswa yang memiliki kompetensi tinggi dalam pendidikan.
17 Hasil wawancara dengan ketua TPQ Nur Iman Sarwo pada tanggal 24 Nopember 2007.
18
4. Keberadaan TPQ Nur Iman sudah diakui oleh pemerintah daerah dengan adanya pemberian bantuan dana sebesar Rp. 3.000.000,- pada bulan September 2004.
B. Penegasan Istilah Guna menghindari pemahaman yang tidak sesuai dengan judul skripsi Pengembanagan Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Prasekolah di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara, maka perlu dijelaskan beberapa kata oprasional dalam skripsi ini. 1. Pembentukan Kemampuan Berbahasa Arab Pembentukan menunjuk pada suatu proses membentuk suatu struktur dengan suatu komposisi tertentu. 18 Sedangkan pembentukan kemampuan berbahasa adalah usaha untuk membentuk kemampuan (potensi) bahasa yang diperoleh dari perolehan bahasa melalui interaksi dengan lingkungan, karena lingkungan sangat berperan, terutama keluarga yaitu ayah dan ibu yang akan membawa mereka kepada anggota keluarga. Pengertian kemampuan berbahasa mencangkup beberapa hal, diantaranya kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis bahasa Arab. Perlu diketahui bahwa pembentukan kemampuan berbahasa Arab yang peneliti teliti adalah pembentukan kemampuan berbahasa Arab yang
18 F.J. Monk, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cet. XIII, 2001), hlm. 1.
19
meliputi empat kemampuan tersebut di atas pada kelas A dan B di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara. 2. Anak Usia Prasekolah Adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kindergarten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3-5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-kanak. 19
3. TPQ Nur Iman Adalah lembaga keagamaan non formal yang diberi kepercayaan untuk mengadakan proses belajar menagajar di Karangjambu. Lembaga ini adalah lembaga non formal yang telah mendapatkan dukungan dan dorongan dari masyarakat khususnya untuk masyarakat Karangjambu. Ini bisa dimaklumi karena kompleks mushala Nur Iman terdapat anak-anak usia prasekolah dan belum mendapatkan penanganan secara maksimal. Jadi yang dimaksudkan dengan pembentukan kemampuan berbahasa pada usia prasekolah adalah pembentukan kemampuan berbahasa Arab pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara.
19 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2003), hlm. 19.
20
C. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimanakah pembentukan kemampuan berbahasa Arab pada anak usia prasekoah di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara?. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian karya ilmiah ini secara singkat adalah memperoleh gambaran yang detail tentang pembentukan kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara. 2. Kegunaan Penelitian Sebagai bahan evaluasi bagi TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara agar lebih mengembangkan lagi kemampuan berbahasa khususnya bahasa Arab yang meliputi empat kemampuan berbahasa Arab, yaitu kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. E. Tinjauan Pustaka Penelitian yang mengambil objek pendidikan prasekolah khususnya dalam pendidikan bahasa Arab sudah banyak dilakukan. Ada beberapa karya
21
yang terkait dengan kajian ini di antaranya adalah Soemiarti Patmonodewo, dengan judul Pendidikan Anak Prasekolah. 20 Buku ini mengkaji apa dan bagaimana pendidikan prasekolah ini mengungkapkan, menceritakan berbagai tokoh pendidikan prasekolah, teori-teori yang melandasinya, beberapa alternatif pendidikan anak prasekolah, kurikulum dan penilaian dalam program pendidikan prasekolah, serta permasalahan perencanaan dan organisasi lingkungan. Intinya semua yang ada dalam buku ini berusaha menggali potensi yang ada pada diri anak secara maksimal. Marian Edelman Borden, 21 dengan judul aslinya Smart Start: the Parents Complete Guide to Preschool EducationI, terjemahan Ary Nilandri. Buku ini adalah buku panduan sangat lengkap dalam memilih pendidikan prasekolah, berbagai cara dan trik dalam memilih dan mendapatkan pendidikan prasekolah. Buku ini juga menguraikan secara rinci jenis-jenis pendidikan prasekolah, hal-hal yang harus ada dalam pendidikan prasekolah yang baik, kiat-kiat menentukan pilihan hingga berbagai kegiatan selama anak dalam pendidikan prasekolah. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai ceklis, tanya jawab, kiat-kiat penting dan lebar evaluasi sekolah, buku ini banyak membahas perkembangan anak usia prasekolah tahun demi tahun. Penny Warner, 22 dengan judul aslinya Presechooler & Learn, 150 Games and Learning Actevities for Children Ages Three to Six, terjemahan
20 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). 21 Marian Edelman Borden, Smart Start: the Parents Complete Guide to Preschool EducationI, Terj. Ary Nilandri (Bandung: Kaifa, Cet. I, 2001). 22 Penny Warner, Play & Learn, 150 Games and Learning Actevities for Children Ages Three to Six, Terj. Pangesti Atmadibrata & Robin Bernadus (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Cet. II, 2003).
22
Pangesti Atmadibrata & Robin Bernadus. Buku ini adalah buku permainan dan aktifitas belajar terlengkap untuk anak prasekolah, yaitu menawarkan 150 permainan dan aktifitas yang didesain untuk menstimulasi perkembangan anak prasekolah (usia 3-6 tahun). Adapun skripsi yang mengambil objek pendidikan usia prasekolah khususnya pendidikan bahasa Arab, antara lain Nurohmah, 23 dalam penelitiannya tentang bagaimana pengenalan bahasa kepada anak pemula (anak usia prasekolah), fungsi utama bahasa Arab yaitu membentuk kecerdasan, ketrampilan dan rasa bahasa. Anak pemula mampu belajar bahasa Arab apabila lingkungan sekitarnya mengembangkan kemampuan berbahasa, yaitu kemampuan berbicara, membaca, mengeja dan menulis. Metode yang digunakan Psychological Method, adalah sebuah metode yang mendasarkan atas visualisasi mental dan asosiasi pikiran, apabila perlu menggunakan media agar anak tidak bosan. Siti Fatonah, 24 menekankan kajiannya pada metode bermain dalam pengajaran bahasa Arab pada usia prasekolah, yang merupakan cara menyampaikan materi bahasa Arab kepada anak usia prasekolah melalui kegiatan atau aktivitas bermain. Kelebihan metode bermain adalah pendidik dapat menyampaikan materi dengan mudah dan tidak terlalu tegang. Sedangkan bagi anak yang menerima materi menjadi tertarik dan tidak bosan. Untuk para pendidik, dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan dalam
23 Nurohmah, Pengenalan Bahasa Arab Bagi Anak Pemula: Kemampuan-kemampuan Bahasa Anak Ditinjau dari Aspek Psikologis Skripsi tidak diterbitkan (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 1999). 24 Siti Fatonah, Metode Bermain dalam Pengajaran Bahasa Arab pada Usia Prasekolah Skripsi tidak diterbitkan (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2004).
23
jenis permainan dan meningkatkan sumberdaya guru yang masih kurang dari segi efektivitasnya. Umar Fauzi, 25 menjelaskan tentang pembentukan kemampuan berbahasa yang telah di miliki oleh setiap manusia dari sejak lahir. Anak usia prasekolah (4-6 tahun) mempunyai kemampuan untuk mengenal bahasa asing taermasuk bahasa Arab. Metode yang digunakan adalah metode bermain, ceramah, pembiasaan. Tujuan utama metode ini adalah untuk mengenalkan bahasa Arab sejak dini dan menumbuhkan kecintaan pada bahasa Arab. Fitriyani, 26 memfokuskan pada metode dalam pendidikan prasekolah yaitu, metode bercerita, demontrasi, proyek, pemberian tugas dan bermain. Seorang guru harus dapat merancang lingkungan bermain untuk menumbuhkan prestasi anak. Selain penelitian skripsi di atas yang berhubungan dengan pembentukan kemampuan bahasa pada anak usia prasekolah, khususnya bahasa Arab di atas. Terdapat pula skripsi yang meskipun tidak berkait dengan bahasa Arab, namun di dalamnya menyinggung tentang pendidikan anak usia prasekolah, penelitiannya diantaranya; Afiati dalam penelitiannya menekankan pada metode penanaman nilai agama pada anak prasekolah. Yang merupakan cara yang di lakukan untuk menanamkan kepercayaan yang merupakan ketetapan-ketetapan Illahi pada anak usia 2-6 tahun agar terbentuk pribadi Islami. Metode yang digunakan adalah metode keteladanan,
25 Umar Fauzi, Pembentukan Kemampuan Berbahasa pada Anak Usia Prasekolah Skripsi tidak diterbitkan (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2000). 26 Fitriyani, Metode Pendidikan Anak Prasekolah: Analisis Metode Bermain Skripsi tidak diterbitkan (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2002).
24
pembiasaan, cerita dan bermain (metode yang satu dengan yang lainnya saling bertalian). Sementara itu, Muchodin 27 meneliti tentang konsep pendidikan Islam pada usia anak prasekolah yang harus disesuaikan dengan konsep pendidikan Islam, yang meliputi tujuan, materi, metode, pendekatan dan implementasinya dalam pendidikan. Sedangkan Istinganah, 28 meneliti pemikiran dan pandangan Al- Ghazali tentang pendidikan anak. Di sini orang tua memiliki peran utama dalam pembentukkan karakter dan kepribadian anak. Proses pendidikan anak harus disesuaikan dengan batas dan tahapan perkembangan anak. Tujuan pendidikan anak yang dikembangakan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah agar menjadi insan kamil. Dari beberapa skripsi di atas terdapat perbedaan yang mendasari penelitiannya. Nurohman, membahas bagaimana mengenalkan bahasa fungsi lingkungan dan metode psychological method. Sedangkan Siti Fatonah dan Fitriani hanya menekankan pada metode bermain. Akan tetapi Umar Fauzi menekankan pada pembentukan kemampuan berbahasa, metode bermain, ceramah dan pembiasaan serta tujuannya. Sedangkan Afiyati, 29 menekankan penelitiannya pada metode penanaman nilai agama pada anak prasekolah. Istinganah pada pemikiran dan
27 Muchodin, Pendidikan Islam pada Anak Usia Awal Skripsi tidak diterbitkan (Purwoekrto: STAIN Purwokerto, 2002). 28 Istinganah Pemikiran al-Ghozali Tentang Pendidikan Anak Skripsi tidak diterbitkan (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2002). 29 Afiyati, Metode Penanaman Nilai Agama pada Anak Prasekolah Skripsi tidak diterbitkan (Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2004).
25
pandangan Al-Ghazali tentang pendidikan anak, sedangkan Muchodin memfokuskan pada pembahasan tentang konsep, tujuan, materi, metode pendekatan dan implementasinya. Sedangkan skripsi yang peneliti susun ini membahas tentang bagaiman pembentukan kemampuan berbahasa Arab pada usia anak prasekolah di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara, serta faktor pendukung dan penghambatnya. Jadi pokok bahasannya jelas berbeda dengan penelitian-penelitian di atas dan skripsi ini belum pernah diteliti sebelumnya. Pembahasan ini juga erat hubungannya dengan psikologi anak, psikologi pertumbuhan, psikologi perkembangan dan pengetahuan tentang karakter santri. F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dalam pengumpulan datanya dilakukan secara langsung dari lokasi penelitian dan menggunakan penelitian kepustakaan (library research) yang pengumpulan datanya diperoleh melalui sumber-sumber data dari beberapa literatur yang berkaitan dengan tema-tema bahasan skripsi ini. Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong sebagaimana
26
dikutip oleh S. Margono 30 yang dimaksud penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
2. Objek dan Subjek penelitian Objek yang peneliti teliti adalah pembentukan kemampuan berbahasa Arab pada anak usia prasekolah. Sedangkan subjek penelitiannya adalah: a. Direktur TPQ Dari Direktur TPQ Nur Iman diperoleh informasi (Data) secara akurat mengenai gambaran umum TPQ Nur Iman, yang meliputi sejarah dan latar belakang berdirinya, letak dan keadaan geografis, struktur organisasi, keadaan ustadz dan santri, fasilitas yang digunakan dan seluruh kegiatan yang mendukung segala aktivitas pembelajaran di TPQ Nur Iman. b. Ustadz dan Ustadzah Ustadz dan Ustadzah TPQ Nur Iman adalah pihak yang berkaitan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab. Dan dari komponen ini diperoleh data mengenai seluruh kegiatan pembelajaran Bahasa Arab c. Santri (usia 3-6 th) yang terbagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas A dan B Santri merupakan pihak yang mendukung ketika peneliti melakukan observasi dalam pembelajaran bahasa Arab. Dan santri di sini dijadikan sebagai faktor pendukung pengobservasian peneliti.
30 Margono S, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 36.
27
3. Variabel dan Indikator Penelitian Variabel dari penelitian ini adalah pembentukan kemampuan berbahasa Arab yang meliputi kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Dalam mengembangkan empat kemampuan berbahasa perlu diketahui bahwa antara satu kemampuan dengan kemampuan yang lainnya adalah erat sekali hubungannya karena keempat kemampuan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan. Berikut gambaran sekilas hubungan antara keempat kemampuan berbahasa, yaitu: a. Mendengar Mendengar adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang- lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran. Anak usia prasekolah dikatakan mampu mendengar ujaran bahasa Arab adalah dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat, membandingkan ucapannya sendiri dengan model ucapan yang ditirukannya, memahami bentuk dan makna dari apa yang didengarnya. b. Berbicara Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang didahului oleh keterampilan menyimak. Anak usia prasekolah dikatakan mampu berbicara bahasa Arab apabila
28
mampu mengucapkan kata-kata bahasa Arab sesuai dengan makhraj, tanda baca, nada dan irama, pilihan kata, ungkapan yang tepat, susunan kalimat yang benar, dan variasi secara baik. c. Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh peneliti melalui kata-kata atau bahasa tulis. Anak usia prasekolah dikatakan mampu membaca bahasa Arab apabila ada ketepatan bunyi bahasa Arab baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi yang lain, irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan bahasa atau kata yang diucapkan, lancar, tidak tersendat-sendat dan terulang- ulang, memperhatikan tanda baca. d. Menulis Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Anak usia prasekolah dikatakan mampu menulis bahasa Arab apabila mahir membentuk huruf dan menguasai ejaan, dapat menulis dengan tepat sesuai dengan contoh dan dapat mengeja dengan benar. 31
Sedangkan indikator kemampuan berbahasa Arab pada anak usia prasekolah dalam penelitian ini adalah:
31 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, Cet. III, 2005), hlm. 103-138.
