Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Banyak penyakit yang timbul berhubungan dengan pekerjaan, baik karena kondisi lingkungan tempat kerja maupun jenis aktifitas dalam pekerjaan. Lingkungan tempat kerja yang bersuhu terlalu panas atau dingin dan penuh dengan polusi udara sangat tidak kondusif bagi kesehatan pekerja. Aktifitas pekerjaan yang memaksa pekerja untuk berposisi menetap dalam jangka waktu yang lama, baik posisi duduk atau berdiri dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Tetapi seringkali orang mengabaikan tentang pentingnya menciptakan kondisi lingkungan kerja dan posisi pekerja selama melakukan aktifitas pekerjaannya agar kondusif sehingga dapat menghindari atau memperkecil timbulnya penyakit akibat pekerjaan.
Polisi lalu lintas adalah salah satu profesi yang dalam pelaksanaan pekerjaannya banyak dihadapkan pada masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Polisi lalu lintas sering harus berada pada tempat yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatannya. Kondisi jalan raya yang panas, kemacetan arus lalu lintas dan penuhnya asap kendaraan ditambah dengan keharusan mereka untuk melakukan tugasnya dengan posisi berdiri merupakan ancaman serius bagi keselamatan dan kesehatannya. Setiap hari kerja secara rutin petugas polisi lalu lintas harus melakukan pengaturan arus lalu lintas terutama pada jam-jam sibuk, yakni pada waktu pagi antara pukul 06.30 sampai 08.00 dan siang hari antara 12.00 sampai 14.00. Pada saatsaat tertentu mereka harus berada lebih lama lagi melakukan pengaturan bila jalanan akan dilewati oleh rombongan-rombongan penting, misalnya pejabat negara, karnaval dan sebagainya. Mereka melakukan pekerjaan pengaturan arus lalu lintas dengan posisi berdiri, bahkan tanpa sadar mereka sering berada pada posisi berdiri statis tanpa memindahkan kaki dalam waktu yang cukup lama.

I.2

Tujuan Penelitian I.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi polisi lalu lintas jalan.

I.2.2

Tujuan Khusus I.2.2.1 Untuk mengetahui faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi polisi lalu lintas dalam proses pengaturan lalu lintas I.2.2.1 Untuk mengetahui faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi polisi lalu lintas dalam proses penjagaan ketertiban lalu lintas

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

Tinjauan Umum Mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah: 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial. 2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya. 3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai

dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu: 1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain. 2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas,

debu, parasit, dan lain-lain.

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. Sasaran kesehatan kerja khususnya Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat diberikan batasan sebagai berikut : SMK3 adalah merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif.
Sesuai dengan job Discription berdasarkan Surat Keputusan Direktur Lalu Lintas Polri No. Pol. : SKEP/ 166 /IX/ 2005 tanggal 22 September 2005 tentang revisi atau penyempurnaan vademikum polisi lalu lintas, polisi lalu lintas mempunyai tugas untuk melakukan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli. Tugas penjagaan dan pengaturan inilah yang mengharuskan polisi lalu lintas banyak melakukan tugasnya dalam posisi berdiri lama. kerja. Polisi lalu lintas sering harus berada pada tempat yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatannya. Kondisi jalan raya yang panas, kemacetan arus lalu lintas dan penuhnya asap kendaraan ditambah dengan keharusan mereka untuk melakukan tugasnya dengan posisi berdiri merupakan ancaman serius bagi keselamatan dan kesehatannya. Setiap hari kerja secara rutin petugas polisi lalu lintas harus melakukan pengaturan arus lalu lintas terutama pada jam-jam sibuk, yakni pada waktu pagi antara pukul 06.30 sampai 08.00 dan siang hari antara 12.00 sampai 14.00. Pada saat-saat tertentu mereka harus berada lebih lama lagi melakukan pengaturan bila jalanan akan dilewati oleh rombongan-rombongan penting, misalnya pejabat negara, karnaval dan sebagainya. Mereka melakukan pekerjaan pengaturan arus lalu lintas dengan posisi berdiri, bahkan tanpa sadar mereka sering berada pada posisi berdiri statis tanpa memindahkan kaki dalam waktu yang cukup lama. Polisi lalu lintas adalah salah satu profesi yang dalam pelaksanaan pekerjaannya banyak dihadapkan pada masalah keselamatan dan kesehatan

