Vous êtes sur la page 1sur 11

UJIAN TENGAH SEMESTER PFPM Nama : Rizqa Ridina Prodi : Sastra Prancis NPM : 0906642790

1. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philo yang berarti cinta, dan sophy yang berarti kebijaksanaan, sehingga philosophy berarti cinta terhadap kebijaksanaan. Filsafat mempunyai beberapa pengertian salah satunya adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang berbagai pesoalan atau fenomena yang dihadapi oleh manusia secara kritis. Filsafat mempelajari apa saja yang ada (being), selalu mencari hakikat, dan dimulai oleh rasa heran (sense of wonder) dan pertanyaan dengan kata apa atau mengapa.

Skema Sistematika Filsafat

Metafisika Ontologi

Logika

Epistemologi

Estetika Etika Dan Etika

a. Ontologi (realitas konkret), mengkaji tentang keberadaan sesuatu, membahas tentang ADA, yang dapat dipahami baik secara konkret, faktual maupun secara epistemologi maupun metafisis.

Ontologi membahas being atau yang ada atau berwujud (onta) sedangkan metafisika membahas sesudah yang fisik, atau yang melampaui yang fisik (filsafat ketuhanan). b. Epistemologi (kebenaran pengetahuan), membahas tentang pengetahuan yang akan dimiliki manusia apabila ia membutuhkannya. Epistemologi merupakan filsafat pengetahuan. Logika merupakan ilmu pengetahuan tentang cara berpikir yang lurus dan tepat. c. Aksiologi (nilai atau value), membahas tentang kaidah norma dan nilai yang ada pada manusia, berkaitan dengan yang baik dan yang buruk. Etika merupakan ilmu mengenai tindakan moral yang mendasar, refleksi kritis terhadap tindakan-tindakan manusia. Estetika merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari dan merefleksikan tentang keindahan, menyangkut alam dan seni, serta problem kritik seni.

Periodesasi Sejarah Singkat Filsafat Barat a. Zaman Yunani Kuno Filsafat barat lahir di Yunani karena dunia barat berpangkal pada pikiran Yunani yang menggunakan pendekatan outward looking. Pada masa ini bangsa Yunani mengalami perubahan dalam cara berpikir yaitu mengembangkan daya penalaran yang lebih rasional dan logis, dari mitis menjadi logos. Para filsuf alam seperti Thales dan Anaximenes, berusaha menguak rahasia alam dengan pendapat yang lebih rasional. b. Abad Pertengahan (Abad IV-XIV) Pada masa ini, filsafat dipengaruhi agama Kristen. Gereja Katolik yang otoriter berkuasa dan sehingga tidak ada penemuan, pemikiran dan akal dikekang. Pemikiran manusia bersifat teosentris yaitu berpusat

pada ajaran agama. Filsuf pada masa ini antara lain St. Thomas Aquinas dan Anselmus. c. Renaissance Renaissance berasal dari bahasa Prancis yang berarti kelahiran kembali. Maksudnya adalah kelahiran kembali manusia sebagai individu yang tidak terpengaruh dan agama dan sebagainya, pada serta masa munculnya ini adalah rasionalitas kebebasan. Trend

antroposentrisme yang sangat memperhatikan dan berpusat pada kekuatan manusia yang tidak hanya bersifat fisik namun juga kemampuan akal budi manusia. Filsuf pada masa ini antara lain Ren Descartes dan Franis Bacon. Pada masa ini juga mulai terjadi sekularisasi yaitu perkembangan atau inovasi di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Aliran yang berkembang adalah humanisme, individualisme, dan naturalisme. d. Abad Pencerahan (Aufklrung) (Abad XVIII) Abad ini merupakan lanjutan dari masa Renaissance yang disebut Aufklerung yang bisa disebut juga masa Pencerahan atau Fajar Budi. Pada masa ini, kemampuan akal budi manusia diaktualisasikan dengan munculnya ilmu pengetahuan kealaman yang didukung oleh berbagai percobaan yang berlandaskan aspek metodologis dan akademis. Abad ini merupakan kemajuan bagi ilmu pengetahuan. Tokoh filsuf abad ini antara lain J.J. Rousseau dan Montesqieu. e. Pasca Modern (Abad XIX-sekarang) Pada masa ini, kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat pesat. Ilmu pengetahuan berkembang menjadi tiga kelompok besar, yaitu ilmu pengetahuan kealaman, ilmu budaya, dan pengetahuan sosial, kemudian berkembang pula menjadi banyak cabang imu.

