Vous êtes sur la page 1sur 2

Antara Rasm Utsmani dan Rasm Imlai Sebagaimana yang diketahui, bahwa cara penulisan (rasm) yang terdapat

dalam mushaf Utsmany berbeda dan tidak sama dengan cara penulisan yang umum digunakan dalam aturanaturan imla Bahasa Arab. Karena itu para ulama membagi metode penulisan huruf Arab menjadi 2 jenis: rasm Utsmany dan rasm imlai. Jenis yang pertama khusus digunakan untuk penulisan ayat al-Quran sesuai dengan mushaf Utsmany. Sedangkan yang kedua adalah aturan baku yang umum digunakan untuk penulisan kata-kata Arab sebagaimana ia diucapkan.[34] Untuk keperluan ini, para ulama al-Quran kemudian menyusun sebuah ilmu yang dikenal dengan nama ilmu Rasm al-Quran. Diantara karya yang mengulas ilmu ini adalah alMuqni karya Abu Amr al-Dany dan al-Tanzil karya Abu Dawud Sulaiman bin Najah. Berikut ini beberapa sisi penting perbedaan rasm Utsmany dengan rasm imlai[35]: 1. Penghapusan alif, waw, atau ya. Seperti yang terdapat pada ayat: fkYVHTW<@ (Al-Fatihah:1), ISW<@W (AsySyuara:94), dan W WGTTQY~YPV@@ (Al-Baqarah: 61). Ketiga kata ini jika ditulis berdasarkan rasm imlai adalah: , , Penambahan alif, waw, dan ya. Seperti yang terdapat pada ayat: vN Y W (Az-Zumar:69), yRXOKR W (al-Araf:145), dan xO~T`TVK Y (alDzariyat: 47). Ketiga kata ini jika ditulis berdasarkan rasm imlai adalah: ,

2.

3. Pemisahan dan penyambungan. Artinya ada kata seharusnya secara imla disambung, namun dipisahkan dalam rasm Utsmany. Begitu pula sebaliknya, ada yang seharusnya dipisah namun disambungkan dalam rasm Utsmany. Seperti yang terdapat dalam ayat: QWW (al-Baqarah: 74) dan (. al-Nisa:91). Kedua kata ini jika ditulis dalam rasm imlai adalah: , Penulisan al-Quran berdasarkan rasm Utsmany memiliki banyak hikmah sebagaimana disebutkan oleh para ulama qiraat-.[36] Tapi salah satu yang terpenting adalah dengan metode ini ragam qiraat yang berbeda dapat terwakili dalam mushaf Utsmany. Sebagaimana yang akan dijelaskan nanti. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ada upaya untuk mengganti sistem rasm Utsmany dengan sistem imla yang umum berlaku. Dengan alasan bahwa itu akan lebih memudahkan pembacaan.[37] Meskipun ini kemudian terbantahkan dengan dasar bahwa metode inilah yang digunakan oleh para sahabat menuliskan al-Quran di hadapan Rasulullah saw. Karena itu ia

kemudian bersifat tauqifiyah.[38] Adapun jika alasannya adalah untuk memudahkan pembacaan, maka itu terbantahkan dengan kenyataan bahwa sejauh ini sejak 1400 tahun lamanya-, hampir tidak ada masalah berarti di tengah kaum muslimin dalam membaca al-Quran, kecuali yang memang tidak punya keinginan untuk mempelajari bacaannya. Lagi pula kata al-Azhamy-, Apakah mereka percaya bahwa setelah beberapa abad nanti, orang-orang lain tidak akan melontarkan kecaman bahwa karya mereka (penulisan al-Quran tanpa rasm Utsmany pen) juga adalah usaha yang dilakukan oleh orang-orang jahil buta huruf?[39]

Vous aimerez peut-être aussi