II.2

Faktor Faktor Hazard

A. Faktor Fisika 1. Kebisingan Gelombang suara merupakan gelombang longitudinal yang terdengar sebagai bunyi bila masuk ke telinga berada pada frekuensi 20 20.000 Hz atau disebut jangkauan suara yang dapat didengar (audible sound). Polusi suara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. Sehingga seberapa kecil atau lembut suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan maka akan disebut kebisingan. Bunyi yang ditimbulkan oleh lalu lintas adalah bunyi yang tidak konstan tingkat suaranya. Tingkat gangguan kebisingan yang berasal dari bunyi lalu lintas dipengaruhi oleh tingkat suaranya, seberapa sering terjadi dalam satu satuan waktu, serta frekuensi bunyi yang dihasilkannya. Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Kendaraan berat (truk, bus) dan mobil penumpang merupakan sumber kebisingan utama di jalan raya. 2. Radiasi Sinar Ultraviolet Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2) menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode analitik. A. Faktor Kimia 1. Asap Kendaraan Bermotor
Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan
5

bermotor dengan bahan bakar bensin. Walaupun gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup be sar yang dapat membahayakan gas buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah karbonmonoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB). Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut : 1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida nitrogen, ozon dan oksida lainnya 2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam 3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti hidrokarbon 4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll. Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini. Di banyak kota besar, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara pula. Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian (prevalensi) penyakit pernapasan. Pengaruh dari pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraan bermotor akan mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri dari berbagai senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul yang besar yang dapat langsung terhirup melalui hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan raya dan sekitarnya.

1. Debu Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik
6

dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berb agai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya. Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik. Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. A. Faktor Ergonomi 1. Posisi
Bagi polisi lalu lintas posisi berdiri merupakan suatu posisi yang tidak bisa mereka hindari, karena tugas pengaturan lalu lintas memang mengharuskannya untuk selalu dalam posisi berdiri. Hal ini tentunya menjadi salah satu ancaman bagi kesehatannya, terutama yang berkaitan dengan ektremitas bawahnya (tungkai kaki ).

A. Faktor Psikososial Salah satu stresor psikososial dalam kehidupan manusia adalah stresor di lingkungan kerja. Stresor tersebut akan mempengaruhi kesehatan individu secara positif maupun negatif. Dalam lingkungan kerja polisi lalu lintas, kemacetan lalu lintas, kebisingan, polusi udara, ketidaktertiban pengguna
7

jalan/lalulintas dan segala permasalahannya merupakan salah satu aspek di lingkungan kerja yang akan mempengaruhi kesehatan polisi lalu lintas.

II.3

Penyakit Akibat Kerja 1. Gangguan Saluran Pernafasan Organ pernafasan merupakan bagian yang diperkirakan paling banyak mendapatkan pengaruh karena yang pertama berhubungan dengan bahan pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida - oksida sulfur dan nitrogen, partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi dan radang pada saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi tetap berperan karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar makin meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur bersama dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih meningkatkan bahaya terhadap kesehatan.
Oksida sulfur dan partikulat Sulfur dioksida (SO2) merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung dapat terabsorbsi di dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paru-paru. Karena partikulat di dalam gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut dapat masuk sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit.Partikulat gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga (hidrokarbon yang tidak terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa-senyawa logam, nitrat dan sulfat). Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4) dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan SO2 dan partikulat dapat membengkaknya membran mukosa dan pembentukan mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan. Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia. Oksida Nitrogen Diantara berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida (NO2) merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari
8