29
a. Santri mampu membaca huruf hijaiyah dari (alif) sampai (ya) dari huruf satuan atau terpisah sampai huruf sambung dengan fasih, baik dan benar. b. Santri mampu menulis huruf hijaiyah dari (alif) sampai (ya) baik huruf satuan atau terpisah sampai huruf sambung dengan baik sesuai dengan kaidah penelitian bahasa Arab. c. Santri mampu menghapal 30 mufrodat bahasa Arab sederhana dengan fasih. 4. Populasi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode populasi. Populasi yang ada pada skripsi ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto, ia mengatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. 32 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Ustadz Ustadzah TPQ Nur Iman yang berjumlah 15 orang. Semua Ustadz Ustadzah Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara adalah mahasiswa. Sebagaimana keterangan yang kami sadur dari bukunya Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian dengan mengatakan bahwa untuk ancer-ancer maka bila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. 33
5. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode sebagai berikut: a. Observasi Adalah sebuah cara untuk menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran. 34
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan pembentukan kemampuan berbahasa Arab meliputi kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis pada anak usia Prasekolah di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara. b. Interview/Wawancara Adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. 35 Peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan terwawancara. Metode ini peneliti gunakan sebagai upaya untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan pembentukan kemampuan berbahasa Arab yang meliputi kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis pada anak usia
34 Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada, 2000), hlm. 76. 35 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 145.
31
prasekolah di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku majalah dokumentasi peraturan-pereturan notulen rapat, catatan harian, dan rapor prestasi santri. 36
Metode ini peneliti gunakan untuk mendapat informasi tambahan yang bisa mendukung informasi yang telah didapatkan peneliti, baik melalui observasi maupun wawancara yang telah peneliti lakukan. 6. Metode Analisa Data Analisa data pada penelitian ini yang peneliti gunakan metode triangulasi data. Analisis data adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Dengan demikian metode analisis data merupakan proses mengatur data kemudian mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian.
Dalam hal ini, peneliti akan menganalisis dengan metode triangulasi data. Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil
36 Ibid, hlm. 149.
32
yang diinginkan. 37 Pertama, ketelitian dalam mendeskripsikan data secara apa adanya, sebelumnya dilakukan reduksi data, yaitu proses seleksi data yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dalam catatan tertulis di lapangan. Kedua, melakukan kategorisasi secara ketat sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Ketiga, melalui analisa konseptualisasi dengan bantuan teori yang telah ada. Proses analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan menelah seluruh data yang dikumpulkan baik yang diperoleh melalui observasi, interview maupun dokumentasi baaaru kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif.
G. Sistematika Penelitian Sistematika yang digunakan adalah bagian awal skripsi meliputi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, dan daftar tabel. Bagian utama sistematika skripsi ini ada lima bab. Bab I pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistamatika penelitian. Bab II pembentukan kemampuan berbahasa anak usia prasekolah, meliputi pembentukan kemampuan berbahasa; pengertian kemampuan berbahasa dan jenis-jenis kemampuan berbahasa anak usia prasekolah:
37 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitiaan Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 191.
33
Pengertian anak usia prasekolah, pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah, lingkunagan pendidikan anak usia prasekolah, kemampuan berbahasa anak usia prasekolah. Bab III gambaran umum TPQ Nur Iman, meliputi sejarah dan latar belakang berdirinya, letak dan keadaan geografis, struktur organisasi, keadaan Ustadz dan Santri, fasilitas yang digunakan, deskripsi wilayah penelitian. Bab IV pembentukan kemampuan berbahasa Arab pada anak usia prasekolah di TPQ Nur Iman, yang meliputi perencanaan pembentukan, pelaksanaan pembentukan; pembentukan kemampuan mendengar, pembentukan kemampuan berbicara, pembentukan kemampuan membaca, dan pembentukan kemampuan menulis, faktor yang mendukung pembentukan kemampuan berbahasa, dan evaluasi hasil belajar. Bab V penutup meliputi: Kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup. Kemudian pada bagian akhir dari skripsi ini terdiri atas daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
34
BAB II KERANGKA TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN BERBAHASA DAN ANAK USIA PRASEKOLAH
A. Kemampuan Berbahasa 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Secara bahasa kemampuan sama dengan kesanggupan atau kecakapan. Jadi, kemampuan adalah kesanggupan individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan. Sedangkan kemampuan berbahasa adalah kemampuan individu untuk mendengarkan ujaran yang disampaikan oleh lawan bicara, berbicara dengan lawan bicara, membaca pesan-pesan yang disampaikan dalam bentuk tulis, dan menulis pesan-pesan baik secara lisan maupun tulisan. 2. Jenis-jenis Kemampuan Berbahasa a. Kemampuan mendengar Kemampuan mendengar adalah kemampuan atau ketrampilan menangkap dan memproduksi bahasa yang diperoleh dengan pendengaran. Dalam mendengarkan biasanya menggunakan direct method. Kaidah metode ini pelajaran awal diberikan dengan latihan- latihan mendengarkan atau hear training, kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan bunyi lebih dahulu, setelah itu kata-kata pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang. Kalimat-kalimat tersebut kemudian dirangkaikan menjadi percakapan dan cerita. Materi
35
pelajaran ditulis dalam notasi fonetik, bukan ejaan sebagaimana lazimnya gramatika diajarkan secara induktif, dengan pelajaran mengarang terdiri dari reproduksi, dari yang telah didengar dan bicara. 38
Secara umum tujuan latihan menyimak/mendengar adalah agar siswa dapat memahami ajaran dalam bahasa Arab, baik bahasa sehari- hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi. 39
Dalam menyimak Ahmad Fuad Effendy, 40 mengungkapkan beberapa tahapan-tahapan latihan menyimak, yaitu sebagai berikut: 1) Latihan pengenalan (identifikasi) Pada tahap ini, bertujuan agar dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Dalam menyajikan pelajaran, bisa langsung oleh guru secara lisan, maupun melalui rekaman. 2) Latihan mendengarkan dan menirukan Dalam tahapan pemula, siswa dilatih untuk mendengarkan dan menirukan ujaran guru. Oleh karena itu, harus dipilihkan bahan yang pendek, mungkin berupa percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan sederhana yang tidak terlalu kompleks. 3) Latihan mendengarkan dan memahami Pada tahap ini, mendengarkan bertujuan agar siswa mampu memahami bentuk dan makna dari apa yang telah didengar. Dalam
38 Juwariyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab (Surabaya: Al Ikhlas, Cet. I, 1992), hlm. 112. 39 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, Cet. III, 2005), hlm. 102. 40 Ahmad Fuad effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, hlm. 103-106.
36
hubungannya dengan latihan mendengarkan untuk pemahaman ini, ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Latihan melihat dan mendengar. b) Latihan membaca dan mendenngar. c) Latihan mendengar dan memperagakan. d) Latihan mendengar dan memahami. b. Kemampuan berbicara Pelajaran bahasa pada umumnya ditujukan pada ketrampilan berbicara atau ketrampilan menggunakan bahasa lisan. Kemampuan berbicara adalah kemampuan berkomunikasi secara langsung dalam bentuk percakapan atau berdialog. Latihan-latihan cakap (diskusi, dialog) serta latihan membuat laporan lisan, dapat juga menambah ketrampilan berbicara. Persoalan yang tidak kurang pentingnya agar siswa trampil berbicara, adalah latihan-latihan keberanian berbicara. Selain bergantung pada sikap guru, tugas-tugas mengadakan komunikasi dengan orang lain (selain guru kelas) dapat juga menimbulkan keberanian berbicara bagi siswa-siswa pemula, persoalannya keberanian (berbicara) perlu mendapat latihan-latihan seperlunya. Tugas atau suruhan guru kepada siswa-siswa untuk menyampaikan atau mengadakan hubungan dengan guru lain, (kepada sekolah, guru-guru kelas, dan atau siswa kalas yang lebih tinggi)
37
kadang-kadang dapat dirasakan sebagai kaidah bagi siswa-siswa yang berani berbicara. Hal ini dapat juga menambah keberanian berbicara. 41
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal-balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh: 1) Kemampuan mendengarkan 2) Kemampuan mengucapkan 3) Penguasaan (relatif) kosa kata yang diungkapkan yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud / fikirannya. Oleh karena itu dapat dikatan, bahwa latihan berbicara ini merupakan kelanjutan dari latihan menyimak/mendengar yang di dalam kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan. Kegiatan berbicara ini sebenarnya merupakan kegiatan yang menarik dan ramai dalam kelas bahasa. Akan tetapi sering terjadi sebaliknya, kegiatan berbicara sering tidak manarik, tidak merangsan
41 A.S, Broto, Pengajaran Berbahasa Indonesia Sebagai Bahsa Kedua di Sekolah DasarBerdasarkan Pendekatan Linguistik Konstranstif (Jakarta: Bulan Bintang, Cet. I, 1980), hlm.141-143
38
partisipasi siswa, suasana menjadi kaku dan akhirnya macet. Ini terjadi mungkin karena penguasaan kosa kata dan pola kalimat oleh siswa masih sangat terbatas. Namun demikian, kunci keberhasilan kegiatan tersebut sebenarnya ada pada guru. Apabila guru dapat secara tepat memilih topik pembicaraan sesuai denga tingkat kemampuan siswa, dan memiliki kreativitas dalam mengembangkan model-model pengajaran berbicara yang banyak sekali variasinya, tentu kemacetan tidak akan terjadi. Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian murid dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu guru harus dapat memberikan dorongan kepada siswa agar berani berbicara kendatipun dengan resiko salah. Kepada siswa hendaknya ditekankan bahwa takut salah adalah kesalahan yang paling besar. Secara umum tujuan latihan berbicara untuk tingkat pemula dan menengah ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan secara sederhana dalam bahasa Arab. Adapun tahapan-tahapan latihan berbicara adalah sebagai berikut: Pada tahap-tahap permulaan, latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan latihan menyimak. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dalam latihan menyimak ada tahap mendengarkan dan menirukan. Latihan mendengarkan dan menirukan ini merupakan
39
gabungan antara latihan dasar untuk kemahiran menyimak dan kemahiran berbicara. Namun harus disadari bahwa tujuan akhir dari keduanya berbeda. Tujuan akhir latihan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Sedangkan tujuan akhir latihan pengucapan adalah kemampuan ekspresi (tabir), yaitu menggunakan ide/pikiran/pesan kepada orang lain. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal-balik. Berikut ini ada beberapa model latihan berbicara: 1) Latihan asosiasi dan identifikasi Latihan ini terutama dimaksud untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengindentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya. Untuk latihan antara lain: Guru menyebut satu kata, siswa menyebut kata lain yang ada hubungannya dengan kata tersebut, contoh: Guru
.-~
~=~ Siswa ~ ` ` ~
2) Latihan pola kalimat (pattern practice)
40
Pada pembahasan mengenai teknik pengajaran qawaid telah diuraikan berbagai macam latihan, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu, latihan mekanis, latihan bermakna, latihan komunikatif. Semua atau sebagian jenis latihan ini ketika dipraktikkan secara lisan juga merupakan bentuk permulaan dari latihan percakapan. Porsi latihan-latihan mekanis harus dibatasi agar siswa dapat segera di bawa ke latihan-latihan semi komunikatif dan latihan-latihan komunikatif yang sebenarnya. 3) Latihan percakapan Latihan percakapan ini terutama mengambil topik tentang kehidupan sehari-hari atau kegiatan-kegiatan yang dekat dengan kehidupan siswa.
41
4) Bercerita Berbicara mungkin salah satu hal yang menyenangkan. Tapi bagi yang mendapat tugas bercerita, kadangkala merupakan siksaan karena tidak punya gambaran apa yang akan diceritakan. Oleh karena itu guru hendaknya membantu siswa dalam menemukan topik cerita. 5) Diskusi Hendaknya dalam pemilihan topik diskusi dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a) Disesuaikan dengan kemampuan siswa. b) Disesuaikan dengan minat dan selera siswa. c) Topik hendaknya bersifat umum dan popular. d) Dalam menentukan topik, sebaiknya siswa diajak serta untuk merangsang keterlibatan mereka dalam kegiatan berbicara. 6) Wawancara 7) Drama 8) Berpidato c. Kemampuan membaca Kemampuan mengucapkan bahasa dengan melihat atau memperhatikan gambar dapat disebut kemampuan berbicara dengan membaca gambar. Kemampuan ini dapat juga disebut kemampuan menafsirkan atau mengucapkan bahasa yang tersirat dalam gambar.
42
Sebelum siswa-siswa dapat membaca (mengucapkan huruf, bunyi, atau lambang bahasa) lebih dahulu siswa-siswa mengenal huruf. Kemampuan pengenalan huruf dapat diperlakukan dengan cara melihat dan memperkirakan guru menulis. Yang dimaksud dengan dapat membaca adalah dapat mengucapkan lambang-lambang bahasa dengan dengan pelan latihan- latihan membaca menggunakan kartu-kartu kalimat yang dibawa pulang. Kemampuan membaca dalam arti mengerti atau memahami isi bacaan, dapat dilakukan dengan latihan-latihan membaca seberapa kalimat yang sertai gambar (pengalaman siswa). 42
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandaian kembali dan pembacaan sandi. 43 Yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah dapat memahami fungsi dan makna yang dibaca, dengan jalan mengucapkan bahasa, mengenal bentuk, memahami isi yang dibaca. Kemampuan berbicara mengandung dua aspek yaitu, mengubah lambang tulis menjadi bunyi dan menangkap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. Inti dari kemampuan membaca terletak pada aspek yang kedua. Ini tidak berarti bahwa kemahiran dalam aspek pertama tidak penting, sebab kemahiran dalam aspek yang pertama mendusari
42 A.S. Broto, Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Konstransitif, hlm. 141-143. 43 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, Cet. VII, 1979), hlm. 7.
