Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Arti Agama
Kita sudah terbiasa mengucapkan atau mendengar kata atau istilah atau sebutan "agama"seperti agama Islam, agama Kristen, agama Yahudi, agama Hindu, agama Konghutsu dan lain-lain. Istilah Agama yang kita kenal adalah kata dalam bahasa Indonesia yang diambil dari Sangsekerta. Dalam bahasa Arab disebut "Dn". Dalam bahasa Inggris disebut "Religion". Sejarah mencatat, bahwa munculnya istilah agama ke Indonesia berawal dari kata Sangsekerta, yang pada mulanya sebagai nama kitab golongan Hindu Syiwa atau kitab suci mereka bernama "agama". Kata itu kemudian menjadi dikenal luas dalam masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam penggunaanya sekarang, ia tidak mengacu kepada kitab suci tersebut. Ia dipahami sebagai nama jenis bagi keyakinan hidup tertentu yang dianut oleh suatu masyarakat (lihat: Ensiklopedi Islam Indonesia, hal. 62). Dalam al-Qur'n kata dn dipergunakan baik untuk Islam maupun agama lain, termasuk juga kepercayaan terhadap berhalaseperti yang dianut masyarakat Hijz pada awal keraslan Muhamad saw. Ini sebagaimana dipahami dalam Firman-Nya Q.S. al-Kfirn/109: 6 dan Q.S. Ash-Shfft/61:9. Dari sini menunjukkan bahwa kata dn biasa dipergunakan untuk semua agama. Dan ini juga memperlihatkan bahwa sebelum al-Qur'n diturunkan keadaan masyarakat sudah terbiasa dengan istilah dn. Kata dn menjadi khusus untuk agama Islam yang dibawa oleh Muhamad saw apabila kata itu dihubungkan dengan kata Allah dan al-Haqqseperti Dnullh dan Dnu'l haqq. Namun apabila kata dn belum dihubungkan dengan kata tersebut, maka penggunaannya meliputi seluruh agama yang ada di dunia. (lihat: Dirsah al-Islmiyyah, hal. 5) Di samping dn terdapat pula istilah lain yang menunjukkan arti agama yaitu millah. Baik millah maupun dn memiliki persamaan arti. Perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya. Millah digunakan ketika dihubungkan dengan nama yang kepadanya agama itu diwahyukanseperti millah Ibrhm, millah Ishq dan lain sebagainya; sedangkan dn digunakan ketika dihubungkan dengan salah satu agama, atau sifat agama atau dihubungkan dengan Allah yang mewahyukan agama ituseperti Dnu'l Islm, Dnu'l Qayyim, Dnullh, Dnu'l haqq dan lain sebagainya (lihat: Kitb al-Ta'rft, hal. 96 ). Agama didefinisikan sebagai keyakinan tentang Ketuhanan yang mengikat seseorang untuk mempercayainya dengan menjalankan perintah dan larangannya. Agama menjadi berbeda-beda seperti disebutkan di atas karena perbedaan Tuhannya. Dengan perbedaan Tuhannya, maka perintah dan larangannya pun bisa berbeda-beda, walaupun sangat mungkin terdapat perintah atau larangan
1
2. Agama Ardhi Agama Ardhi (secara harfi berarti: agama bumi) ialah yang berasal dari pikiran atau hayalan manusia, atau merupakan hasil budaya manusia, seperti agama Hindhu, agama Budha, agama Konghutsu dan agama-agama atau kepercayaan lainnya. Agama ardhi ini lazim disebut dengan agama tabi'i (kultur, budaya). Kitab-kitab dari agama ini biasanya ditulis setelah sang guru meninggal dan si penulis tidak mencantumkan namanya dan sebagian ada pula yang ditulis sendiri oleh sang guru. Kitab-kitab agama ardhi ini antara lain Weda, Tripitaka, Zenda Awesta dan banyak lagi yang lainnya (lihat: Parasit Aqidah,
hal. 8).
Ada kemungkinan agama Ardhi yang telah memiliki kitab suci, semula tumbuh dari agama Samawi. Namun akibat terpengaruh dengan budaya yang berkembang kian banyak pada saat itu, sehingga agama pun berubah kian lama kian jauh dari pokok ajarannya. Adapun agama Samawi yang dibawa oleh Muhamad sebagai Nabi dan Rasl terakhir (agama Islam) merupakan agama akhir zaman, yang menyempurnakan agama-agama Samawi sebelumnyayang dibawa oleh Nabi Ms dan 's, sekaligus sebagai agama yang diridhai Allah. Kesempurnaan Islam sebagai agama yang diridhai Allah telah diproklamirkan secara tegas dan diabadikan dalam Q.S. al-M'idah/5:3 sebagai berikut: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu." Ayat tersebut diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhamad saw dalam keadaan berdiri pada hari 'Arafah ketika mengerjakan Haji Wad' yang bertepatan dengan hari Jum'at (lihat: Bukhr (I/17; III/83, 126; IV/298), Muslim (II/238), Tirmidz (V/33), Nas' (VI/257; VIII/181) dan al-Hkim (III/18)dari 'Umar Ibn al-Khath-thb ]. Dalam pelaksanaan Haji Wad' merupakan akhir dari masa keraslan dan risalah Muhamad saw setelah syari'at dan rukun-rukunnya sempurna (lihat: Fathu'l Br, I/146). Bagi orang yang memilih dan memeluk Islam sebagai agama, tentu saja ia akan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat kelak. Dan bagi mereka yang mengingkari dan mencari agama di luar Islam, maka akan termasuk orang-orang yang merugi (Q.S. li 'Imrn/3:85). Mengapa demikian? Karena Islam yang dibawa oleh Nabi Muhamad adalah rahmat bagi seluruh Alam (Q.S. al-Anbiy'/21: 107). Di samping itu, karena Islam adalah agama ilmu, agama yang mudah, agama yang adil dan agama yang mengajarkan kebaikan (lihat: Dnu'l Haqq, hal. 12). Kehadiran agama Samawi (Islam) pada hakikatnya adalah untuk membimbing umat manusia agar memiliki aqidah yang benar, yang bersih dari khurafat-khurafat yang batil dan memiliki peraturan-peraturan hidup yang luhur demi kemaslahatan mereka. Agama Islam telah berperanan untuk mendorong
agama Islam disebut Muslim (pemeluk Islam laki-laki) dan Muslimat (pemeluk Islam perempuan), kalau penyebutan dalam jumlah disebut kaum atau umat Muslimn-Muslimt; pemeluk agama Nashrani disebut kaum Nashr (baca: Nashoro), juga biasa disebut Kristiani; dan pemeluk agama Yahudi disebut Isr'l atau Ban Isr'l. Penyebutan Isr'il (diindonesiakan: Israel) berasal dari nama putra Nabi Ya'qb as. Jadi Ban Isr'l adalah keturunan dari Nabi Ya'qb as.
perbudakan materi, karena agama mengajarkan manusia agar tunduk hanya kepada Allah. Dengan demikian, ia menjadi besar, kuat dan tidak gampang ditundukkan oleh siapapun. Agama mendidik manusia agar berani menegakan kebenaran dan tidak melakukan kesalahan. Agama memberikan dorongan agar berusaha menumbuhkan sifat-sifat baikseperti rendah hati, sopan santun dan menghormati. Sebaliknya, agama melarang manusia bersifat sombong, congkak dan sifat buruk lainnya. Di samping itu, agama mengajarkan dan mendorong manusia agar berbuat amal shaleh untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Apabila manusia melaksanakan ajaran agama tersebut, keberadaan mereka di dunia akan lebih bermakna.
(a) Mengakui adanya Tuhan yaitu Allah yang sudah dibuktikan baik menurut dalil akal maupun dalil naql. (b) Memiliki kitab suci yakni "al-Qur'n" yang memiliki "keunggulan" atas kitab atau buku lainnya baik bahasanya maupun materi kandungannya. Oleh karena itu disebut "mu'jizat" (yang melemahkan/mengalahkan lainnya) (c) Memiliki panutan yang menjadi utusan Allah dengan riwayat hidup yang lengkap serta memiliki akhlak mulia tanpa cacat sehingga wajib menjadi panutan. Beliau adalah Raslullh Muhammad saw. (d) Memiliki ajaran cara hidup yang mulia dan memiliki tata-laksana peribadatan yang konsisten dan stabil. (e) Memiliki pengikut yakni kaum muslimn-muslimt. Demikianlah pembuktian tentang kebenaran agama dan adanya Tuhan melalui pendekatan dalil 'aql. Dan bagi mereka yang memiliki akal sehat tentu saja akan menerima dengan sepenuh hatinya. (2) Berdasarkan dalil naql. Berbeda dengan dalil akal, bahwa dalil naql dalam perdebatan universal (semua agama) merupakan dalil ke-dua mencari agama yang benar, karena dalil naql bisa dipandang bersifat subjektif menjadi dalil di kalangan pemeluknya. Non-muslim akan mudah mengatakan bahwa pantas saja umat Islam akan membanggakan al-Qur'n karena memang kitab sucinya. Namun sebenarnya, khusus kitab suci al-Qur'n bisa menjadi dalil akal lintas agama karena bahasa dan kandungannya sanggup mengalahkan dan mengoreksi hasil akal pada berbagai temuan ilmiah ilmu pengetahuan dan teknologi. Lalu adakah kitab suci agama lain yang bisa menandingi keunggulan alQur'n? Jawabannya pasti tidak ada. Di samping berdasarkan ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas, pembuktian bahwa Islam sebagai agama yang benar dapat diketahui pula melalui patokan-patokan yang jelas dan tegas berdasarkan petunjuk Allahyaitu sebagai berikut: Agama yang datang dari sisi Allah diturunkan dengan wahyu melalui perantaraan malikat (Jibrl) kepada para Rasl untuk disampaikan pada hamba-hamba-Nya. Karena sesungguhnya agama yang benar adalah agama Allah, dan Allah akan membalas dan menghisb makhluk-Nya pada hari kiamat atas agama yang diturunkan kepada mereka (lihat: Q.S. AnNis'/4:163 dan Q.S. al-Anbiy'/21:25). Ajarannya berisi da'wah (ajakan, seuan) untuk Meng-Esakan Allah dalam beribadah, melarang berbuat syirik dan melarang menjadikan perantaraperantara dalam beribadah kepada-Nya. Karena da'wah untu meng-Esakan adalah dasar-dasar da'wah dari semua para Nabi dan Rasl, dan setiap para Nabi menyerukan kepada kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah (Q.S al-A'rf/7:73). Da'wah yang disampaikan para Rasl sejalan dengan pokok-pokok agamayaitu untuk beribadah kepada Allah, mengajak untuk menuju
"Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Q.S. al-Baqarah/2:120)
Agama Islam yang rasional dan arif karena atas petunjuk langsung dari Allah swt yang Maha Mengetahui sangat memahami kondisi keagamaan manusia yang serba emosional dan fanatik tanpa akal dan nurani. Islam sebagai agama pembawa kedamaian dengan tepat mengajarkan kepada para pemeluknya untuk berhati-hati dan waspada dalam mensikapi kondisi keagamaan manusia yang serba emosional dan fanatik. Lahirlah dalam ajaran Islam keharusan bagi pemeluknya untuk menghormati ajaran keyakinan agama lainnya. Karena keyakinan merupakan persoalan yang tidak bisa dipaksakan kepada orang lain. Menghormati agama lain dalam arti memberikan tolerasnsi terhadap keyakinan yang mereka anut dan membiarkan tanpa mengganggu pemeluk agama lain untuk menjalankan ajarannya sepanjang mereka juga tidak mengganggu Islam. Ada dua hal yang dilarang oleh Allah untuk bertoleransi dan kerjasama dengan agama lainyaitu dalam urusan 'aqidah dan ibadah. Karena dua hal tersebut menyangkut persoalan yang esensial yang tidak dapat dikompromikan dengan saling tukar atau saling menerima. Oleh karena itu perlu diingatkan bahwa menghormati pemeluk agama lain bukan berarti ikut-ikutan agama lain dan mencampuradukan (iltibs) ajaran berbagai agama. Karena masing-masing agama memiliki prinsip yang berbeda dalam ajarannya. Firman Allah:
"Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui."
(Q.S. al-Baqarah/2:42)
Sikap umat Islam dalam segi 'aqidah dan ibadah adalah "jelas" dan "tegas". Jelas dalam arti tidak dapat disembunyikan atau berpura-pura, tetapi jelas dan tampak secara nyata perbedaan prinsip keduanya dalam setiap agama. Sedangkan tegas dalam arti berdiri tegak atas keyakinan tanpa mengkompromikan dengan keyakinan lain dalam berbagai bentuk dan sifatnya. Oleh karena itu, orang Islam dilarang keras ikut kebaktian di gereja bersama kristiani. Demikian pula, orang
11
: : A K@
"(Seseorang laki-laki) berkata: sampaikanlah kepadaku tentang iman? Beliau menjawab: kamu beriman kepada Allah, para malikat-Nya, kitab-kitabNya, para Rasl-Nya, dan hari akhir (kiamat), dan kamu beriman kepada taqdr yang baik dan buruk." [H.R. Ahmad (I/51), Muslim (I/29), Tirmidz
(IV/275), Nas (VIII/102), Ab Dwud (II/416), Ibn Mjah I/36), al-Baghaw (I/24) dan al-Tabrz (I/43)dari 'Umar Ibn al-Khath-thb ]
Iman kepada Allah meliputi empat halyaitu: (1) beriman akan keberadaan (wujd) Allah; (2) beriman akan ke-Rubbiyyahan (kepengurusan)
Allahyakni mengakui bahwa adalah Rabb segala sesuatu, Pemilik, Pencipta, Pemberi rezeki, Yang menghidupkan dan mematikan, serta meng-Esakan segala perbuatan-Nya; (3) beriman akan ke-Ulhiyyahan (ketuhanan) Allahyakni mengakui bahwa hanya Allah-lah semata yang berhak atas segala bentuk ibadah baik yang nampak maupun tersembunyi; dan (4) beriman kepada nama-namaNya (asm') dan sifat-Nyayakni menetapkan asm' dan sifat Allah berdasarkan apa yang telah ditetapkan untuk Dzat-Nya di dalam al-Qur'n maupun Sunnah Rasl-Nya. Iman kepada malikat yaitu mempercayai dengan pasti tentang keberadaan malikat dan bahwasanya mereka adalah salah satu jenis makhluk Allah yang tidak pernah mendurhakai apa yang diperintahkan Allah kepada mereka dan senantisa melakukan apa yang diperintahkan-Nya (Q.S. alAnbiy'/21:26-27). Beriman kepada malikat mencakup empat halyaitu: (1) beriman akan keberadaan mereka; (2) beriman kepada mereka yang kita ketahui nama-namanyaseperti Jibrl, Isrfl dan seterusnya, dan terhadap mereka yang tidak diketahui nama-nama-nya; (3) beriman kepada apa yang kita ketahui dari sifatsifat mereka; dan (4) beriman kepada apa yang kita ketahui dari tugas-tugas yang mereka lakukan atas perintah Allahseperti bertasbh dan beribadah kepada-Nya siang dan malam tanpa lelah atau jenuh. Iman kepada kitab-kitab-nya yaitu mempercayai dengan pasti bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada para Rasl-Nya untuk disampaikan kepa umatnya, dan bahwasanya kitab-kitab tersebut adalah kalm-Nya, yang dengannya Allah berbicara sesungguhnya sesuai yang pantas untuk Dzat-Nya, dan bahwa dalam kitab-kitab tersebut terdapat kebenaran, cahaya dan petunjuk bagi manusiabaik di dunia maupun di akhirat. Beriman kepada kitab-kitab Allah mencakup tiga perkarayaitu: (1) beriman bahwa kitab-kitab itu benar-benar diturunkan dari Allah; (2) beriman kepada apa yang Allah telah namakan dari kitab-kitab-Nyaseperti al-Qur'n yang diturunkan kepada Nabi kita Muhamad saw, Taurt dan Injl yang diturunkan kepada Nabi Ms dan 's; dan (3) mempercayai berita-berita yang
15
mereka, dan Allah yang menciptakan mereka serta yang menciptakan kemampuan mereka. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dengan rahmat-Nya dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki-Nya dengan hikmah-Nya.
2. Islam
Islam atau yang lazim disebut dengan syari'atdimaksudkan adalah ajaran-ajaran Islam yang berhubungan dengan ketaatan dan tata cara beribadah kepada Allahbaik secara langsung (mahdhah) maupun tidak langsung (ghair mahdhah). Al-Qur'n menggambarkan Islam dalam arti syari'at atau ibadah dengan sebutan "amal shaleh". Oleh karenanya tidaklah heran iman dan amal shaleh sering disebut bersama-sama atau berbarengan (muqranah). (lihat: Tauhdu'l Khlish, hal. 7) Pokok-pokok Islam dalam arti syari'at (ibadah) secara garis besar terdiri dari lima perkara yang disebut "Arknu'l Islm (rukun Islam)yaitu: (1) syahdat; (2) shalat; (3) zakat; (4) shaum di bulan Ramadhan; dan (5) haji. Ini sebagaimana dijelaskan dalam hadts Nabi saw:
: K@
"Islm dibangun atas lima perkara: syahdat bahwasanya tidak ada ilh kecuali Allah dan bahwasanya Muhamad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji dan shaum pada bulan Ramadhn." [H.R. Bukhr (I/9),
Muslim (I/35), Ahmad (II/26, 120, 143, 193), Tirmidz (V/275), Nas' (VIII/112), Baihaq (I/95), Ab Ya'l (II/371), al-Baghaw (I/30) dan Ab Nu'aim al-Ashbahan (III/63)dari Ibn 'Umar ] Syahdat terdiri dari dari dua bagianyaitu (1) syahdat "tidak ilh selain Allah"; dan (2) syahdat "Muhamad sebagai utusan Allah". Syahdat pada bagian pertama mengandung arti tidak ada yang berhak untuk diibadahi baik di bumi maupun di langit kecuali Allah yang Maha Esa, Dia-lah ilh (sembahan) yang hak (benar) dan ilh selain Allah semuanya batil. Orang yang mengucapkan syahdat ini tidak akan bermanfaat apabila tidak memenuhi dua halyaitu: (1) ucapan "l ilha illallh" harus dibarengi dengan kepercayaan yang kuat, pengetahuan yang tepat tentangnya, keyakinan, pembenaran yang teguh dan kecintaan terhadapNya; dan (2) kufur terhadap sembahan selain Allah. Apabila dua hal tersebut terpenuhi maka ucapan syahdat "l ilha illallh" bermanfaat bagi yang membacanya. Sedangkan syahdat pada bagian kedua mengandung arti bahwasanya Muhamad utusan Allah yang harus ditaati perintahnya, membenarkan apa yang diberitakannya, menjauhi apa yang dilarangannya, tidak beribadah kepada Allah kecuali apa yang ditetapkan olehnya, dan juga mengetahui dan meyakini bahwa Muhamad utusan Allah bagi seluruh manusia, dia adalah seorang hamba Allah yang tidak harus disembah, keraslannya tidak boleh didustakan bahkan harus
17
"(Seseorang laki-laki) berkata: sampaikanlah kepadaku tentang tentang ihsn?. Beliau menjawab: kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihatnya, sesunggunya Dia (Allah) melihat kamu. " [H.R.
