Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PROGRAM PASCA SARJANA KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011
notaris tetap sah dan mengikat para pihak atau siapa saja yang berkepentingan dengan akta tersebut. 12 Dalam gugatan untuk menyatakan akta notaris tidak sah, maka harus dibuktikan ketidakabsahan dari aspek lahiriah, 13 formal14 dan materil15 akta notaris. jika tidak dapat dibuktikan maka akta yang bersangkutan tetap sah mengikat para pihak atau siapa saja yang berkenpentingan dengan akta tersebut. Asas praduga sah tidak dapat dipergunakan untuk menilai akta batal demi hukum16. Karena batal demi hukum dianggap tidak pernah ada. dengan alas an tertentu, maka kedudukan akta notaris; oleh para pihak sendiri,
22 18 17
Dengan demikian
hukum, 20 mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, 21 dibatalkan dibatalkan oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap karena penerapan asas praduga sah. 23 Pembatalan akta otentik yang dibuat notaris secara ex oficio, 24 hakim tidak dapat melakukan pembatalan kalau tidak dimintakan pembatalan25 karena hakim tidak berwenang memutuskan apa yang tidak digugat oleh pihak.
26
Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty Yogyakarta, 1993, hal 117 12 Habib Adjie, Loc.cit., hal 80 13 Aspek lahiriah akta notaris disebut juga sebagai kekuatan pembuktian laharia (uitwendige bewijskracht) merupakan kekuatan pembuatan dalam artian kemampuan dari akta itu sendiri untuk membuktikan dirinya sebagai akta otentik; Abdul Ghafur Anshori, lembaga kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, 2009, hal 19 14 Kekuatan pembuktian formal (formale bewijskracht) kebenaran formal dari akta tersebut sebagai yang disaksikan, yakni diikat, didengar, dan dilakukan sendiri oleh notaris sebagai pejabat umum dalam menjalankan jabatannya, Ibid., hal 80 15 Kekuatan pembuktian material (material bewijskracht), yaitu apa yang tercatat dalam akta merupakan pembuktian yang sah terhadap pihak-piahk yang membuat Akta, Ibid., hal 80 16 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Loc.cit., hal 141 17 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, 2002, hal 22 18 Habib Adjie, op.cit., hal 141 19 H.P Pangabean. Penyalahgunaan keadaan (misbruik Van Omstandigheden) sebagai alas an (baru) untuk pembatalan perjanjian (berbagai perkembangan hokum di Belanda dan Indonesia) Liberty yogyakarta, 1992, hal 39 20 Subekti, dikutip dalam H.P. Pangabean, Ibid., hal 17 21 M. Nurung, Pencatuman Hari Kehadiran Antara Penghadap di dalam Akta yang tidak sesuai dengan fakta mempengaruhi keotentikan akta notaris atau PPAT, Renvoi Nomor 8.44.IV Januari 2007, hal 68 22 Subekti, op.cit., hal 20 23 Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, lot.cit., hal 141 24 Ex Oficio, merupakan kehendak lahirnya akta otentik merupakan kemauan para pihak dan kehendak para pihak yang berkepentingan, notaris hanya menuangkan kedalam akta sesuai dengan undang undang. 25 Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 702 K/SIP/1973, tanggal 5 September 1973 26 Pembatalan karena ada permintaan dari pihak yang berkepentingan seperti orang tua, wali atau pengampu disebut pembatalan yang relatif atau tidak mutlak, pembatalan relatif dibagi dua (2), yaitu:
pembatalan oleh pihak, hakim pada dasarnya dapat membatalkan akta notaris bila ada bukti lawan.
27
Hakim pada dasarnya dapat membatalkan akta notaris jika ada bukti
33
lawan.28 Dalam penjelasan umum UUJN disebutkan bahwa29 akta notaris merupakan akta otentik30 memiliki kekuatan sebagai alat bukti tertulis31 yang terkuat32 dan terpenuh. Dengan demikian apa yang dinyatakan dalam akta notaris harus dapat diterima kecuali pihak yang berkepentingan dapat membuktikan hal yang sebaliknya secara memuaskan dihadapan persidangan pengadilan.
a. Pembatalan atas kekuatan sendiri, maka atas permintaan orang tertentu dengan mengajukan gugatan atau perlawanan agar hakim menyatakan batal (nietig verklaard) suatu perjanjian, contoh jika tidak dipenuhi syarat subjektif (pasal 1446 BW) b. Pembatalan oleh hakim dengan putusan membatalkan suatu perjanjian dengan mengajukan gugatan, contoh pasal 1449 BW. Wirjono Prodjodkoro, asas-asas hukum perjanjian, Balk Bandung Sumur Bandung, Bandung, 1989, hal 121 27 Sudikno Mertokusumo, op.cit., hal 10 28 Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia, op.cit., hal 19 29 Penjelasan umum Undang Undang Jabatan Notaris( UU no 30 tahun 2004) 30 Tan Thong Kie, Lot.cit., hal 214 31 Sudikno Mertokusumo, op.cit., hal 120 32 Akta Otentik memiliki arti terkuat diartikan, dimana akta tersebut dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan Undang-Undang (Pasal 38 UUJN), dibuat dihadapan pejabat-pejabat (pegawai uum) yang diberi wewenang dan ditempat dimana akta tersebut dibuat, Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Pejabat Publik, op.cit., hal 49 33 Akta Notaris mempunyai kekuatan penuh diartikan bahwa, akta notaris mempunyai kekuatan yang sempurna, kesempurnaan akta notaris sebagai alat bukti; maka akta tersebut harus dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang tertulis dalam akta tersebut, Habib Adjie, Ibid., hal 141