Vous êtes sur la page 1sur 25

LAPORAN PRAKTIKUM TANAMAN OBAT DAN AROMATIK Ekstraksi Minyak Atsiri (Nilam)

DISUSUN OLEH Nama NIM Asisten Kelompok : Pademi : 0810440123 : Mas Ali : Rabu, 07.30

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2011

I. I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan & Mulyani, 2004). Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam dan hingga sekarang minyak atsiri nilam dari Indonesia masih sangat dikenal di pasar dunia. Produk ini mempunyai orientasi export. Minyak atsiri nilam digunakan di industri parfum sebagai zat pengikat aroma dan perannya belum mampu digantikan oleh zat sintetis, sehingga kebutuhan minyak atsiri nilam di dunia besar sekali. Selain digunakan di industri parfum minyak atsiri nilam juga digunakan di industri kosmetik dan farmasi. Selain nilam, komoditas yang bisa diambil minyak atsirinya antara lain : daun cengkeh, bunga melati, serei dll, minyak atsiri dari komoditas ini digunakan utk bahan di industri farmasi dan di manfaatkan untuk aroma terapi. I.2 Tujuan 1. 2. 3. 4. Mengethui dan mempelajari secara langsung teknik penyulingan minyak atsiri Mengetahui macam-macam metode destilasi minyak atsiri nilam Mengetahui pengaruh naungan terhadap kandungan minyak atsiri nilam Mengetahui efektivitas antara metode destilasi uap dengan destilasi rebus

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pengertian Ekstraksi Minyak Atsiri 1) Menurut Suyitno (1989) Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran 2) Menurut Ketaren (1985) ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan zat dari bahan yang diduga mengandung zat tersebut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Shriner et al. (1980) menyatakan bahwa pelarut polar akan melarutkan solut yang polar dan pelarut non polar akan melarutkan solut yang non polar atau disebut dengan like dissolve like. Dari beberapa definisi diatas maka ekstraksi minyak atsiri adalah suatu teknik yang digunakan dalam proses pemisahan zat berupa minyak yang terkandung dalam bagian tertentu tanaman dengan bantuan pelarut untuk mendapatkan minyak atsiri dari tanaman tersebut II.2 Pengertian Destilasi 1) Menurut Musfil (2005) Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan

pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. 2) Menurut Ketaren, S (1985) Destilasi merupakan cara yang penting untuk melakukan pemisahan campuran atau senyawa dalam skala besar. Dari pencampuran air dan penerimaan uap dalam sebuah pemisahan campuran, molekul dalam gerakan tetap dan cenderung lepas dari permukaan fase uap. Dalam temperatur yang tepat, pelarian fenomena akan dilanjutkan ke kotak campuran yang dibatasi dengan uap basah. Destilasi ini dikatakan normal karena tekanan campuran yang telah dipisahkan, tekanannya sama dengan tekanan udara luar yang besarnya adalah satu atm 3) Menurut Gunther Ernest (1990) Pemisahan campuran dengan cara destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih. Cara ini dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang mempunyai titik didih berbeda. Proses destilasi menggunakan sumber panas untuk menguapkan air. Tujuan dari destilasi adalah memisahkan molekul air murni dari kontaminan yang punya titik didih lebih tinggi dari air. Destilasi, menyediakan air bebas mineral untuk digunakan di laboratorium sains atau keperluan percetakan. Destilasi membuang logam berat seperti timbal, arsenic, dan merkuri. Meskipun destilasi dapat membuang mineral dan bakteri, tapi tetap tidak bisa menghilangkan klorin, atau VOC (volatile organic chemicals) yang mempunyai titik didih lebih rendah dari air. Destilasi, memberikan air bebas mineral yang bisa berbahaya bagi tubuh karena keasamannya. Air bersifat asam dapat merampas kandungan mineral dari tulang dan gigi.