Ahmad (I/51), Muslim (I/29), Tirmidz (IV/275), Nas (VIII/102), Ab Dwud (II/416), Ibn Mjah I/36), al-Baghaw (I/24) dan al-Tabrz (I/43)dari 'Umar Ibn al-Khath-thb
]
Ke-tiga pilar ajaran Islam tersebut di atas "Iman, Islam dan Ihsn" merupakan kesatuan utuh ibarat lingkaran yang tidak putus. Namun karena agama dimulai dari Ketuhanan, maka keimanan menjadi titik pemberangkatan mengamalkan Islam dan Ihsn. Walau demikian, iman menjadi tidak sempurna kalau tanpa Islam dan Ihsn. Akhirnya, ketiga-tiganya menjadi kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Demikian pula dalam pelaksanaanya, tiga pilar ajaran tersebut harus terwujud secara utuh. Sebagai contoh, mengerjakan shalat sesungguhnya menurut hukum syari'at boleh saja tanpa memakai kopiah, sarung, bahkan tanpa kaos atau baju. Menurut hukum, pakaian shalat cukup dengan menutup aurat. Padahal yang disebut aurat bagi laki-laki menurut hukum adalah bagian badan antara pusar sampai lutut. Dengan demikian, menurut hukum pakain, maka sholat adalah "sah" tanpa harus pakai baju dan tutup kepala. Namun demikian, keabsahan shalat tersebut akan terasa tidak sempurna kalau dilihat dengan "ihsn" karena pasti akan terlihat tidak sopan dan tidak layak apabila menghadap Allah dalam shalat dengan pakaian yang hanya menutup aurat. Oleh karena itu, apabila melakukan shalat hendaknya yang sopan dan pantasantara lain seperti dengan memakai kain sarung, berbaju polos putih bersih, seperti koko (tidak warna-warni seperti mau ke pesta); dan memakai tutup kepala seperti kopiah haji atau kopiah hitam nasional. Mengerjakan shalat dengan penuh ihsn akan membantu "kesiapan" lebih khusy' dan lebih mantap ketimbang hanya dengan pakaian terbatas menutup aurat. Kemudian mengerjakan shalat yang menurut tampilan syari'at sudah dengan ihsn bisa menjadi "sia-sia" atau tidak sempurna apabila shalatnya tidak didasarkan pada keyakinan menjalankan "perintah Allah"seperti shalat bercampur dengan rasa ria dalam hatinya karena ingin dilihat atau dipuji orang lain. Atau, shalatnya sebenarnya bukan takut kepada Allah, tetapi takut oleh orang tuanya atau oleh gurunya. Nabi saw bersabda:
A K@
"Siapa saja yang membaguskan shalat ketika dilihat manusia dan jelek shalatnya ketika menyendiri (atau tidak dilihat orang), maka itu adalah menganggap hina, yang ia telah menghina Rabbnya yang Maha berkah lagi Maha tinggi." [H.R. Ab
Ya'l (IV/190)dari 'Abdullh Ibn Mas'd
]
19
Islam sebagai pewarisnya harus melanjutkan perjuangan dalam mewujudkan tujuan ini melalui "seruan, ajakan"yang disebut dengan "da'wah" Da'wah untuk mengajak, menyeru manusia menjadi muslim atau memeluk agama Islam bersifat tidak memaksa. Di samping tidak memaksa, da'wah Islam mengandung muatan memberikan penjelasan dan pencerahan pemikiran kepada manusia tentang jalan yang benar dan jalan yang salah. Firman Allah:
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sesunguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. al-Baqarah/2:256)
Da'wah kepada Islam adalah kasih sayang Allah dan Rasl-Nya kepada manusia (termasuk jin) agar mendapat "salam" (kebahagiaan, kesejahteraan, kedamaian dan kemajuan) di dunia dan akhirat. Kalau umat Islam tidak bahagian, tidak damai, tidak sejahtera, maka yang salah bukan Islam-nya, tetapi manusianya. Hal demikian pertanda bahwa umat Islam tidak/belum menjalankan Islam secara sempurna. Atau boleh jadi karena adanya pengaruh "luar Islam" yang sengaja mengacaukan umat Islam. Islam sebagai agama pembawa kebahagiaan, kesejahteraan, kedamaian, dan kemajuan sudah dibuktikan oleh Raslullh saw pada zamannya dalam kekuasaan Islam yang berpusat di Madinah. Allah swt membebaskan manusia untuk "memilih" agamanya. Siapa saja yang mau beriman, silahkan! Dan siapa saja yang mau kufur, silahkan! Dan setiap pilihan tentu saja ada konsekuensinya. Firman Allah:
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek." (Q.S. al-Kahfi/18:29)
Misi da'wah tidak hanya terbatas dalam pengertian menyeru, mengajak manusia agar memeluk agama Islam atau menjadi muslim semata, tetapi yang yang tidak kalah pentingnya, da'wah diarahkan dalam rangka mengaktualisasikan, mendemonstrasikan dan menebarkan rahmat dan kebaikan
21
Sehingga dengan demikian ajaran Islam dapat disuarakan di manapun saja berada di sekeliling kita. Firman Allah:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'rf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Q.S. li 'Imrn/3:110)
Amar ma'rf dalam kaitan ini dimaksudkan memerintahkan agar beriman kepada Allah dan Rasl-Nya dan menjalankan syari'at-syari'atnya; sedangkan nahyi munkar dimaksudkan melarang perbuatan syirik (menyekutukan Allah), pendustaan terhadap Rasl-Nya dan pelanggaran terhadap apa yang telah dilarang-Nya (lihat: Jmi' al-Bayn, III/57). Islam mengajarkan 'wah secara bertahap dan bertingkat sesuai dengan kapasitas pemahaman dan kemampuan intelektual dalam memahami dan menguasainya. Da'wah dapat dilakukan dengan cara yang hikmah (arif), memberikan nasehat yang baik (fatwa dan keteladanan). Kalau diperlukan bisa dengan cara bermujdalah (berdiskusi atau berdebat) secara rasional dan objektif. Allah Berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. AnNahl/16:125)
Saking pentingnya da'wah dalam Islam Allah memerintah dengan tegas kepada umatnya untuk senantiasa memperjuangkannya dan memasukkannya ke dalam orang orang yang beruntung ("al-Muflihn"). Firman Allah:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'rf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung." (Q.S. li 'Imrn/3:104)
23
tergolong kafirpada awalnya secara rohaniah memiliki fitrah atau naluri beragama tauhd, atau lebih tegasnya lagi berpotensi kuat menjadi seorang muslim. Dalam konsep ini manusia tidaklah seperti kertas kosong sebagaimana digambarkan teori tabularasa. Setiap manusia memiliki potensi kuat menjadi muslim atau memeluk agama Islam, karena fitrahnya melekat dari sejak penciptaan. Namun apabila dalam kenyataannya berubah tidak menjadi muslim atau tidak beragama Islam atau menjadi kafir, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan dan bawaan orang tuanya dan juga pengaruh lingkungan sekitarnya ke arah mana agama itu dibawa. Orang tua yang muslim akan melahirkan keturunan yang muslim pula. Demikian pula orang tua yang Nashrani, Yahudi, Majusi, Budha dan agama lainnya akan melahirkan keturunannya sesuai dengan agama yang dibawa orang tuanya. Atas proses tersebut, maka sering dipermasalahkan tentang "Islam keturunan" yaitu seseorang yang menjadi muslim karena orang tuanya adalah muslim. Sesungguhnya Islam keturunan seperti demikian tidak perlu dipermasalahkan. Artinya bahwa menjadi muslim dengan secara alamiah seperti demikian sah-sah saja, tanpa harus berikror secara seremonial khusus "masuk Islam". Karena fitrah keagamaannya pada diri dan orang tuanya. Kemudian secara perlahan dan berangsur sesuai pertambahan usianya dan perkembangan pengetahuan dan pengalamannya, yang bersangkutan secara terus menerus dalam ke-Islaman, bahkan kemudian secara sadar atas bimbingan dan pendidikan (siapa saja; keluarga atau guru) Ia menjalankan syari'at Islam. Semua proses ke-Islaman yang berlangsung sudah pasti mengandung "ikrar" ke-Islaman seseorang. Oleh karena itu, Islam mengajarkan supaya umat Islam berkeluarga dengan sesama Islam lagi (Suami muslim, istri muslim, anak-anaknya juga muslim). Namun demikian Islam menghalalkan seorang laki-laki menikah dengan perempuan ahli kitab. Dan jangan lupa, Islam mengharamkan muslimat (muslim perempuan) dinikahi oleh laki-laki non-muslim. Lain halnya dengan ke-Islaman orang-orang yang sebelumnya "nonmuslim (bukan muslim)" berkehendak masuk Islam, atau seseorang yang murtad (keluar dari Islam) kemudian berkehendak masuk Islam kembali maka mereka diwajibkan mengikuti "Prosesi Ikrar masuk Islamdengan mengucapkan "syahdatain". Sejarah mencatat, bahwa prosesi ikrar masuk Islam pernah terjadi dilakukan oleh Tsummah di hadapan Raslullh sawdengan mengucapkan dua kalimat syahdat [lihat: H.R. Bukhr (I/112) dan Ahmad (II/354)dari Ibn 'Abbs ]. Pengucapan ikrar syahdatain (dua kalimah syahdat) masuk Islam biasanya melalui prosesi sebagai berikut: Prosesi pertama : Seorang Pembimbing peng-Islaman memberikan mukaddimah dengan bercerita singkat tentang "pokok-pokok ajaran agama Islam". Ada baiknya kalau dilakukan semacam tanya-jawab atau dialog yang bisa membangun "penguatan" ke-Islaman
25
Kffah dalam keimanan ('aqidah) adalah bulat dan teguhnya hati dalam
beriman kepada Allah yang Maha Esa dengan segala Dzat, Sifat, Asm' dan Af'lNya; meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan (Rasl) Allah yang pribadi dan ajaranya wajib dicontoh, ditaati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari; dan membenarkan al-Qur'n dengan segala isi dan muatan di dalamnya. Seorang muslim yang kffah dalam keimanannya, ia tidak melakukan dosa besarseperti syirik. Karena perbuatan tersebut tidak akan diampuni. Allah berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar." (Q.S. Luqmn/31:13)
Syirik dimaksudkan perbuatan menyekutukan Allah dengan apapun selain Dia. Di satu pihak beribadah kepada Allah dan pihak lain datang-datang ke dukun, menyembah benda-bendaseperti pohon-pohonan, batu-batuan, kuburan dan sebagainya. Allah yang Maha Esa, Satu, Tunggal pasti sangat marah sehingga tidak akan mengampuni orang yang menduakan-Nya. Manusiapun akan marah kalau di-dua-kanseperti seorang raja akan marah kalau di-dua-kan dengan raja lainnya dalam satu kerajaan. Kffah dalam ibadah adalah mengamalkan apa yang diperintahkan dan dilarang menurut Islam sesuai kemampuan maksimalnya. Syari'at Islam yang di luar batas kemampuan boleh tidak diamalkanseperti zakat bagi yang tidak nishb dan berhaji bagi yang tidak mampu. Adapunseperti syahdat dan shalat adalah kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan oleh semua muslim karena sudah terukur bisa diamalkan oleh siapapun hatta yang sedang sakit sekalipun. Shalat orang sakit bisa sambil berbaring, duduk, atau mungkin hanya dengan hati dan kedipannya. Firman Allah:
"Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. At-Taghbun/64:16) Kffah dalam akhlak adalah mengamalkan budi pekerti, adab, sopan santun, tatakrama dan etika sebagaimana diajarkan dan dicontohkan oleh Raslullh sawantara lain seperti: Menghormati dan mentaati orangtua dan guru, serta mereka yang lebih atas dari dirinyabaik ilmu, usia maupun kedudukan. Firman Allah:
27
"Maka siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa saja mengerjakan kejelekan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Q.S. al-Zalzalah/99:7-8)
Berdasarkan uraian singkat di atas dapat dipahami bahwa totalitas dalam beragama Islam pada hakikatnya membentuk pola pikir dan pola tindakan seseorang sehingga melahirkan bentuk dan watak pribadi muslim yang utuh dan terintegrasibaik dalam keimanannya, ibadahnya maupun akhlak serta dampak positif lainnnya dalam kehidupan.
Ketika sudah masuk Islam-pun, Islam tetap memberikan kebebasan. Persoalannya adalah bagaimana orang berpendapat dalam memahami kebebasan. Kalau apa yang disebut kebebasan adalah serba semaunya, maka kebebasan seperti ini di manapun dan kapanpun tidak akan pernah ada, bukan tidak ada di Islam saja. Dalam agama apapun dan di masyarakat atau tempat manapun tidak akan ditemukan kebebasan yang bermakna semau gue bagaimana suka-sukanya. Kecuali pada orang gila dan di lingkungan masyarakat binatang. Bahkan orang gila dan binatangpun tidak bisa bebas sempurna, selalu di batasi oleh kebebasan lainnya. Bukan hanya dalam Islam saja, agama apapun dan di tempat serta negara manapun sama bahwa tidak ada kebebasan sempurna, karena kebebasan
29
Di Indonesia saja terdapat seabreg peraturan perundang-undangan, ada yang disebut: UUD, Undang-undang, PERPPU, Kepres, Kepmen, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Acara, dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Banyak banget! Tambah ruwet dan rumit lagi, di antara para ahli hukum, tukang membuat hukum, penyelenggara hukum serta tukang hukum tidak pernah sepakat-sepaham, selalu ingin "menang" sendiri. Logikanya, semakin banyak peraturan dan hukum, maka kebebasan semakin dibatasi. Semakin banyak hukum, semakin dekat menjadi neraka. Karena di surga itu bebas tanpa hukum. Jadi kalau Islam disebut serba tidak boleh dan serba tidak bebas, maka negara (manapun) bisa disebut neraka, karena peraturan-peraturan dan hukum dalam sebuah negara bisa berjumlah ratusan kali lipat daripada hukum-hukum dalam Islam.
K@
"Sesungguhnya agama itu ringan, dan tidaklah seseorang mempersempit agama ini melainkan ia telah memberatkannya. (Oleh karena itu) maka kerjakanlah (ibadah) secara tetap dengan tidak berlebihan dan dekatilah kesempurnaan (dalam ibadah jika melakukan secara sempurna belum sanggup, dan sampaikan (dan terimalah) kabar gembira (akan pahala yang diberikan dari amal yang dilakukan) dan memohonlah kepada Allah (dengan melakukan ibadah secara rutin) pada waktu pagi, siang, dan penghujung malam." [H.R. Bukhr (I/17) dan al-Tabrz (I/361)dari Ab Hurairah ]
Islam sebagai agama yang mudah atau tidak memberatkan akan lebih terlihat jelas apabila kita memahami ajarannya secara mendalam. Ini terbukti bahwa hukum-hukum dalam Islam sesungguhnya sangat sederhana, mudah dan tidak banyak-banyakbaik dalam hal yang diperintahkan maupun dalam hal yang dilarang. Oleh karenanya, suatu dusta besar kalau orang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang serba tidak boleh dan serba memberatkan. Sebagai contoh bahwa Islam memberikan aturan perintah yang begitu mudah untuk dilakukanseperti dalam mengerjakan rukun Islam. Islam memerintahkan membaca syahdat. Apa sulitnya untuk membacanya dan menghapalnya, kemudian memahami dan meyakininya. Kalimatnya saja cuma beberapa kata (baca "syahdatain"). Ditambah dengan memahami Rukun
31
Demikian pula dalam hal larangan, Islam tidak mutlak melarang semuanya tetapi dalam hal-hal tertentu dan itu pun untuk kebaikan dan kemaslahatan umatnya. Contoh perbuatan yang dilarang dalam Islamantara lain sebagai berikut: Larangan mengkonsumsi dari yang memabukkanseperti minuman yang beralkohol (minuman keras, bir, arak dan sejenisnya) dan sejenis isapan, suntikan, obat-obat terlarang (ganja, narkotika, ekstasi dan sejenisnya). Larangan melakukan perzinaan dan hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya perzinaanseperti pergaulan bebas, nonton film forno, membatasi hubungan lawan jenis (pacaran) dan hal-hal yang serupa seperti itu. Larangan tersebut hanya bias dihalalkan melalui pernikahan. Mabuk adalah penyakit: hilang akal, hilang ingatan, badan lemah, sarafsaraf rusak, jalan sempoyongan, ngomong ngawur tidak karuan, hidup di emperan, tidur di comberan. Bukan hanya terbatas orang muslim, siapa saja yang berakal sehat pasti "tidak mau sakit" seperti orang mabuk di atas. Penyakit harus dihindari, malah dicari. Penyakit mabuk berbeda dengan penyakit biasanya. Dengan sakit seperti di atas, maka pemabuk berpotensi merugikan orang lain dan berpotensi melakukan kejahatanseperti membuat kegaduhan atau keonaran, pemerkosaan, menimbulkan perkelahian (tawuran), mengganggu ketertiban umum (azas hukum), kadang bisa memeras orang lain dan semacamnya. Ketika Islam melarang perbuatan memabukan, maka Islam bukan mengekang tanpa alasan. Bahkan Islam memiliki "kasih sayang" agar umatnya tidak berpenyakit "mabuk". Larangan tersebut merupakan tindakan kasih sayang "preventif" (sebelum terjadi). Kalau sudah terjadi, merugi semua. Larangan Islam tersebut akhirnya diikuti oleh semua pihak yang mau peduli akan keselamatan jiwa orang lain karena larangan tersebut sangat "tepat dan bermanfaat". Pemerintah melarang bahkan mengancam sangsi penjara bagi yang melakukan pemabokan. Organisasi-organisasi husus secara sukarela beroperasi melawan pemabokan (preventif persuasif). Pendidik (Guru dan orangtua) terus melakukan penerangan dan nasehat. Larangan Islam seperti melarang pemabukan akhirnya sangat masuk akal, diterima umum, disambut positif, dijalankan oleh semua. Negara/pemerintah, masyarakat dunia (Islam non Islam) sama-sama mengamalkan "larangan" Islam. Apabila yang menolak, merekalah orang yang tidak sehat, tidak normal dan tidak peduli kasih sayang. Kalaupun dilarang mengkonsumsi barang yang memabukan, masih sangat banyak jenis konsumsi barang yang dibolehkan dengan rasa sangat enak, sehat serta nikmat lebih dari barang yang memabukan. Islam itu nikmat. Demikian pula dengan larangan perzinaan sangat masuk akal diterima umum dan dijalankan oleh banyak agama selain Islam. Bahkan pemerintah di banyak negara telah membuat peraturan perundang-undangan yang melindungi lembaga pernikahan. Perzinaan melahirkan penyesalan, penyimpangan dan ketidakjelasan keturunan. Dengan perzinaan, tidak jelas "siapa anak siapa". Akibatnya menjadi
33
Namun jangan lupa bahwa azas universalitas (kesamaan) tersebut hanya berlaku pada ruang-lingkup kemanusiaannya yang bersifat skunder (ke-dua) di dalam Islam. Ibarat dalam sambal hanya pedasnya saja yang sama. Adapun pada tataran primer-nya (ke-satu) yang fundamental terletak pada "'aqidah keimanan" tentang ketuhanan. Berdasarkan tataran primer fundamental 'aqidah-keimanan, siapapun mengetahui bahwa antar agama berbeda-beda. Atas dasar apa paham pluralisme mengatakan bahwa semua agama sama. Berdasarkan perbedaan 'aqidah-keimanan (idiologi) tersebut, seharusnya masing-masing agama yang memiliki prinsip dasar ketuhanan bersuara sama bahwa setiap agama berbeda-beda, tidak sama. Dengan berbeda fondasi 'aqidahnya, maka berbeda pula tujuannya. Agama Islam bertujuan kepada Allah. Agama kristen kepada trinitas. Budha kepada dewa-dewa, Hindu kepada sang hyang. Kalau pada tataran ketuhanan, pluralisme menyebut tujuan semua agama sama kepada tuhan, maka tuhan itu berbeda-beda pada masing-masing agama. Ajaran pluralisme adalah ajaran tidak tuntas, ibarat Teori Evolusi Darwin yang mengatakan "manusia berasal dari kera (monyet)". Teori sambal hanya sampai pedas. Ketidak tuntasan tersebut bisa disengaja untuk mengelabui masyarakat atas kepentingan budaya baik ekonomi, keamanan maupun politik. Padahal apabila kembali kepada pemahaman "toleransi antar agama" akan sangat memadai karena semua agama akan memiliki ruang universalitas dalam kemanusiaan. Islam memiliki perintah ruang bertoleransi sangat besar untuk saling menghormati, menghargai dan tidak saling mengganggu setiap pemeluk agama untuk melaksakan ajaran agamanya masing-masing. Islam menjamin terwujudnya "kerukunan hidup beragama" tanpa menyalahi keyakinan ketuhanan agamanya masing-masing. Kerukun beragama menurut ajaran Islam sudah dibuktikan sempurna pada zaman Raslullh saw oleh beliau sendiri selaku utusan Allah swt. Dalam kerukunan hidup, Islam pasti mendatangkan kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan. Islam itu nikmat!