saluran yang pertama kali dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah. Ozon dan oksida lainnya Karena ozon lebih rendah lagi larutannya dibandingkan SO 2 maupun NO2, maka hampir semua ozon dapat menembus sampai alveoli. Ozon merupakan senyawa oksidan yang paling kuat dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan jaringan tubuh. Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap kesehatan yang dilakukan oleh WHO task group menyatakan pemajanan oksidan fotokimia pada kadar 200-500 g/m dalam waktu singkat dapat merusak fungsi paru-paru anak,meningkat frekwensi serangan asma dan iritasi mata, serta menurunkan kinerja para olaragawan. Bahan-Bahan Pencemar yang Dicurigai Menimbulkan Kanker Pembakaran didalam mesin menghasilkan berbagai bahan pencemar dalam bentuk gas dan partikulat yang umumnya berukuran lebih kecil dari 2m. Beberapa dari bahanbahan pencemar ini merupakan senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik dan mutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena, metil nitrit dan hidrokarbon poliaromatik (PAH). Mesin solar akan menghasilkan partikulat dan senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat seperti PAH, 10 kali lebih besar dibandingkan dengan mesin bensin yang mengandung timbel. Untuk beberapa senyawa lain seperti benzena, etilen, formaldehid, benzo(a)pyrene dan metil nitrit , kadar di dalam emisi mesin bensin akan sama bes arnya dengan mesin solar. Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa karsinogenik diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru. Akan tetapi untuk membuktikan apakah pembentukan tumor tersebut hanya diakibatkan karena asap solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan.

1. Gangguan pada Mata Partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mukosa mata, sehingga memberikan gejala, seperti gatal, mata merah dan berair serta dapat menghalangi daya tembus pandang mata (Visibility) . Ketajaman sinar ultra violet yang mengenai mata bisa mengakibatkan beberapa masalah pada mata, seperti katarak, petrigium, fotokeratitis, dan perubahan degeneratif pada kornea mata. Kondisi tersebut

bisa menyebabkan pandangan menjadi buram, iritasi, mata merah, mata berair, kehilangan pandangan sejenak, dan pada kasus tertentu mengalami kebutaan. 2. Penyakit pada Kulit (Dermatoheliosis) Perubahan yang terjadi pada kulit bila kulit terpapar sinar matahari terusmenerus dalam waktu lama (kronik) dan intensitas sinar mataharinya kuat (radiasi ultravioletnya tinggi) disebut dermatoheliosis atau photoaging.(11) Kelainan kulit ini termasuk dalam penuaan ekstrinsik (penuaan karena faktor luar). Penyebab penuaan ekstrensik lain adalah makanan, polusi udara, cuaca, angin. Kelainan kulit yang terjadi baik mikroskopis maupun makroskopis (kelainan klinis) berbeda dari kelainan kulit yang terjadi pada penuaan intrinsik (penuaan karena bertambahnya usia). Spektrum sinar matahari yang mempunyai peranan pada dermatoheliosis adalah sinar ultraviolet yang disebut UVB dan UVA. Kedua macam sinar ultraviolet ini bekerja sinergistik. Sinar inframerah mempunyai peranan pada photoaging dengan cara meningkatkan ptensiasi sinar UVB dan UVA. Radiasi sinar ultraviolet menimbulkan radikal bebas pada kulit. Radikal bebas ini menghalangi difusi zat nutrisi, membuat nonaktif enzim, mengoksidasi lemak (dalam sel, membran sel dan antar sel) dan memecah DNA sehingga dapat membantu timbulnya keadaan prakanker. Radikal bebas dapat dinetralkan oleh antioksidan yang terdapat dalam tubuh yaitu enzim katalase, glutation perioksidase, superoksida dismutase dan zat nonenzim yaitu vitamin E, vitamin C, beta karoten, vitamin A, metionin, selenium dan tirosin. Tetapi bila kulit terpapar sinar ultraviolet secara kronis dan intensitas sinar matahari kuat, antioksidan hanya dapat menetralkan sebagian kecil radikal bebas saja jadi radikal bebas makin lama makin banyak (kumulatif) sehingga merusak kulit. 3. Vena Varikosa Menurut Guyton, 1995, posisi berdiri yang lama akan berpengaruh terhadap kondisi tekanan darah pada tungkai. Pada seorang dewasa yang sedang berdiri tegak sempurna dalam waktu kira-kira 30 detik akan menyebabkan tekanan darah dalam vena kakinya kira-kira 90 mm Hg. Dalam keadaan seperti itu tekanan di dalam kapiler juga sangat meningkat, dan cairan keluar dari sistem sirkulasi ke dalam ruang jaringan. Apabila vena teregang
10