43
kemahiran yang kedua. Betapapun juga keduanya merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh pengajar bahasa. Walaupun kegiatan pengajaran membaca dalam pengertian pertama telah diberikan sejak tingkat-tingkat permulaan, namun pemibinaannya harus dilakukan juga sampai tingkat menengah bahkan tingkat lanjut, melalui kegiatan membaca keras (al-qira-ah al- jahriyah). Secara umum tujuan pengajaran membaca adalah agar siswa dapat membaca dan memahami teks bahasa Arab. 44 Secara metodologi dikenal dengan reading method. Adapun langkah-langkah reading method yaitu materi pelajaran dibagi menjadi seksi-seksi pendek, tiap seksi atau bagian ini didahului dengan daftar kata-kata yang maknanya akan diajarkan melalui konteks, terjemahan atau gambar-gambar setelah pada kemampuan tertentu murid menguasai kosa kata, diajarkanlah bacaan tambahan dalam bentuk cerita singkat dengan tujuan penguasaan murid terhadap kosa kata menjadi lebih mantap. 45
1) Kemahiran mengubah lambang tulis menjadi bunyi Abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad latin. Abjad Arab bersifat sillabary, sedangkan abjad latin bersifat aphabetic. Perbedaan lain adalah sistem penulisan Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, tidak dikenalnya huruf besar dengan bentuk
44 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Berbahasa Arab, hlm. 127. 45 Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, hlm. 113.
44
tertentu memulai kalimat baru, menulis nama orang atau tempat, dan perbedaan huruf-huruf ketika berdiri sendiri, di awal, di tengah dan di akhir. Perbedaan-perbedaan itu menimbulkan kesulitan bagi para siswa yang sudah terbiasa dengan huruf latin, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa buku-buku majalah dan surat kabar Arab ditulis tanpa memakai syakal (tanda vokal). Padahal syakal merupakan tanda vokal yang sangat menentukan makna dan fungsi suatu kata dalam kalimat. Kemahiran membaca, dengan demikan tergantung pada tingkat permulaan, teks bacaan masih perlu di beri syakal dan secara bertahap dikurangi sesuai dengan pekembangan penguasaan kosa kata dan pola kalimat bahasa Arab oleh para siswa. Tetapi pada prinsipna sejak semula siswa dilatih dan dibiasakan membaca tanpa syahal dalam rangka membina dan mengembangkan kemampuan membaca untuk pemahaman. 2) Kemahiran memahami makna bacaan Ada tiga unsur yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pelajaran mambaca untuk pemahaman ini, yaitu unsur kata, kalimat, dan paragraf. Ketiga unsur ini bersama-sama mendukung makna dari suatu bahan bacaan.
45
Agar pelajaran kemahiran mambaca untuk pertama kali ini menarik dan menyenangkan, bahkan bacaan hendaknya dipilih sesuai dengan minat, tingkatan perkembangan dan usia siswa. 3) Beberapa jenis membaca a) Membaca keras / membaca teknis (1) Menjaga kecepatan bunyi bahasa Arab, baik dari segi makna makhraj, maupun sifat-sifat bunyi yang lain. (2) Irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis. (3) Lancar, tidak tersendat-sendat dan terulang-ulang. (4) Memperhatikan tanda baca atau grafis (pungtuasi). b) Membaca dalam hati Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rincian-rinciannya. Yakni, membaca analisis, membaca cepat, membaca rekreatif dan sebagainya. Dalam kegiatan ini perlu diciptakan suasana kelas yang tertib sehingga memungkinkan siswa berkonsentrasi kepada bacaan. Secara fisik membaca dalam hati harus menghindari: (1) Vokalisasi, baik hanya menggerakkan bibir sekalipun. (2) Pengulangan membaca, yaitu mengulangi gerak mata (penglihatan).
46
(3) Menggunakan telunjuk / penunjuk atau gerekan kepala. c) Membaca cepat Tujuan utamanya adalah untuk menggalakkan siswa agar berani membaca lebih cepat dari pada kebiasaannya. Kecepatan menjadi tujuan tetapi tidak boleh mengorbankan pengertian. Dalam membaca cepat siswa diminta memahami rincian-rincian isi cukup dengan pokok-pokoknya saja. 46
d) Membaca rekreatif Tujuannya untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. Atau untuk membina minat dan kecintaan membaca. Biasanya berupa cerita pendek atau novel yang telah diperindah bahasanya sesuai dengan tingkatan pelajar yang menjadi sasarannya. Contoh: Majalah Nadi yang diterbitkan oleh Ikatan Pelajar Bahasa Arab di Indonesia. e) Membaca analisis Tujuannya untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Selain itu siswa dilatih agar dapat menggali dan menunjukkan perincian informasi yang memperkuat ide utama yang disajikan penulis. d. Kemamapuna menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tidak secara tatap
46 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, hlm. 130.
47
muka dengan orang lain. 47 Yang dimaksud dengan kemampuan menulis adalah trampil membuat huruf-huruf (besar maupun kecil) dengan jalan menyalin atau meniru tulisan-tulisan dalai struktur kalimat. Kemampuan menulis seperti ini bisa kita sebut kemampuan menulis teknis. 48
Kemampuan menulis yang lebih penting adalah kemampuan menulis berdasarkan pengertian komposisi atau kemampuan merangkai bahasa/mengarang. Seperti halnya membaca, kemahiran menulis mempunyai dua aspek, tetapi dalai hubungan yang berbeda. Pertama, kemahiran membentuk huruf dan menguasai ejaan. Kedua, kemahiran melahirkan fikiran dan perasaan dengan tulisan. 1) Kemahiran membentuk huruf Dalam kenyataan kita sering melihat banyak orang yang dapat menulis arab dengan amat baik, tetapi tidak paham kalimat yang ditulisnya, apalagi melahirkan maksud dan pikirannya sendiri dengan bahasa Arab. Sebaliknya tidak sedikit sarjana bahasa Arab yang tulisannya seperti cakaran ayam. Mengungkapkan kenyataan seperti ini tidak berarti menafikan pentingnya kemahiran menulis dalai aspek pertama, karena kemahiran dalai aspek pertama mendasari kemahiran aspek kedua. Oleh karena itu, walaupun kemampuan menulis alfabet Arab telah dilatihkan sejak tingkat permulaan, tetapi dalai tingkat-
47 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Jakarta: Angkasa, Cet. VI, 1994), hlm. 3. 48 A.S. Broto, Pengajaran Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Kedua di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Konstransitif, hlm. 143.
48
tingkat selanjutnya pembinaan harus tetap dilakukan, paling tidak sebagai variasi kegiatan. Latihan tersebut ditekankan kepada kemampuan menulis huruf Arab dalam berbagai posisinya secara benar, terutama yang menyangkut penulisan hamzah dan alif layyinah. Segi artistiknya (khat) barangkali tidak teramat penting, meskipun tidak boleh diabaikan, kecuali bagi calon guru bahasa Arab dan guru agama yang memang dituntut oleh profesinya untuk menulis Arab tidak saja benar tetapi juga baik. Secara umum pengajaran penulis bertujuan agar siswa dapat berkomunikasi secara tertulis dalam bahasa Arab. 2) Kemahiran mengungkapkan dengan tulisan Aspek ini seperti ditegaskan dimuka merupakan intisari dari kemahiran menulis. Latihan menulis ini pada prinsipnya diberikan secara latihan menyimak, berbicara dan membaca. Ini tidak berarti bahwa latihan menulis ini hanya diberikan setelah siswa memiliki ketiga kemahiran tersebut di atas. Latihan menulis dapat diberikan pada jam yang sama dengan latihan kemahiran yang lain, sudah tentu dengan memperhatikan tahap-tahap latihan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. 49
3) Tahap-tahap latihan menulis Menurut Ahmad Fuad Effendy, 50 tahap-tahap latihan menulis adalah sebagai berikut: a) Mencontoh (1) Siswa belajar dan melatih diri menulis dengan cepat sesuai dengan contoh.
49 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, hlm. 138. 50 Ibid, hlm. 139-140.
49
(2) Siswa belajar mengeja dengan benar (3) Murid berlatih menggunakan bahasa Arab yang benar. b) Reproduksi Adalah menulis berdasarkan apa yang telah dipelajari secara lisan. Dalai tahap kedua ini siswa sudah mulai dilatih menulis tanpa ada model. Model lisan tetap ada dan harus model yang benar-benar baik.
50
c) Imlak Ada dua macam imlak (1) Imlak yang dipersiapkan sebelumnya. Siswa diberitahu sebelumnya materi/teks yang akan diimlakan. (2) Imlak yang tidak dipersiapkan sebelumnya. Siswa tidak diberitahu sebelumnya materi/teks yang akan diimlakan. Sebelum penyajian, guru sebaiknya membacakan secara lengkap, kemudian menuliskan beberapa kata sulit di papan tulis dan diterangkan maknanya. d) Rekombinasi dan transformasi Rekombinasi adalah latihan menggabungkan kalimat- kalimat yang mulanya transformasi adalah latihan mengubah bentuk kalimat, dari kalimat positif menjadi kalimat negatif, kalimat berita menjadi kalimat tanya dan sebagainya. B. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak Prasekolah Menurut Biechler dan Snowman yang dikutip Soemiarti Patmonodewo, 51 anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak (3 bulan 5 tahun) dan bermain (usia 3 tahun) sedangkan
51 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Usia Praasekolah (Jakarta: Rineka Cipta Cet. II, 2003), hlm. 19.
51
pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak- kanak. Menurut teori Erikson yang membicarakan kepribadian seorang dengan titik berat pada perkembangan psikososial tahapan 0-1 tahun, berada pada tahapan oral sensorik dengan krisis emosi antara trust versus ministrust, tahapan 36 tahun, mereka dalam tahapan dengan krisis autonony versus shame and doubt (2-3 tahun), initiative versus guilt, (4- 5 tahun) tahap usia 6-11 tahun mengalami krisis industry versus inferiority. 52
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Tumbuh berarti bertambah dalam ukuran. Tumbuh dapat berarti bahwa sel tubuh bertambah banyak atau sel tumbuh dalam ukuran. Mengukur pertumbuhan biasanya dilakukan dengan menimbang dan mengukur tubuh anak. Relatif, melaksanakan pengukuran ini relatif lebih mudah dibandingkan mengukur perkembangan sosial atau perkembangan kepribadian seseorang. 53
Pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah dan macam-macam makanan yang dikonsumsi tubuh. Hubungan antara makanan yang dikonsumsi tubuh dan pertumbuhan badan menjadi perhatian para ahli gizi. Namun, kenyataannya pertumbuhan tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi saja tetapi juga proses sosial.
52 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah , hlm.19. 53 Ibid, hlm.19.
52
Dengan perkataan lain, pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan saja tetapi juga sejauh mana makanan tersebut dapat diasimilasi dan dipergunakan tubuh. Baik tidaknya makanan tersebut dapat diserap tubuh tergantung pula oleh taraf kesehatan anak. Anak yang sedang diare tentu badan tidak akan tumbuh menyerap makanan dengan baik. Pertumbuhan anak juga dipengaruhi oleh perkembangan sosial, psikologis dan oleh kualitas hubungan anak dengan pengasuh yang bebas dari stress. Perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya. Keduanya (pertumbuhan dan perkembangan) memang benar saling berkaitan dan dalam penggunaan kedua pengertian tersebut sering kali dilakukan satu sama lain. Bila pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya. Seorang anak sudah dapat melihat sejak lahir dengan menangis, ekspresi muka dan gerakan-gerakan. Apabila anak berinteraksi dengan lingkungan berarti sekaligus anak dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan. Dengan demikian hubungan anak dengan lingkungan, bersifat timbal-balik, baik yang bersifat perkembangan psikologis maupun pertumbuhan dan perkembangan fisik. Perkembangan kognitif dan sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan sel otak dan perkembangan hubungan antara sel otak dengan kondisi
53
kesehatan dan gizi anak walaupun masih dalam kandungan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Walaupun semua anak memiliki kebutuhan dasar tertentu, secara individual masing-masing anak memilih kebutuhan yang sifatnya pribadi. Juga dikatakan bahwa semua anak berkembang tetapi beberapa anak berkembang lebih cepat sedang yang lain lebih lambat. 3. Lingkungan Pendidikan Anak Usia Prasekolah Ekologi adalah suatu studi tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaimana hasilnya atau konsekuensinya dari interaksi tersebut. Dengan berkembangnya lingkungan maka berkembang pula minat seseorang. Para pendidik yang bekerja dengan anak usia TK sebaiknya memperhatikan lingkungan anak. Anak pada usia tersebut mempunyai pengalaman bersama keluarga, lingkungan rumah, teman sebaya, orang dewasa lain, dan lingkungan sekolah. Lingkungan anak di rumah adalah lingkungan yang pertama. Dengan meningkatnya usia anak akan mengenal teman sebaya di luar rumah atau dari lingkungan tetangga. Selanjutnya akan masuk lingkungan sekolah, di mana mereka anak mengenal pola teman sebaya, orang dewasa lain dan tugas-tugas di sekolah. 54
Lingkungan anak TK terdiri dari tiga lapis yang masing-masing mengandung lingkungan ekologi yang berorientasi pada: a. Lingkungan fisik, yang terdiri dari objek, materi dan ruang. Lingkungan fisik yang berbeda akan mempengaruhi anak. Misalnya anak yang dibesarkan dalam lingkungan dengan objek yang serba mewah, alat mainan yang bervariasi serta ruang gerak yang luas akan lebih memungkinkan berkembang secara optimal bila dibanding dengan mereka yang serba kekurangan dan tinggal di rumah yang sempit.