35
Raslullh adalah manusia biasa yang sama memiliki hawa-nafsu. Buktinya Raslullh saw adalah pengembala, pedagang, makan, minum seperti layaknya manusia, dan Raslullh saw juga menikah. Pertanyaan penasaran ke-dua, mengapa Nabi saw tidak mau menukarkannya padahal menurut sebagian bahwa Islam hanya merepotkan dan mengekang kebebasan? Jawaban pasti adalah pasti bahwa Raslullh saw sangat mengetahui kalau "Islam jauh lebih berharga dan mahal" ketimbang tahta, harta, dan wanita (keduniaan). Kalau dikatakan keduniaan adalah kenikmatan, sekarang terbukti bahwa Islam bagi yang mengetahuinya "jauh lebih nikmat" dari segala apapun tentang keduniaan. Islam berharga, Islam mahal, Islam nikmat kemudian ternyata tidak subjektif hanya pada tangan Raslullh saw, tetapi juga dirasakan oleh ratusan dan ribuan para shahbat beliau semasa hidupnya dan oleh para pengikutnya sepeninggalnya. Dan berlanjut dinikmati oleh mereka para muslim yang mengamalkan Islam secara kffah. Semoga kita termasuk di dalamnya. Para shahbat Nabi saw di zamannya yang dikenal dengan sebutan "Empat Khulaf'ur-Rsyidn" (Abu Bakar, 'Umar Ibn al-Khath-thb, 'Ustman Ibn 'Affn dan 'Al Ibn Ab Thlib) serta para pengikutnya telah juga membuktikan betapa Islam sangat berharga, mahal dan nikmat. Para shahbat Raslullh saw tersebut telah rela meninggalkan keluarga yang mereka cintai, rela meninggalkan harta benda yang sudah mereka kumpulkan, rela meninggalkan tanah kampung halaman yang dirindukan. Mereka berangkat dalam kesengsaraan "berhijrah" ke luar Makkah (Thif dan Madnah) demi Islam dan untuk membela Islam atas perintah Raslullh saw. Demi Islam yang mereka cintai sepenuh hati (kffah) mereka rela mengorbankan apa saja (jiwa dan harta). Sikap rela berkorban para shahbat Raslullh saw menunjukan keyakinan dan pengetahuan mereka bahwa Islam jauh lebih berharga, lebih mahal dan lebih nikmat daripada segalanya. Dalam al-Qur'n, para shahbat Raslullh saw yang berhijrah tersebut biasa disebut dengan istilah "al-Muhjirn (orang yang berhijrah)" atas perintah Raslullh saw. Demikian halnya dengan para shahbat Raslullh saw yang bertempat tinggal di Madnah. Mereka sukaria menyambut kedatangan kaum muhjirn, mereka sehidup-semati membela Islam. Mereka rela menyediakan apapun untuk keperluan dan kebutuhan para shahbat muhjirnseperti tempat tinggalnya, keperluan makan-minumnya dan keperluan lain-lainya, bahkan mereka rela mengorbankan jiwanya untuk membela kaum muhjirn dan Islam. Kaum muhjirn dan Anshr lebih dari sekedar bersaudara adik-kakak yang dipersaudarakan (mukhokh). Mereka bersaudara dalam satu perjuangan membela dan menegakan Islam, persaudaran sedemikian disebut "Ukhuwwah Islammiyyah" (persaudaraan sesama muslim untuk membela dan menegakan Islam).
37
39
"berakhlak". Sedangkan orang yang berprilaku tidak baik sering disebut orang yang "tidak berakhlak". Artinya bahwa secara tradisi penggunaan kata akhlak lebih cenderung digunakan untuk menunjukkan prilaku baik. Akhlak dalam Islam memiliki kedudukan dan karakter tersendiri yang berbeda dengan agama-agama lainnya. Akhlak Islam didasarkan pada ajaran Allah, atau dengan kata lain merupakan produk dari jiwa tauhd. Oleh karena itu banyak ayat dalam al-Qur'n dan keterangan hadts Nabi saw yang menjelaskan tentang keharusan manusia berakhlak baik dan meninggalkan akhlak jelek. Dalam sejarah disebutkan, orang yang memiliki akhlak Islam yang sempurna adalah Nabi Muhamad sawsebagaimana dalam riwyat berikut:
"Adalah Raslullh saw manusia yang paling baik akhlaknya." [H.R. Muslim
(IV/74), Baihaq (al-Kubr: III/454; IV/191) dan Ibn Ab Syaibah (VI/90)dari Anas Ibn Mlik ]
Bahkan, al-Qur'n sendiri menjelaskan bahwa beliau memiliki budi pekerti atau akhlak yang agung dan perlu dicontoh oleh umat manusia. Ungkapan yang digunakan al-Qur'n adalah "uswatun hasanah" (teladan paling baik) bagi manusia. Bahkan saking agung dan sempurnanya akhlak beliau, sampai-sampai Allah dalam al-Qur'n memujinya, dan pujian itu diabadikan dalam surat alQalam/68: 4 dengan ungkapan: "Innaka la'al khuluqin 'Azhm (Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung)". Nabi saw memperoleh pujian itu karena kesempurnaan dan agungnya akhlak yang berlandaskan al-Qur'n, atau dengan kata lain beliau berakhlak dengan akhlaknya al-Qur'n. Dalam sebuah riwyat disebutkan, bahwasanya 'isyah pernah ditanya perihal akhlak Nabi saw. Jawab 'isyah: akhlak beliau adalah al-Qur'n [H.R. Ahmad (II/54), Muslim (I/109), al-Hkim (III/214) dan Baihaq (al-Dal'il: I/231) dan Ab Ya'l (IV/106)]. Ini berarti bahwa akhlak yang dimiliki beliau berada dalam bimbingan dan naungan wahyu al-Qur'n. Oleh karena itu, sebagian orang ada yang menyebut Nabi saw sebagai al-Qur'n berjalan. Karena prilaku dan tindak-tanduk beliau merupakan cerminan, perwujudan dan penjelmaan al-Qur'n. Dengan akhlak yang beliau miliki itu menjadi modal besar dalam memimipin dan menumbuhkan wibawa yang kuat dan daya tarik yang luar biasa. Karena akhlak menjadi intisari dari seluruh ajaranajarannya. Oleh karenanya tidak heran jika Nabi saw diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dalam sebuah hadits Nabi saw bersabda:
A
]
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kesempurnaankesempurnaan akhlak." [H.R. Baihaqi (XV/252), Bukhr (al-Adab:81), Ahmad
(II/381), Ibn Ab Syaibah (VII/440) dan al-Hkim (III/214)dari Ab Hurairah
41
dan insaniyyah (kemanusiaan), saling tolong menolong, pemurah dan penyantun, menepati janji, dan saling wasiat dalam kebenaran dan ketaqwaan. 6. Akhlak yang berhubungan antara manusia alam sekitarseperti tidak melakukan perusakkan lingkungan ekosistem dan tidak melakukan ekspoloitasi sumber daya secara berlebihan dan lain sebagainya. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa akhlak memberikan peranan penting untuk mengatur pola sikap dan tindakan dalam rangka kemaslahatan manusia di muka bumi.
C. Induk-Induk Akhlak
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa akhlak terbagi menjadi dua bagianyaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Masing-masing dari keduanya memiliki induk-induk atau pokok-pokok yang akan melahirkan akhlakakhlak lainnyabaik yang terpuji maupun yang tercela. Menurut al-Ghazl induk akhlak yang baik ada empatyaitu: (1) hikmah atau kebijaksanaan; (2) keberanian (syaj'ah); (3) lapang dada ('iffah); dan (4) adil (lihat: Ihy' 'Ulmuddn, III/53). al-Suyth juga mengatakan, bahwa akhlak yang baik pokok-pokoknya ada empat. Yang kedua, ketiga dan keempat sama dengan apa yang dikemukakan oleh al-Ghazl. Namun untuk yang pertama al-Suyth memasukan induk akhlak yang baik ituialah sabar. Demikian pula induk akhlak yang jelek ada empatyaitu: (1) kebodohan (al-Jahl); (2) zhalim (al-Zhulm); (3) syahwat; dan (4) marah (al-Ghadhab) (lihat: Madrijus-Slikn, II/308).
e. Keadilan
Keadilan merupakan sikap pertengahan antara pengekangan hawa nafsu dan syahwat dan nafsu amarah dibawah bimbingan akal dan agama. Dari sini juga timbul akahlak yang muliaseperti yang disebutkan di atas. Akhlak yang demikian itu pada intinya bertujuan mendidik manusia dan mensucikan jiwanya, mengangkat kedudukannya ke tempat yang terhormatbaik secara invidual maupun secara kolektif, dan menumbuhkan rasa tolong menolong diantara sesama manusia dengan sikap-sikap positif.
b. al-Zhulm (Zhalim)
Zhalim menurut bahasa menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Secara sederhana zhalim dimaksudkan perbuatan yang melampaui batas. Zhalim pada hakekatnya timbul dari ketidakmampuan menahan dorong jiwa secara seimbang atau tidak dapat menempatkan kebenaran secara tepat. Dari sini dapat melahirkan akhlak jelekseperti melakukan setiap perbuatan dengan berlebih-lebihan. Dan kezhaliman ini biasanya berawal dari perbuatan baik yang berlebihancontoh, keberanian pada dasarnya merupakan akhlak baik dan terpuji, namun apabila ditempatkan secara tidak benar dan berlebihan, membabi buta, tanpa perhitungan akhirnya akan berujung pada satu bentuk penganiayaan, dan ini menimbulkan akhlak jelek.
c. al-Ghadhab (Marah)
Marah atau al-Ghadhab merupakan gejolak emosional yang muncul dari diri seseorang, yang nampak kepermukaan dalam berbagai perwujudannya. Menrut al-Ghazl, marah itu ialah nyala api yang bersumber dari api Allah, menyala berkobar-kobar, menjulang tinggi hingga naik ke ulu hati dan
45
"Apabila 'aqidahnya selamat (maksud: terbebas dari syrikik dan kufur), maka ibadahnya akan sah, akhlaknya akan baik dan muamalahnya (hubungan pergaulan) akan mulia (lihat: 'Aqdatu'l Wsithiyyah, hal. 8)."
Bertolak dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa antara 'aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah memiliki hubungan yang saling mengisi sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan saling menentukan dan mempengaruhi. 'Aqidah atau iman adalah pondasi bagi setiap muslim, sedangakan ibadah adalah manifestasi (perwujudan) dari iman. Kuat dan lemahnya ibadah seseorang ditentukan oleh kualitas imannya. Dalam Islam, manusia dituntut bukan hanya untuk beriman saja, dan rukun-rukun iman tidak hanya dijadikan semboyan. Tetapi mereka dituntut membuktikan iman itu dengan perbuatan nyata. Pembuktian dan realisasi iman diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan semua petunjuk Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Keyakinan yang ditanamkan dalam jiwa manusia dan aktivitas ibadah yang teratur sesuai dengan tuntunan agama mengandung hikmah yang luhur dan merupakan puncak pendidikan rohani dan jati diri manusia. Keduanya membangkitkan semangat manusia untuk memiliki akhlak yang baik dan terpuji, sekaligus memberi efek yang positif dalam kehidupan muamalah antara manusiabaik dalam lingkungan keluarga, masyarakat luas maupun pergaulan internasional. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa 'aqidah dan ibadah mempunyai hubungan erat dengan pembinaan akhlak. Keterkaitan antara 'aqidah, ibadah dan akhlak digambarkan oleh Allah swt dalam sebuah perumpamaansebagaimana firman-Nya:
"Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya.Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (Q.S. Ibrhm/14:24-25)
Ayat di atas menganalogikan ajaran Islam dengan sebuah pohon yang baik. Ia tumbuh subur menjulang tinggi dan buahnya sangat lebat. 'Aqidah, ibadah dan akhlak dimisalkan sebagai akar, cabang dan buah pada sebuah pohon yang rindang, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Akar merupakan inti dari sebatang pohon yang menopang tegak dan berdirinya pohon tersebut, bahkan akar akan menentukan baik dan tidaknya pohon itu. Jika akar itu baik
47
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa dalam ajaran Islam antara 'aqidah, ibadah dan akhlak memiliki hubungan yang sangat erat antara satu dengan lainnya. 'aqidah mendasari dan mengarahkan ibadah agar tertuju kepada Allah, sedangkan ibadah membuktikan bahwa 'aqidah ada dalam diri seseorang. Tanpa 'aqidah tidak akan membawa hasil yang dapat dirasakan. Dan akhlak mulia merupakan hasil perpaduan dari 'aqidah dan ibadah tersebut. Sebaliknya, akhlak yang mulia akan mempertebal 'aqidah dan meningkatkan ibadah.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia." (Q.S. al-Anfl/8:4)
"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, memuji (Allah), yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat
49
(pembalasan) dosa (nya)." (Q.S. al-Furqn/25:67-68). "Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta." (Q.S. alFurqn/25:71-73).
Uraian ayat-ayat di atas secara tegas menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang beriman, yang sekaligus menjadi ciri-ciri bahwa seseorang dapat dikatakan berakhlak baik. Dan sebaliknya, seseorang dapat dikatakan belum berakhlak baik manakala tidak memiliki sifat-sifat tersebut. Oleh karena itu, apabila seseorang ingin memiliki akhlak baik maka peliharalah sifat-sifat yang menjadi sifatnya orang-orang yang berimansebagaimana pada ayat-ayat di atas. Orang yang memiliki akhlak baik pada hakikatnya adalah orang mu'min yang paling sempurna keimanannya. Nabi saw bersabda:
K@ A
"Orang mu'min yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian." [H.R. Ahmad (II/250, 472), Ab Dwud (II/413),
Tirmidz (II/387), Drim (II/323), al-Hkim (I/99), Ab Ya'l (IV/409), al-Baghaw (V/406), al-Tabrz (II/240; III/90), Baihaq (XV/252) dan Ibn Ab Syaibah (VI/88; VII/219)dari Ab Hurairah ]
Apabila dihubungkan dengan pembahasan sebelumnya tampak lebih jelas bahwa akhlak merupakan pancaran dan cerminan dari keimanan yang kuat. Dan akhlak baik akan terwujud melainkan oleh orang-orang yang beriman. Karena keimanan merupakan pondasi dari setiap perbuatan baik.
51
K@ KKKK
KKKK A
" tunjukkanlah aku pada akhlak yang terbaik, tidak akan ada yang menunjukkan kepadanya kecuali Engkau, dan hindarkanlah aku dari akhlak jelek, tidak akan ada yang dapat menjauhkanku daripadanya kecuali Engkau " [H.R. Muslim (I/185)dari 'Al ]
Demikianlah pentingnya berdoa kepada Allah agar berakhlak baik dan terhindar dari akhlak jelek. Karena pada hakikatnya manusia tidak dapat memiliki atau merubah sesuatu kecuali dengan bantuan dan pertolongan Allah swt, dan Dia lebih tahu keadaan hamba-Nya daripada hambanya itu sendiri, karena Dia Pencipta setiap diri. Demikian pula akhlak, tidak ada yang dapat merubah dari akhlak jelek manjadi baik kecuali atas bantuan dan pertolongan-Nya. Di samping riydhah dan berdoa, proses perubahan akhlak ke arah lebih baik dapat dilakukan dengan cara bergaul, tentunya saja bergaul dengan orang orang yang berakhlak baik. Disadari ataupun tidak, pergaulan dapat mencuri tabiat seseorang. Bergaul dengan orang yang baik sangat besar kemungkinan mempengaruhi seseorang menjadi baik. Sebaliknya, berteman dengan orang yang tidak baik dapat mempenaruhi pula seseorang menjadi tidak baik. Dan ini sejalan dengan sabdanya:
K@ A
"Seseorang itu tergantung agama (maksud: kebiasaan) temannya. (Oleh karena itu) maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang akan menjadi temannya." [H.R. Ahmad (II/303, 334), Tirmidz
(IV/167), Ab Dwud (II/449), al-Hkim (V/94) dan al-Baghaw (VIII/322)dari Ab Hurairah ]
Oleh karena itu, bergaullah dengan orang yang baik dan shaleh, dan berwaspadalah bergaul dengan orang yang kurang baik. Karena hal itu akan mempengaruhi terhadap tabiat seseorang. Dan untuk mengukur baik dan tidaknya seseorang maka lihatlah yang menjadi temannya. Berkenaan dengan hal tersebut, dalam sebagian kesempatan Nabi saw pernah memberikan perumpamaan antara pertemanan dengan orang yang baik dan orang tidak baik sebagai berikut:
"Perumpamaan teman yang shaleh dan teman yang jelekadalah seperti penjual misik (minyak kasturi) dan peniup kr (tukang besi). Penjual misik akan memberinya kepadamu sebagai hadiah, boleh jadi kamu membeli
53
. . .
55
jadwal yang berlaku; kapan harus belajar, beristirahat, bermain, berolahraga, makan, tidur, dan kegiatan lainnya serta menjaga kesehatan, tampil yakin, energik, optimis. Kemudian memiliki perlengkapan belajar yang memadai seperti buku-buku pelajaran dan alat tulis, berpakaian bersih dan rapih sesuai kegiatan yang akan dikerjakan. Memelihara rasa hormat dan senantiasa dekat kepada guru sebagaimna wajibnya bersikap hormat kepada orangtua. Akhirnya, berdoa kepada Allah swt supaya mendapatkan ilmu-Nya yang banyak dan bermanfaat. Dengan persiapan dan prilaku tersebut, insyaallah sang anak akan berhasil mencapai tujuanya. Islam telah mengajarkan pemeluknya supaya mengetahui "tujuan hidupnya". Tujuan hidup seorang muslim tiada adalah mendapat "ridha" Allah swt. Lalu mengapa tujuan hidup seorang muslim adalah memperoleh ridha Allah? Karena keridhaan Allah merupakan kenikmatan hidup yang hakiki dan kebagahagiaan sejati. Nabi saw bersabda:
K@
"Siapa saja yang mencari keridhaan Allah dengan kemurkaan manusia, maka Allah akan mencukupi kepadanya dari daripada keperluan kepada manusia. Dan siapa saja yang mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, maka Allah akan serahkan dia kepada manusia." [H.R. Tirmidz (IV/187) dan alBaghaw (VIII/294)dari 'isyahd]
Bagi seorang muslim yang kffah, dalam upaya mencapai tujuan hidup yang diridhai Allah, ia tidak segan-segan walaupun dengan mengorbankan dirinya sendiri. Karena yang demikian itu merupakan satu tuntutan kehidupannya. Firman Allah:
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya." (Q.S. al-Baqarah/2:207)
Kepuasan hidup seorang muslim bukan terletak pada bentuk dan ujud materi, tetapi sebaliknya justru pada kebahagiaan jiwa karena mendapat ridha Allah. Firman Allah:
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (Q.S.
al-Insn/76:8-9)
57
sebagai petugas atau pegawai pemerintah, mendapat gajih dan fasilitas yang memadai. Pantas mereka betah dan ogah dibebas tugaskan (dipensiunkan). Kedudukan petugas/pegawai penjara memang sangat beda dengan para tahanan penjara. Para pegawai masuk penjara karena "ridho" sang pemilik (pemerintah), sedangkan para tahanan masuk penjara karena "murka" sang pemilik. Jadi, enak-tidak enak, senang-tidak senang, bahagia atau sengsara bukan ditentukan oleh penjara atau istananya, tetapi ditentukn oleh "pemilik"-nya atau penguasanya. Hukum atau sunnah demikian berlaku di mana-mana. Mengetahui siapa pemilik atau penguasa adalah langkah awal paling utama apabila kita mau bahagia dan sejahtera di manapun; di rumah, di sekolah, di pesantren, di kantor, di tempat kerja, .. di dunia dan di akhirat. Seperti, kalau di pesantren pasti pak Kyai-nya, kalau di kelas pasti pak gurunya, kalau di kantor pasti pak kepalanya, kalau di tempat pekerjaan pasti bos-nya minimal atasannya. Sekarang kita hidup (secara umum) di dunia, kelak setelah mati kita hidup di akhirat. Persoalannya adalah siapakah pemilik atau penguasa dunia dan akhirat. Inilah persoalan yang pertama dan utama harus kita ketahui, bahkan harus mengetahui juga "siapa" kekasihnya. Persoalan kemudian setelah mengenal pemiliknya adalah "bagaimana usaha mendapatkan ridhanya". Kalau sudah bisa menemukan dan mendapatkan keduanya, dijamin bahwa siapapun akan mendapatkan "salam" di dunia dan di akhirat karena sudah bisa mencapai tujuan hidupnya. Mengenal siapa pemilik dunia-akhirat akan dibahas secara tajam dan luas pada buku aqidah akhlak ke dua tentang pokok-pokok aqidah. Namun secara singkat dan garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada materi tentang agama sudah dijelaskan bahwa manusia mengakui adanya Tuhan. Siapa tuhan, masing-masing agama memiliki tuhan berbeda. Islam dengan bukti al-Qur'n yang nyata telah mengajarkan bahwa "tiada Tuhan selain Allah". Setelah dibuktikan dengan al-Qur'n bahwa tuhan adalah Allah, maka di dalam al-Qur'n yang terdiri dari 114 surat dengan 6666 ayat (paling mu'tabar) telah dijelaskan pula oleh Allah sendiri bahwa pemilik, penguasa dan penguruspengatur dunia dan akhirat adalah Allah swt.