4) Menurut Earle dalam Astuti (2000) Destilasi merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk cairan atas komponennya dengan proses penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh destilat dengan komponen-komponen yang hampir murni. 5) Menurut Kister (1992) Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Bahan yang akan didestilasikan pada drum pemasakan tidak boleh penuh, melainkan harus menyediakan sedikitnya 10% ruang kosong dari kapasitas penuh drum pemasakan pada drum pemasakan. Dari definisi-definisi para ahli diatas maka pengertian destilasi minyak atsiri adalah suatu proses pemisahan suatu komponen dari suatu campuran dengan menggunakan dasar bahwa beberapa komponen dapat menguap lebih cepat daripada komponen yang lainnya. Ketika uap diproduksi dari campuran, uap tersebut lebih banyak berisi komponen-komponen yang bersifat lebih volatil, sehingga proses pemisahan komponen-komponen dari campuran dapat terjadi. II.3 Macam-Macam Metode Destilasi 1) Menurut Van Winkel (1967) Terdapat 5 macam metode destilsi menurut Van Winkel (1967), yaitu

1)

Distilasi Sederhana, prinsipnya memisahkan dua atau lebih

komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda.

2)

Distilasi Fraksionasi (Bertingkat), sama prinsipnya dengan

distilasi sederhana, hanya distilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.

3)

Distilasi Azeotrop : memisahkan campuran azeotrop (campuran

dua atau lebih komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi.

4)

Distilasi

Kering

memanaskan

material

padat

untuk

mendapatkan fasa uap dan cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batu bata.

5)

Distilasi Vakum: memisahkan dua kompenen yang titik

didihnya sangat tinggi, motede yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi 2) Menurut Guenther E (1990) Dalam industri minyak atsiri dikenal 3 macam metode penyulingan. Perbedaan pokok dari ketiga tipe penyulingan teletak pada perbedaan cara penanganan bahan olahannya. Ketiga metode in antara lain;

a. b. c.

Penyulingan dengan air (water distillation); Penyulingan dengan air dan uap (water and steam diatillation); Penyulingan dengan uap langsung (team distillaion).

Berikut adalah penjelasan ketiga metode tersebut Penyulingan Dengan Air Pada metode ini bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dapat dipanaskan dengan cara ; panas langsung, mantel uap, pipa uap

melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap berlingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini adalah kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Jenis bahan yang biasa disuling dengan metode ini biasanya berupa bubuk dan bunga, seperti bubuk buah badam, bunga mawar, dan orange blossom. Bahan tersebut tidak dapat disuling dengan metode uap langsung karena bahan tersebut akan melekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga uap tidak dapat berpenetrasi ke dalam bahan. Gambar 1 di bawah merupakan contoh dari cara-cara pemanasan ;

(i)

(ii)

(iii)

Gambar 1. contoh pemanasan; (i) Pemanasan langsung;(ii) Pemanasan dengan pipa uap;(iii) Pemanasan dengan mantel uap Penyulingan dengan Air dan uap Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakan pada rak-rak atau saringan berlubang atau bisa dinamakan dengan keranjang daun. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air tidak jauh di bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Selain itu pemanasannya dapat juga menggunakan panas langsung seperti pada pemanasan air. Ciri khas dari metode ini adalah : a. Uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas;

b. Bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan atau mengenai air panas; c. Bahan olah biasanya dari jenis; daun, akar, dan batang.

Gambar 2. Penyulingan Uap dan air Penyulingan dengan Uap Metode ketiga disebut dengan penyulingan uap atau penyulingan uap langsung. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas (superheat) pada tekanan lebih dari 1 atmosfir. Pembentukan uap yang digunakan untuk memanasi bahan biasanya menggunakan peralatan tersendiri yang disebut boiler. Tipe boiler pada penyuling uap dengan panas lanjut (superheat) bisa menggunakan boiler lorong api, boiler pipa-pipa api (fire tube boiler), boiler pipa-pipa air (water tube boiler). Uap dialirkan melalui pipa uap melingkar berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan. Gambar 3 merupakan contoh peralatan penyulingan uap.