2. Definisi Agama Agama atau Religion berasal dari bahasa Latin yaitu re (kembali) dan ligare (mengikat), sehingga secara bahasa dapat diartikan sebagai pengikatan diri. Sedangkan pengertian agama sendiri menurut beberapa tokoh antara lain: Royce: agama adalah devosi terhadap suatu peraturan moral yang

diperkuat oleh kepercayaan tentang hakikat segala sesuatu Oman: agama merupakan pengakuan akan adanya realitas tertinggi

dan realitas itu adalah realitas yang bernilai dan patut disembah Bertocci: inti dari agama adalah suatu kepercayaan pribadi bahwa nilai-

nilai yang terpenting adalah nilai yang didukung oleh nilai semesta William James: agama adalah perasaan-perasaan, tindakan-tindakan,

dan pengalaman manusia secara perorangan dalam kesendiriannya sejauh mereka memahami dirinya sendiri berada dengan hubungan dengan yang disebut illahi. Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut, dapat diartikan bahwa agama adalah kesadaran diri kita bahwa adanya eksistensi yang absolut yang jauh di atas kita dan bahwa penghayatan agama bersifat individual atau pribadi.

Perbedaan

agama dengan filsafat

adalah:

agama mengacu

pada

kepercayaan, perbuatan, dan perasaan manusia dalam terang keyakinan bahwa nilai-nilai mereka berakar dalam suatu realitas ilahi, sedangkan filsafat dapat digunakan untuk membahas hakikat agama dan ketuhanan.

Pengalaman beragama adalah pengalaman manusia yang merasa sebagai makhluk yang prematur dalam menyempurnakan diri dalam berhubungan dengan sosok yang sempurna, tak terbatas, dan mutlak.

Kemunculan aliran ateisme Ateisme dapat muncul dari pemikiran kaum intelektual yang berpendapat bahwa bukan Tuhan yang menciptakan manusia tapi sebaliknya karena Tuhan merupakan proyeksi manusia ketika tidak menemukan ujung masalah. Kaum yang berpikir secara rasional bahwa Tuhan tidak ada dan bahwa pengetahuan yang bersifat fisik di atas segalanya akhirnya membentuk aliran scientisme yaitu kaum yang memuja-muja pengetahuan. Atheisme juga dapat muncul apabila seseorang sudah menyerah dan merasa dikecewakan oleh Tuhan karena merasa doanya tidak terjawab dan masalahnya tidak kunjung diselesaikan oleh Tuhan sehingga mereka tidak lagi mempercayai Tuhan.

Dua argumen tentang keberadaan Tuhan: Argumen kosmologis, berasal dari kata kosmos yang berarti dunia yang teratur. Pemikiran ini berawal dari pemikiran bahwa betapa teraturnya alam semesta, sehingga setelah berefleksi, didapatkan pemikiran bahwa pasti ada yang mengatur segalanya dan berarti adanya Tuhan. Argumen ontologis, argumen yang berasal dari rasio atau akal budi. Salah satu tokohnya adalah Santo Anselmus yang berpendapat bahwa iman menjadi basis bagi pemikiran bukan sebaliknya. Bahwa mengapa pemikiran kita bisa mencapai tentang sesuatu yang sempurna seperti Tuhan, karena memang Tuhan itu ada. Kita tidak akan berpikir tentang sesuatu yang tidak ada.

3. Perbedaan antara ilmu politik dengan filsafat politik adalah ilmu politik adalah ilmu pengetahuan sosial yang pendekatannya empirisme, berdasarkan pengalaman, dan berdasarkan data-data konkret. Sedangkan filsafat politik merupakan hasil dari refleksi yang sangat spekulatif dan deduktif sehingga filsafat politik merupakan dasar dari ilmu politik.

Ideologi dapat dikategorikan sebagai bahasan politik karena ideologi merupakan ide-ide yang bisa membantu untuk melegalkan atau melegitimasi kekuatan politik yang dominan.

3 pengertian ideologi antara lain: 1. Proses terjadinya perubahan kehidupan sosial menjadi realitas alamiah 2. Seperangkat gagasan atau pikiran yang berorientasi pada tindakan yang terorganisir yang menjadi suatu sistem yang teratur 3. Serangkaian kepercayaan atau beliefs yang bersifat totaliter dan menjadi orientasi bagi tindakan-tindakan yang dilakukan.

4. Filsafat berhubungan dengan ilmu-ilmu lain karena filsafat merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan dan bertugas untuk mengintegrasikan ilmu-ilmu.

Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah Ilmu 1. Mencoba Pengetahuan merumuskan Mencoba merumuskan pertanyaan

jawaban pertanyaan 2. Segi-segi yang rumus yang pasti

atas jawaban dipelajari Mencari prinsip-prinsip bahkan cenderung

umum,

dibatasi agar dihasilkan rumus- tidak membatasi segi pandangannya memandang segala sesuatu secara umum dan 3. Objek penelitian terbatas keseluruhan Objek penelitian merupakan

keseluruhan yang ada (being) 4. Tidak menilai objek dari Menilai objek renungan dengan suatu sistem tertentu suatu makna 5. Bertugas memberikan Bertugas mengintegrasikan ilmujawaban ilmu

Sedangkan persamaan filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah baik filsafat mau pun ilmu pengetahuan bersifat sistemis dan metodis.