"Maka bagi Allah-lah segala puji, Rabb langit dan Rabb bumi, Rabb semesta alam." (Q.S. al-Jtsiyah/45:36) "Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan." (Q.S. li 'Imrn/3:109)
Sekarang jelaslah bagi kaum muslimn-mu'minn bahwa pemilik alam semesta serta yang mengurus dan mengaturnya adalah Allah swt yang Maha Tunggal. Setelah kita mengetahui, percaya dan yakin bahwa Allah adalah pemilik, penguasa dan pengurus-pengatur dunia dan akhirat, maka kita sudah sangat mudah untuk mendapatkan "salam" (kebahagiaan, kedamaian, keselamatan dan
59
(baca "kaum muslimn") terdapat banyak macam golongan. Tidak perlu bingung untuk mensikapinya. Pertama yang harus dibedakan adalah antara golongan Islam lurus dan golongan Islam sesat. Islam lurus dan Islam sesat secara mudah bisa dikenal dengan patokan "Rukun Iman dan Rukun Islam". Selama meyakini dan mengamalkan ke dua rukun tersebut, maka kita sebut dari golongan Islam lurus. Sebaliknya, kalau ajaran golongan Islam menyimpang apalagi berlawanan dengan salah satu saja dari ke dua rukun tersebut, maka tegas bahwa golongan tersebut adalah golongan Islam sesat. Adapun dalam kelompok Islam lurus juga terdapat banyak golongangolonganseperti NU (Nahdhotul Ulama), Muhammadiyah, Persis (Persatuan Islam), PUI (Persatuan Umat Islam), al-Irsyaad, dan lain-lain (sangat banyak), semuanya secara mendasar (ushul) adalah sama saja. Kalaupun terjadi perbedaan di antara mereka hanya sebatas pada hal-hal ijtihdiyah (pendapat hukum) atau pada orientasi gerakan sosial keagamaan. Semua orang muslim dari golongan-golongan lurus akan masuk sorga apabila "bertaqwa" kepada Allah swt. Sebaliknya dari orang-orang muslim golongan lurus apapun "bias" masuk neraka kalau "tidak bertaqwa". Artinya, patokan mendapat ridha Allah swt yang menjadi tujuan hidup muslim bukan diletakkan pada golongannya, tetapi hanya pada ketaqwaanya. Firman Allah:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Q.S. alHujurt/49:13)
Muslim dari golongan Islam lurus apapun akan mendapat "ridha" Allah (sebut "surga") apabila bertaqwa. Dan muslim dari golongan apapun dari Islam lurus akan mendapat "murka" Allah apabila tidak bertaqwa. Dalam satu hadits, Raslullh saw menjelaskan bahwa umat Islam akan terbagi kepada tujuh puluh tiga golongan(Abu Daud (2/503), Ahmad (4/102) dan al-Hakim (1/128)). Dari golongan sebanyak tersebut hanya satu golongan saja yang akan masuk surga. Penulis berkeyakinan bahwa yang dimaksud dengan satu golongan yang akan masuk surga tersebut adalah golongan "muttaqn". Lahirnya banyak golongan tidak harus membuat seorang muslim bingung karena sudah memiliki "patokan" utama yakni "bertaqwa". Kemudian muslim awam sering dibuat "bingung" lagi dengan "perbedaan pendapat" di antara para ulama ahli di bidangnyaseperti menyentuh/membawa al-Qur'n harus dengan berwudhu atau tidak; kalau shalat subuh dengan qunt atau tidak; apabila mau
61
yang kemudian sama-sama menjadi ulama besar (ulama Jumhr). Tidak ada masalah. Kalau kemudian penulis ditanya, siapa yang penulis ikuti?. Jawaban pasti adalah pendapat yang penulis yakini kebenaranya tanpa menyalahkan pendapat lain sepanjang tidak bertentangan dengan sumbernya. Persoalan bagaimana bisa meyakini kebenarnnya, itulah kewajiban seorang muslim untuk belajar sungguhsungguh tentang agamanya. Keyakinan akan kebenaran dalam menjalankan ibadah adalah syarat mutlak benarnya ibadah. Oleh karena itu, yakini apa yang dipandang benar menurut pengetahuan masing-masing. Dan jangan mengamalkan ibadah dengan ragu-ragu dan dalam beribadah, keraguan harus ditinggalkan. Nabi saw bersabda:
"Tinggalkanlah apa yang kamu ragu (dan ambillah) apa yang kamu yakin."
[H.R. Ahmad (I/200), Tirmidz (IV/232), Nas' (VIII/344), Drim (II/245) dan alHkim (II/147)dari al-Hasan Ibn 'Al]
Seperti kalau kita ragu apakah shalat kita pada rakaat ketiga atau ke empat, maka keputusan perintahnya harus "memastikan yang ketiga" karena pasti yakin benarnya. Sedang yang ke-empat, itulah yang diragukan. Sekali lagi ditegaskan bahwa perbedaan pendapat ijtihdiyah (fur') adalah wajar dan bisa diterima. Secara lebih mendasar, itulah Islam yang senantiasa memberikan "kebebasan" berpikir dan sangat "menghargai" mereka yang mau berpikir (menggunakan akalnya), tapi jangan akal-akalan. Satu-satunya syarat keabsahan sebuah pendapat ijtihdiyah adalah "tidak bertentangan dengan dalil sumbernya yakni al-Qur'n dan hadts" Adapun syarat (kualifikasi) menjadi seorang mujtahid tentunya harus memiliki pengetahuan agama Islam yang luas dan mendalam serta berahlak mulia. Kalau baru hapal satu dua ayat atau hadts dengan terjemahan kutipan yang dihapalkan sebaiknya jangan berani berijtihd dahulu karena belum memenuhi syarat. Derajat yang mungkin cukup menjadi muttabi' (pengikut) atau menjadi "muqallid" (ikut-ikutan) yang mau belajar.
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhjirn dan anshr dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (Q.S. AtTaubah/9:100)
63
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Q.S. Ath-Thalq/65:2-3)
Jangan salah menempatkan tawakkal. Bertawakkal harus di lakukan sebelum melakukan sesuatu kegiatan yang sudah direncanakan. Ibarat, seorang pedagang mau berangkat (pagi-pagi) berdagang ke pasar. Sebelum melangkahkan kaki meninggalkan rumah, lebih dahulu hendaknya menyatakan ketawakkalanya kepada Allah akan hasil perdagangannya di ujung hari nanti kembali lagi ke rumah setelah berdagang. Demikian semua muslim dalam profesi (pekerjaanya masing-masing). Pernyataan "tawakkal" yang tertanam tajam dalam hati dengan segenap keyakinan kepada Allah bisa disertai dengan mengatakan ucapan sebagai berikut:
"Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan idzin Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung."
Maksudnya sekali lagi bahwa "hasil" dari apa yang akan diusahakannya (belajar, dagang, bepergian, dll.) sepenuhnya berserah diri kepada Allah. Manusia hanya berencana, Allah-lah yang telah menetapkan hasilnya dalam qadha-Nya.
[2] Sabar. Di samping tawakkal, seorang muslim memiliki sikap hidup berupa kesabaran. Sabar tidak berarti menerima apa adanya secara apriori (tanpa usaha). Sabar justru bermakna "aktif" mengerjakan sesuatu dengan berdisiplin, tekun dan kerja keras dalam keinginan "mencapai" hasil optimal. Dalam bahasa sehari-hari, orangtua berkata, "bersabarlah nak!" artinya terus jalani dengan tekun, jangan menyerah kalah. Ucapan tersebut "bersabarlah nak!" tidak berarti "ya sudahlah, berhenti saja!". Oleh karena itu pepatah arab mengatakan bahwa "sabar dapat menolong/membantu (sukses) setiap pekerjaan" ] [ . Maksudnya "dengan sikap sabar, segala pekerjaan optimis berhasil" dibanding kalau tidak sabar (ditinggalkan), maka otomatis pekerjaan terhenti dan pasti gagal.
Kemudian terdapat makna shabar dalam kondisi "ketika mendapatkan musibah" yang seperti berbeda dengan makna sabar di atas. Makna "sabar" ketika menerima musibah inilah yang sering menjadi "makna baku" dalam pemahaman
65
dengan sikap-sikap merugikan lainnya. Seperti orang jatuh rugi usaha malah berputus asa. Artinya kerugiannya sudah terjadi dilanjutkan dengan berdiam diri, jadinya tambah rugi. Siswa tidak naik kelas, malah berhenti sekolah, akibatnya sekolahnya mandeg tidak berkelanjutan. Itulah ruginya orang bersikap kufur. Kepolosan berpikir juga bisa terjadi pada orang yang mendapat kenikmatanseperti untung berusaha malah poya-poya; naik jabatan dan tambah kekayaan malah jadi sombong dan takabbur. Salah satu yang mengakibatkan "kepolosan" tersebut adalah "ketidakpahaman" akan ajaran Islam dan tujuan hidup menurut Islam. Apabila mereka memahami ajaran Islam, maka siapapun tidak akan berpikir polos seperti di atas. Ajaran Islam berkaitan dengan kewajiban bersyukrantara lain: Dengan sikap "tawakkal" sejak awal sebagaimana sudah dijelaskan di atas, bermakna bahwa apapun "hasil" yang diterima baik anugrah maupun musibah adalah kepastian yang sudah ditetapkan Allah. Atas ketetapan hasil akhir tersebut, manusia tidak perlu merasa penasaran (apalagi menyalahkan Allah) karena secara akal bahwa perjalanan sampai hasil ahir tersebut mudah dipikirkan dengan hukum sebab-akibat yang harus dijalani dengan sikap "sabar". Hasil ahir baik yang disebut "anugrah atau musibah" menurut pandangan manusia "belum tentu sama" dengan kehendak Allah swt. Banyak pengalaman menunjukan bahwa orang berjaya bisa berakhir sengsara, dan orang sengsara bisa berakhir jaya. Artinya, manusia hanya mengerti apa yang terjadi dan tidak mengetahui apa yang akan dihadapi. Padahal Allah Maha Mengetahui, boleh jadi apa yang menurut manusia buruk dan musibah, menurut Allah "ke depannya" malah menjadi "baik dan anugrah". Firman Allah:
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahu, sedang kamu tidak mengetahui."
(Q.S. al-Baqarah/2:216)
Yang paling pasti adalah bahwa apa yang didapat oleh manusia baik anugrah maupun musibah hakekatnya adalah "ujian" dari Allah swt dalam ketaatan menjalankan perintah atau cegahan-Nya. Berdasarkan tiga ajaran di atas (lebih luas bisa dibaca pada buku ke dua) bahwa anugrah atau musibah harus disikapi sama karena hakekatnya juga samayakni "ujian" dalam menjalankan ketaatan kepada perintah atau cegahan Allah swt. Sikap sama dimaksud adalah keharusan "bersyukr".
67
hubungan muzakk dan mustahiq, tholabul ilmi (guru, santri siswa), imm dan ma'mm dalam shalat, dan lain-lain. Pengamalan bersyukr harus diletakkan setelah berakhir sesuatu. Dengan bersyukr baik atas anugrah maupun musibah memiliki hikmah yang sangat luar biasa baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Minimal dengan bersyukr, orang merugi tidak akan tambah merugi dan bisa bangkit kembali. Orang sakit tidak akan tambah sakit dan bisa semangat sehat kembali. Dengan bersyukr sebagaimana diuraikan di atas, dijamin tidak akan ada orang stress dan berputus asa karena bersyukr akan melahirkan sikap optimistis. Firman Allah:
"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukrlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku."
(Q.S. al-Baqarah/2:152)
"Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu mema'lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"."
(Q.S. Ibrhm/14:7)
Sebenarnya ajaran bersyukr menurut Islam tersebut sudah terbudayakan dalam kebiasaan orang Indonesia dalam ajaran yang benar. Orang Indonesia sering spontanitas mengucapkan kata bermakna syukr walau dalam musibah seperti kata-kata: beruntung hanya jatuh dari pohon, coba kalau jatuh dari pesawat, beruntung cuma ketiban rambutan dari pohon yang pendek, coba kalau ketiban duren dari pohon yang tinggi. Ajaran kebiasaan yang benar tentang bersyukr kultural tersebut hanya tinggal dilanjutkan dengan mengembalikannya kepada Allah swt. Al-Hamdulillh ya Allah! cuma rugi satu juta rupiah, coba kalau rugi satu milyar habislah semuanya. Demikian pula kalau rugi satu milyar, bacalah al-Hamdulillah saya masih bisa hidup
serta menciptakan, menjaga dan memelihara keamanan, ketertiban, untuk memakmurkan dunia dengan patuh akan segala ketentuan-ketetentuan yang menjadi peraturannya.
"Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu." (Q.S. al-Baqarah/2:147)
Orang yang menggunakan "jalan hidup" selain Islam tidak dapat mengantarkan kepada kehidupan bahagia yang hakikibaik di dunia dan di akhirat kelak, dan juga jalan itu tidak akan diterima bahkan ditolak sama sekali oleh Allah. Firman Allah:
"Siapa saja yang mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi." (Q.S. li 'Imrn/3:85)
Islam itu merupakan satu-satunya jalan hidup yang lurus, diciptakan Allah untuk dapat mengantarkan umat manusia kepada keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Oleh karena itu wajib diikuti dan ditempuh oleh setiap muslim, dan tidak boleh menyimpang sedikit pun daripadanya. Firman Allah:
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (Q.S. al-An'm/6:153)
Dengan demikian jelaslah, bahwa orang yang menyimpang dari jalan hidup yang telah ditentukanyaitu Islam, berarti orang tersebut mengikuti jalan syaithn yang akan menjerumuskan pada kebinasaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
71
Waktu mutlak milik Allah yang tidak pernah diwakilkan kepada manusia untuk menguasainya. Oleh karenanya tidak heran, jika dalam al-Qur'n, Allah bersumpah dengan menggunakan objek waktuseperti: ("Demi masa""Demi waktu dhuh""Demi waktu fajar")
Masih banyak lagi sumpah-sumpah Allah lainnya yang serupa dengan menggunakan waktu sebagai objeknya. Ini semua menunjukkan bahwa waktu dalam genggaman Allah sekaligus membuktikan bahwa Allah berkuasa atas waktu, dan juga mengingatkan kepada manusia agar senantiasa memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan tidak melupakannya. Sebagai pemilik waktu, Allah dalam hadts quds menyatakan bahwa DiriNya adalah al-Dahr (baca: Ad-Dahr)yaitu Pemilik waktu dan Pengatur atas segala sesuatu. Ini sebagaimana dalam sabdanya:
.
"Allah 'Azza wa Jalla berfirman: anak dam menyakitiku (dengan perkataannya) karena ia mencela al-Dahr (waktu), padahal Aku adalah alDahr (pemilik waktu dan mengatur segala sesuatu). Di tangan-Ku tergenggam segala sesuatu dan Aku melakukan perubahan malam dan siang."
[H.R. Bukhr (III/193; IV/91, 341), Muslim (IV/45), Mlik (625), Ahmad (II/238), Ab Dwud (II/539), Ab Ya'l (IV/442-443) dan al-Tabrz (I/45)dari Ab Hurairah ]
Berbeda dengan makhluk lain yang sama-sama milik Allah, namun makhluk-makhluk tersebut dalam penguasaan-Nya di dunia diberikan kepada manusia sebagai khalfah. Pada titik-titik waktu itulah Allah menetapkan qadha-Nya. Salah satu yang menjadi kepastian pada titik-titik waktu itu adalah hidup dan mati bagi manusia. Sebagaimana manusia tidak mau mati, sebenarnya tidak ada manusia yang pernah mau hidup. Ini membuktikan bahwa hidup-mati adalah milik, hak dan kehendak Allah, karena Dia yang menjadikan keduanya. Firman Allah:
"Dan sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan Kami (pulalah) yang mewarisi." (Q.S. al-Hijr/15:23)
"Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
73
Hadts Raslullh saw di atas sangat sarat (penuh) makna untuk bekal menjalani kehidupan yang sangat singkat harus benar-benar menjadi "jimat". Itulah jimat yang harus dipercaya dan menjadi pelajaran. Anak usia belajar jangan buang waktu memikirkan yang macam-macam seperti memikirkan usaha cari duit kecuali keadaan memaksa, memikirkan berkeluarga sebelum datang jodohnya, menghayal kehidupan menyimpang yang merusak akhlak. Anak usia belajar, belajarlah untuk mendapatkan ilmu yang seluas-luasnya. Waktu usia belajar, gunakan waktu untuk membaca buku-buku, belajar kepada guru, banyak bertanya kalau belum bisa, perdalam ilmu sampai menjadi cahaya dalam kehidupan yang akan menuntun perjalanan ke depan. Olahraga penting untuk memelihara kesehatan, hiburan perlu untuk menjaga kejenuhan, namun sekali-kali jangan mengalahkan atau melupakan tugas pokok "belajar". Hidup harus memiliki tujuan. Hidup harus punya sikap, Hidup harus bermanfaat. Jalani semuanya dengan petunjuk-petunjuk al-Qur'n, sunnah Rasl, dan fatwa para ulama. Insya Allah akan sampai kepada tujuan menggapai ridha Allah swt dan mendapat syaf'at Raslullh saw. Lalu mengapa hidup harus memiliki tujuan dan bermanfaat bagi orang lain? Perlu diingatkan bahwa manusia hidup di dunia hanya sementara dan tidak akan kekal selamanya. Kehidupan ini bagaikan panggung sandiwara dan suatu waktu akan berakhir. Manusia hidup tak ubahnya seperti pengembara atau orang asing dan akan kembali ke tempat asalnya. Demikian pula kehidupan manusia akan berakhir dan semuanya akan kembali kepada Allah melalui kematian dan akan menjadi penghuni kubur untuk mempertanggungjawabkan semua hal yang baik dan yang buruk dari apa yang telah diperbuat. Oleh karenanya bersiapsiaplah memperbanyak amal kebaikan untuk menjadi bekal kehidupan yang kekal setelah di dunia ini berakhir. Nabi saw mengingatkan kepada umatnya sebagaimana dalam sabdanya:
A : K@ A K@
"Jadikanlah hidup di dunia ini bagaikan orang asing atau seorang pengembara." [H.R. Ahmad (II/132), Bukhr (IV/134), Baihaq (al-Kubr: V/203),
al-Tabrz(I/451) dan al-Ashbahan (III/301)].Dalam riwyat lain terdapat tambahan redaksi: "Dan bersiap-siaplah dirimu untuk menjadi penghuni kubur." [H.R. Ahmad (II/41), Tirmidz (IV/149), Ibn Mjah (II/540), al-Baghaw (VIII/172) dan al-Ashbahan(I/301)dari Ibn 'Umar ].