(ii) Gambar 3. (i) Industri penyulingan dengan uap; (ii) Skema penyulingan uap dengan boiler lorong api (Guenther, 1990) II.4 Deskripsi Tanaman Nilam II.4.1 Klasifikasi Tanaman

Kingdom: Plantae Divisi: Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo: Lamiales Famili: Lamiaceae Genus: Pogostemon Spesies: Pogostemon cablin
(Mangun, S. 2008) II.4.2 Morfologi Nilam merupakan salah satu tanaman herba yang tergolong dalam tanaman perdu. Nilam pada dasarnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan karakter morfologi, kandungan dan kualitas minyak. Jenis-jenis nilam itu di antaranya adalah (Mangun, S, 2008). (Anonymousa, 2011)

1. Nilam Aceh (Pogestemon cablin Benth)


Nilam Aceh merupakan salah satu jenis nilam yang tidak mempunyai bunga. Nilam Aceh mempunyai beberapa ciri-ciri yang spesifik yang dapat membedakan dengan Nilam Jawa. Nilam aceh mempunyai permukaan daun yang halus, tepi daun bergerigi tumpul dan ujung daun runcing. Nilam aceh merupakan salah satu jenis nilam yang mempunyai kadar minyak daun kering sekitar 2,5-5%. Kandungan minyak nilam jenis ini paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis lain. Kandungan minyak yang tinggi menyebabkan Nilam Aceh banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia.

2. Nilam Jawa (Pogestemon heyneatus Benth)


Nilam jawa disebut juga nilam hutan. Nilam jenis ini mempunyai bunga sehingga sering disebut Nilam Kembang. Nilam Jawa mempunyai karakteristik morfologi yang spesifik pada bagian daun. Karakteristik pada daun itu di antaranya adalah permukaan daun kasar, tepi daun bergerigi runcing dan ujung daun meruncing. Nilam ini mempunyai kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%.

3. Nilam Sabun (Pogestemon hortensis Backer)


Nilam jenis ini mempunyai karakteristik morfologi yang hampir sama dengan Nilam Aceh. Nilam jenis ini mempunyai kandungan minyak sekitar 0,5-1,5%. Kualitas minyak yang dihasilkan dari nilam ini kurang baik sehingga minyak dari jenis ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis minyak nilam. Dapat disimpulkan morfologi dari nilam secara umum di antaranya adalah:

a. b.

tanaman berakar serabut, daun halus dan berbentuk lonjong bagian bawah daun dan rantingnya berbulu halus, batangnya

seperti jantung dan warnanya sedikit pucat, berkayu dengan diameter 10-20 mm, relatif berbentuk segiempat serta

sebagian besar daun yang melekat pada ranting hampir selalu berpasangan,

c.

cabang batang berjumlah sekitar 3-5 cabang per tingkat dan

mengelilingi batang. (Mangun, S, 2008). II.4.3 Teknik Budidaya

1) Persiapan Bahan Tanaman dan Persemaian


a.Pemilihan varietas Untuk memperoleh produksi minyak yang tinggi, pilih varietas unggul, yang produksi/kadar dan mutu minyak tinggi yaitu : Tapak Tuan, Lhokseumawe dan Sidikalang. Sel-sel minyak terutama terdapat pada daun (Guenther, 1990), oleh karena itu, produksi (terna) tinggi akan menghasilkan produksi minyak tinggi pula, apabila varietas tersebut mengandung kadar minyak yang tinggi. Persiapan rumah atap, media semai dan sungkup :

Pilih areal yang sehat/tidak tercemar jamur patogen, dekat


sumber air.

Buat rumah atap setinggi 2 m yang condong kearah Timur.


Bentuk dan luasan disesuaikan dengan kebutuhan. Siapkan campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1 (v/v).

Polibag (yang berlubang) dengan ukuran 15 x 10 cm diisi dengan


media yang telah disiapkan dan diletakkan secara teratur di bawah rumah atap, kemudian disiram dengan menggunakan emprat.