54 Ibid, hlm. 44.
54
b. Lingkungan yang bersifat aktivitas, terdiri dari kegiatan bermain, kegiatan sehari-hari, dan upacara yang bersifat keagamaan. Misalnya, anak yang aktivitas sehari-hari di isi dengan kegiatan yang bermakna misalnya bermain bersama ibu, hasilnya akan lebih berkualitas dibanding dengan anak bila bermain sendiri. c. Berbagai orang yang ada disekitar anak dapat dibedakan dalam usia, jenis kelamin, pekerejaan, status kesehatan dan tingkat pendidikannya. Lingkungan anak akan lebih baik bila orang-orang di sekitarnya berpendidikan dibandingkan bila lingkunganya terdiri dari orang yang tidak pernah mengikuti pendidikan formal. d. Sistem nilai, sikap, dan norma ekologi anak akan lebih baik apabila anak diasuh dalam lingkungan yang menamkan disiplin yang konsisten, dibandingkan bila mereka tinggal dalam lingkungan yang tidak menentu aturannya. e. Komunikasi antar anak dan orang sekelilingnya akan menentukan perkembangan sosial dan emosi anak. f. Hubungan yang hangat dan anak merasa kebutuhannya terpenuhi oleh lingkungannya, akan menghasilkan perkembangan kepribadian yang lebih mantap dibandingkan apabila hubungannya lebih banyak mendatangkan kecemasan. Dulay sebagaimana dikutip Abdul Chaer, 55 menerangkan bahwa kualitas lingkungan bahasa sangat penting bagi seseorang pembelajar untuk dapat berhasil dalam mempelajari bahasa baru (bahasa kedua) yang dimaksud dengan lingkungan bahasa adalah segala hal yang didengar dan dilihat
oleh pembelajar sehubungan bahasa ke dua yang sedang dipelajari, yang termasuk dalam lingkungan bahasa adalah situasi di restoran atau di toko, percakapan dengan kawan-kawan, ketika nonton televisi, saat membaca koran, dalam proses belajar mengajar di kelas, membaca buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Kualitas lingkungan bahasa ini merupakan sesuatu yang penting bagi pembelajar untuk memperoleh keberhasilan dalam mempelajari bahasa kedua. Lingkungan bahasa ini dapat digolongkan atas (a) lingkungan formal seperti di kelas dalam proses belajar mengajar, dan bersifat artifisial, dan (b) lingkungan informal atau natural/alamiah.
56
a. Lingkungan formal Lingkungan dalam belajar bahasa yang memfokuskan pada penguasaan kaidah-kaidah bahasa yang sedang, sedang dipelajari secara sadur. Lingkungan formal dapat dilihat pengaruhnya pada dua aspek dalam proses pembelajaran bahasa kedua, yaitu pada (1) Urutan pemerolehan bahasa kedua, dan (2) kecepatan atau keberhasilan dalam menguasai bahasa kedua. Latar belakang lingkungan formal tidak memberi pengaruh terhadap urutan pemerolehan morfena gramtikal dalam pembelajaran bahasa kedua. b. Pengaruh lingkungan informal Lingkungan informal bersifat alami atau natural, tidak dibuat-buat yang termasuk lingkungan informal ini antara lain bahasa yang digunakan kawan-kawan sebaya, bahasa pengasuh atau orang tua, bahasa yang digunakan anggota kelompok etnis belajar, yang digunakan media massa, bahasa para guru, baik di kelas maupun di luar kelas. Secara umum dapat dikatakan lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa kedua para pembelajar. Hal ini dapat diketahui dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan para pakar terhadap lingkungan informal (teman) sebaya, orang tua, bahasa guru, dan bahasa penutur asing. 4. Kemampuan Berbahasa Anak Usia Prasekolah Sebagaimana anak yang baru lahir (baby) mau tidak mau harus melalui proses belajar bahasa setahap demi setahap yang dipelajari dari orang sekelilingnya yaitu misalnnya; ibu, bapak, saudara-saudaranya, nenek-neneknya, yang di dalam rumah. Yang menarik perhatian kita adalah, mengapa anak kita mudah menerima kata-kata baru bila mendengar dari orang sekelilingnya? Karena pada dasarnya anak kecil itu belum mempunyai konsep bahasa, tetapi yang ada padanya baru berbentuk potensi, yang mana potensi itu akan punya potensi, jika orang disekelilingnya mau menggunakan. Potensi itulah yang disebut fithrah. 56
56 Juwariyah Dahlan, Metode Mengajar Bahasa Arab , hlm. 35.
57
Perbedaanya dengan orang dewasa atau arah remaja yang belajar bahasa ialah, baik orang dewasa atau anak remaja itu sudah mempunyai pengalam dan konsep bahasa lain, misalnya bahas ibu atau bahasa nasional. Pada saat inilah mereka akan menghadapi problem untuk mempelajari bahasa asing, karena bahasa asing mempunyai bunyi (suara) yang berbeda, kosa kata yang berbeda, tata kalimat yang berbeda, dan lain- lain. Jadi barang siapa ingin mempelajari bahasa asing (bahasa Arab) berarti harus sadar dengan seluruh daya upaya untuk membentuk kebiasaan baru, sedangkan pada saat mempelajari bahasa ibu (bahasa nasional) proses itu berjalan tanpa sadar. Pada saat ini pula siswa akan berusaha mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu (bahasa nasional) dan bahasa asing yang sedang dipelajarinya. Menurut Clark, pada usia antara dua sampai enam tahun anak cenderung menciptakan kata-kata baru untuk konsep-konsep tertentu. Usia antara dua setengah sampai empat setengah tahun merupakan masa pesatnya perkembangan kosa kata itu. Malah menurut Clark, pada usia dua sampai enam tahun anak cenderng menciptakan kata-kata baru untuk konsep-konsep tertentu. Mengenai bahasa tulis di dalam masyarakat yang sudah tidak buta aksara, anak sudah mulai mengenal bahasa tulis sebelum prasekolah. Dia tahu, misalnya, bahwa namanya dapat dituliskan di atas kertas. Dia sudah dapat membedakan antara gambar dan tulisan yang ada pada buku,
58
dan dia tahu orang tuanya membaca tulisan, bukan gambar, dalam buku cerita atau buku/bacaan lain. Ketika memasuki taman kanak-kanak sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat membuat kalimat berita, kalimat tanya, dan sejumlah konstruksi lain. Hanya dia masih mendapat kesulitan dalam membuat kalimat pasif. Menurut Harwood, anak sampai usia lima setengah tahun belum sepenuhnya dapat membuat kalimat pasif. Dari sekitar 12.000 buah kalimat spontan yang dibuat anak-anak usia lima tahun Harwood tidak menemukan sebuahpun kalimat pasif. Menurut Baldie baru sekitar 80% dari anak suai tujuh setengah sampai delapan tahun dapat membuat kalimat pasif. Anak prasekolah juga masih mendapat kesulitan dengan konstruksi kalimat imperatif. Namun, anak pada masa prasekolah ini telah mempelajari hal-hal yang di luar kosa kata tata bahasa. Mereka sudah dapat menggunakan bahasa dalam konteks-konteks sosial yang bermacam- macam. 57
Kemampuan berbahasa diperoleh melalui kebiasaan maka latihan menghapal dan menirukan berulang-ulang harus diintensifkan. 58
Chomsky membagi kemampuan berbahasa menjadi dua, yakni kompetensi dan permansi. Kompetensi (competence-al-hafaah) adalah kemampuan ideal yang dimiliki oleh seorang penutur. Kompetensi menggambarkan pengetahuan tentang sistem bahasa yang sempurna, yaitu
57 Abdul Chaer, Psikolonguistik Kajian Teoritik Bahasa Arab, hlm. 238. 58 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, hlm. 15.
59
pengetahuan tentang sistem kalimat (sintaks) sistem kata (morfulogi), sistem bunyi (tonologi) dan sistem makna (semantik). Sedangkan (performance-al-ada) adalah ajaran-ajaran yang bisa didengar atau dibaca, yang merupakan tuturan seorang apa adanya tanpa dibuat-buat.
60
BAB III GAMBARAN UMUM TPQ NUR IMAN
Sejarah Berdirinya TPQ Nur Iman Pada tahun 2003, tepatnya pada bulan Januari, Tamir mushola Nur Iman, Bapak Muslich meminta kepada sebuah perkumpulan anak kost yang bernama FOKUS (Forum Komunikasi Anak Kost) agar bersedia mendirikan Taman Pendidikan al-Quran guna menampung dan mewadahi aktivitas dan kreativitas anak-anak daerah Karang Jambu dalam bentuk yang positif. Pelu diketahui, bahwa FOKUS adalah sebuah perkumpulan independen yang mencoba menjembatani anak-anak kost untuk mengekspresikan apa yang menjadi bakat mereka dalam bentuk positif. FOKUS adalah sebuah wadah terutama bagi anak kost untuk mengadakan berbagai kegiatan dalam ruang lingkup anak kost khususnya dan kalangan warga sekitar pada umumnya. Diantara kegiatan perkumpulan ini adalah mengadakan dan menjalin kerjasama dengan perkumpulan pemuda Karangjambu, mengadakan berbagai kajian ilmiah dengan mencari berbagai isu terkini dan membahasnya. 59
FOKUS didirikan dengan tujuan utama menjalin persahabatan antara satu warga kost dengan warga kost yang lain. Hal ini dilakukan karena banyak antar warga kost tidak saling mengenal, bahkan mereka merasa asing. Anak
59 Hasil wawancara dengan ketua TPQ Nur Iman Sarwo, tanggal 22 Nopember 2007.
61
kost cenderung pasif dan kurang bisa memberikan kontribusi baik antara warga kost maupun dengan warga sekitar. 60
Berpijak pada hal tersebut maka FOKUS berdiri. Diantara berbagai kegiatan yang digariskan adalah pengabdian masyarakat. Bidang ini berfungsi mengadakan berbagai kegiatan yang bersifat sosial. Banyak program yang telah terlaksana dalam pengabdian masyarakat, di antaranya adalah pelaksanaan PHBI baik Isra Miraj, Maulud Nabi, Nuzul al-Quran, Khatmil Quran dan sebagainya. Setelah mendapatkan tawaran untuk mendirikan TPQ oleh tamir mushola Nur Iman, pimpinan FOKUS yanga ada pada waktu itu dipegang oleh Imam Subkhi merespon baik tawaran yang diberikan pada FOKUS. Tawaran tersebut ditindaklanjuti dengan mengadakan musyawarah antara anggota FOKUS. Banyak polemik yang terjadi, antara menerima dan menolak tawaran ini. Kalangan yang menolak, mereka beranggapan bahwa mereka belum siap baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Sedangkan yang menerima mereka beranggapan bahwa tawaran ini adalah sebuah media bagi mereka untuk melatih tanggung jawab. Setelah mengadakan konsultasi dengan beberapa pihak, di antaranya adalah pelindung FOKUS, Bapak Drs. Achmad Juhana, Pembina FOKUS, Bapak Drs. Roqib, M. Ag, Bapak Drs. Iin Solichin, M. Ag dan sesepuh FOKUS Bapak Sarwo, maka ketua FOKUS pada waktu itu memutuskan untuk menerima tawaran tersebut.
60 Wawancara dengan ketua TPQ Sarwo, tanggal 22 Nopember 2007.
62
Walau banyak polemik antara menolak dan menerima, tetapi pada akhirnya proses belajar mengajar pada TPQ Nur Iman tetap terlaksana walau hanya dengan beberapa ustadz saja. Awal mula berdirinya TPQ santri yang masuk dan aktif dalam kegiatan belajar hanyalah 9 10 anak saja, bahkan ustadznya pun hanya dua orang saja. Walau demikian pembelajaran dalam TPQ Nur Iman tetap berjalan. Satu tahun kemudian, warga sekitar mulai merasakan manfaat berdirinya TPQ Nur Iman di lingkungan mereka. Warga pun mulai banyak yang merespon, apalagi karena TPQ Nur Iman adalah sebuah TPQ yang termasuk aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan. Berdasarkan kenyataan inilah maka dua tahun setelah berdirinya TPQ jumlah santri TPQ Nur Iman meningkat menjadi 50 60, walau harus diakui bahwa santri yang aktif hanya sekitar 40 50 saja. 61
Melihat perkembangan jumlah santri TPQ Nur Iman yang semakin banyak, pihak TPQ mengadakan kerja sama dengan pihak FOKUS untuk menggalang tenaga pengajar, dan usaha inipun berhasil. Dengan mediator Bapak Drs. Iin Solichin, M. Ag, maka banyak anak kost yang mau dan tergerak untuk terjun dalam TPQ Nur Iman. Berdasarkan wawancara dengan ketua TPQ Nur Iman Bapak Sarwo, diketahui bahwa jumlah ustadz yang ada pada TPQ ini adalah jumlah ustadz terbanyak di Purwokerto Utara yang berjumlah 17 ustadz. 62
61 Wawancara dengan Direktur TPQ Nur Iman Bapak Drs. Cipto Waluyo, M.Pd., tanggal 20 Nopember 2007. 62 Hasil wawancara dengan Direktur TPQ Nur Iman, tanggal 20 Nopember 2007.
63
Letak Geografis TPQ Nur Iman mempunyai letak geografis yang sangat strategis. Di samping berdekatan dengan jalan raya, TPQ Nur Iman juga berdekatan dengan mushola, yaitu mushola Nur Iman. Karena itulah maka TPQ ini dinamakan dengan TPQ Nur Iman. TPQ Nur Iman terletak di kawasan Purwokerto Utara dengan gambaran sebagai berikut: 1. Sebelah utara dibatasi oleh perumahan warga RT 03 RW 02 Kelurahan Purwanegara. 2. Sebelah selatan dibatasi oleh jalan raya, Jl. Bobosan. 3. Sebelah barat dibatasi oleh perumahan warga RT 03 RW 02 Kelurahan Purwanegara. 4. Sebelah timur dibatasi oleh perumahan warga RT 03 RW 02 Kelurahan Purwanegara. 63
Rute ini dapat ditempuh menggunakan angkot B-2, kemudian turun di perempatan Karang Jambu, setelah itu berjalan ke arah barat. Lokasi ini adalah lokasi yang mudah ditemukan, karena lokasi ini berdekatan dengan jalan raya dan mudah jangkauannya. Letak geografis yang mudah ini didukung pula oleh mahasiswa dari STAIN yang banyak bermukim di sekitar TPQ. Mereka aktif, bersedia mengolah dan mengembangkan lembaga yang bernuansa keagamaan ini. 64
63 Wawancara dengan Direktur TPQ Nur Iman BApak Drs. Cipto Waluyo, M.Pd., tanggal 20 Nopmber 2007. 64 Hasil observasi pada tanggal 24 Nopember 2007.