Maka beruntunglah orang-orang yang hidupnya sudah memiliki tujuan untuk menggapai ridha Allahdengan melalui ibadah berdasarkan petunjuk alQur'n dan sunnah Rasl, dan juga bermanfaat bagi orang lain dengan banyak melakukan kebaikan. Karena itu semua merupakan bekal untuk menghadapi kehidupan kelak setelah berakhirnya di dunia ini. Orang-orang yang senantiasa
75
A. Pendahuluan
Sebagaimana diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa Allah memiliki kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para Nabi untuk disampaikan kepada kaumnya dan kita sebagai umat muslim wajib mengimani keberadaannya, tanpa ada keraguan sedikit punbaik yang diturunkan kepada para Nabi sebelumnya maupun kepada Nabi terakhir. Karena hal tersebut merupakan bagian dari rukun iman yang enam. Perlu diketahui bahwa setiap wahyu-wahyu Allah swt yang diturunkan kepada para Nabi pada dasarnya terhimpun dalam lembaran-lembaran yang ditulis. Tegasnya, bahwa setiap agama yang diturunkan oleh Allah (agama Samawi) memiliki kitab suci yang diwahyukan dan dibawa oleh para Rasl-Nya. Namun yang jelas setiap para Nabi membawa rislah untuk disampaikan kepada umatnya. Firman Allah:
"Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan." (Q.S. al-Baqarah/2:213)
"Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya para Rasl sebelum kamu pun telah didustakan (pula), mereka membawa mu'jizat-mu'jizat yang nyata, Zabr-Zabr dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna." (Q.S
li Imrn/3:184)
Kedua ayat di atas menginformasikan secara tegas bahwa setiap para Nabi dan Rasl yang diutus oleh Allah kepada suatu kaum, mereka masing-masing memiliki kitab suci. Namun nama dan isi dari kitab-kitab sucinya berbeda-beda yaitu: 1. Zubur (mufrad: Zabr)yaitu salah satu nama kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhamad sawyang isinya mengandung hikmah-hikmah dan bukan berisi hukum syari'at.
77
"Dan Rabbmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian Nabi-Nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabr (kepada) Dwud." (Q.S. al-Isr'/17:55)
C. Taurt
Taurt adalah kata dari bahasa Ibrani yang berarti undang-undang, hukum
atau syari'at. Taurt merupakan nama salah satu kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Ms. Firman Allah:
"Dan sesungguhnya Kami telah memberikan al-kitab (Taurt) kepada Ms dan Kami telah menjadikan Hrn saudaranya, menyertainya sebagai wazir (pembantu)." (Q.S. al-Furqn/25:35)
"Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan semestinya dikala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurt) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)". Katakanlah : "Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan al-Qur'n kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya." (Q.S. al-An'm/6:91)
"Dan bagaimana mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurt yang didalamnya (ada) hukum Allah, kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusan mu) dan mereka sungguh-sunguh bukan orang yang beriman. Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurt didalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Para Nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-
79
Karena itu, Taurt yang ada sekarang bukanlah Taurt yang diturunkan kepada Ms atau tidak asli (orsinil) lagi. Taurt yang asli sudah tidak ada lagi, kemungkinan Taurt itu ditaruh dalam peti (tbt) pada 600 SM. Peti itu dikibur oleh Yeremia pada sebuah tempat di bukit Nebo dan setelah itu tak seorang pun dari kaum Yahudi yang mengetahuinya. Taurt yang asli berbahasa dan berhuruf Ibrani. Adapun Taurt yang berada di tangan mereka mengandung 'aqidah yang rusak, berita-berita yang batil dan cerita-cerita yang dusta. Oleh karena itu kita tidak mempercayai apa yang ada dalam kitab tersebut kecuali apa yang dibenarkan oleh al-Qur'n dan al-Hadts. Sebaliknya, kita juga mendustakans apaapa yang didalamnya didustkan al-Qur'n dan al-Hadts.
D. Injl
Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi 's dinamakan Injl. Kata Injl itu pada mulanya berawal dari bahasa Yunani "euangelion" yang berarti berita gembira atau pekabaran yang baik. Setelah masuk ke dalam bahasa Etiopia, kata Yunani itu berubah menjadi "wangel". Selanjutnya masuk ke dalam bahasa Arab menjadi " Injl (jamaknya: anjl)". Kata Injl kemudian masuk ke dalam Bahasa Indonesia tanpa perubahan. Dalam pandangan dan keyakinan umat Islam, Injl adalah nama salah satu kitab Allah yang diturunkan dan diwayhukan kepada Nabi 's. Ini sebagaimana Firman-Nya:
"Dan Kami iringkan jejak mereka (Para Nabi Bani Israel) dengan 's putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya yaitu Taurt. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya yatiu kitab Taurt. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orangorang yang bertaqwa." (Q.S. al-M'idah/5:46) "Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan para Rasl Kami dan Kami iringi (pula) dengan 's putera Maryam; dam Kami berikan kepadanya Injl."
(Q.S. al-Hadd/57:27)
81
"Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui." (Q.S. li 'Imrn/3:78)
Oleh karena itu, Injl yang ada sekarang bukanlah Injl yang asli sebagaimana diturunkan kepada Nabi 's. Dan Injl yang berada di tangan mereka mengandung kerusakan, kebatilan dan penuh kedustaanbaik 'aqidahnya, berita-beritannya maupun cerita-ceritanya. Atas dasar itulah, kita tidak mempercayai dan mendustakan apa yang ada dalam kitab tersebut kecuali apa yang dibenarkan dan didustakan oleh al-Qur'n dan al-Hadts.
E. al-Qur'n
Pengertian al-Qur'n
al-Qur'n adalah kitab suci umat Islam. Kaum muslim meyakini bahwa alQur'n adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi terakhir Muhamad saw dengan menggunakan bahasa Arab. (Q.S. Ysuf/12:2; Ar-Ra'd/13:37; AnNahl/16:103; Thh/20:113; Asy-Syu'ar'/26:95; Az-Zumar/29:28; Fush-shilat/41:3, 44; Asy-Syr/42:7; Az-Zukhruf/43:3; dan al-Ahqf/46:12). Secara harfi al-Qur'n berarti bacaan atau himpunan. Merujuk arti tersebut, ia dinamai al-Qur'n karena merupakan kitab suci yang dibaca dan dipelajari dan merupakan himpunan dari ajaran-ajaran wahyu yang terbaik. Pengertian al-Qur'n secara istilah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan rumusan yang beragam. Namun yang dapat mewakili dari sekian banyak definisi, Abdu'l Wahhb Khallf misalnya, merumuskan pengertian al-Qur'n sebagai berikut:
"Firman Allah yang diturunkan melalui Rhul Amn (malikat Jibrl) kepada hati Raslullh Muhamad Ibn 'Abdullh dengan menggunakan lafazh-lafazh bahasa Arab dan makna-makna yang benar agar menjadi bukti bagi Rasl bahwa dirinya adalah utusan Allah, dan juga sebagai undang-undang bagi manusia untuk memberi petunjuk kepada mereka dan menjadi sarana
83
Nama-nama al-Qur'n
Keagungan al-Qur'n sebagai kitab suci umat muslim salah satunya dapat dilihat dari segi banyaknya nama yang dimiliki. Sebagian ahli, Ab al-Ma'l misalnya, menyebutkan bahwa al-Qur'n memiliki 55 nama. Sedangkan al-Harl mengatakan 90 nama (lihat: al-Burhn, I/343). Namun dari sekian banyak nama alQur'n tersebut yang populer hanya empatyaitu: (1) Adz-Dzikr (Q.S. alHijr/15:9); (2) At-Tanzl (Q.S. Asy-Syu'ar'/26:19); (3) al-Furqn (Q.S. alFurqn/25:1); dan (4) al-Kitb (al-Kahfi/18:1). (lihat: al-Mabhits, 22) al-Qur'n dinamai Adz-Dzikr karena berisi peringatan-peringatan dari Allah dan nasihat-nasihat serta informasi tentang umat-umat terdahulu. Dinamai At-Tanzl karena ia memuat berbagai perintah-perintah Allah. Dinamai al-Furqn karena ia memisahkan antara hak dan batil. Dan dinamai al-Kitb karena ia merupakan kumpulan kumpulan kalm Ilahi (periksa: al-Manhil, I/15 dan alTibyn, 80). Keempat nama-nama tersebut ternyata menggambarkan keluasan fungsi, kandungan dan kedudukan al-Qur'nyaitu sebagai bacaan, pemisah antara hak dan batil, dan peringatan bagi manusia. Nama-nama tersebut tidak dijumpai sebagaimana pada kitab suci lain.
Keistimewaan al-Qur'n
Sebagai kitab suci umat Islam, al-Qur'n memiliki keistimewaankeistimewaan atau kelebihan-kelebihan tersendiri dibanding dengan buku-buku, tulisan-tulisan bahkan dengan kitab-kitab suci yang lainnya. Adapun kelebihankelebihan itu antara lainyaitu: [1] Baik dari segi isi maupun bahasanya, al-Qur'n mempunyai kehebatan luar biasa yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun di dunia. Keserasian dan keindahan bahasanya, keseimbangan kata-kata dan kalimatnya, dan keselarasan kata dan maknanya bukan saja tertentu, tetapi juga menimbulkan keindahan dan kedalaman makna yang berdimensi banyak. Keindahan makna yang dapat digali dari kata atau susunannya, pemilihan, penempatan dan pengulangan kata atau ungkapan serngkali mengandung makna yang sangat mendalam dan berarti. Sebagai contoh, kata yaum (hari) dalam al-Qur'n disebutkan secara berulangulang sebanyak 365 kali dalam bentuk tunggal (mufrad, singular) dan 30 kali dalam bentuk jamak (al-Ayym), dan kata yang berarti bulan (al-Syahr, alSyuhr) disebutkan sebanyak 12 kali. Ini berarti bahwa satu tahun itu 365 hari, satu bulan 30 hari dan satu tahun 12 bulan. [2] al-Qur'n banyak berbicara tentang alam dan fenomenanya. Informasi yang diberikannya tidak pernah kehabisan makna, usang, apalagi bertentangan. Bahkan al-Qur'n tetap aktual dan secara luar biasa mampu memberikan makna dan inspirasi yang segar dan menarik di tengah-tengah perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi.
85
dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang masa. Oleh sebab itu, Allah memelihara atau menjamin keselamatan al-Qur'n sepanjang masa. Firman Allah:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'n, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Q.S. al-Hijr/15:9)
Tujuan dari mu'jizat al-Qur'n adalah untuk menumbuhkan keyakinan pada manusia bahwa al-Qur'n betul-betul wahyu, sekaligus sebagai bukti kebenaran Muhamad sebagai utusan Allah. Dengan demikian sasaran mu'jizat alQur'n adalah non-muslim. Sedangkan bagi kaum muslim, kekaguman mereka terhadap al-Qur'n menunjukkan adanya keistimewaan dalam al-Qur'n. Kemu'jizatan al-Qur'n terletak pada keindahan susunan dan gaya bahasanya (fashhah wa'l balghah) yang tidak dapat ditiru dan tidak dapat ditandingi oleh gaya bahasa apapun. Dan mnausia mustahil dapat membuat susunan yang serupa dengan al-Qur'n untuk menandinginya. Untuk menguji dan membuktikan kemu'jizatan al-Qur'n, dalam al-Qur'n sendiri terdapat ayatayat yang menantang kepada siapapun mereka yang tidak mempercayai kebenaran al-Qur'n, agar mendatangkan atau membuat yang serupa dengan alQur'n (Q.S. al-Isr'/17:88); atau sepuluh srat yang menyamai srat-srat dalam al-Qur'n (Q.S. Hd/11:13); dan atau membuat satu srat (Q.S. Ynus/10:38). Tantangan al-Qur'n tersebut mempertegas bahwa siapapun mereka, sekalipun manusia dan jin bekerjasama untuk membuat yang serupa dengan alQur'nbaik seluruhnya maupun sebagian, mereka tetap tidak akan mampu untuk membuatnya. Jangankan membuat satu atau beberapa srat, satu ayat pun yang menyerupai al-Qur'n tidak akan ada yang sanggup. Dan itulah kemu'jizatan al-Qur'n. Sejarah mencatat bahwa ada beberapa sasterawan Arab yang masyhur yang nekat menghadapi tantangan iniseperti Ibn al-Muqaff dan Ab al-Wald, dan juga beberapa orang yang pernah mengaku dirinya sebagai Nabiseperti Musailimah, Thulaihah dan Hablah Ibn Ka'ab, tetapi itu semua menemui kegagalan bahkan mendapatkan hinaan dan cemoohan dari masyarakat. Berkenaan dengan kemu'jizatan al-Qur'n, Syeikh Muhamad 'Abduh dalam karyanya "Rislah al-Tauhd" mengatakan sebagai berikut:
"Bahwa al-Qur'n diturunkan pada masa yang gemilang ditinjau dari segi kemajuan bahasa dan pada masa itu banyak sekali para sasterawan kenamaan dan ahli-ahli pidato. Mereka ketika menanggapi tantangan al-Qur'n berkata, "benarlah bahwa al-Qur'n itu suatu mu'jizat, telah berlalu masa yang panjang, telah silih berganti datangnya generasi demi generasi, tantangan alQur'n tetap berlaku, tetapi tak seorang pun yang dapat menjawabnya, semua kembali dengan tangan yang hampa karena lemah tiada berdaya, bukankah al-Qur'n ini dibawa oleh seseorang yang buta huruf, suatu mu'jizat terbesar yang membuktikan bahwa ia bukanlah buatan manusia.
87
Dengan sifatnya yang sempurna, al-Qur'n berperan untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Dan ini berarti bahwa tiga kitab suci sebelumnya "tidak berlaku" lagi (alias habis masa aktifnya). Dan ini berarti pula bahwa pada hakikatnya Allah menarik tiga kitab sebelumnya dari muka bumi. Adapun Injl dan Taurt yang sekarang berada di tangan mereka sudah tidak orsinil lagi, karena banyak terdapat perubahan mendasar yang membatalkannya. Kalaupun dalam al-Qur'n terdapat ayat-ayat yang membicarakan kaum Yahudi dan Nashrani dengan masing-masing kitabnyayaitu Taurt, Zabr dan Injl, maka muatan al-Qur'n hanya sebatas membenarkan bahwa Allah pernah memberikan kitab suci kepada Nabi untuk kaumnya, dan pengakuan tersebut tidakah mengandung jaminan bahwa kitab yang pernah dimiliki mereka masih ada atau masih terpelihara dengan baik. Di samping, untuk menginformasikan kesejarahan tentang kesesatan mereka yang merubah-rubah kitab suci aslinya yang berujung pada kekafiran. Walaupun kaum Nashrani dan kaum Yahudi telah merubah-rubah kitab suci aslinya, namun mereka pada dasarnya dan pada asalnya tetap "mengakui" bahwa kitab-kitab suci tersebut adalah wahyu dari Allah. Oleh karena itu dalam al-Qur'n, mereka pemeluk agama Yahudi dan Nashrani disebut "Ahlul Kitab" (Pemilik Kitab Suci). Secara istilah, ahlul kitab berbeda dengan istilah "Kafir". Adapun secara 'aqidah (keimanan) mereka sama-sama kafir karena telah menolak al-Qur'n secara keseluruhan. Firman Allah:
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: bahwanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang kelak berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih." (Q.S. al-Midah/5:73)
Jangan salah bahwa ahli kitab yang beriman (sebelum Islam) dan bertaqwa kepada Allah sesuai petunjuk kitab sucinya (Taurt, Zabr dan Injl), maka mereka tetap menjadi golongan beruntung yang mendapat ridha Allah. FirmanNya:
"Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh." (Q.S. li 'Imrn/3:113-114)
89
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa al-Qur'n benar-benar petunjuk yang sesuai dengan fitrah untuk bagaimana "seharusnya" manusia hidup. Siapa yang mengikuti petunjuk al-Qur'n pasti akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan sebaliknya, siapa saja yang menyalahi maka ia akan celaka. Memahami balasan Allah swt sebagaimana disebut di atas sebenarnya sederhana. Sekedar ilustrasi ibarat pabrik membuat barang semacam televisi, kulkas, komputer dan lain-lain. Sudah pasti bahwa pabrik membuat keterangan (manual) cara/petunjuk menggunakan barang yang dibuatnya. Petunjuk manual tersebut pasti benar karena dibuat oleh pembuat barang yang pasti mengetahui seluk-beluk barang tersebut. Kalau sang pembeli (konsumen) menggunakan barang tersebut sesuai petunjuk manualnya, maka barang tersebut pasti "hidup" sesuai yang diinginkan sehingga pembeli merasa "senang" (bahagia). Sebaliknya, kalau si pembeli (konsumen) menggunakan dengan menyalahi petunjuk manualnya, maka pasti celaka karena barangnya bisa rusak. Petunjuk al-Qur'n yang berkenaan dengan taklf (beban, tuntutan kewajiban) baik yang bersifat perintah maupun larangan kepada mukallaf (orang muslim yang berakal dan baligh) secara keseluruhan tidak ada yang memberatkan. Bebanbeban dalam al-Qur'n tersebut sangat seimbang sesuai kapasitas manusia secara umum dan sesuai fitrah manusia itu sendiri. Secara garis sumber taklf perintah dan larangan dalam ajaran Islam mengacu pada tiga pilar pokokyaitu: iman, islam/syari'at dan ihsan (akhlak). Untuk uraian contoh sebagai berikut: [1] Taklf perintah. Taklf perintah yang berkenaan dengan keimanan sebagaimana terangkum dalam rukun iman yang enamyaitu menyangkut keharusan mukallaf untuk beriman kepada Allah swt, para malikat-Nya; kitab-kitab-Nya; para Rasl-Nya; terjadinya hari kiamat; dan terhadap qadha dan qadar (taqdr=ketetapan) Allah. Taklf perintah yang berkenaan dengan syari'at sebagaimana termuat dalam rukun islam yang limayang disebut dengan (arknu'l islm) yaitu: menyangkut keharusan mukallaf untuk bersyahdat, shalat, zakat (bagi yang berpenghasilan sampai jumlah tertentu yang disebut batas "nishb), shaum di bulan Ramadhn dan berhaji (bagi yang berkemampuanbaik fisik maupun dana). Taklf perintah yang berkenaan dengan akhlakyaitu keharusan mukallaf untuk berbuat kebaikan, terutama dalam pergaulan sesama manusia dan lingkungan alamnyaseperti kewajiban taat kepada orangtua dan kepada guru; wajib tolong menolong sesama (teman, tetangga, seagama, sebangsa dan sesama manusia sedunia); wajib bersikap jujur, amanah, berlapang dada; dan lain-lain. Kewajiban-kewajiban bersifat akhlak dalam kehidupan sosial tersebut secara umum (universal) juga sering menjadi ajaran banyak
91
sebuah pepatah "serapih-rapih orang buang hajat, baunya akan tercium juga". Pada mulai saat terungkap itulah, kebohongan akan berbalik menjadi "kebodohan, kekalahan, kecelakaan" dan penyesalan se-umur-umur "kenapa saya harus berbohong?. Jangan "berbohong" kepada siapapunbaik kepada orangtua, guru, saudara, teman dan siapapun. Dan jangan berbohong tentang apapunbaik tentang ilmu, berita, uang, kehilangan, dan sebagainya. Terdapat cerita sederhana, seorang siswa merasa menang karena bisa berbohong kepada orangtuanya tentang "bayaran sekolah". Dengan berbohong tersebut sang siswa bisa poya-poya tidak karuan. Suatu waktu, orang tua menerima pemberitahuan dari sekolah bahwa anaknya belum bayar iuran sekolah selama beberapa bulan. Mengetahui hal tersebut, orang tua marah besar. Ia sangat tidak enak karena dibohongin oleh anaknya. Ia sangat repot mencari uang lagi karena harus membayar lunas iuran anaknya. Celakanya, hasil membohong tersebut pada sang siswa hanya tinggal hayalan pahit dan penyesalan. Berbohong seperti itu kalau dalam masyarakat bisa sangat merugikan karena ia tidak akan dipercaya lagi sama lingkungannya. Pepatah seorang bijak mengatakan, "saya tidak rugi dibohongin oleh siapapun, tetapi saya menyesal atas kebohongannya karena tidak bisa memberikan lagi bantuan dan kepercayaan kepada si pembohong." Oleh karena itu, jadilah orang jujur yang senantiasa berkata benar, kalaupun mungkin dengan kejujuran tersebut bisa berakibat jelek karena perbuatan buruk sebelumnya. Jangan membiasakan membela orang lain dengan kebohongan karena suatu waktu apabila ketahuan akan menjadi masalah bagi diri sendiri. Dan kebohongan akan mengakibatkan kegelisahan hati. Nabi saw bersabda:
"Sesungguhnya kejujuran itu membawa ketentaraman, dan sesungguhnya kobohongan itu membawa kegelisahan." [H.R. Ahmad (I/200), Tirmidz
(IV/232), Nas' (VIII/344), Drim (II/245) dan al-Hkim (II/147)dari al-Hasan Ibn 'Al]
2. Berkhianat
Khianat adalah prilaku tidak tanggungjawab menjalankan amanah demi kepentingan dirinya sendiri dengan merugikan atau mencelakakan orang lain. Dalam Islam khianat sama halnya dengan berbohong sebagai salah satu ciri di antara ciri-ciri munafik. Nabi saw bersabda:
"Ciri-ciri orang munafik ada tigayaitu apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari dan apabila diberi amanat berkhianat." [H.R. Bukhr
(I/16; II/132, 152; IV/76), Muslim (I/45), Ahmad (II/357, 397, 536), Tirmdz (IV/286), Nas' (VIII/121), al-Baghaw (I/62), Baihaqi (al-Kubr: VIII/437; X/410; XV/262) dan al-Tabrz (I/60)dari Ab Hurairah ]
93
3. Fitnah
Kata "fitnah" sering diterjemahkan dalam dua pengertianyaitu: (1) menebar kedustaan; dan (2) ujian atau cobaan (menerima fitnah). Fitnah dalam pembahasan ini dimaksudkan sebagaimana point (1)yaitu perbuatan menebar kedustaan atau kebohongan tentang diri orang lain untuk tujuan merugikan dan mencelakakan orang lain tersebutseperti memberitakan "desas-desus" yang tanpa dasar kebenaran. al-Qur'n menggambarkan bahwa "fitnah lebih kejam dari pembunuhan" karena pembunuhan hanya berlangsung satu kali, sedangkan fitnah bisa berakibat pembunuhan sepanjang hidup. Firman Allah:
"Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Makkah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir." (Q.S. al-Baqarah/2:191)
Islam sesungguhnya bukan hanya melarang keras berbuat fitnah saja, tetapi juga sangat melarang memberitakan "aib atau kelemahan" orang lain walaupun aib atau kelemahan tersebut benar adanya. Firman Allah
"Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. An-Nis'/4:148)
Oleh karena itu, jadilah orang yang pandai merahasiakan 'aib orang lain, maka kita akan pandai merahasiakan aib sendiri. Dan Allah akan merahasiakan aib seorang hamba selama ia merasiakan aib saudaranya. Kuatkanlah menahan diri untuk keburukan.