Untuk mempertahankan kelembaban agar setek tidak layu


setelah ditanam perlu diberi sungkup dari plastik. Kerangka sungkup dibuat dari bambu dengan ukuran lebar 1 m, tinggi m dan panjang sesuai kebutuhan.

b. Perbanyakan bahan tanaman dan penyemaian

Setek nilam sebaiknya disemai terlebih dahulu karena apabila langsung ditanam di lapangan, banyak yang mati.

Perbanyakan

tanaman

nilam

secara

vegetatif

dengan

menggunakan setek. Setek yang paling baik adalah setek pucuk mengandung 4-5 buku selain itu setek juga dapat diambil dari cabang dan batang. Untuk mengurangi penguapan, daun tua dibuang, sisakan 1-2 pasang daun muda/pucuk.

Waktu mempersiapkan setek sebaiknya setek direndamkan dalam air sebelum disemai dipolibag. Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan satu buku ke dalam media semai dengan terlebih dahulu membuang daun pada buku yang akan dibenamkan. Kemudian tanah disekeliling tanaman dipadatkan.

Untuk penanaman langsung di lapangan, setek diambil dari cabang yang sudah tua (mengayu), dipotong sepanjang 30 cm. Kebutuhan tanaman untuk satu hektar 20.000 tanaman, untuk penyulaman tanaman yang mati, persiapan bahan tanaman sebaiknya dilebihkan.

c.Pemeliharaan di persemaian Untuk menjaga kelembaban, setek yang baru disemai perlu disiram. Penyiraman dilakukan setelah penyemaian, kemudian disungkup dengan sungkup plastik. Penyiraman selanjutnya setelah 2-3 hari kemudian. Selama di dalam sungkup, penyiraman tidakperlu dilakukan setiap hari. Sungkup dibuka setelah tanaman berumur 2 minggu. Pemberian pupuk melalui daun dan penaggulangan hama/penyakit (kalau diperlukan) dilakukan satu kali seminggu. Benih siap tanam setelah 1.5 bulan dipersemaian.

2) Persiapan Lahan dan Penanaman

a. Persiapan lahan dan lubang tanam


Tanah dicangkul, dibersihkan dari gulma (alang-alang dsb), kemudian digaru dan diratakan. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm, dengan jarak tanam antara barisan 90 cm-100 cm dan jarak tanam dalam barisan 40 cm-50cm.

Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada lahan datar, jarak tanam dalam barisan lebih besar (100 cm x 50 cm) sedangkan pada lahan yang agak miring ( 15) jarak tanam dalam barisan lebih sempit (40 cm) dan arah baris menurut kontur tanah. Pada lokasi dengan kesuburan yang tinggi (banyak humus) jarak tanam sebaiknya 100 cm x 100 cm, karena pada umur 5-6 bulan, kanopi sudah bertemu

b.

Pembuatan saluran drainase Tanaman nilam tidak menghendaki adanya air yang tergenang, untuk itu perlu dibuat saluran drainase. Saluran drainase dibuat sekeliling dan didalam kebun kebun (atau sesuai kebutuhan) dengan ukuran 30 cm x 30 cm (lebar x dalam).

c.Penanaman dan penyulaman Setelah tanaman berumur 1 bulan dipersemaian, tanaman dapat dipindahkan kelapangan. Cara menanam yaitu dengan meyobek polibag secara hati-hati dan menanam tanaman di lubang yang telah disediakan, kemudian tanah dipadatkan dengan cara menekan tanah disekitar tanaman. Setek yang langsung di tanam di lapangan adalah setek yang telah berkayu 30 cm, dibenamkan 2 buku kedalam tanah. Penanaman langsung kelapangan berisiko tanaman banyak yang mati. Tanaman yang mati disulam dengan tanaman baru, untuk itu persiapan bahan tanaman harus mencukupi. 3) Pemeliharaan