64
Struktur Kepengurusan TPQ Nur Iman Struktur TPQ Nur Iman cukup ringkas, hanya terdiri dari kepengurusan harian dan non harian. Kepengurusan harian meliputi: ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Sedangkan kepengurusan non harian meliputi: seksi kesantrian, kurikulum, perpustakaan, kesenian, humas dan pembantu umum. 65
Struktur Kepengurusan TPQ Nur Iman Karang Jambu, Purwanegara, Purwokerto Utara H. Tahun Pelajaran 2007 Pelindung : H. Muslich Direktur TPQ : Drs. Cipto Waluyo, M. Pd. Ketua TPQ : Sarwo Sekretaris : - Mustaqim Rodho - Diana Bendahara : - Ita Setianingsih - Eva Seksi Bidang : Kesantrian Perpustakaan - Mukti Ali - Trie - Mubarok - Yeni Kurikulum Humas - Novan - Didik - Mustaqim Ridho - Ibnu Maruf Kesenian (Bakat dan Minat) Pembantu Umum - Aziz - Atun - Trie - Imah - Semua ustadz yang tidak bertugas
Setiap jabatan yang disandang oleh setiap person yang telah disebutkan di atas mempunyai tugas tersendiri, adapun tugas mereka adalah sebagai berikut: Pelindung:
65 Dokumentasi Struktur Organisasi TPQ Nur Iman 2007.
65
Mengayomi setiap kegiatan yang diadakan TPQ. Memberikan pengarahan. Memberikan saran dan kritik. Menampung dan menyalurkan aspirasi, baik dari dewan asatidz ataupun dari masyarakat sekitar. Direktur TPQ: Memonitoring jalannya pembelajaran TPQ Nur Iman. Mengarahkan, memotivator, dan memberikan alternatif solusi terhadap berbagai problem yang dihadapi ustadz. Menerima berbagai masukan, saran dan kritik dari bawahan. Ketua TPQ Nur Iman: Mengkoordinasikan semua elemen yang ada di TPQ agar terjalin sebuah kerja sama yang baik dan solid. Turun ke bawah (Turba) agar bisa mengetahui kondisi nyata TPQ Nur Iman dan mencarikan solusinya. Menentukan kebijakan berazazkan musyawarah mufakat. Memonitoring jalannya KBM. Menggali dan mencari berbagai informasi terkini yang berhubungan dengan TPQ. Sekretaris: Membuat dan mencatat surat masuk, keluar serta mensosialisasikannya. Mencatat dan medokumentasikan hasil rapat atau perkumpulan yang telah dilaksanakan TPQ Nur Iman.
66
Mencatat semua inventaris barang TPQ Nur Iman bekerja sama dengan beberapa elemen yang berkaitan. Membuat data pembukuan penempatan kelas tatkala ada santri baru yang mendaftar. Mencatat dan mengkoordinir biodata siswa. Membuat laporan pertanggungjawaban tiap akhir tahun. Mengeluarkan surat berdasarkan rekomendasi ketua. Bendahara: Membukukan keuangan bulanan. Mencatat pemasukan dan pengeluaran, meliputi: uang iuran, uang syahriyah (bulanan), dan uang donatur. Mengkoordinir penarikan uang infaq, tabungan seragam dan lain-lain. Memberikan dana pada kegiatan tertentu berdasarkan rekomenasi ketua yang sudah dimusyawarahkan dengan anggota. Seksi Bidang: Seksi Kesantrian Berkomunikasi dengan pihak wali santri dan memberikan surat teguran, tatkala empat hari berturut-turut santri absen mengikuti kegiatan TPQ sedangkan santri dalam keadaan sehat, tatkala santri dalam keadaaan sehat maka diusakahan agar ada perwakilan bahkan bila memungkinkan semua ustadz menjenguknya sebagai sebuah usaha untuk menjalin keakraban dengan wali santri dan mereka akan termotivasi kembali untuk masuk dan aktif di TPQ.
67
Mengadakan bimbingan dan penyuluhan, hal ini dilakukan guna menangani santri baik dalam usaha meningkatkan prestasi ataupun membantu menyelesaikan problem santri yang bermasalah. Mengkoordinasikan, mengawasi dan memonitoring berbagai kegiatan santri di lapangan. Memberikan ijin tatkala santri berhalangan dan atau melakukan kegiatan luar TPQ. Mengkoordinasika, dan mengkondisikan santri tatkala mengikuti kegiatan PHBI. Seksi Kurikulum Membuat perencanaan pembelajaran yang akan ditempuh dalam waktu satu semester. Mencatat dan meneliti proses belajar mengajar yang efektif atau tidak sebagai sebuah pertimbangan perencanaan strategi pembelajaran pada waktu yang akan datang. Mengadakan komparasi (studi banding) dengan lembaga lain sebagai sebuah bahan masukan dalam peningkatan KBM yang ada di TPQ Nur Iman. Mencari berbagai informasi yang berhubungan dengan kurikulum yang telah dipakai dan diaplikasikan pada TPQ lain dengan mengadakan koordinasi dengan lembaga yang mewadahinya yaitu FUPA (Forum Ukhuwah Pecinta Anak) Kabupaten Banyumas. Membuat time schedule pembelajaran.
68
Seksi Perpustakaan Membuat data inventaris seluruh buku yang ada di perpustakaan. Membuat kartu peminjaman buku. Merawat, menata, dan mengorganisir semua buku yang ada di TPQ Nur Iman. Kesenian (Bakat dan Minat) Membimbing, melatih dan mengajarkan seni. Bertanggung jawab terhadap perawatan alat-alat seni TPQ Nur Iman meliputi satu set rebana, beberapa keping VCD, Tape Recorder dan sebagainya. Mengkoordinir penampilan seni dalam moment tertentu. Humas Mengadakan koordinasi dengan tokoh masyarakat, wali, santri, organisasi remaja, dan berbagai elemen masyarakat tatkala mengadakan sebuah kegiatan. Mempublikasikan program TPQ, menyebarkan surat undangan, pamflet, dan bertanggung jawab terhadap penyampaian surat pada objek. Mengadakan kerja sama dengan pihak lain guna mengembangkan TPQ dan mencari donatur tetap yang akan membantu TPQ dengan mengadakan koordinasi terlebih dahulu dengan beberapa elemen yang ada dalam birokrasi TPQ.
69
Pembantu Umum Menyiapkan dan membantu setiap kegiatan guna tercapai sebuah kerja tim yang baik dan solid. Keadaan Ustadz dan Santri Keadaan Ustadz Ustadz TPQ Nur Iman berjumlah 15 orang. Semuanya adalah mahasiswa. Dua diantaranya dari El Rahma Satria Purwokerto, 1 dari AKBID YLPP Purwokerto dan 12 dari STAIN Purwokerto. Kebanyakan ustadz yang ada pada lembaga ini adalah anak kost. Bahkan dari 15 ustadz dan ustadzah yang ada, hanya ada satu yang berasal dari warga pribumi. Walau demikian, semua elemen yang ada pada lembaga ini mendukung kegiatan pada Taman Pendidikan al-Quran. Mereka menganggap bahwa kegiatan yang ada pada lembaga ini adalah kegiatan yang positif. Keuntungan serupa juga dirasakan oleh kalangan mahasiswa. Mereka menemukan tempat yang dapat digunakan sebagai sebuah wahana menyalurkan kreativitas. Mereka dapat menerapkan berbagai keilmuan yang telah mereka dapatkan selama mereka belajar pada bangku kuliah. Mahasiswa juga mendapatkan pengalaman baru yang tidak mereka dapatkan pada bangku kuliah. Mahasiswa dapat merasakan bagaimanakah terjun di lapangan dan tidak hanya mengandalkan teori yang telah mereka dapatkan. Masyarakat juga mendapatkan keuntungan, diantaranya adalah mereka mendapatkan pengalaman tentang berbagai ilmu keagamaan.
70
Adapun data mahasiswa yang menjadi ustadzsz dan ustadzah pada Taman Pendidikan al-Quran Nur Iman Karang Jambu adalah sebagai berikut: Tabel 1 Daftar Nama dan Jabatan Ustadz TPQ Nur Iman 66
No Nama Pendidikan Jabatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Sarwo Mustaqim Ridho Diana Ita Setianingsih Eva Muspiroh Mukti Ali Mubarok Novan Ardiwiyani Trie Nurhayati Yeni Nurlaili Ibnu Maruf Didik Aziz Atun Imah Mhs. Dahwah Mhs. KI Mhs. Dakwah AKBID Mhs. D-2 Mhs. PBA SH. I Mhs. PAI Mhs. PAI Mhs. PAI Mhs. PBA Mhs. D-2 Mhs. PBA Mhs. El Rahma Mhs. El Rahma Ketua TPQ Sekretaris Sekretaris Bendahara Bendahara Kesantrian Kesantrian Kurikulum Perpustakaan Perpustakaan Humas Humas Kesenian Pembantu Umum Pembantu Umum Jumlah 15
Keadaan Santri Santriwan dan santriwati TPQ Nur Iman Karang Jambu pada tahun 2006-2007 sejumlah 60 orang, terbagi dalam 5 kelas mulai dari kelas A sampai E. Kebanyakan satri yang ada pada TPQ Nur Iman adalah warga RT 03/02 dan warga sekitarnya. Setiap kelas mempunyai wali kelas. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
66 Hasil Observasi pada tanggal 24 Nopember 2007.
71
Tabel 2 Daftar Jumlah Santri dan Wali Kelas TPQ Nur Iman Karang Jambu Tahun Pelajaran 2007 67
No Kelas Wali kelas Usia (th) Jumlah 1 2 3 4 5 A B C D E Eva Muspiroh Yeni Nurlaili Trie Nurhayati Ibnu Maruf Mustaqim Ridho 3-4 5-6 7-8 9-11 12-15 17 9 15 14 5 Jumlah 60
Keterangan: Kelas A adalah kelas yang dialokasikan untuk anak yang baru masuk. Kelas ini adalah kelas persiapan agar anak mempunyai kesiapan tatkala memasuki jenjang selanjutnya. Pada kelas ini, anak diharapkan mempunyai bekal yang membuatnya dapat menerima pelajaran yang akan diberikan pada jenjang selanjutnya. Pelajaran yang diberikan pada kelas ini adalah cara membaca yang baik dan benar hingga mencapai Iqro juz, mengenalkan huruf hijaiyah, latihan menulis huruf hijaiyah, menghafal angka Arab (110), menghafalkan doa keseharian, menghafalkan doa sholat, dan memberikan berbagai motivasi pada anak agar mereka tetap termotivasi mengikuti pelajaran keagamaan.
67 Dokumentasi Daftar Santri TPQ Nur Iman Tahun 2007.
72
Pada kelas ini juga dikenalkan dengan alam sekitar. Hal ini bertujuan agar mereka mempunyai pengetahuan tentang benda-benda yang ada di sekitar mereka serta membuat pembelajaran yang berlangsung tidak monoton, ada variasi yang menjadikan mereka tidak bosan. Penamaan menggunakan abjad digunakan untuk membedakan satu kelas dengan kelas yang lain. Dan tidak ada tujuan selain untuk membedakan satu kelas dengan kelas yang lainnya. Kelas B adalah kelas yang dialokasikan untuk mendapatkan berbagai mata pelajaran penerus dari kelas A. Pada hakikatnya kajian yang ada pada kelas B serupa dengan kelas yang ada pada kelas A, hanya saja segi pembahasan yang ada pada kelas B lebih dalam bila dibandingkan dengan kelas A. Pada kelas ini anak harus menamatkan Iqro hingga juz 4 dengan baik dan benar. Pada kelas ini anak juga mulai diajarkan cara memenggal, memutus, dan merangkai huruf hijaiyah. Anak juga harus menghafalkan doa-doa keseharian dan menghafalkan beberapa suratan pendek yang akan mereka hafalkan dalam sholat. Pada kelas ini anak juga mulai dikenalkan dengan cara menulis dan membaca dengan menggunakan kaidah yang benar, serta menghafalkan 30 kosakata Arab sederhana. Kelas C. Pada kelas ini anak diharuskan menamatkan Iqro hingga juz 6. Pada kelas ini anak juga mulai dikenalkan dengan berbagai hukum fiqh Islam walau dalam taraf yang masih sangat dangkal dan instan yang terjadi dalam kehidupan keseharian mereka. Pada kelas ini, mereka
73
diharuskan mampu menghafalkan doa yang ada dalam sholat, mempraktekkan gerakan-gerakan sholat dengan baik dan benar, dan menghafal 50 kosakata Arab sederhana. Kelas D. Pada kelas ini anak mulai diberikan pelajaran yang berhubungan dengan al-Quran dan tajwid-nya. Mereka harus menamatkan al-Quran minimal 25 juz. Pada kelas ini juga diajarkan berbagai materi yang berhubungan dengan fiqh, berbagai doa keseharian, bahasa Arab (percakapan sederhana tentang perkenalan), dan meneruskan semua hal yang telah diajarkan pada kelas A, B dan C. Kelas E adalah kelas yang terakhir pada Taman Pendidikan al- Quran Nur Iman Karang Jambu. Pada kelas ini, anak harus menamatkan juz 16-30 dan pada akhir tahun mengadakan khataman. Pada kelas ini anak diajarkan tentang bahasa Arab, tata bahasa, dan pendalaman fiqh. Kelas ini adalah kelas tertinggi. Anak yang ada pada kelas ini telah diberi wewenang untuk membantu menyampaikan dan mengajarkan Iqro terutama juz 1-6. Hal ini dilakukan agar setelah tamat ada generasi yang akan meneruskan dan mengembangkan pembelajaran yang ada pada Taman Pendidikan al-Quran Nur Iman Karang Jambu. Dengan adanya pergantian ustadz dan ustadzah yang ada pada TPQ Nur Iman adalah anak kost yang tidak selamanya bertempat dan mengajarkan pada anak-anak yang mukim di tempat ini. 68
68 Wawancara dengan ustadz Mustakim Ridho, tanggal 27 Nopember 2007.
74
Sarana dan Prasarana TPQ Nur Iman berlokasi di samping mushola Nur Iman dan bergandengan secara langsung. Lokasi ini bertempat di RT 04/02, merupakan tanah wakaf dari Bapak Mad Ikhsan. Sekalian kepada masyarakat agar digunakan sebaik-baiknya sebagai tempat ibadah. Tanah yang memiliki luas 13 X 9 m digunakan sebagai tempat ibadah, TPQ, dan perpustakaan. Sedangkan di samping mushola terdapat tanah lapang yang banyak digunakan untuk mendukung lancarnya kegiatan TPQ sebagaimana BCM, peringatan PHBI, lomba-lomba dan sebagainya. Tanah lapang yang sering digunakan sebagai kegiatan dalam TPQ ini merupakan tanah miliki Ahmad Maer. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Nopember 2007 dan wawancara dengan Direktur TPQ Nur Iman, diperoleh data tentang keadaan fisik TPQ sebagai berikut: Ruang Kelas Ruang kelas yang ada pada TPQ Nur Iman adalah ruang multi guna, selain digunakan sebagai tempat ibadah juga digunakan sebagai tempat belajar siswa. Ruang kelas yang ada di TPQ Nur Iman ada 5 kelas, kelas A, B, C, semuanya berukuran 5 x 4 m yang berada pada sebelah selatan mushola, sedangkan kelas D dan E bertempat di dalam mushola. Perlengkapan Guru dan Kelas Meja Belajar (dampar) Meja belajar yang dimiliki TPQ Nur Iman dari kelas A sampai E berjumlah 18 buah dalam keadaan baik dan 2 dalam keadaan rusak.