4. Dendam
Dendam adalah perbuatan hati yang tidak bisa menerima perlakuan orang lain dengan maksud ingin membalasnya terlepas dari orang lain tersebut bersalah atau tidak bersalah. Orang pendendam sangat merugikan diri sendiri karena sama dengan memelihara penyakit dalam dirinya. Apalagi kalau kemudian dendam tersebut dilaksanakan dengan pembalasan, maka kerugian akan bertambah karena pembalasan yang berasal dendam pasti akan membangun permusuhan
95
dengan ucapan lisan maupun dengan prilaku gerakan atau isyaratseperti bersenyum sinis. Menghina sangat dilarang dalam islamsebagaimana dalam firman-Nya dan juga sabdanya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan)." (Q.S. al-Hujurt/49:11)
"Orang Muslim adalah saudaranya orang muslim, oleh karena itu janganlah menzhaliminya dan jangan menghinanya." [H.R. Muslim-dari Ab Hurairah
/Riydhush-shlihn, hal. 290).
Perbuatan menghina bisa menyakiti hati pihak lain. Kemudian, tindakan menghina tidak memberikan keuntungan bagi siapapun, malahan bisa melahirkan keburukanseperti "permusuhan". Satu hal lagi bahwa sangat belum tentu bahwa orang yang menghina lebih mulia dari yang dihina. Jangan-jangan yang dihina lebih mulia dari yang menghina. Ibarat orang yang sudah berpangkat tinggi sangat jarang memakai pakaian dinas dengan pangkat-pangkatnya kalau lagi tidak perlu. Berbeda dengan orang yang berpangkat rendah, karena masih sangat senangnya ke manapun Ia pakai kepangkatannya. Sangat celaka kalau sampai orang berpangkat rendah menghina atasanya yang berpakaian preman. Kemudian hal penting yang harus diingat dan disadari bahwa, "setiap orang memiliki keistimewaan" yang bisa saling membutuhkan. Orang kaya sangat butuh kepada orang biasa untuk menjadi pekerja. Atasan sangat butuh kepada bawahan untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Orang pintar butuh kepada orang bodoh untuk mengajarkan ilmunya, dan demikian seterusnya. Diceritakan bahwa sang harimau si raja hutan selalu menghina tikus karena badanya kecil, rupa menyebalkan, pekerjaan sembunyi-sembunyi. Suatu waktu, sang harimau celaka nyangkut di jaring-jaring perangkap manusia sehingga meraung-raung tidak bisa bergerak. Mendengar raungan sang harumau, tikuspun segera datang menghampirinya. Sambil berpura-pura berani, tikuspun membalas harimau dengan meledek habis-habisan. Otomatis sang harimau tidak bisa melawan karena teringkus jaring walaupun hatinya sangat marah. Dalam keadaan marah harimau tetap meminta maaf kepada sang tikus dan meminta bantuan untuk menyelamatkanya. Setelah perjanjian untuk tidak menghina lagi dan memangsanya, tikus-pun mulai bekerja menyelamatkan harimau dengan mengerat/memotong tali-tali jaring menggunakan gigi tajamnya. Selesai jaring terurai, harimaupun selamat. Pepatah bijak mengatakan:
"Janganlah engkau menghina yang lain, maka sesunggunya segala sesuatu itu mempunyai keistimewaan."
97
99
putranya menjadi Nabi dan Rasl yang sudah diberitakan dalam kitab Taurt dan Injl. Penting dijelaskan bahwa pada periode sebelum kelahiran Raslullh saw, masyarakat Makkah dan sekitarnya sudah mengenal bahkan percaya akan adanya Allah swt. Oleh karena itu, ayahanda beliau sendiri bernama 'Abdullh yang berarti "Hamba Allah". Pengetahuan dan bahkan keimanan kepada Allah swt berasal dari berita dan ajaran yang dibawa oleh para Rahib dan Pendeta agama Yahudi dan Nashrani dari kitab Taurt dan Injl. Pada sektor "Keimanan Ketuhanan" masyarakat Makkah dan Arab pada waktu itu (sebelum keraslan Muhamad) secara garis besar terbagi tiga kelompokyaitu: 1. Kelompok yang benar-benar beriman dan bertauhid kepada Allah sesuai yang diperintahkan ajaran kitab kitab Taurt dan Injl yang asli, dan jumlanya paling sedikit 2. Kelompok yang beriman kepada Allah dengan musyrik. Maksudnya, mereka mengakui Allah, namun mereka juga mengakui tuhan lainya selain Allah. Tuhan selain Allahseperti berhala (terbuat dari bahan apa saja), arwah Nenek moyang, dan benda-benda yang disembah lainya. Kelompok inilah yang biasa di sebut "kaum musyrikn. Khusus dari golongan keturunan Quraisy yang menjadi mayoritas penduduk Makkah disebut "Musyrikn Quraisy". Dengan istilah musyrikn Quraisy menunjukan bahwa kaum keturunan Quraisy pada umumnya sudah mengenal dan beriman kepada Allah dengan bersikap musyrik. Jadilah mereka disebut "Ahlul kitab". Kata "Quraisy" adalah sebutan populer bagi keturunan silsilah Raslullh saw yang dimulai dari sejak "Qushay Ibn Kilb" (ada juga pendapat yang mengatakan dimulai dari "Fihr Ibn Mlik"). Kata Quraisy (terambil dari kata Qarasya) berarti "pengumpul (al-jmi'), maksudnya bahwa Qushay selaku penguasa Makkah pada jamanya sangat dikenal sebagai penguasa yang suka mengumpulkan banyak orang untuk membagi derma (dermawan), maka disebut "Quraisy". 3. Kelompok yang sama sekali menolak (tidak percaya) kepada Allah. Di antara mereka terdapat yang bertuhan selain Allah, dan terdapat juga yang sama sekali tidak bertuhan. Golongan kelompok ini disebut "Kaum Kfirn". Kemusyrikan dan kekufuran itulah yang menyebabkan mereka disebut "Kaum Jhiliyah" yang bermakna "Kaum Bodoh". Bukan bodoh dalam ke-ilmuan, tetapi bodoh dalam keimanan.
Halimahpun segera memeluk dan mendekapnya sambil terus membawanya pulang untuk beristirahat. Pada usia 5 tahun beliau kembali ke pangkuan Ibundanya dan hidup dalam tanggungan dan perlindungan kakeknya. Raslullh kanak-kanak semakin tumbuh besar, sehat dan tegap. Bahasanya semakin tambah kaya dan fasih, lisanya berkata santun kepada orangtua dan sesama, terjaga dari kata-kata kotor dan tak berguna. Bibirnya senantiasa menyimpan senyum yang mempesona. Prilakunya semakin rajin dan terpuji, ia membantu kesibukan orangtuanya apa yang dia bisa. Raslullh kanak-kanak benar-benar membuat ibu dan kakek merasa terhibur dan selalu rindu. Sang kakek 'Abdu'l Muthallib sering membawanya berjalan-jalan, kadang-kadang sengaja memundaknya memanjakan. Kehadiran Raslullh saw kanak-kanak di tengah Ibunda yang sedang lara ditinggal suami tercinta dan sang kakek yang mulai tampak menua benar-benar menjadi pelipur dan penghibur. Suasana rumah menjadi cerah ceria, para penghuninya selalu riang gembira. Padahal suasana Makkah secara umum pada saat itu sedang dalam kesulitan pasca perang menghadapi Abrahah si pasukan gajah yang bermaksud menghancurkan Ka'bah. Malang tak bisa dihalang, kehendak Allah tetap berjalan. Ketika usia beliau hampi genap 6 tahun, Ibunda Aminah tak kuasa lagi menahan rindu untuk berziarah ke makam suaminya di Yatsrib (sekarang: Madnah). Berangkatlah Ibunda bersama sang putra semata wayang ditemani oleh juru bantunya bernama Ummu Aiman menuju Madnah ikut sekalian dalam rombongan kafilah perniagaan menuju Bashrah-Sym yang biasa singgah di Madnah. Perajalan 400 mil Makkah-Madnah terus dilalui siang dan malam. Satu unta untuk bertiga dengan menunggang bergantian, satu menaik dua menuntun. Di sini berlaku pepatah "kekuatan jiwa mengalahkan kekuatan raga". Rasa penat dan lelah terkalahkan oleh semangat jiwa rindu berziarah ke makam sang ayah, demikian ibunda Aminah kepada sang suami tercinta, dan Ummu Aiman kepada sang majikan yang penuh kasih sayang. Sungguh malang, sesampainya di madnah dan berziarah ke makam ayahnya 'Abdullh, Ibunda jatuh sakit yang semakin hari semakin memburuk, ditambah dengan perubahan iklim di madnah yang tidak bersahabat. Akhirnya, Ibunda pun dijemput Allah swt berpulang ke pangkuan-Nya meninggal dunia di Madnah di rumah Ban Najjr. Terbayang ujian berat yang harus dihadapi, beliau kecil baru saja bertemu ayahanda dalam ziarah ke makamnya bersama ibunda, tiba-tiba tidak selang beberapa hari ibunda pun wafat meninggal dunia di perantauan Madnah, kemudian dimakamkan di Abw'. Usia 6 tahun Raslullh harus menyaksikan Ibunda wafat sendirian di perantauan yang hanya ditemani juru bantu ibunda Ummu Aiman. Jadilah beliau sang yatim piatu sebatangkara di Negeri orang ketika berziarah pertama ke makam ayahandanya. Dalam keadaan duka yang sangat dalam, beliau dibimbing pulang oleh juru bantu Ibu Aiman dari Madnah menuju Makkah.
103
pembesar Mekah sangat segan dan sungkan berhadapan dengan beliau, adapun rakyat biasa merasa sangat hormat dan ta'dhim (mengagungkan) karena sikap keteladananya. Di bawah pengasuhan dan perlindungan pamanda Ab Thlib, Raslullh saw semakin meningkat remaja dan terus dewasa. Pekerjaan sehari-hari beliau menjadi penggembala ternak seperti umum anak-anak lainya. Di sela-sela pekerjaan itulah beliau senantiasa berpikir tentang kehidupan dan ketuhanan. Beliau yakin bahwa kehidupan yang dijalani oleh masyarakat Makkah adalah kehidupan yang jauh dari peradaban ideal. Mabuk-mabukan, pemerasan, perjinahan, pencurian, perjudian, penindasan, dan semacamnya adalah perbuatan hina-dina yang merusak tatanan kemasyarakatan. Oleh karena itu harus dihentikan dan diganti dengan budaya kehidupan baru. Demikianpun halnya dengan masalah "Ketuhanan". Bagimana mungkin tuhan terbuat dari kayu dan batu yang mati tanpa bisa bicara dan berbuat apaapa. Betapa bodohnya (jhiliyyah) orang menyembah benda yang dibuatnya sendiri. Tidak, ini tidak benar. Tuhan harus hidup dan berkuasa. Pemikiran dan renungan beliau terus hidup dalam dirinya. Bersamaan dengan pekerjaannya selaku penggembala, kecerdasannya terus tumbuh. Sikap kepemimpinan dan tanggungjawabnya semakin terasah kuat. Keahlian, keilmuan dan pengalamanya semakin meningkat. Hal demikian menjadikan beliau seorang penggembala dan remaja yang memiliki keunggulan karakter dan kepribadian mulia. Keunggulan karakter beliau dari remaja-remaja lainya mulai bisa dibedakan dan mendapat pengakuan masyarakat yang mengenalnya. Keunggulan karakter paling utama adalah "sifat amanah". Tak ada sehelai bulu domba hilang atau berkurang apabila orang menitipkan atau mengamanatkan kepadanya kecuali ia mempertanggungjawabkanya. Ia memelihara amanat orang lain lebih kuat daripada memelihara miliknya sendiri. Atas sikap amanah tersebut, beliau mendapat gelar dari masyarakat Makkah sebagai "al-Amn" (yang bisa dipercaya). Oleh karena itulah, beliau dipercaya oleh Sayyidatuna "Khadjah" (kelak menjadi isteri pertama beliau) berdagang membawa barang-barang ke negeri Sym padahal beliau belum berpengalaman. Bagi kaum profesional, kepercayaan mutlak menjadi syarat utama dan pertama. Karakter unggul lainya adalah "kebenaran", berkata dan berbuat sesuai kata hati nuraninya (yang pasti benar). Beliau selalu berkata benar walaupun berakibat harus menelan kepahitan dari kebenaran tersebut. Selama hidupnya beliau tidak pernah berbohong yang menjadi biangnya segala keburukan. Beliau tidak segan untuk mengatakan di depan khalayak siapapun bahwa berhala-berhala yang berjejer di seputar Ka'bah bukan-lah tuhan. Berhala-berhala itu hanya batu atau kayu yang dibuat oleh penyembahnya sendiri. Akibat kebenaran itulah, Raslullh saw mendapat pahitnya kehidupan menjadi musuh para musyrikn Makkah, termasuk didalangi oleh para pamanya sendiri seperti Ab Lahab. Pada permusuhan tingkat tinggi, Raslullh sempat dihina, diolok-olok, dituduh gila
105
hidup kemanusiaan. Komunikasi adalah etalase kepribadian yang paling mudah dibaca orang. Tidak jarang orang menilai kepribadian dan kecerdasan seseorang dari "kemampuan komunikasinya", makanya test "lisan" sering digunakan oleh hampir setiap ujian masuk apapun, termasuk untuk melamar pekerjaan. Kita mengenal istilah "bicara, ngobrol, bercakap-cakap, pidato, da'wah, tabligh, khuthbah, musyawarah diplomasi dan lain-lain, semuanya adalah bagian dari komunikasi. Raslullh saw kecil sebagaimana dikemukakan dalam sejarah sengaja dititipkan "penysuanya" kepada Halimah di lingkungan Ban Sa'ad sesungguhnya juga dimaksudkan untuk "belajar dan mendapatkan berbahasa arab" yang baik. Beliau menyatakan bahwa "tidak ada yang berbahasa Arab lebih baik dari aku karena aku masa kecil hidup di lingkungan ban Sa'ad". Dengan bermodal bahasa yang baik, beliau sangat pandai berkomunikasi sehingga kalau bicara mudah dicerna, kalau menjelaskan sesuatu mudah dipaham. Setiap ucapannya terasa menyejukan oleh lawan dan kawan. Sehingga siapapun yang semula menduga Raslullh saw sebagai orang keras kepala, tukang sihir, penipu, menyebalkan dan lain-lain sebagaimana diberitakan dalam provokasi "fitnah" oleh musuh-musuhnya, begitu berhadapan langsung dengan beliau, maka kesan-kesan berita dusta tersebut akan sirna seketika dan berbalik menjadi sangat terkesima, simpatik, betah, dan pikiranya menjadi hidup. Kepandaian, kecerdasan, keluasan wawasan tidak akan bisa dikembangkan dan dikenal orang lain dengan baik tanpa memiliki kemampuan berkomunikasi yang unggul. Empat karakter unggul Raslullh saw yang tertanam menjadi kepribadian sejak kecil, remaja dan dewasa, kelak menjadi empat sifat keraslan beliau dalam mengemban rislahnya sebagai utusan dan kekasih Allah swt. Ke-empat karakter dan sifat tersebutyaitu (1) shiddiq (benar); (2) amanah (bertanggungjawab); (3) fathnah (cerdas); dan (4) tablg (pandai berkomunikasi).