Disamping pupuk dasar yang diberikan pada waktu tanam berupa pupuk organik (pupuk kandang, kompos dll) 1-2 kg/lubang tanam, untuk memacu pertumbuhan tanaman perlu diberi pupuk anorganik. Dosis dan komposisi pupuk yang diberikan tergantung dari jenis tanah dan tingkat kesuburannya. Penelitian pemupukan dengan dosis 280 kg N + 70 TSP + 140 kg KCl per hektar, pada tanah ultisol menghasilkan 10-13 ton terna kering per ha/tahun (Nuryani et al., 2005). Pemupukan I dilakukan pada umur 1 bulan, dengan dosis 1/3 N + P + K, pemupukan II pada umur 3 bulan dengan dosis 2/3 N. Pemupukan selanjutnyapada umur 6 bulan (setelah panen I) dan 10 bulan (setelah panen II) dipupuk dengan dosis N + P + K + 2 kg pupuk kandang. (Sasrudi, A., 2007) II.4.4 Panen Panen pertama dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai tanamanberumur tiga tahun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih berwarna hijau. Alat untuk panen bisa dipergunakan sabit dengan cara memangkas tanaman pada ketinggian 20 cm dari permukaan tanah. Ada baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu - dua cabang untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya. Pemanenan pada pagi hari atau sore hari menjelang malam, pada siang hari sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, serta daun kurang elastis dan mudah robek. Panen tanaman nilam dilakukan sebelum daun nilam menjadi coklat kemerahan, karena daun yang

berwarna coklat kemerahan rendemen minyak sudah berkurang (Mangun, S.2008)

II.4.5 Pasca Panen Setelah dipanen, potong hasil pangkasan sepanjang 3-5 cm kemudian dijemur. Jemur daun di bawah terik matahari selama 5-6 jam. Selanjutnya layukan daun dengan cara mengering anginkan selama 2-3 hari, sampai kadar air mencapai 15%. Tebal lapisan penjemuran sekitar 50 cm dan harus dibalik 23 kali sehari. Berikutnya daun siap disuling. Minyak nilam dihasilkan dengan cara penyulingan menggunakan uap langsung atau uap dan air (secara dikukus). Suling daun nilam selama 4-6 jam untuk cara uap langsung dan 5-10 jam untuk cara dikukus. Perbandingan daun dan tangkai 2:1. Gunakan alat suling yang terbuat dari besi tahan karat (stainless steel) atau flat besi yang digalvanis (carbon steel) setidaknya pada bagian pipa pendingin dan pemisah minyak, agar diperoleh hasil minyak berwarna lebih muda dan jernih. Untuk penyulingan secara dikukus, kecepatan penyulingan 0,6 uap/kg terna. Pada penyulingan dengan uap langsung, tekanan mula-mula 1,0 atm, lalu naikkan secara bertahap sampai 2,5-3,5 atm (tekanan dalam ketel suling 0,5-1,5 kg/cm2) pada akhir penyulingan. (Mauludi dan Asman, 2005) II.5 Pengaruh Naungan Terhadap Budidaya Nilam Pada saat persemaian, benih membutuhkan naungan. Untuk naungan digunakan daun kelapa atau alang-alang yang diletakkan pada para-para. Naungan dibuat menghadap ke timur dengan tinggi 180 cm (bagian timur) dan 150 cm di bagian barat. Setelah berumur 5 6 minggu tanaman sudah mempunyai cukup akar, tunasnya sudah tumbuh dan berdaun. Selanjutnya benih ini dapat dipindahkan ke kebun yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi,sebaiknya pada awal pertumbuhan diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman kekeringan. Pemberian naungan ringan ( 25 %) dapat meningkatkan hasil, sebaliknya tingkat naungan yang tinggi akan menghasilkan tanaman yang kurang vigor dan kandungan minyak yang rendah. (Hasbi, 2010)

III. BAHAN DAN METODE III.1 Alat Alat dan Bahan

- Labu destilasi Digunakan selama proses ekstraksi minyak atsiri tanaman


nilam.