secara berlebihan akibat dari meningkatnya tekanan vena dalam jangka waktu lama seperti pada kehamilan atau bila seseorang berdiri tegak untuk sebagian besar waktu hidupnya akan menyebabkan kerusakan pada katup venanya. Bila katup-katup tersebut rusak maka akan menyebabkan terjadinya pengumpulan darah di vena secara terus menerus sehingga lama kelamaan akan menyebabkan vena menjadi semakin rusak yang ditandai dengan penonjolan vena yang besar dan berbenjol-benjol di bawah kulit seluruh tungkai dan terutama tungkai bawah, kondisi ini disebut Vena varikosa. Vena yang paling sering terkena vena varikosa adalah vena safena magna dan cabang-cabangnya, tetapi vena safena parva dapat juga terkena. Vena yang sudah melebar, berkelok-kelok dan memanjang di bawah kulit pada paha dan tungkai umumnya terlihat dengan mudah pada saat seseorang berdiri, meskipun pada orang yang sangat gemuk palpasi mungkin diperlukan untuk mendeteksi keberadaan dan lokasi mereka. Perubahan jaringan sekunder mungkin tidak ada pada varises berat, tetapi jika durasinya varises panjang, pigmentasi keabu-abuan dan thinning pada kulit di atas pergelangan kaki sering ada. Pembengkakan dapat terjadi, tetapi tanda pada stasis vena kronis parah seperti pembengkakan parah, fibrosis, pigmentasi dan ulserasi pada tungkai bawah distal biasanya menunjukkan keadaan post flebitis. Berdasarkan data hasil pemeriksaan kesehatan berkala bagi personel Polri Polda D.I. Yogyakarta, pada tahun 2006 terdapat 13 orang anggota polisi lalu lintas yang terkena vena varikosa dengan perincian 46 % ( 6 orang ) derajat ringan, 30 % ( 4 orang ) derajat sedang, dan 24 % ( 3 orang ) derajat berat ; pada tahun 2007 dari 13 orang yang terkena vena varikosa diketemukan 76 % ( 10 orang ) derajat ringan dan 24 % ( 3 orang ) derajat sedang. Diketemukannya kasus vena varikosa pada pemeriksaan kesehatan anggota polisi lalu lintas ini menjadi alasan ketertarikan penulis untuk menelitinya. 4. Stres Ringan Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat didapatkan sebuah Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 25 personil, sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 18 orang (72%) yang disebabkan karena kebisingan lalu lintas. Stres kerja sekecil apapun harus ditangani dan dikelola dengan segera. Melibatkan psikiater ketika melakukan cek kesehatan berkala untuk
11

mengetahui lebih dini dampak kesehatan dan stres kerja yang diakibatkan oleh kebisingan. 5. Perilaku Agresif Perilaku agresif merupakan perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Jenis agresif digolongkan menjadi dua, yaitu : a. Agresif permusuhan Semata mata dilakukan dengan maksud menyakiti orang lain atau sebagai ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. b. Agresif instrumental Pada umumnya tidak disertai emosi tetapi hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain, selain penderitaan korbannya Secara umum perilaku agresif yang dilakukan oleh polisi lalu lintas disebabkan oleh faktor cuaca, polusi dan ketidaktertiban pengguna jalan/lalu lintas. Bentuk perilaku agresif yang biasa dilakukan oleh polisi lalu lintas, antara lain bentuk fisik, memukul dan menendang body kendaraan, memecahkan dan mencopoti spion kendaraan. Bentuk verbal, meliputi memarahi, berteriak keras kepada supir dan memasang wajah yang tidak bersahabat, meniup peluit keras keras, berkacak pinggang dan menghardik.

II.4

Pencegahan Upaya pencegahan kebisingan, paparan debu di lingkungan di mana kita berada,dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran secraa teknis dan pencegahan secara medis. Pengukuran secara teknis terutama dianjurkan untuk proteksi seseorang khususnya di tempat kerja dengan dilakukan pengukuran kadar debu atau tingkat kebisingan, hasilnya di bawah atau diatas nilai ambang batas. Untuk perlindungan bagi pekerja dengan kondisi terpapar terus menerus dengan asap knalpot, debu, radiasi sinar UV dapat menggunakan Alat Pelidung Diri (APD), berupa masker, dll.