Penyayang
Raslullh saw dikenal memiliki sifat penyayang. Dalam al-Qur'n disebutkan bahwa beliau dan orang-orang yang bersamanyaadalah keras terhadap orang-orang kafir, namun pada sisi lain mereka saling menyayangi (Q.S. al-Fath/48:29). Kerasnya beliau terhadap orang kafir, itu pun merupakan bukti
107
kalau beliau hanya mengusahakan kebahagiaan dirinya sendiri (sebagaimana layaknya kaum muslimn hari ini). Kalau kemudian dalam sejarah diketahui bahwa beliau benar-benar lebih banyak mengalami penderitaan selama hidupnya, maka jangan salah bahwa penderitaan-penderitaan tersebut beliau kurbankan untuk keselamatan umat manusia yang mau memeluk ajaranya. Karena hanya dengan ajaran yang dibawa beliaulah manusia akan mendapatkan kebahagiaan dunia-akhirat. Firman Allah swt:
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasl dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orangorang mu'min." (Q.S. At-Taubah/9:128)
Di samping itu, Raslullh saw pun menyayangi lingkungan agar tetap terjaga dan terpelihara kebersihan, keindahan dan keasrianya. Beliau sangat memperhatikan urusan menjaga lingkungan supaya tetap bersih sehingga beliau bersabda, "Kebersihan adalah bagian dari iman". Semua benda harus dibuang pada tempatnya. Sampah-sampah harus dibuang pada tempatnya (keranjang, tempat sampah, dll.) jangan sampai berserakan mengotori jalan, halaman, taman, tempat kediaman (rumah, kamar, kantor, dll.), sungai, mata air, danau, dan lain-lain. Benda atau barang harus ditempatkan sesuai tempatnya. Menaruh pakaian di lemari, menyimpan perabotan di gudang, dan seterusnya. Alat harus digunakan sesuai peruntukanyaseperti kalau menulis harus dibuku atau kertas, jangan menulis di meja, bangku, tembok, atau di badan. Kalau memanjat harus pakai tangga, jangan pakai bangku, kursi atau meja. Menyimpan sesuatu pada tempatnya, menggunakan alat sesuai peruntukannya adalah bagian dari bersikap adil. Raslullh saw pun sangat terkenal menyayangi binatang. Beliau sangat melarang keras "menyakiti" binatang dan membiarkan tersiksa dalam keadaan kelaparan. Pada suatu waktu, 'isyah pernah ditegur oleh Raslullh saw ketika menunggang keledai dengan cara sering menarik tali kendalinya ke-kiri dan ke kanan secara kasar. Beliau melarang mengambil anak burung yang masih dalam asuhan induknya, dan juga memerintahkan kalau menyembelih ternak harus dengan pisau yang tajam, dan melarang mengebiri binatang dan seterusnya.
Pemberani
Di samping penyayang, Nabi saw memiliki sifat pemberani. Dalam sebuah riwyat dijelaskan:
109
"Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan seizin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasl) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman." (Q.S. li 'Imrn/3:152)
Demikian juga ketika terjadi perang "Hunain" setelah Fathu Makkah. Perang Hunain adalah perang pertama setelah penguasaan Mekah di mana umat Islam sesunggunya sudah berjumlah cukup banyak. Perang hunain adalah perang melawan serangan kabilah-kabilah non Quraisy (dipimpin kabilah Hawazin) yang hidup di pinggiran kota Mekah. Kabilah-kabila tersebut juga mendapat sokongan dari musyrikin dan muanfiqin Quraisy di dalam kota Mekah. Karena memiliki pasukan besar, banyak kaum muslimin yang menganggap enteng, ahirnya terdesak kocar-kacir melarikan diri. Pada saat itulah, Raslullh menunjukan keberanian dan mengomando semangat perang kembali, tanpa bergeser selangkahpun untuk mundur dari tempatnya.
"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang mu'minn) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai." (Q.S. At-Taubah/9:25)
Pemaaf
Raslullh saw selama hidupnya dikenal sebagai orang pemaaf. Dalam sebuah riwyat disebutkan:
"Adalah Raslullh saw manusia yang paling lapang dada (pemaaf)." [H.R. alBaghaw (VII/452)dari Anas Ibn Mlik
].
Di samping memiliki keberanian dalam kebenaran dan penuh perhitungan, Raslullh saw pun adalah pemaaf yang luar biasa. Tidak sedikitpun dendam kesumat tertanam dalam dirinya, apalagi rasa khianat dan hasud. Dalam sejarah tercatat, bahwa Sayyidina Hamzah (bergelar: asadullh/singa Allah) paman Raslullh saw terbunuh di perang Uhud oleh
111
Pekerja keras
Sebagaimana diuraikan pada sejarah singkat di atas bahwa Raslullh saw sejak kecil menjadi penggembala kambing sampai mangkat remaja. Beliau pernah menjadi penggembala kambing milik Ban Sa'ad pada usia 4-5 tahun. Kemudian menjadi penggembala kambing di Makkah sampai ke luar Makkah. Setelah remaja menjelang dewasa beliau menjadi pedagang lintas negeri mendagangkan barang-barang milik Sayyidah Khadjah (yang kemudian menjadi isterinya). Pada waktu penggalian parit "khandaq" untuk menahan laju serangan kaum kafir Makkah, beliau memimpin penggalian bersama kaum muslimn sampai turut serta menggali dan memecahkan batu-batuan. Pada waktu Salmn al-Fris harus menanam korma guna menebus memerdekakan dirinya, beliau sendiri yang langsung membantu menanam pohon kormanya sebanyak 300 pohon korma dengan menambah tebusan berupa emas sebesar 40 qiyah. Salmn al-Frisi pun akhirnya menjadi orang merdeka, dan selalu ikut serta dalam peperangan membela Islam hingga akhir hayatnya. Bekerja keras adalah salah satu perintah ajaran Islam yang sudah dicontohkan oleh Raslullh saw. Tidak ada alasan bagi umat Islam untuk bermalas-malasan. Kerja keras harus jalan terus, ibadahpun harus jalan terus. Kerja keras dan ibadah adalah rutinitas kegiatan harian yang saling mendukung. Dengan ibadah seperti shalat pada waktunya akan menjaga pekerja keras senantiasa segar, karena bisa berwudhu dan beristirahat peregangan otot dalam gerakan shalat serta sekaligus berdoa memohon bimbingan, petunjuk dan pertolongan Allah untuk dimudahkan dan dihasilkan dalam pekerjaanya sesuai izin dan ridha-Nya. Oleh karena itu, ajaran Islam mengajarkan kepada umatnya untuk mencari kebahagiaan akhirat dan kebahagian (kenikmatan) dunia secara seimbang, proporsioal dan tidak melupakan atau meninggalkan salah satu dari keduanya. Firman Allah:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. al-Qashash/28:77)
Periang
Salah besar kalau orang menduga bahwa Nabi saw adalah orang yang selalu serius, tanpa mengenal "canda dan tawa". Di tengah kehidupan yang penuh perjuangan besar dan berat, sesungguhnya Nabi saw adalah periang yang cukup menyukai "guruan humoris". Beliau orang yang senantiasa banyak senyumnya ketimbang tegangnya. Banyak candanya ketimbang kesalnya. Beliau juga sangat
113
Dermawan
Di samping penyayang, pemaaf, pekerja keras dan periang, Raslullh saw dikenal pula sebagai orang yang paling dermawan. Dalam sebuah riwyat dijelaskan:
"Adalah Raslullh saw manusia yang paling dermawan." [H.R. Bukhr (II/207;
IV/66), Muslim (IV/72), Baihaq (al-Dl'il: I/242; al-Kubr: XIII/557), al-Baghaw (VII/451), Ibn Ab Syaibah (IX/15) dan al-Tabrz (III/267)dari Anas Ibn Mlik ].
Dermawan adalah pemurah. Seorang disebut dermawan apabila Ia menjadi seorang pemurah yang senantiasa suka "memberi (berderma)" tanpa berkeinginan mendapatkan imbalan jasa atau barang. Dalam syari'at Islam biasa disebut sedekah. Bersedekah tidak harus menghabiskan keseluruhanya, cukup sebagian kecilnya saja karena keperluanya sebatas memberi kepada yang meminta, umumnya sekedar untuk keperluan konsumtif dan sesaat yang bersifat perseorangan. Sedekah berbeda dengan "Infq (f sablillh)". Infq f sablillh harus dibayar rutin setiap kali menerima rezeki. Infq (f sablillh) dimasudkan untuk program "pemberdayaan" yang bersifat produktif, kecuali dalam keadaan darurat (bisa untuk konsumtif). Lain lagi dengan zakat. Zakat adalah salah satu rukun wajib bagi yang telah memenuhi syaratseperti nishb dan haul. Menjadi orang dermawan atau mau membantu, jangan menunggu harus sudah kaya dulu. Kalau sudah kaya tanpa membiasakan diri berderma, tambah kaya malah tambah bakhil karena akan semakin tambah sayang pada hartanya. Jangan takut miskin karena suka memberi karena Allah akan memberkahkannya. Namun jangan suka memberi karena mau dipuji (sunda: pupujieun) karena bisa menjadi "ria". Dengan sikap "ria" rezeki hilang, fahala melayang. Raslullh saw bukanlah orang kaya dan bukan pula hartawan. Isteri beliau Sayyidah Khadjah adalah orang kaya raya, namun hartanya habis untuk membiayai perjuangan Islam. Kalaupun Raslullh saw bukan orang kaya, namun beliau selalu mau memberi setiap ada yang meminta. Sampai-sampai beliau mau memberi dengan cara suruh menghutang atas tanggungan beliau. Sayyidina 'Umar Ibn al-Khath-thb menuturkan, bahwa seseorang datang kepada Raslullh saw meminta sesuatu. Raslullh saw menjawab: aku tidak mempunyai apa-apa, tetapi belilah sesuatu atas tanggunganku. 'Umar berkomentar dengan maksud menyarankan kepada Raslullh untuk tidak menanggung yang tidak mampu, bukankah Allah tidak membebankan sesuatu yang tidak mampu. Mendengar perkataanku tersebut, sepertinya Raslullh saw merasa tidak nyaman mendengar komentarku. Lantas seseorang berkata: berinfqlah, jangan takut dikurangi oleh sang pemilik 'arsy. Mendengar ucapan tersebut, Raslullh langsung tersenyum sehingga tampak kegembiraan pada wajah beliau. Anas Ibn Mlik menuturkan, "setiap kali Raslullh saw dimintai yang sesuai dengan Islam, pastilah beliau memberikannya. Suatu ketika ada seorang
115
lebih dermawan, lebih pemberani dan lebih menyenangkan dari pada Raslullh saw. Mengapa beliau bisa bergaul dan menyenangkan bagi siapapun (kawan maupun lawan)?. Jawabannya tidak terlalu sulit, bisa diikuti. Oleh karena itu, beliau adalah teladan. Artinya bisa diikuti oleh siapapun. Adapun bisa atau tidaknya kita mencontoh beliau, terpulang kepada kita sendiri. Yang pasti, tidak tertutup kemungkinan kita bisa meneladaninya. Tidak perlu kita banyak alasan seperti mengatakan bahwa beliau adalah Rasl, tetapi kalau mau mencontoh, kita harus mengatakan bahwa beliau juga adalah manusia seperti kita sehingga kita optimis dan berusaha keras untuk meneladaninya. Kalau tidak bisa 100% karena beliau adalah Rasl yang ma'shum, berapa prosen kita bisa? Jawabanya adalah kemauan dan usaha maksimal kita masing-masing. Modal paling mendasar dari kepribadian beliau adalah "jiwa ikhlas". Segala sesuatu beliau kerjakan dengan penuh ikhlas secara utuh tidak setengah-setengah dan tanpa pamrih kecuali berharap ridha Allah swt. Sehubungan dengan keikhlasan al-Maqdas mengatakan sebagai berikut:
"Manusia semuanya binasa kecuali orang-orang yang berimu, dan orang-orang yang berilmu semuanya binasa kecuali mereka mengamalkannya, dan orangorang yang beramal semuanya binasa kecuali orang-orang yang ikhlas (lihat:
Minhju'l Qshidn, hal. 522).
Di samping memiliki akhlak yang baik, Nabi saw pun memiliki kepribadian yang luar biasa, dan ini menjadi modal dalam membentuk pribadipribadi umat untuk lebih baik dan menyempurnakan akhlak lahir dan batin. Di antara kepribadian Nabi sawsebagai berikut:
Zuhud
Nabi saw tergolong orang yang paling zuhud. Zuhud artinya menahan diri dari kecintaan dan keserakahan kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Beliau benar-benar membatasi keduniaan hanya sekedar bekal untuk memenuhi kebutuhan yang paling minimal. Kezuhudan beliau sangat tampak dalam kehidupannyaantara lain sebagai berikut: 1. Nabi saw apabila tidur cukup dengan memakai alas sehelai tikar, sehingga ketika bangun tampak bekas goresan pada lambungnya [lihat: H.R. Ahmad (I/391, 441), Tirmidz (IV/167), Ibn Mjah (II/539), Ab Ya'l (VII/176), dan Baihaq (al-Dal'il: I/251)dari 'Abdullh Ibn Mas'd ]. 2. Dalam kesaksiannya, Umar Ibn al-Khath-thb pernah mengatakan, bahwa Raslullh saw tidak pernah memenuhi perutnya dengan makanan kecuali dengan satu butir kurma yang jelek [lihat: H.R. Ahmad (IV/268), Muslim (IV/220), Tirmidz (IV/165; al-Syam'il: V/572), Ibn Mjah (II/549) dan Ab Ya'l (VII/183)].
117
jenzah dan menunggangi keledai. Dan di hari Khaibar beliau menunggangi keledai dan talinya terbuat dari sabut [lihat: H.R. Tirmidz (II/311 dan al-Syam'il: V/564), Ibn Mjah (II/508), al-Baghaw (VII/439) dan alTabrz (III/268)dari 'Anas Ibn Mlik ]. 3. Nabi saw tidak merasa hina untuk duduk, makan dan tidur di atas tanah. 4. Nabi saw tidak pernah merasa malu dan dihinakan dengan melakukan pekerjaannya sendiriseperti menambal sandalnya, menjait bajunya dan juga melakukan pekerjaan lainnya di rumahnya [lihat: H.R. al-Baghaw (VII/439)dari 'isyah d], dan beliau memerah susu kambingnya dan melayani dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan apa yang diperlukan [H.R. Tirmidz (al-Syam'il: V/567) dan dan al-Tabrz (III/268) dari 'isyah d]. Masih banyak lagi riwyat-riwyat lainnya yang menceritakan ketawdhu'an beliau dalam kehidupannya sehari-hari. Ini semua menunjukkan dan membuktikan bahwa Nabi saw benar-benar hamba Allah yang tawdhu', sampai-sampai untuk memenuhi keperluannya beliau melakukannya sendiri tanpa merasa hina dan malu sekalipun seorang Nabi. Padahal seandainya apabila beliau mau menyuruh kepada para shahbatnya tentu saja mereka pun akan melakukannya dengan senang hati. Sikap tawdhu' tidak akan merendahkan derajat orang yang melakukannya, bahkan sebaliknya dengan orang lain bisa menghormatinya dan pasti merasa senang kepadanya. Orang yang tawdhu' memiliki ciri-ciri umum seperti: bertutur kata halus, berprilaku santun, mensikapi ketidaknyamanan dengan lapang dada, bisa menahan amarah, tidak mudah terperangkap fitnah, kesatria dengan cara tabayyun dan mudah memohon maaf atau memaafkan.
Hilm
Nabi saw termasuk orang yang memiliki sifat hilm (baca: hilim). Hilm sesungguhya semakna dengan sabar. Kalau harus dibedakan, maka "sabar" lebih umum daripada makna "hilim". Sabar bisa bermakna hilm apabila dimaksudkan "bisa menerima mushibah". Namun sabar juga bisa bermakna dalam mengerjakan sesuatu, di sini sabar artinya "tekun dan disiplin". Hilm lebih bersifat sikap batiniyah di dalam hati. artinya secara batiniyah berjiwa halus dan senantiasa siap menghadapi/menerima kenyataan pahit dengan lapang dada. Dari sikap hilm inilah, lahir sikap tawdhu' dan sikap-sikap baik lainya.
Pemalu
Kepribadian dan sifat lain yang dimiliki oleh Nabi sawyaitu pemalu (alHay'). Bahkan sifat pemalunya beliau melebihi daripada seorang gadis perawan. Ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah riwyat:
"Adalah Nabi saw lebih pemalu daripada seorang gadis perawan." [H.R. Bukhr
(II/309; IV/77, 79), Muslim (IV/78), Tirmidz (al-Syam'il: V/570), Ibn Mjah (II/558),
119
"Hendaklah kamu mencobanya dan perhatikanlah (dengan teliti dan seksama) niscaya kamu akan menjadi orang yang mengerti."
121
A. Arti dan Pentingnya Ilmu Ilmu berasal dari kosa kata bahasa Arab yang artinya "mengetahui" atau "pengetahuan". Lawan ilmu adalah Jahl artinya "bodoh" atau "tidak mengetahui".
Dalam al-Qur'n Allah berfirman:
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya. Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Q.S. al-Zumar/39:9)
Ayat di atas memberikan penegasan bahwa Allah membedakan antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui, orang yang berilmu dan orang ynag tidak berilmu. Perbedaan ini sama halnya seperti orang yang melihat dengan orang yang tidak melihat. Oleh sebab itu ilmu digambarkan seperti cahaya "al-'Ilmu nrun". Karena ilmu dapat memberikan penerangan dari kegelapan kepada siapapun; dari asalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Itulah apa yang maksud dengan ilmu seperti cahaya. Dalam kegelapan tidak ada cahaya (ilmu), kita tetap bisa berjalan maju, hanya pasti harus perlahan-lahan sehingga sangat lambat. Demikian orang tidak punya ilmu, pasti dia sangat lambat dan pasti tertinggal. Kita pernah mendengar ada istilah negara maju dan negara berkembang (tertinggal), maka sebabnya atau ukuranya adalah ilmu. Oleh karena itu, ilmu menjadi kebutuhan setiap orang. Orang berilmu pasti maju. Orang bodoh pasti tertinggal. Satu hal yang penting diingatkan bahwa ukuran "maju atau tertinggal" dalam ilmu tidak simetris (tidak berbanding lurus) dengan urusan "kedunian" seperti rizki seseorang. Ilmu bukan rizki dan rizki bukan ilmu. Oleh karena itu, jangan kaget kalau sang Profesor kalah kaya dengan orang cuma lulusan Sekolah Dasar, sang Kyai kalah kaya oleh orang awam, Sarjana ekonomi yang ahli ilmu keduniaan kalah kaya oleh yang tidak sekolah, Menteri keuangan kalah kaya sama pengusaha dan lain sebagainya. Mencari ilmu bukan mencari kekayaan duniawi seperti rizki atau harta. Mencari ilmu adalah mencari penerang kehidupan supaya jangan tersesat jalan.
123
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaimn melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukr atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukr maka sesungguhnya dia bersyukr untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia"." (Q.S. An-Naml/27:40)
Ilmu dan harta memang berbeda. Ilmu dibagi-bagikan (diajarkan) semakin bertambah, sedangkan harta dibagi-bagikan semakin sedikit dan habis. Agar supaya ilmu dan harta menjadi sama, maka ilmu difungsikan untuk menyelamatkan harta, dan harta difungsikan untuk meningkatkan dan mengamalkan ilmu. Dengan ilmu dan harta yang saling mendukung, maka siapapun pemiliknya akan mendapatkan kebahagiaan hidup yang dicarinya.