- Timbangan digunakan untuk menimbang tanaman nilam yang akan


diekstrak.

- Pisau digunakan untuk merajang nilam sebelum ditimbang agar


mempermudah proses pengambilan minyak dalam jaringan-jaringan tanaman.

- Tabung ukur Digunakan untuk mengukur minyak yang dihasilkan selama


proses destilasi

- Stop Watch (HP) Digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan


dari tetes pertama minyak sampai berhentinya proses destilasi

Alat Destilasi Uap Bahan

- Nilam Sebagai bahan utama ekstraksi minyak atsiri

- Air
III.2 1) praktikum. 2) 3) Bahan-bahan dirajang Nilam yang sudah dirajang langsung ditimbang (destilasi uap Memasukkan nilam yang sudah dirajang dan ditimbang tersebut Cara Kerja Praktikum Mengambil daun dan tangkai nilam yang akan dijadikan obyek Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

100 gr dan destilasi perebusan 30 gr).

4)

kedalam labu destilasi (still pot) kurang lebih dalam kurun waktu 1 jam sampai tetes pertama. 5) 6) perebusan. Untuk lebih jelasnya dapat melihat bagan dibawah ini: Daun dan tangkai nilam - Dest Uap 100 gr - Dest Perebusan 30 gr - Dirajang Masukan dalam labu destilasi Kurang lebih 1 jam sampai tetes pertama Catat waktu dan hasil penyulingan Membandingkan hasil antara dest. uap dan dest perebusan Mencatat waktu dan mengukur hasil (minyak atsiri (ml) yang Membandingkan antara hasil destilasi uap dengan destilasi keluar) selama proses destilasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Luas lahan Populasi Morfologi Berat Basah Berat Kering Vol minyak - Destilasi uap - Destilasi perebusan Cara pengeringan Waktu - Uap - Rebus Titik didih - Uap - Rebus IV.2 Pembahasan Hasil Pengamatan Dengan Naungan 30,4 m2 31 Warna daun hijau, tegak 2,8 kg 0,51 kg 100 ml/100 gr 7,5 ml/30gr Kering angin 38,50 menit 42,30 menit 97o Tanpa Naungan 30 m2 44 Daun warna hijau kemerahan 2,3 kg 0,525 kg 47 ml/100gr 47ml/30 gr Kering angin 28,43 menit 1 jam 4 menit 95o

Nilam (Pogostemon cablin BENTH) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri dari 44 keluarga Labiatae. Hasil dari tanaman ini adalah minyak yang didapat melalui destilasi daun dan batang nilam. Tanaman nilam sebagaimana tanaman lainnya menghendaki kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Kondisi lingkungan seperti kesuburan tanah dan intensitas cahaya akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhannya.

Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima cahaya. Beberapa jenis tanaman mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik bila ternaungi hingga batas tertentu. Tanaman nilam merupakan tanaman yang mampu tumbuh baik ternaungi ataupun tidak ternaungi, namun sampai sejauh mana kemampuannya tumbuh dalam kondisi ternaungi perlu dipelajari. Naungan berfungsi untuk mengurangi radiasi yang diterima daun dan mengurangi kehilangan air sehingga dehidrasi dapat dihindari (Edmond et al., 1979). Karena asupan air nilam yang cukup dibanding dengan nilam yang tidak ternaungi. Nilam yang ternuangi memiliki morfologi daun yang lebih hijau dan sehat jika dilihat dari segi fisik dan juga memiliki lebar daun yang lebih besar dibandingkan dengan nilam tanpa naungan meskipun demikian rendemen minyak yang dihasilkan nilam dengan naungan lebih rendah dibanding dengan nilam tanpa naungan yang memiliki rendemen minyak lebih tinggi (Mansur, 2004). Studi literature diatas kurang sesuai dengan hasil praktikum yang menunjukkan bahwa pada nilam dengan naungan yang dilakukan perlakuan dengan destilasi uap menghasilkan volume minyak sebesar 100 ml/100gr minyak atsiri, sedangkan pada destilasi perebusan menghasilkan 75 ml/100 gr minyak atsiri. Hal tersebut memiliki perbedaan yang cukup jauh tanaman nilam yang tanpa naungan menghasilkan minyak sebesar 47 ml/100 gr nilam pada destilasi uap dan pada destilasi perebusan volume minyak yang dihasilkan sebesar 47 ml/30 gr nilam yang diekstraksi. Meskipun demikian ada kesesuaian antara dengan literature dengan hasil lapang mengenai morfologi tanaman yang dijasikan objek dalam praktikum ini yaitu pada tanaman dengan naungan memiliki daun yang lebih hijau dan berbentuk tegak, sedangkan pada nilam tanpa naungan daun nilam yang dipanen berwarna hijau kemerahan. Perbedaan antara literature dan hasil praktikum bisa terjadi karena ada factor lain yang mungkin belum disebutkan seperti salah satunya pengaruh dari pemupukan yang dilakukan oleh petani selama budidaya. Hal ini dapat saya simpulkan karena dari beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa nilam pada naungan memiliki tingkat kesuburan tinggi tetapi kadar minyak atsirinya rendah. Tetapi dari penelitian Hartati (2004) menunjukkan bahwa nilam yang ditanam pada intensitas cahaya 66,63 % dan pemupukan 560 kg urea, 140 kg TSP dan 280 kg KCl memiliki rendemen tertinggi dibanding dengan intensitas lainnya. Dari penelitian tersebut dapat saya tarik kesimpulan rendemen minyak atsiri tidak hanya dipengaruhi oleh naungan saja masih banyak factor-faktor lainnya yang mampu mempengaruhi tingkat rendemen masing-masing dari tanaman nilam salah satunya adalah pemberian pupuk selama budidaya dilakukan. Mengingat tanaman nilam merupakan tanaman penghasil minyak yang dapat diekspor dan memberikan devisa bagi negara maka diperlukan dukungan teknologi

yang dapat dimanfaatkan dalam upaya mendukung pengembangannya, terlebih bila tanaman nilam akan dikembangkan dengan sistim pola tanam yang tentunya akan berpengaruh terhadap kebutuhan cahaya bagi tanaman nilam. Untuk itu dilakukan penelitian pengaruh naungan dan pemupukan tanaman nilam.

V. V.1 Kesimpulan -

KESIMPULAN DAN SARAN

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran

Destilasi merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk cairan atas komponennya dengan proses penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh destilat dengan komponen-komponen yang hampir murni.

Destilasi menurut Van Winkel ada dua yaitu destilasi sederhana dan destilasi fraksionari, azeotrop, kering, dan vakum.

- Nilam (Pogostemon cablin) merupakan salah satu tanaman herba yang


tergolong dalam tanaman perdu. Nilam pada dasarnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan karakter morfologi Panen pertama nilam dilakukan saat umur tanaman 6 bulan dan panen berikutnya dilakukan setiap 4 bulan sampai tanamanberumur tiga tahun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar kandungan

minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun kurang elastis dan mudah robek. Setelah dipanen, potong hasil pangkasan sepanjang 3-5 cm kemudian dijemur. Jemur daun di bawah terik matahari selama 5-6 jam. Selanjutnya layukan daun dengan cara mengering anginkan selama 2-3 hari, sampai kadar air mencapai 15%. Tebal lapisan penjemuran sekitar 50 cm dan harus dibalik 2-3 kali sehari. Berikutnya daun siap disuling. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi,sebaiknya pada awal pertumbuhan diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman kekeringan. Hasil praktikum yang menunjukkan bahwa pada nilam dengan naungan yang dilakukan perlakuan dengan destilasi uap menghasilkan volume minyak sebesar 100 ml/100gr minyak atsiri, sedangkan pada destilasi perebusan menghasilkan 75 ml/100 gr minyak atsiri. Hal tersebut memiliki perbedaan yang cukup jauh tanaman nilam yang tanpa naungan menghasilkan minyak sebesar 47 ml/100 gr nilam pada destilasi uap dan pada destilasi perebusan volume minyak yang dihasilkan sebesar 47 ml/30 gr nilam yang diekstraksi. Meskipun demikian ada kesesuaian antara dengan literature dengan hasil lapang mengenai morfologi tanaman yang dijasikan objek dalam praktikum ini yaitu pada tanaman dengan naungan memiliki daun yang lebih hijau dan berbentuk tegak, sedangkan pada nilam tanpa naungan daun nilam yang dipanen berwarna hijau kemerahan. Rendemen minyak atsiri tidak hanya dipengaruhi oleh naungan saja masih banyak factor-faktor lainnya yang mampu mempengaruhi tingkat rendemen