75
Almari Almari yang dimiliki TPQ Nur Iman berjumlah 3 buah, 1 buah digunakan untuk keperluan administrasi TPQ, 1 digunakan untuk tempat al-Quran dan 1 adalah almari bufet besar yang digunakan sebagai perpustakaan TPQ dan berbagai arsip TPQ. Papan Tulis TPQ Nur Iman mempunyai 5 papan tulis yang terpasang pada setiap kelasnya. Alat Elektronika Alat elektronika yang dimiliki TPQ Nur Iman adalah 1 buah tape recorder, 3 salon/speaker, 3 microfon, 1 bel kelas, dan 3 buah bel dan lampu yang digunakan perlombaan CCI (Cerdas Cermat Islam). Alat Kesenian Alat kesenian yang ada pada TPQ Nur Iman adalah satu set hadrah, terdiri dari 1 bedug, 4 terbang besar, 2 terbang kecil, dan 2 buah kecrik, berbagai CD Islami yang diputar tatkala santri istirahat. Gambar Semua gambar yang ada pada TPQ Nur Iman adalah hasil kreasi satri TPQ Nur Iman dengan bimbingan dari para ustadz. Adapun macam-macamnya adalah gambar tangan berangka Arab, huruf hijaiyah, kaligrafi, hasil mewarnai dan berbagai pernik-pernik yang menghiasinya.
76
Perpustakaan Guna menunjang dan melengkapi kegiatan belajar mengajar, maka TPQ mengadakan program pengadaan perpustakaan. Adapun buku-buku yang ada pada TPQ Nur Iman secara rinci terlampir dalam tabel 3 di bawah ini: Tabel III Daftar Inventaris Perpustakaan TPQ Nur Iman Keterangan No Jenis / Judul Buku Nama Peneliti Buku Jumlah Baik Rusak 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10
11 12
13 14 15
16
17
18 19 Mabadi Fiqih 1 Mabadi Fiqih 2 Mabadi Fiqih 3 Mabadi Fiqih 4 Akhlaqul Banin Pelajaran Tajwid Tuntunan Sholat 30 Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak Muslim Iqro Jumbo Kisah 25 Nabi & Rosul Jumbo Seni Kaligrafi Terj. Juz Ama Jumbo Khutbah Jumat PAI Cara Cepat Mengenal Bahasa Arab Himpunan 1001 Doa Pilihan Siang Malam Mewarnai dan Mengenal Huruf al-Quran English for Children Kamus Bergambar Umar Abdul Jabar Umar Abdul Jabar Umar Abdul Jabar Umar Abdul Jabar Umar bin Ahmad Abdullah bin Ahmad Drs. Moh. Rifai Ir. Anam dan MB. Ramsyah
KH. Asad Humam Zaid Husein al-Hamid
Noor Aufa Shidiq Drs. HM. Zuhri
H. Ramlan Drs. H. Ihwan Rosyidi H. Hamid SK. Rohim
Ust. Labib MZ
Rafela
Burhani Abu Khalid 3 buah 3 buah 3 buah 3 buah 2 buah 6 buah 6 buah 5 buah
3 buah 5 buah
3 buah 8 buah
5 buah 1 buah 3 buah
8 buah
1 buah
1 buah 1 buah V V
4
3
1 2
2 6
3 V 2
5
V
V V - - - - - 2 - 2
2 3
1 2
2 - 1
3
-
- -
77
3 Bahasa Keterangan No Jenis / Judul Buku Nama Peneliti Buku Jumlah Baik Rusak 20
21
22
23
24
25 26 27 28 29 30 31 32
33
34
35 36 37 Bermain, Cerita, dan Menyanyi Kisan Nyata 25 NAbi dan Rasol Sejarah 25 NAbi dan Rasol Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis Materi Hafalan dan Terjemahnya Iqro kecil jilid 1 Iqro kecil jilid 2 Iqro kecil jilid 3 Iqro kecil jilid 4 Iqro kecil jilid 5 Iqro kecil jilid 6 Seratus Hadits Bimbingan Anak Berdoa Juz Amma dan Terjemahnya Prinsip-prinsip Metodologi Materi Hafalan Seratus Mahfudzot Iqro Klasikal SPA Yogyakarta
5 buah 5 buah 5 buah 5 buah 5 buah 5 buah 2 buah 1 buah
1 buah
1 buah
1 buah 1 buah 1 buah 1
4
V
V
V
2 V 2 4 V V V V
V
V
V V V -
2
-
-
-
3 - 3 1 - - - -
-
-
- - - Jumlah 128 99 29
Keterangan: sumber data 69
Kurikulum Pembentukan Bahasa Arab Kurikulum bahasa Arab di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara merupakan kurikulum buatan ustadz dan ustadzah dalam rapat rutin yang diselenggarakan setiap bulan. 70 Dalam Rapat tersebut menghasilkan keputusan
69 Dokumentasi TPQ Nur Iman tahun 2007. 70 Wawancara dengan ketua TPQ Nur Iman Sarwo, tanggal 24 Nopember 2007.
78
bahwa pelajaran bahasa Arab adalah pelajaran tambahan untuk santri kelas A dan kelas B. Karena kurikulum dibuat secara sederhana, maka dalam kurikulum hanya mencantumkan tujuan dari pelajaran bahasa Arab. Adapun kurikulum bahasa Arab untuk santri kelas A bertujuan agar mampu mengucapkan, membaca dengan nyaring, dan menulis huruf-huruf hijaiyyah secara benar dan menguasai kosa kata sederhana yang terdapat di dalam teks interaksional yang disertai gambar. Sedangkan untuk santri kelas B bertujuan agar santri mampu mengucapkan, membaca dengan nyaring, dan menulis huruf-huruf berbahasa Arab secara benar dan menguasai kosa kata sederhana yang terdapat di dalam teks interaksional yang disertai gambar.
79
BAB IV PEMBENTUKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ARAB PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TPQ NUR IMAN Perencanaan Pembentukan Dalam proses belajar mengajar, kurikulum adalah rancangan dasar terlaksananya kegiatan tersebut. Di TPQ Nur Iman, kurikulum dibuat oleh para ustadz dan ustadzah dalam rapat bersama guna mendapatkan titik poin pembelajaran yang seperti apakah yang akan dijalankan. Sebagai sebuah rancangan, terdapat dua pengertian kurikulum yaitu kurikulum potensial dan aktual. Menurut Nana Sudjana, 71 kurikulum potensial adalah kurikulum yang berupa bentuk, rancangan, niat yang akan diimplementasikan yang dituangkan dalam bentuk GBPP beserta petunjuk pelaksanaannya. Jadi kurikulum potensial adalah rancangan makro tentang rencana pembelajaran yang akan ditempuh dalam sebuah lembaga yang digunakan sebagai sebuah pedoman pelaksanaan proses belajar mengajar agar pembelajaran yang ada dalam sebuah lembaga berjalan secara lancar. Sedangkan kurikulum aktual adalah kebalikan dari kurikulum potensial yaitu kurikulum yang lebih mengedepankan pada pengalaman siswa. Kurikulum ini merupakan wujud nyata dalam proses belajar mengajar atau dalam bentuk proses pengajaran.
71 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pembentukan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru dan Lembaga Penelitian Bandung, 1991), hlm. 6.
80
Pada dasarnya kedua kurikulum tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena antara satu dengan yang lain mempunyai hubungan yang sangat erat. Berkaitan dengan taman pendidikan al-Quran, ustadz dan ustadzah adalah komponen yang relatif penting. Selain sebagai seorang pengajar, ustadz dan ustadzah adalah juga sebagai seorang pendidik, orang tua, pemberi tauladan, dan lain sebagainya. Hal penting yang lain adalah harus mampu merancang bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai pengejawantahan pengetahuan yang ia dapatkan. Dalam bab sebelumnya telah disinggung bahwa ustadz dan ustadzah TPQ Nur Iman sebagian besar adalah para mahasiswa STAIN Purwokerto. Menurut Ustadz Sarwo, 72 ada beberapa ustadz yang memang cukup memiliki kemampuan untuk menyusun kurikulum, walaupun ini dalam sekup yang sangat sederhana. Untuk kurikulum bahasa Arab, TPQ Nur Iman merancang sendiri materi yang akan disampaikan kepada para santrinya oleh para ustadz yang berkompeten di bidangnya. Dalam menyusun kurikulum, tim penyusun bukan hanya sekedar menyusun materi pelajaran, tetapi juga merancang kelas berapa saja yang akan diberi materi bahasa Arab sebagai materi tambahan. Di TPQ Nur Iman materi bahasa Arab diajarkan di kelas awal yaitu kelas A dan kelas B, dengan asumsi
72 Hasil wawancara dengan ustadz Sarwo, tanggal 1 Desember 2007.
81
mereka kelak mampu membaca al-Quran dan paham terhadap isinya walaupun hanya sedikit. 73
Materi pelajaran bahasa Arab berdasarkan dokumen kurikulum, untuk kelas A bertujuan agar santri mampu mengucapkan, membaca dengan nyaring, dan menulis huruf-huruf hijaiyyah secara benar dan menguasai kosa kata sederhana yang terdapat di dalam teks interaksional yang disertai gambar. Adapun untuk santri kelas B materi pelajaran bahasa Arab bertujuan agar santri mampu mengucapkan, membaca dengan nyaring, dan menulis huruf- huruf berbahasa Arab secara benar dan menguasai kos kata sederhana yang terdapat adlam teks interaksional yang disertai gambar. Berdasarkan wawancara dengan ustadz Mustakim Ridho, 74 bahwa pembentukan kemampuan berbahasa Arab untuk santri kelas A dan kelas B yang ditekankan adalah bisa menguasai bahasa Arab yaitu kemampuan dalam mengucapkan, membaca, dan menulis. Jadi, kemampuan yang ditekankan dikuasai santri hanya mencakup tiga kemampuan berbahasa, namun dari ketiga kemampuan berbahasa tersebut sebenarnya menyimpan satu tujuan yang paling urgen dari ketiga kemampuan berbahasa itu, yaitu kemampuan mendengar. Karena kemampuan mendengar adalah kemampuan berbahasa yang paling dasar sebagaimana telaah yang dilakukan oleh Paul T. Rankin yang dikutip Henry Guntur Tarigan, 75 bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada mendengar. Hal ini juga senada sebagaimana dikatakan oleh
73 Wawancara dengan ustadz Mustakim Ridho, tanggal 27 Nopember 2007. 74 Wawancara dengan ustadz Mustakim Ridho, tanggal 27 Nopember 2007. 75 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Arab (Bandung: Angkasa, 1980), hlm. 11.