125
untuk belajar kepada orang lain. Ini menunjukkan bahwa Nabi Ms memiliki semangat dan cinta terhadap ilmu. Di samping cinta terhadap ilmu, Nabi saw memiliki semangat yang kuat untuk mengamalkan dan menyampaikan ilmunya. Dan ini terbukti, Raslullh saw memiliki jadwal khusus untuk menyampaikan nasehat (ilmu) kepada para shahbat [lihat: Bukhr (1/28)dari Ibn Mas'd ]. Dan bahkan setiap selesai dari shalat berjamaah dengan para shahbatnya, beliau senantiasa memberikan informasi keilmuan terbaru yang diperolehnya dari wahyu. Dan celakalah bagi orang yang menyembunyikan atau tidak memanfaatkan ilmunya, sampai-sampai Nabi saw mengajarkan sebuah doa kepada umatnya sebagai berikut:
A K@
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari hati yang tidak khuy', dari doa yang tidak diijabah dan dari keinginan yang tidak pernah puas." [H.R. Nas' (VIII/277)dari Anas Ibn Mlik
]
Demikianlah uraian singkat mengenai kecintaan Nabi saw terhadap ilmu dan ini diharapkan menjadi suatu motivasi bagi umatnya untuk senantiasa bersemangat mencari dan mencari ilmu sebanyak mungkin dengan penuh kesungguhan, ketekunan dan kedisiplinan sehingga Allah membukakan cakrawala ilmu yang bermanfaat.
C. Mencari Ilmu
Sejak awal manusia diciptakan, Allah swt sudah melengkapi manusia dengan "akal". Dan akal adalah satu-satunya yang membedakan manusia dari mahluk lainya. Artinya, bahwa Allah memberikan tugas pertama kepada manusia untuk "mencari ilmu". Dengan ilmu itulah, manusia bisa menjalankan fungsi atau kedudukannya sebagai "Khalfah" di muka bumi. Kemudian sebagaimana dimaklum dalam sejarah bahwa wahyu pertama (ayat al-Qur'n pertama) yang diturunkan Allah melalui malikat jibrl (pembawa wahyu) kepada Raslullh saw dalam usianya 40 tahun di gua Hir' adalah:
. . . .
"Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Q.S. al'Alaq/96:5)
127
(IV/294), Drim (I/74; II/297), al-Baghaw (I/196) dan al-Thabrn (al-Kabr: IX/200)dari Ibn 'Abbs ].
Kebaikan Allah yang diberikan kepada seseorang berupa ilmu agama, pada hakikatnya mendorong seseorang mendapatkan kebaikan berupa ilmu pengetahuan. Atau dengan kata lain, orang yang memperoleh ilmu agama dengan benar, maka ia akan memiliki pengetahuan dengan baik. Ajaran Islam sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan, karena keduanya dihargai dari sisi Allah. Namun apabila mengurut atau mengklasifikasikan mana yang paling utama di antara kuduanya, tentu saja ilmu agama kedudukannya paling utama dan menempati peringkat teratas dibanding ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti bahwa ilmu pengetahuan menjadi tidak penting atau dikesampingkan. Tetapi perlu diingat, bahwa ilmu pengetahuan terlahir dari ilmu agama. Dengan pentingnya ilmu sebagai suatu kebaikan dari Allah, maka manusia dituntut untuk mencarinya dengan cara belajar, yang salah satunya melalui membaca. Karena membaca merupakan pintu gerbangnya ilmu. Kalau demikian mencari ilmu itu sangat mudah yaitu dengan membaca (memikirkan) apa saja yang ada di hadapan kita. Ada buku, baca buku. Ada koran baca koran. Ada label barang, baca labelnya. Ada sawah, baca sawah. Ada gunung, baca gunung. Ada laut, baca laut. Ada langit, baca langit. Bagi umat Islam, jangan ketinggalan! "wajib bisa membaca al-Qur'n". Sekarang, dengan semakin majunya peradaban manusia, ilmu pengetahuan semakin maju pesat. Banyak ahli menyebut bahwa abad 20-21 adalah abad ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dengan menjadikan dunia tanpa batas yang disebut "globalisasi". Dengan kemajuan-kemajuan tersebut, ilmupun terus berkembang memiliki bermacam-macam cabang, yang disebut "disiplin ilmu"seperti: Ilmu Islam, terdapat: ilmu aqidah, ilmu fiqh (syari'ah) , ilmu akhlaq, ilmu alQur'n, ilmu hadts, ilmu ushl fiqh, ilmu falaq-hisab, ilmu bahasa (Qawa'id, Balaghah, ma'ni, mantiq) dan lain sebagainya. Ilmu sosial, terdapat: ilmu sosial, ilmu geografi (ilmu bumi), Ilmu sejarah, dll. Ilmu Alam, terdapat: ilmu matematika, ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu kimia, dll. Ilmu hitung, terdapat: ilmu matematika, ilmu aritmatika dan lain-lain. Cabang ilmu atau disiplin ilmu semakin maju semakin bertambah banyak karena penemuan-penemuan baru yang terus ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya. Para ahli terus mendalami ilmunya dengan berbagai metodologi seperti: Reaserch (penelitan), eksperimen (uji coba), analisa dan lainlain.
129
Sesungguhnya tidak seorangpun harus merasa cukup atau kenyang dengan ilmu, karena tidak seorangpun memiliki ilmu sempurna walaupun hanya pada satu bidang disiplin ilmu. Ini menunjukan bahwa ilmu pengetahuan manusia sepandai apapun hanyalah sedikit. Oleh karena itu harus terus belajar dan belajar. Allah berfirman:
"Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"." (Q.S. al-Baqarah/2:32)
Katsr bin Qais meriwayatkan bahwa ketika ia sedang duduk bersama Abu Dard' di mesjid di Damsyik (Damaskus) tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengaku dari Madnah (sangat jauh). Setelah diterima dengan baik dan ditanya, Abu Dard' merasa kaget karena ternyata si laki-laki tersebut datang dari jauh hanya untuk belajar "satu hadts" saja. Shahbat Abdullh Ibn 'Abbs (salah seorang ilmuwan Islam di zaman Raslullh saw pada jajaran Khulafaur-Rsyidn yang sering menjadi "rujukan" ilmu pengetahuan Islam dari shahbat-shahbat lainya dan kaum muslimn) berkata kepada seorang Anshr: "Raslullh saw sudah wafat. Di antara kita masih banyak shahbat yang hidup. Marilah kita temui mereka untuk menanyakan (belajar) tentang ajaran Islam dan kita hafalkan. Shahbat Anshr menjawab: "(mengapa bisa begitu), bukankah banyak shahbat dan kaum muslimn yang belajar dan bertanya tentang Islam kepada anda". Dua kisah para shahbat Raslullh di atas menunjukan betapa para shahbat sangat semangat dalam belajar. Seorang laki-laki madnah "penasaran" untuk bisa mengerti dan memehami suatu ilmu (walaupun hanya satu hadts) sanggup berangkat jauh mencari guru yang tepat. shahbat Raslullh saw Abdullh Ibn 'Abbs masih semangat mau belajar kepada orang lain walaupun Ia sudah menjadi guru besar. Bagimana dengan kita ? Rasa penasaran untuk mengetahui dan untuk bisa adalah "kunci" memacu semangat belajar. Berkatalah! mengapa orang lain bisa, saya tidak bisa, padahal sama-sama makan dan sama-sama belajar.
131
Otak kanan umunya berkarakter emosional (perasaan) seperti seni. Otak kiri umumnya berkarakter analitis seperti pandai matematika. Otak tengah berkarakter penyeimbang nalar (kecepatan berpikir). Dari pembagian belahan otak tersebut, maka kepandaian manusia berbeda-beda, sama sekali bukan bodoh apabila mau mengasahnya. Bodoh hanya terjadi karena "malas" Pembelahan kepandaian tersebut sejalan dengan Sunatullh yang membuat segala sesuatu berbeda-beda. Dunia ini tidak hanya butuh ahli matemetika atau enginer (perekayasa) saja, bahkan lebih banyak membutuhkan ahli kemasyarakatan dan keagamaan. Arsitektur bekerja merancang dan membuat bangunan, ekonom bekerja mentraksasikan, Kyai bekerja meluruskan. Semua kepandaian dari otak kiri, tengah, kanan dibutuhkan oleh kemajuan peradaban manusia.
2. Hirsh (Tamak)
Tamak berarti "serakah tidak pernah puas". Pencari ilmu harus selalu merasa kurang, dahaga dan lapar terhadap ilmu. Jangan terbalik "untuk ilmu merasa sudah cukup/puas, untuk keduniaan merasa selalu kurang". Baca semangat mencari ilmu di atas "kejar ilmu sampai ke negeri cina, kejar ilmu sampai ke liang lahad". Dengan merasa kurang dan belum puas dan selalu dahaga terhadap ilmu, maka seseorang tidak akan menjadi takabbur dengan ilmunya. Ia tidak akan merasa dirinya sudah pandai, Ia ingin selalu belajar (lihat cerita shahbat Abdullh Ibn 'Abbs di atas), Ia akan selalu ingat bahwa di atas langit ada langit, di atas kepandaian dirinya ada yang lebih pandai, dan ada lagi yang maha pandai yakni Allah swt.
3. Ijtihd (Kesungguhan)
Ijtihad berarti sungguh-sungguh. Segala sesuatu pekerjaan apapun tidak akan pernah sukses kalau tidak dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Lawan sungguh-sungguh adalah "asal-asalan". Bagaimana mencari ilmu akan berhasil kalau usaha dan perjuangannya asal-salanseperti: Asal sekolah, asal dapat ijazah. Beritikad demikian bukan mencari ilmu, tetapi mencari ijazah. Ijazahnya dapat, ilmunya kosong, jadilah "tong kosong nyaring bunyinya". Pencari ilmu sungguh-sungguh harus memilih, jangan asal sekolah. Pilih tempat belajar yang terbaik. Bukan terbaik gedung dan fasilitasnya, termahal harganya. Tetapi pilih lembaga pendidikan yang terbaik dalam sistem, metodologi dan lingkungan pendidikan-pengajaranya. Asal masuk kelas mengisi absen. Tekad demikian bukan tekad pencari ilmu, tetapi tekad calon penganggur. Tekad pencari ilmu kalau masuk kelas harus sungguh-sungguh untuk belajar. Sejak awal sudah dipersiapkan segala-galanya: badanya energik (tidak loyo); pakaianya bersih dan rapih (tidak kucel dan kusam); penampilanya segar meyakinkan; jiwanya optimis; peralatan belajarnya lengkap (buku dan alat tulis); duduknya tenang, tertib dan sigap
133
tidak terasah produktif, malah bisa-bisa terperangkap dalam komunitas yang tidak seharusnya. Belajar dengan menggunakan komputer tidak perlu dianggap sebuah prestasi luar biasa, apalagi kalau ukurannya hanya untuk bisa menggunakan komputer. Apabila sudah menjadi mahasiswa atau bekerja kemudian punya komputer dan mau belajar sendiripun pasti bisa. Artinya, kita tidak perlu terburu-buru atau merasa bangga belajar komputer pada periode yang tidak tepat karena madaratnya bisa lebih besar daripada manfaatnya dan biayanya sangat mahal.
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (Q.S. At-Taubah/9:122)
Dalam sebagian kesempatan Nabi saw pernah bersabda:
K@ A
"Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur'n dan mengajarkannya." [H.R. Ahmad (I/58), Bukhr (III/244), Tirmidz (IV/415), Ab
Dwud (I/339), Ibn Mjah (I/83), Drim (II/437), Baihaq (I/263; dan lihat pula: alAsm' wa al-Shift:332), al-Baghaw (III/234), Ibn Ab Syaibah (VII/174), Ibn al-Ja'd (35), al-Tabrz (I/581), al-Dhurais (Fadh'il al-Qur'n: 37) dan Ab 'Ubaid (Fadh'il al-Qur'n: 1), Ab al-Fadhl al-Rz (Fadh'il al-Qur'n wa tilwatuh: 22)dari 'Utsmn Ibn 'Affn]
135
sepatunya. Suatu ketika bisa mengamankannya, merapihkannya, menyajikannya. Kalau sang guru lewat padahal para murid sedang kumpul mengobrol, sang murid hendaknya segera menghentikan obrolannya sambil berdiri hormat (takrm). Dilarang keras bercerita mengumpat tentang keburukan/ ketercelaan orangtua atau guru kepada siapapun. Apalagi mencacimakinya atau menghinanya. Rahasiakan keburukan orangtua atau guru apabila memang ada dan nyata, dalam hal ini termasuk juga dilarang menyebarkan keburukan orang lain. Dilarang keras membedakan "rasa hormat" kepada semua guru. Mereka harus dihormat sama. Murid boleh saja memiliki guru pavorit karena kemampuan mengajarnya atau karena ketelatenan dan keteladanannya. Ketiga. Kewajiban murid harus dekat kepada gurunya. Seringlah bertanya dan berkomunikasi kepada guru tentang apa yang diajarkannya. Jangan berusaha mendekati guru untuk mendapatkan perhatian istimewa supaya mendapatkan nilai ulangan atau ujian yang baik padahal prestasinya jeblok. Raihlah nilai terbaik dengan prestasi terbaik. Seorang guru akan merasa sangat puas kalau muridnya mampu memahami dan menguasai materi pelajaraan yang diajarkannya. Hati-hati guru bukan teman sesama, maka bergaul dekatlah dengan guru, namun tetap harus menjaga rasa hormat dan tatakrama yang sepatutnya. Ridha guru akan menambah "berkah" kemanfaatan ilmu yang diajarkannya, dan ridha orangtua akan menambah "berkah" hidup dan kehidupan kita. Nabi saw bersabda:
K@
"Ridha Rabb ada dalam keridhaan orang tua dan kebencian Rabb ada dalam kebencian orang tua." [H.R. Tirmidz (IV/360), al-Hkim (V/76), al-Baghaw (VII/2834) dan al-Tabrz (III/61)dari 'Abdullh Ibn 'Amr]
Keempat. Kewajiban murid harus meminta do'a kepada gurunya sebagaimana anak kepada orangtuanya. Sesungguhnya tanpa dimintapun, guru dan orangtua pasti mendoakan murid dan anaknya untuk hal-hal terbaik dalam kehidupan muridnya. Namun sungguhpun demikian, ucapan meminta doa langsung dari seorang anak kepada orangtuanya dan seorang murid kepada gurunya akan terkesan membekas dalam jiwa sehingga senantiasa teringat untuk selalu mendoakan. Kelima. Kewajiban anak atau murid harus yakin bahwa orangtua dan guru memiliki kasih sayang yang tulus kepada anak dan muridnya. Oleh karena itu, jangan berburuk sangka kalau mereka menegur atau mungkin memarahi dan menghukum. Tegurannya, marahnya, hukumannya adalah nasehat yang berharga untuk anak dan murid berpikir maju dengan meninggalkan hal-hal buruk yang kontra produktif.
137
pelajarannya sama. Pencari ilmu bukan mengoleksi sekolah, raport atau guru, tetapi mengoleksi ilmu.
139
yang mempengaruhi pembentukan sains di Barat. Banyak karya yang ditulis oleh para ilmuwan muslim dalam bidang-bidang sainsdi antaranya yaitu: Dalam bidang kedokteran, ilmuwan muslim telah banyak menulis karya, misalnya saja, 'Al Ibn Rabbn al-Thabar dengan karyanya "Firdawus alHikmah" (Surga kebijaksanaan) yang ditulis pada abad ketiga Islam; diikuti oleh Ar-Rz (yang terkenal dengan Rhazes dalam bahasa Latin) dengan karyanya "al-Hw" (Kitab Pengawasan Diri), ia seorang dokter dan ahli klinis, penemu banyak penyakit dan orang yang pertama menggunakan alkohol sebagai antiseptik medis; kemudian disusul oleh Ibn Sn atau Aviciena dengan karyanya "al-Qann f al-Thibb" (Ensiklopedi Kedokteran), ia dijuluki "Pangeran Para Dokter". Dalam bidang astronomi banyak buku yang ditulis oleh ilmuwan dan astronom muslimseperti "al-Qann al-Mas'd" karya al-Battn dan alBrn yang hidup pada abad ketiga dan keempat Islam; "Tadzkirah" (Peringatan Astronomi) karya Nshiruddn al-Ths; "Nihyatu'l Idrk" (Batas Pemahaman) karya Quthbuddn al-Syrz. Dalam bidang zoologi, terdapat pula karya yang ditulis ilmuwan Islamdi antaranya "Kitbu'l Hayawn" (Kitab Binatang-binatang) oleh al-Jhizh dan "Haytu'l Hayawn" (Kehidupan Binatang-binatang) oleh al-Dmir. Dalam bidang matematika, terdapat pula karya yang ditulis oleh kaum muslimseperti "Kitbu'l Hisb" (Kitab Aritmatika) karya al-Khawrizm dan "Mifthu'l Hisb" (Kunci Aritmatika) karya Ghiytsuddn Jamsyd; dan "AlJabr wa'l Muqbalah" karya al-Khawrizm, yang kemudian disalin ke dalam bahasa Latin dan judul kitb tersebut menjadi asal muasal kata aljabar. Karya al-Khawrizm tersebut pada abad Islam keenam dikembangkan oleh 'Umar Khayymyaitu Algebra, karya yang paling sempurna tentang aljabar yang ditulis sebelum zaman modern. Demikian dalam bidang geomerti pernah ditulis pula oleh 'Umar Khayym, dan juga trigonometri oleh Nshiruddn alThs. Dalam bidang kimia, kaum muslim telah menaruh perhatian besar dan melahirkan karya-karya seperti yang pernah ditulis oleh Jbir Ibn Hayyn (yang dikenal dengan panggilan al-Ths dan al-Kf) pada abad kedua Islam, dan Ar-Rz pada abad ketiga Islam. Masih banyak lagi ahli kimia berikutnyaseperti al-'Irq, al-Jaldak, al-Majrith dan yang lainnya, yang karya-karyanya tidak banyak dipelajari orang. Masih banyak lagi bidang-bidang sains lainnyaseperti fisika, geologi, geografi dan yang lainnyayang dikaji dan dikembangkan oleh kaum muslim sehingga melahirkan banyak karya dalam bidang sains, yang mempengaruhi besar baik di barat maupun di India dan Cina. Dan ini terbukti antara lain pada abad Kristen Kesembilan banyak karya-karya sains Islam diterjemahkan ke dalam bahasa Latin terutama di Spanyol dan di Sisilia dan sesekali di Italia. Beberapa ilmuwan muslim seperti Ibn Sn (Aviciena) dan Ar-Rz (Rhazes) menjadi nama yang sangat disegani di Barat.
141
selesai shalat ashar dan shalat subuh; puasa diharamkan pada dua hari raya ('dul fitri dan 'dul adh) dan pada 3 hari "tasyrq yaitu tanggal 11-12-13 bulan Dz'l Hijjah ( atau 3 hari setelah hari raya dul adh). Pasangan fardhu 'ain adalah "Fardhu Kifyah". Fardhu kifayah adalah ibadah wajib kepada umum umat Islam. Artinya, bahwa ibadah wajib tersebut menjadi gugur (tidak wajib lagi) kalau sudah ada siapapun yang mengerjakan, seperti mengurus jenazah, menikahkan calon pengantin, Imam shalat, khatib jum'ah, dan lain-lain. Mengerjakan ibadah-ibadah sunat. Ibadah sunat adalah ibadah bukan fardhu. Perbedaannya, kalau ibadah fardhu atau wajib apabila ditinggalkan (tidak dikerjakan) hukumnya "berdosa". Kalau ibadah sunat, dikerjakan mendapat pahala, tidak dikerjakan tidak berdosa. Ibadah sunatantara lain: macammacam shalat sunat (ba'diyah, qabliyah, tahajjud, witir, dhuha, dan lain-lai.); macam-macam puasa sunat (Puasa senin dan kamis, puasa 6 hari setelah 'dul fitri, puasa 'Arafah tanggal 9 Dz'l Hijjah; dan lain-lain).
143
Penutup
Islam adalah agama yang benar dan sempurna, bisa diterapkan sepanjang masa dalam segala keadaan dan jaman, membawa kebahagiaan lahir-batin duniaakhirat dan menjadi rahmat bagi sekalian alam. Silahkan buktikan! Allah swt berfirman menceritakan beberapa nasehat Luqmn al-Hakim kepada putranya dalam al-Qur'n surat Luqmn/31:12-19sebagai berikut:
. . . . . .
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
145