II.5

Arus Kerja Polisi Lalu Lintas Jalan


12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1

Bahan dan Cara III.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian, antara lain alat tulis menulis, kertas dan kamera. III.1.2 Cara Penelitian ini dilakukan dengan memantau dan mengidentifikasi metode walk thru survey dgn menggunakan check list

III.2

Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di pos polisi lalu lintas di Jl. Jend.Sudirman, Makassar

III.3

Jadwal Penelitian ini dilakukan 1 minggu dimulai dengan memahami konsep kesehatan dan keselamatan kerja di jalan raya. 25 Juli 2011 : Melapor di RS. Ibnu Sina dan membuat makalah mengenai faktor biologi yang berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan kerja 26-27 Juli 2011: Membuat makalah mengenai faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi polisi lalu lintas jalan 28 Juli 2011 29 Juli 2011 30 Juli 2011 : Membuat proposal penelitian : Melakukan survey di lokasi penelitian : Membuat laporan hasil penelitian
13

CHECK LIST PEMANTAUAN FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA POLISI LALU LINTAS JALAN SUDIRMAN MAKASSAR

TEMPAT/WILAYAH HARI TANGGAL PENANGGUNGJAWAB

: : :

......................................................................................... ......................................................................................... .........................................................................................

I.

Bising NO PERIHAL 1 Apakah terdapat sumber bising di tempat kerja 2 Apakah sumber bising mempengaruhi komunikasi 3 Apakah sumber bising mempengaruhi pelaksanaan tugas 4 Apakah ditempat kerja memiliki alat proteksi diri YA TIDAK KET.

II.

Radiasi NO PERIHAL 1 Apakah ditempat kerja memiliki tingkat radiasi tinggi 2 Apakah bila berada di tempat kerja, sering terpapar radiasi 3 Apakah ditempat kerja memiliki sarana proteksi diri YA TIDAK KET.

14

CHECK LIST PEMANTAUAN FAKTOR KIMIA LINGKUNGAN KERJA POLISI LALU LINTAS JALAN SUDIRMAN MAKASSAR

TEMPAT/WILAYAH HARI TANGGAL PENANGGUNGJAWAB

: : :

......................................................................................... ......................................................................................... .........................................................................................

I.

Asap Kendaraan Bermotor NO PERIHAL 1 Apakah di tempat kerja terus menerus terpapar dengan asap kendaran bermotor 2 Apakah asap kendaraan bermotor berpengaruh terhadap tugas 3 Apakah ditempat kerja memiliki alat proteksi diri untuk asap kendaraan bermotor YA TIDAK KET.

II.

Debu NO PERIHAL 1 Apakah ditempat kerja terus menerus terpapar debu 2 Apakah debu di udara berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas 3 Apakah ditempat kerja memiliki sarana proteksi diri YA TIDAK KET.

15

CHECK LIST PEMANTAUAN FAKTOR ERGONOMI LINGKUNGAN KERJA POLISI LALU LINTAS JALAN SUDIRMAN MAKASSAR

TEMPAT/WILAYAH HARI TANGGAL PENANGGUNGJAWAB

: : :

......................................................................................... ......................................................................................... .........................................................................................

I.

Posisi NO PERIHAL 1 Apakah dalam pelaksanaan tugas, berada dalam posisi yang nyaman 2 Apakah terdapat gejala gejala yang dirasakan akibat posisi saat bekerja YA TIDAK KET.

16

CHECK LIST PEMANTAUAN FAKTOR PSIKOSOSIAL LINGKUNGAN KERJA POLISI LALU LINTAS JALAN SUDIRMAN MAKASSAR

TEMPAT/WILAYAH HARI TANGGAL PENANGGUNGJAWAB

: : :

......................................................................................... ......................................................................................... .........................................................................................

NO PERIHAL 1 Apakah dalam pelaksanaan tugas di tempat kerja terdapat kendala dalam berhubungan dengan para pengguna jalan 2 Apakah jumlah kendaraan bermotor di jalan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan tugas

YA

TIDAK

KET.

17

Vous aimerez peut-être aussi