82
ustadz Mustakim Ridho, 76 bahwa kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan berbahasa Arab yang dasar yang harus dikuasai santri. Dikatakan pula bukannya tidak menekankan kemampuan mendengarkan kepada santrinya, tetapi dalam kurikulum bahasa Arab kelas A dan kelas B mengandung unsur kurikulum tersembunyi. Untuk santri kelas A, kemampuan mendengarkan materi pelajaran bahasa Arab yaitu tetang huruf-huruf hijaiyyah, baik yang berharakat, syaddah, maupun tanwin, dan megenai bilangan Arab 1-10 serta kata diri sebanyak sepuluh kosa kata. Dalam mendengarkan bahasa Arab, santri hanya diajak untuk menirukan kembali apa-apa yang diucapkan oleh ustadznya. Jadi, dalam mendengarkan hanya sampai pada tahap menirukan kembali ujaran yang diucapkan ustadznya. Kemudian untuk kemampuan berbicara hanya sampai pada tahap menghafalkan mengenai huruf-huruf hijaiyyah, baik yang berharakat, syaddah, maupun tanwin, dan bilangan Arab 1-10 serta kata diri sebanyak sepuluh kosa kata. Untuk kemampuaan membaca, santri hanya sampai pada tahap mampu memahami huruf-huruf hijaiyyah, baik yang berharakat, syaddah, maupun tanwin. Sedang untuk kemampuan menulis, santri hanya mampu menulis huruf-huruf hijaiyyah dan kata-kata sederhana yang diberi harakat tetapi tidak disambung kata-kata yang ditulis tersebut. Jadi, dalam penyusunan kurikulum pelajaran bahasa Arab, pihak ustadz dan ustadzah sudah memperhatikan dan memperhitungkan kondisi psikologis santri, sehingga kurikulum yang disusun tersebut tidak
76 Wawancara dengan ustadz Mustakim Ridho, tanggal 27 Nopember 2007.
83
memberatkan bagi santrinya. Santri dituntut oleh ustadznya untuk menguasai empat kemampuan berbahasa Arab yang meliputi kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Kurikulum yang sudah tersusun tersebut kemudian dikaji ulang kembali apa kira-kira sudah sesuai dengan keadaan santri atau malah terlalu rumit untuk dipelajari santri. Dalam hal ini juga membahas siapa ustadz yang akan mengajarkan materi bahasa Arab tersebut. Setelah mendapat siapa ustadz yang akan mengajar, baru kemudian para ustadz dan ustadzah mengadakan musyawarah untuk mensosialisasikan materi bahasa Arab sebagai materi baru atau materi tambahan di TPQ Nur Iman yang siap untuk diajarkan kepada para santrinya. Jadi, berkaitan dengan perencanaan pembentukan kurikulum bahasa Arab di TPQ Nur Iman, apabila dikaitkan dengan konteks perencanaan pembentukan kurikulum yang harus melibatkan berbagai komponen, di antaranya adalah guru, pakar pendidikan, pakar psikologis dan lain sebagainya masih kurang memadai dengan perencanaan-perencanaan pembentukan kurikulum. Hanya saja menurut penulis, tatkala kurikulum belum tertata pelaksanaan proses belajar mengajar di suatu lembaga pendidikan atau taman pendidikan al- Quran akan terhambat dan lambat laun akan hilang eksistensinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang berkonsentrasi penuh pada anak-anak. Karena masa usia prasekolah adalah masa yang sangat potensial untuk menyiapkan dan mengarahkan anak agar mereka mempunyai kesiapan tatkala terjun ke Sekolah Dasar atau masa remaja kelak. Di lain pihak, taman pendidikan al-Quran yang mempunyai kurikulum rapi dan tertata dengan baik, besar kemungkinan out put yang dikeluarkan juga lebih baik. Dengan adanya kurikulum, tujuan yang akan dicapai menjadi jelas dan mampu mengatasi kendala dalam penerapan kurikulum dengan cepat. Di sisi lain, ustadz dan ustadzah TPQ Nur Iman adalah para anak kost yang dengan sabar dan tekun mengamalkan ilmu-ilmu agama yang mereka
84
peroleh sebelum mukim di daerah Purwokerto. Panggilan hati inilah sebagai salah satu tonggak yang akan memacu motivasi ustadz dan ustadzah untuk mewujudkan sebuah komunitas yang mempunyai akhlak mulia. Dengan mengacu kepada teorinya Nana Sudjana di atas, kurikulum bahasa Arab di TPQ Nur Iman adalah merupakan kurikulum potensial dan aktual. Di satu sisi, dari pihak ustadz dan ustadzah menyiapkan terlebih dahulu materi pelajaran yang akan disampaiakan dalam proses belajar mengajar, juga di sisi lain merupakan kurikulum aktual. Hal ini terbukti dengan diterapkannya pelaksanaan kurikulum yang apabila ada beberapa santri atau sebagian besar belum menguasai materi pelajaran, mereka mengulang kembali materi pelajaran hingga benar-benar menguasai materi yang tercantum dalam kurikulum tersebut. Maka dari itu, secara tidak langsung kurikulum bahasa Arab juga mengedepankan pada pengalaman santri dengan tidak ditandainya pembelajaran yang monoton seperti di sekolah-sekolah formal.
85
Pelaksanaan Pembentukan Pembentukan Kemampuan Mendengar Dikte adalah sebuah metode ustadz bahasa Arab di TPQ Nur Iman untuk melatih kemampuan santri mendengarkan kata-kata bahasa Arab. Adapun cara pelaksanaannya sebagaimana ungkap ustadz Ibnu Maruf, 77
adalah sebagai berikut: Fase pengenalan fonologi kata-kata, artinya dalam menyampaikan materi pelajaran bahasa Arab guru langsung mengenalkan bunyi-bunyi dan kata-kata serta membedakan makharijul hurufnya. Fase pemahaman Pada fase pemahaman, ada tiga tingkatan mulai dari permulaan, pertengahan, dan lanjut. 1) Permulaan, artinya ustadz melakukan perintah tanpa respon lisan. 2) Ustadz melakukan perintah dengan menggunakan gambar dan sktetsa. Dalam aktivitas ini, guru membagikan kertas yang ada gambar dan sketsa. Sedangkan para santri harus mendengarkan perintah ustadz kemudian mengerjakan perintah tersebut dengan mengisi tempat kosong dalam gambar. 3) Pertengahan Dalam tahap ini, pertama ustadz mengucapkan kata atau kalimat dalam bahasa lisan sedangkan santri mendengarkan dengan
77 Wawancara dengan ustadz Ibnu Maruf, tanggal 7 Desember 2007.
86
seksama kemudian santri mencoba menuangkan ucapan ustadz tersebut dalam bentuk tulisan. Kedua, ustadz mengucapkan kata atau kalimat dalam bahasa lisan sedangkan santri mendengarkan dengan seksama kemudian santri mencoba menuangkan ucapan ustadz tersebut dalam bentuk tulisan 4) Lanjut, tahap ini dapat berjalan bila sarana pendukung penyampaian bahasa Arab lengkap. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan latihan mendengar adalah sebagai berikut: a. Latihan pengenalan Kemampuan mendengar pada tahap pertama adalah agar santri dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat. Latihan pengenalan ini sangat penting karena sistem tata bunyi bahasa Arab sangat berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dikenal santri. Penyajian pelajaran ini bisa dilangsungkan secara lisan dan melalui tape recorder. Secara lisan, seorang ustadz langsung melafalkan kata-kata bahasa Arab, sedangkan yang kedua santri diajak ikut bersama-sama mendengarkan pita kaset untuk kemudian dihafalkan isinya. 78 Contoh, seorang ustadz melafalkan bunyi alif ( ) sampai ya ( ) dengan menulis huruI-huruf tersebut di papan tulis.
78 Wawancara dengan ustadz Ibnu Maruf, tanggal 7 Desember 2007.
87
b. Latihan mendengar dan menirukan Walaupun latihan menyimak bertujuan melatih pendengaran tetepi dalam praktek selalu diikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman. Jadi setelah santri mengenaal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, ia kemudian dilatih untuk mengucapkan dan memahami makna yang dikandung oleh ujaran tersebut. Dalam tahap ini, seorang ustadz mengarahkan agar santri menirukan apa yang diucapkan oleh ustadznya dengan waktu yang sengaja dikhususkan untuk menyimak dan menirukan. Contoh, ustadz meminta santri untuk menirukan kembali huruf-huruf hijaiyyah alif ( ) sampai ya ( ) yang dilaIalkan secara bersama-sama. c. Latihan mendengarkan dan mengucapkan Dalam tahap ini, santri diperintahkan untuk mendengar apa yang diucapkan ustadz untuk kemudian diucapkan kembali oleh para santri, apakah yang didengar tersebut benar-benar dapat diucapkan kembali atau tidak. Jika seorang ustadz mengucapkan kata-kata bahasa Arab dapat kembali ditirukan oleh santrinya, maka proses pembelajaran bahasa Arab untuk tahap mendengar dan mengucapkan kembali dapat dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika banyak santri yang belum mampu mengucapkan kembali kata-kata yang diucapkan ustadznya, maka seorang ustadz mengulangi materi sampai benar-benar dapat diucapkan
88
kembali oleh santri. 79 Contoh, ustadz meminta santri untuk mengucapkan kembali kata-kata yang telah diucapkan ustadz yang berupa bilangan Arab 1-10 Dengan demikian, dalam pembentukan kemampuan mendengar ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, latihan pengenalan, latihan mendengar dan menirukan, latihan mendengar dan mengucapkan. Jadi, pembentukan kemampuan berbahasa Arab pada kemampuan mendengar bertujuan agar siswa dapat memahami ujaran dalam bahasa Arab, baik bahasa sehari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi dan melatih pemahaman santri mengenai ujaran atau kata- kata yang diucapkan oleh ustadz. Pembentukan Kemampuan Berbicara Tugas seorang ustadz pada tahap kemampuan berbicara santri adalah mengetes secara lisan tiap-tiap santri untuk mengucapkan lafal-lafal bahasa Arab yang telah diajarkan sebelumnya, apakah telah mampu diucapkan ataukah belum mampu sama sekali untuk dilafalkan kata-kata bahasa Arab tersebut. Menurut Ibnu Maruf, 80 jika santri mampu mengucapkan kata-kata bahasa Arab maka materi pelajaran dilanjutkan ke tingkat yang selanjutnya, dan apabila ada beberapa santri atau sebagian besar tidak mampu untuk mengucapkan kata-kata bahasa Arab maka pelajaran
79 Hasil wawancara dengan ustadz Ibnu Maruf, tanggal 7 Desember 2007. 80 Hasil wawancara dengan ustadz Ibnu Maruf, tanggal 7 Desember 2007.
89
diulangi kembali sampai santri benar-benar mampu mengucapkan materi pelajaran yang telah disampaikan. Tetapi kemampuan berbicara bahasa Arab yang dimaksud di sini bukan kemampuan berbicara dengan lawan bicaranya, melainkan melafalkan kata-kata atau menghafal kata-kata yang merupakan rangkaian sambung. Misalkan, berhitung dalam bahasa Arab. Namun, dalam kemampuan berbicara ini, hanya santri kelas A yang ditargetkan. Dalam pembelajaran berbicara, ustadz menuntut santrinya untuk aktif dalam latihan-latihan, berani membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu atau kata-kata dalam bahasa Arab, komunikatif terhadap santri yang lainnya dalam arti bukan kaliamat-kalimat pasif. Karena ustadz beranggapan bahwa pada masa ini, dimana anak cenderung menciptakan kata-kata baru dan berusaha mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa Arab yang sedang dipelajari itu. Seorang ustadz dalam menyampaikan materi pelajaran bahasa Arab kepada santrinya, hendaknya mengetahui metode menyampaikan kata-kata bahasa Arab tersebut. Kemampuan berbicara bahasa Arab pada anak akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak itu berada. Jadi, ketika santri masih berada di TPQ atau masih mengikuti kegiatan pembelajaran di TPQ besar kemungkinan untuk mengusasai bahasa asing yang sedang dipelajari tersebut. Di sisi lain, lingkungan keluarga atau lingkungan informal juga begitu berpengaruh terhadap penguasaan bahasa asing itu. Menurut
90
penulis, untuk keberhasilan pembelajaran bahasa Arab dalam taraf kemampuan berbicara pada anak usia dini akan lebih baiknya didukung oleh kedua lingkungan dimana anak itu berada, yaitu lingkungan formal tempat belajar anak dan lingkungan informal atau keluarga. Dengan demikian, kemampuan berbicara pada pelaksanaan pembentukan kemampuan berbicara bahasa Aarab santri TPQ Nur Iman bertujuan untuk melatih santri supaya lancar melafalkan bahasa Arab dan komunikatif. Contoh, santri diminta melafalkan kembali catatan-catatan yang telah ditulis di papan tulis mengenai bilangan Arab 1-10. Pembentukan Kemampuan Membaca Tahap kemampuan membaca bahasa Arab santri TPQ Nur Iman difokuskan agar mampu membaca huruf-huruf hijaiyyah dan kosa kata sederhana. Untuk huruf-huruf-huruf hijaiyyah bagi santri kelas A dan kosa kata sederhana diharapkan dikuasai santri kelas B. 81
Pembentukan yang dilakukan dalam kemampuan membaca bahasa Arab yang ada di TPQ Nur Iman adalah dengan cara seorang ustadz mendemonstrasikan atau dengan menunjuk benda yang kemudian diperintahkan kepada santri untuk membaca apa yang sedang didemonstrasikan atau benda apa yang sedang ditunjuk ustadz tersebut. Dalam hal ini, seorang santri dituntut mampu menggabungkan kemampuan mendengar dan mengucapkan bahasa Arab yang telah mereka kuasai.
81 Hasil observasi, tanggal 24 Nopember 2007.
91
Dalam pembelajaran membaca ustadz mengembangkan kemampuan membaca dan memberikan latihan-latihan dengan pola penyajian materi sebagai berikut: Persiapan, ustadz memperkenalkan beberapa kosa kata. Membaca, dalam tahapan ini santri diberi pertanyaan oleh ustadz tentang gambar yang disemaknya. Ustadz mengecek kembali apakah ada kosa kata yang belum dipahami. Contoh, sebelum pembelajaran membaca dimulai, seorang ustadz hendaknya mencari materi yang menarik bagi santrinya. Materi mengenai bilangan Arab misalnya, materi itu disajikan oleh ustadznya dengan nyanyian-nyanyian. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian para santri agar fokus kepada pelajaran. 82
Jadi pada tahap ini, seorang ustadz dituntut untuk pandai mencari bahan materi yang menarik dan menciptakan suasana pembelajaran yang komunikatif, baik itu santri dengan santri maupun santri dengan ustadz. Pembentukan Kemampuan Menulis Tahap kemampuan menulis bahasa Arab santri TPQ Nur Iman difokuskan agar mampu menulis huruf-huruf hiyaiyyah dan kosa kata sederhana. Untuk huruf-huruf hijaiyyah bagi santri kelas A dan kosa kata sederhana diharapkan dikuasai santri kelas B. 83
Pembentukan yang dilakukan dalam kemampuan menulis bahasa Arab yang ada di TPQ Nur Iman adalah dengan menggabungkan