masing-masing dari tanaman nilam salah satunya adalah pemberian pupuk selama budidaya dilakukan.

V.2

Saran

Untuk memperoleh tanaman nilam yang memiliki rendemen minyak yang tinggi diperlukan perlakuan-perlakuan tertentu yang harus dilakukan oleh para petani kita karena pada dasarnya rendemen dari minyak itu sendiri dipengaruhi oleh banyak factor pendukung. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah factor naungan dan pemberian pupuk. Agar petani memperoleh hasil optimal maka petani dapat melakukan penanaman tanaman nilam ditempat yang ternaung agar memiliki morfologi yang baik, sedangkan untuk menaggulangi kadar minyak yang relative rendah pada penanaman nilam ditempat ternaung, maka dapat diaplikasikan pupuk urea, TSP, KCl pada tanaman nilam. Pupuk tersebut sudah terbukti mampu meningkatkan kadar minyak dari nilam. Jadi dengan melakukan teknik budidaya tersebut petani dapat memperoleh tanaman kualitas dan kuantitas tanaman secara optimal sehingga mampu memberikan pendapatan yang cukup tinggi karena nilai ekonomi dari minyak atsiri yang dikandung didalam tanaman nilam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011.Nilam. http://wikipedia.org. diakses pada 6 Juni 2011 Edmon, 1979. http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=titik+didih+destilasi +rebus+nilam&oq=titik+didih+destilasi+rebus+nilam&aq=f&aqi=&aql=&gs _sm=e&gs_upl=1643l33436l0l33l32l0l22l22l0l915l3227l0.1.6.2.61&fp=cfc28427b4f89285&biw=1024&bih=409, diakses pada tanggal 07 Juni 2011 Gunther Ernest. 1990. Minyak Atsiri. Jilid I. Ketaren (penerjemah). UI Press, Jakarta Hasbi hudaini. 2010. Budidaya Tanaman Nilam. http://budidayatanamantahunan.blogspot.com/2009/12/budidaya-tanamannilam.html. diakses pada 6 Juni 2011 Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Atsiri. PN Balai Pustaka

Kister,

H.

Z.

1992.

Distillation

Design.

McGraw-Hill,

California, USAShriner et al. (1980)


Mangun, S. 2008. Nilam. Cetakan ke III. Penebar Swadaya, Jakarta Mansur. 2004. Ekstraksi Minyak Nilam. http://anekaindustri.com/industri-minyakatsiri.html, diakses pada tanggal 07 Juni 2011

Musfil A.S. (2005) "Diktat Kuliah Operasi Teknik Kimia 3, buku 1, Absorbsi, Stripping dan Destilasi" . Surabaya : ITS. Sasrudi, A., 2007. Teknik Budidaya Tanaman Nilam. Pelatihan Peningkatan

Suyitno. 1989. Rekayasa Pangan. PAU Pangan dan Gizi. UGM Yogyakarta. Kapasitas Petani dan PPL Kabupaten Pakpak Bharat
dan Pemko Subullusalam

Van Winkle, (1967), Distillation, Mc Graw Hill, New York, p.604 641

Vous aimerez peut-être aussi