Pengetahuan atau knowledge adalah pengenalan atas sesuatu yang muncul karena adanya gejala atas pengamatan indrawi atau observasi pengetahuan bersifat epistemik. Ilmu pengetahuan atau science, pengetahuan yang disistematisasi melalui proses metodologis atau proses kegiatan ilmiah. Ilmu pengetahuan bersifat objektif, metodis, universal, dan deskriptif.

5. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, bentuk jamak dari budhi yang berarti akal, merupakan hal-hal yang berkaitan dengan akal budi, dapat pula diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap individu maupun komunitas yang meliputi segala perbuatan manusia.

Perubahan mendasar kebudayaan antara lain :

a. Perubahan yang disebabkan oleh perubahan dalam lingkungan alam. Misalnya perubahan iklim yang memaksa penduduk untuk beradaptasi dan menemukan cara bertahan hidup yang baru. b. Perubahan yang disebabkan oleh adanya kontak dengan suatu kelompok masyarakat yang memiliki norma-norma, nilai-nilai, dan teknologi yang berbeda. c. Perubahan yang terjadi karena discovery (penemuan pengetahuan baru mengenai sesuatu yang pada dasarnya sudah ada) dan invention (penciptaan bentuk baru dengan mengkombinasikan kembali pengetahuan dan materi-materi yang ada). d. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain di tempat lain. e. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas, berkaitan dengan munculnya konsep baru dalamm bidang filsafat, ilmu pengetahuan, dan agama.

Tahap-tahap kebudayaan menurut C.A. van Peursen dalam bukunya Strategi Kebudayaan adalah 1. Mitis yaitu sikap manusia yang merasa dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya, misalnya kekuatan-kekuatan dewa dalam berbagai mitologi bangsa primitif. Tahap negatif dari mitis adalah praktek magi, yaitu manusia berusaha menguasai dan mengendalikan orang lain dan proses alam dengan ilmu sihir.

Subjek

Objek

2. Ontologis yaitu subjek (manusia) dan objek (yang dulu dianggap gaib) mengambil jarak (ada distansi) sehingga subjek bisa mengamati objek dengan leluasa. Tahap negatif dari ontologis adalah substansialisme, yaitu usaha untuk menjadikan manusia dan nilai-nilainya lepas atau terpisah satu sama lain.

Subjek Objek

3. Fungsional yaitu subjek kembali mencari relasi-relasi baru dengan segala sesuatu dalam lingkungan. Tahap negatifnya adalah operasionalisme, yaitu kecenderungan manusia memanfaatkan orang lain demi pencapaian tujuannya.

Subjek

Objek

6. Metode berasal dari bahasa Yunani, metodos, yang terdiri dari kata meta yang artinya melampaui, sesudah, dibalik, dan hodos yang artinya jalan atau cara, maka metodos berarti jalan atau cara yang melampaui, atau cara yang lebih, atau cara sesudah cara biasa biasanya untuk penelitian, baik itu ilmu empiris, sosial, maupun budaya.

Metode filsafat antara lain :

a. Metode Dialektika (Sokrates), cara kerjanya yaitu dengan melakukan tanya-jawab sesuatu. Contohnya adalah wawancara dengan narasumber pada penelitian antropologi. b. Metode Fenomenologi (Edmunn Husserl), yaitu metode yang digunakan untuk melakukan persepsi terhadap fenomena atau gejala yang berada di sekeliling manusia dan untuk kemudian menemukan hakikat dari seluruh fenomena itu. Langkah- langkah metode ini adalah : i) Reduksi fenomenologis, mengumpulkan gejala-gejala sebagai data lalu memberi tanda kurung pada gejala yang relevan ii) Reduksi eiditis, yaitu menemukan esensi atau hakikat atas gejala dengan memberikan tanda kurung iii) Reduksi transendental, yaitu mengetahui gejala sebagai yang terdapat dalam pikiran subjek. Metode ini digunakan misalnya untuk meneliti wilayah yang tidak dapat diteliti menurut metode ilmiah positivistik seperti menjelaskan pengalaman beragama. c. Metode Dekonstruksi (Jaques Derrida), yaitu dengan berpikir dengan membongkar makna suatu teks secara terus-menerus. Inti dari metode ini adalah penafsiran terhadap teks. Metode ini dapat digunakan di berbagai bidang, agama, dan ilmu pengetahuan untuk membongkar makna-makna yang telah membeku dan menemukan makna baru yang lebih mungkin untuk diterima. atau dialog dengan seseorang untuk mengetahui pemikirannya tentang sesuatu dalam upaya menemukan kebenaran tentang

Vous aimerez peut-être aussi