82 Hasil wawancara dengan ustadz Ibnu Maruf, tanggal 7 Desember 2007. 83 Hasil observasi, tanggal 1 Desember 2007.
92
kemampuan-kemampuan mendengar, mengucapkan, dan membaca untuk kemudian dinyatakan dalam bentuk tulisan. Hal yang dilakukan seorang ustadz dalam upaya pembentukan kemampuan menulis bahasa Arab yaitu dengan cara seperti dalam pembentukan kemampuan membaca, namun ada sekali-kali usaha dari seorang ustadz untuk membawa para santrinya belajar di luar ruangan agar memahami lebih dekat kepada nama benda- benda yang dijumpai di sekeliling yang kemudian dinyatakan dalam bentuk tulisan. Dalam pembelajaran menulis, ustadz menyuruh kepada santrinya untuk: a. Mencontoh tulisan yang ditulis di papan tulis. b. Menulis kata-kata yang didikte ustadz, baik itu yang sudah dipersiapkan maupun yang belum dipersiapkan sebelumnya. Dalam proses pembetulan, cara yang dilakukan oleh ustadz antara lain adalah: a. Ustadz mengumpulkan semua hasil pekerjaan santri . b. Dipertukarkan sesama santri dalam satu kelas. c. Ustadz menunjuk kepada salah satu santri untuk menulis di papan tulis jawaban yang benar kemudian santri mengoreksi jawaban temannya. d. Santri disuruh mengoreksi hasil pekerjaan masing-masing dan memperbaiki kesalahannya. Untuk santri kelas A dimana tulisan bahasa Arab adalah asing baginya, dijumpai probelamatika dalam penulisan yaitu dari segi tulisan
93
bahasa Arab yang berkaitan dengan imla dan khat. Kalau bahasa Indonesia ditulis dari kanan ke kiri, maka huruf Arab ditulis dari kakan ke kiri. Hal ini membutuhkan waktu latihan yang cukup lama. Selain itu, kesulitan lain yang dihadapi adalah mengenai perbendaharaan kata dalam bahasa Arab. Salah satu kelemahan ustadz, ustadz beranggapan ketika santri mampu mendengar, mengucap, dan membaca maka ketika diajak menulis santri pun mampu menulis bahasa Arab dengan benar. Dengan demikian, hendaknya seorang ustadz dalam proses pembelajaran membiasakan santrinya untuk menulis apa yang telah diucapkan atau kosa kata baru yang disajikan ustadz. Contoh, santri diminta untuk menulis huruf-huruf hijaiyyah alif ( ) sampai ya ( ) yang dilaIalkan ustadznya di buku masing-masing. Faktor Yang Mendukung Pembentukan Kemampuan Berbahasa Dari data-data di atas, dapat disimpulkan sementara bahwa pembentukan kemampuan berbahasa Arab pada santri TPQ Nur Iman, secara materi ditunjang oleh berbagai faktor, diantaranya adalah: Ustadz Menurut ustadz Sarwo, 84 bahwa ustadz adalah faktor penentu terlaksananya kegiatan pembelajaran di TPQ Nur Iman ini, karena mereka adalah sebagai penggerak utama dalam sebuah lembaga. Sebagai seorang
84 Hasil wawancara dengan ustadz Sarwo, tanggal 24 Nopember 2007.
94
pengajar, ustadz harus mampu menyampaikan materi kepada santri dengan cara dan metode yang baik dan mudah dikuasai siswa. Dalam menyampaikan dan memberikan pengajaran, ustadz hendaknya memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah dalam menggunakan kata dan kalimat, di samping itu ustadz harus mampu memperhatikan berbagai konsep belajar yang berkaitan dengan psikologi sehingga ia dapat menangkap dan merasakan apakah yang menjadi keinginan dari para santrinya. Guna menanggulangi kebosanan yang kerap kali hinggap pada para santri, ustadz harus mampu menguasai berbagai macam metode pembelajaran. Berbagai penguasaan metode pembelajaran, akan membantu seorang ustadz untuk membaca kondisi santri sehingga pembelajaran tidak statis, maka dari itu tercipta pembelajaran yang aktif dan memacu bakat yang ada pada diri santri secara maksimal. Selain itu, ustadz yang mengajarkan materi pelajaran bahasa Arab di TPQ Nur Iman adalah mahasiswa STAIN Purwokerto dari jurusan Tarbiyah yang mengampil program studi Pendidikan Bahasa Arab. Maka dari itu, kalau melihat kepada profil seorang ustadz pengajar bahasa Arab, TPQ Nur Iman ini memiliki kompetensi yang lebih dari cukup. 85
Kurikulum Sudah disinggung sebelumnya bahwa kurikulum adalah rancangan dasar pelaksanaan pembelajaran. Oleh sebab itu, dengan adanya kurikulum
85 Hasil wawancara dengan ustadz Sarwo, tanggal 1 Desember 2007.
95
pembelajaran TPQ Nur Iman ini dapat diarahkan kemana sebenarnya pembelajaran akan diarahkan. Kurikulum ini sangat membantu sekali kepada para ustadz dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sarana Berdasarkan observasi penulis, 86 sarana pembelajaran yang dilimiki TPQ Nur Iman sebagaimana sudah penulis tuliskan dalam bab terdahulu yaitu bab III poin sarana dan prasarana TPQ Nur Iman. Menurut ustadz Sarwo, 87 sebuah pembelajaran akan berjalan jika sarana dan prasarananya lengkap atau memadai. Di TPQ Nur Iman sendiri selain ustadz dan ustadzah yang menggerakkan jalannya kegiatan, juga didukung oleh sarana yang memadai. Karena dengan sarana yang memadai, para ustadz dalam melaksanakan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Lingkungan sekitar Hal yang tidak kalah pentingnya dengan adanya TPQ di wilayah Karangjambu adalah dukungan dari masyarakat sekitar. Mereka menyambut positif dengan didirikannya TPQ di mushala Nur Iman. Masyarakat banyak berharap, generasi-generasi mereka kelak tahu tentang agama. Dengan dukungan atau motivasi yang penuh kepada putra- putranya dalam waktu kurang dari empat tahun TPQ Nur Iman berkembang pesat.
86 Hasil observasi, tanggal 24 Nopember 2007. 87 Hasil wawancara dengan ustadz Sarwo, tanggal 1 Desember 2007.
96
Evaluasi Hasil Belajar Dalam dunia pendidikan, kita mengenal ada dua macam evaluasi hasil belajar. Artinya dalam waktu tertentu pendidikan selalu mengadakan sebuah evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai, baik dilaksanakan oleh pihak pendidik maupun oleh pihak terdidik untuk mengukur sejauhmanakah keberhasilan yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Seorang ustadz akan lebih tahu dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar, apakah proses belajar mengajar selama kurang lebih satu tahun mengalami peningkatan atau penurunan. Mengalami peningkatan hasil belajar dari proses pembelajaran, akan lebih mudah untuk melakukan sebuah evaluasi. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi secara tertulis dan secara lisan. Namun, untuk hal yang satu yaitu mengalami penurunan prestasi hasil belajar, perlu membutuhkan berbagai komponen dalam mengevaluasi proses pembelajaran yang kurang lebih satu tahun lalu diterapkan. Dengan menelaah tujuan pembelajaran, seorang ustadz dapat mengetahui apakah tujuan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan efektif, memberikan hasil yang baik dan memuaskan ataukah sebaliknya. Jadi sebaiknya seorang ustadz mampu dan terampil dalam melaksanakan evaluasi karena dengan evaluasi seorang ustadz akan dapat mengetahui prestasi yang telah didapatkan santri setelah melaksanakan proses pembelajaran. Agar evaluasi terhadap kemampuan santri dapat terpantau secara maksimal maka harus dilaksanakan evaluasi secara kontinue dan
97
berkesinambungan. Menurut ustadz Sarwo, 88 bahwa evaluasi ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Menurutnya lagi, kita bukan hanya mengevaluasi hasil belajar santri, tetapi juga mengevaluasi hasil mengajar guna mengatasi kendala-kendala yang dihadapi di dalam kelas. Evaluasi terhadap pelaksanaan mengajar para ustadz dilaksanakan setiap satu bulan sekali pada minggu- minggu akhir. Evaluasi yang dilaksanakan TPQ Nur Iman berkaitan dengan kemampuan berbahasa santri dilaksanakan dengan cara sederhana, yaitu: 1. Mencatat tingkat kemajuan santri menguasai kosa kata Ustadz mengetes sampai berapa kemampuan santri menguasai kosa kata, hal ini dilakukan oleh ustadz yang mengajar bahasa Arab. Dengan demikian ustadz bisa menilai apakah pelajaran akan diteruskan atau mengulang pelajaran yang sebelumnya. Untuk evaluasi ustadz mempunyai wewenang dalam memutuskan apakah pelajaran akan diteruskan atau diulangi. Tatkala ustadz menganggap layak untuk melanjutkan pelajaran, maka pelajaran selanjutnya pun dimulai. Tetapi di sisi lain evaluasi semacam ini justru menghambat pelaksanaan pembelajaran, karena pembelajaran tidak terlalu monoton harus selesai pada satu tahun. 2. Evaluasi dalam bentuk praktek
88 Hasil wawancara dengan ustadz Sarwo, tanggal 1 Desember 2007.
98
Evaluasi ini diterapkan pada kemampuan membaca dan menulis bahasa Arab. Setelah santri selesai menerima materi, santri disuruh untuk membaca atau menulis bahasa Arab yang diberikan ustadz. Bila dari kebanyakan santri belum mampu membaca atau menulis bahasa Arab secara benar, maka pelajaran diulangi lagi. Dari evaluasi ini, diharapkan akan melahirkan santri-santri yang mahir dalam menguasai bahasa Arab agar nantinya dapat digunakan sebagai bekal melanjutkan ke sekolah-sekolah keagamaan atau sebagai bahasa keterampilan. 3. Evaluasi dalam bentuk soal Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran dan adakalanya dilaksanakan secara serentak dalam kelas dengan soal yang serupa antara satu santri dengan santri lainnya atau dilaksanakan pada akhir tahun sebagai rujukan dalam pengambilan nilai dan memutuskan pada jenjang selanjutnya.
99
BAB V PENUTUP Kesimpulan Dari pemaparan hasil penelitian tentang Pembentukan Kemampuan Berbahasa Arab pada Anak Usia Prasekolah di TPQ Nur Iman Karangjambu Purwanegara Purwokerto Utara, bahwa pembentukan kemampuan berbahasa Arab di TPQ Nur Iman, banyak dipengaruhi oleh kemampuan ustadz dalam menguasai materi pelajaran, hal ini terbukti karena ustadz yang mengajar sudah ahli di bidang bahasa Arab, dan juga didukung oleh kurikulum, sarana yang mendukung pembelajaran, dan lingkungan kelas yang kondusif. Seorang ustadz yang mengajar bahasa Arab adalah mahasiswa STAIN Purwokerto jurusan Tarbiyah yang mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa Arab. Begitu juga dengan kurikulum pelajaran bahasa Arab, dimana dalam kurikulum, kemampuan berbahasa Arab yang mencakup empat kemampuan berbahasa, kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis, merupakan tujuan utama diadakannya pelajaran bahasa Arab. Karena dari pihak ustadz dan ustadzah TPQ Nur Iman ingin membekali santri dengan bahasa Arab yang dilaksanakan dengan menggabungkan empat kemampuan berbahasa. Untuk mendukung pelaksanaan pembentukan kemampuan berbahasa Arab tersebut, dari pihak TPQ juga menyediakan sarana yang memadai, yaitu dengan pengadaan buku- buku maupun media-media yang berkaitan dengan bahasa Arab.
100
Adapun pembentukan kemampuan berbahasa Arab pada anak usia prasekolah yang dilaksanakan di TPQ Nur Iman yang mencakup empat kemampuan berbahasa, yaitu meliputi: Kemampuan mendengar Pelaksanaan pembentukan kemampuan mendengar pada anak usia prasekolah di TPQ Nur Iman melalui beberapa fase atau tahapan-tahapan, yaitu fase morfologi, fase pemahaman, dan fase pertengahan. Karena kemampuan mendengar merupakan kemampuan dasar seorang anak dalam belajar dan sebagai pijakan untuk bisa menguasai kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis. Kemampuan berbicara Pelaksanaan pembentukan kemampuan berbicara pada anak usia prasekolah di TPQ Nur Iman adalah dengan memberikan kesempatan kepada santri untuk melakukan latihan-latihan penguasaan kosa kata Arab yang dituangkan dalam bentuk praktik atau dituntut komunikatif, baik sesama santri maupun dengan ustadznya. Pada kemampuan ini, walaupun santri hanya menguasi kosa kata sederhana tetapi diharapkan dengan menguasai kosa kata sederhana itu akan lebih tambah menyukai bahasa Arab.
101
Kemampuan membaca Pelaksanaan pembentukan kemampuan membaca pada anak usia prasekolah di TPQ Nur Iman adalah dimaksudkan untuk cepat tangkap kepada apa yang diperintahkan ustadz. Membaca di sini bukan membaca tulisan yang berbahasa Arab, hanya membaca kosakata sederhana yang disertai gambar atau lambang. Hal ini dilakukan supaya ada timbal balik dari dua kemampuan sebelumnya, kemampuan mendengar dan kemampuan berbicara, karena apabila santri mampu mendengar dan berbicara bahasa Arab dengan baik, tetapi santri tidak mengerti bagaimana mengucapkan kata-kata tersebut dalam bahasa Arab, maka kemampuan berbahasa pada anak akan tumpul. Kemampuan menulis Pelaksanaan pembentukan kemampuan menulis pada anak usia prasekolah di TPQ Nur Iman adalah untuk merangsang kemampuan motorik santri, dimana dalam kemampuan menulis membutuhkan penguasaan kemampuan-kemampuan yang lain yaitu kemampuan mendengar, mengucap, dan membaca. Hal ini dilakukan agar santri bisa di samping mampu berbicara dan membaca bahasa Arab, juga bisa mengaplikasikan pikirannya dalam bentuk tulisan.
102
Saran-saran Kepada direktur TPQ Hendaknya direktur TPQ Nur Iman mengupayakan kesejahteraan ustadz dan ustadzah agar lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar dan mengajar Kepada ustadz dan ustadzah Ustadz dan ustadzah hendaknya lebih profesional dan objektif dalam mengajar santri Kepada santri Ingatlah bahwa santriwan dan santriwati adalah cerminan generasi Islam masa depan. Tatkala kalian dalam belajar kurang sungguh-sungguh atau malah enggan belajar, seperti apakah umat Islam pada masa yang akan datang.
103
Kata Penutup Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. sebab hanya dengan limpahan rahmat, taufik dam hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan dan penelitian skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini mungkin masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, meskipun peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaikinya. Peneliti senantiasa mengharap kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa selanjutnya. Kepada mereka yang telah banyak membantu terselesaikannya penelitian skripsi ini, peneliti tidak dapat memberikan imbalan, hanya ucapan terima kasih yang mendalam semoga Allah SWT memberikan imbalan yang sesuai. Akhirnya peneliti berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.