Vous êtes sur la page 1sur 15

1.

Sebutkan 4 fungsi dasar proses pencernaan Motilitas Mengunyah Sekresi Saliva -Amilase -Mukus -Lisozim mukus Digesti Pencernaan karbohidrat dimulai Absorpsi Makanan tidak. Beberapa obat misalnya nitrogliserin -

NO Organ 1 Mulut

faring

Menelan

Esofagus

Menelan

mukus

Lambung

Relaksasi reseptis: peristaltis.

Getah lambung: -HCl -Pepsin -mukus -faktor intrinsik

Pankreas -

Kandung Empedu -

Enzim: -tripsis, kimotripsin, karboksi peptidase. -amilase -lipase Sekrese NaHCO3 encer pankreas Empedu: -Garam empedu -Sekresi alkali -bilirubin

Pencernaan karbohidrat berlanjut di badan lambung, pencernaan protein berlangsung di antrium lambung. Enzim-enzim pankreas menyelesaikan pencernaan di lumen duodenum

Makanan tidak. Beberapa zat yang larut lemak misalnya alkohol dan aspirin.

Usus Halus

Segmentasi; kompleks motilitas migratif

Sukus enterikus -mukus -garam (enzim intrasel tidak diekseresikan tetapi berfungsi di intrasel di brush borderdisakaridase dan

Empedu tidak mencernakan apapun tetapi garam-garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak di lumen duodenum Dalam lumen, dibawah pengaruh enzim pankreas dan empedu, pencernaan karbohidrat dan protein berlanjut dan pencernaan

Semua nutrien, sebagian besar elektrolit dan air.

amino peptidase)

Usus besar

Haustrasi; Pergerakan massa

Mukus

lemak selesai. Di brush border , pencernaan karbohidrat dan protein selesai. -

Garam dan air, mengubah isi menjadi feses.

2.

Gambarkan dan jelaskan proses muntah, organ apa saja yang terlibat, efek muntah Jawab:

a. Proses Muntah Proses muntah diawali dengan inspirasi dalam dan penutupan glotis. Diafragma yang berkontraksi turun menekan lambung sementara kontraksi otot-otot abdomen secara simultan menekan rongga abdomen, sehingga tekanan intra-abdomen meningkat dan isi abdomen terdorong ke atas. Kemudian lambung yang lunak itu tertekan antara diafragma dari atas dan tekanan rongga abdomen dar bawah, isi lambung terdorong ke dalam esofagus dan keluar melalui mulut. Glotis tertutup, sehingga muntahan tidak masuk ke saluran pernapasan. Uvula juga terangkat untuk menutup rongga hidung (Sherwood, 2004). b. Organ yang Terlibat dalam Proses Muntah Siklus muntah dapat terjadi berulang kali hingga lambung kosong. Pengeluaran air liur berlebihan, berkeringat, peningkatan kecepatan denyut jantung, dan rasa mual, merupakan proses yang mengawali proses muntah. Semua proses tersebut merupakan tanda-tanda umum lepas muatan sistem saraf otonom. Proses muntah yang kompleks tersebut dikoordinasikan oleh pusat muntah di medula. Organ yang terlibat dalam

proses muntah diantaranya usus halus, lambung, esofagus, faring, dan mulut, seperti yang sudah dijelaskan di atas (Sherwood, 2004). c. Efek Muntah Tubuh kekurangan cairan, disebut juga dehidrasi. Dehidrasi ini akan berimplikasi hipovolemik pada tubuh, kulit kering/ pecah-pecah, penurunan kesadaran, serta sianosis. Alkalosis metabolik, akibat kekurangan H+ pada lambung. Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung (perimylolysis). Pada saat muntah, asam lambung akan keluar bersamaan dengan isi perut. Ketika asam lambung keluar dan berada di dalam mulut, maka akan merusak email gigi sehingga gigi menjadi rapuh dan gampang rusak.

3.

Jelaskan peran utama usus halus dalam proses absorpsi! Jawab: Dari lambung, makanan akan dicerna di dalam usus halus oleh enzim-enzim yang dihasilkan mukosanya, dibantu agen pengemulsi, dan enzim yang disekresikan ke dalam lumennya oleh hati dan pankreas. Usus halus yang panjangnya 4-7 m dan diameternya sekitar 2,5 cm, dibagi menjadi duodenum, yeyunum, ileum. Lapisan mukosa usus halus membentuk lipatan-lipatan ke arah lumen yang disebut vili intestinalis yang berfungsi untuk menambah luas permukaan penyerapan makanan. Dalam usus halus terjadi proses pencernaan dan penyerapan/absorpsi makanan. Pada duodenum bermuara saluran dari kelenjar pencernaan (pankreas dan kantung empedu). Dalam usus halus terjadi pencernaan sebagai berikut : a. Karbohidrat dengan adanya enzim amilase pankreas diubah menjadi glukosa b. Protein dengan adanya enzim proteolitik dari pankreas diubah menjadi asam amino c. Lemak dengan adanya enzim lipase pankreas diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Lemak sebelumnya diemulsikan dulu oleh empedu yang dihasilkan oleh hati dan disimpan di kantung empedu. Dalam usus halus juga terjadi absorpsi makanan melalui sel-sel epitel yang menyusun permukaan usus halus. Absorpsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus melalui dua salauran pembuluh kapiler darah dan saluran limfe sebelah dalam permukaan vili. Vili berisi lakteal, pembuluh darah, epitelium, dan jaringanotot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid dan seluruhnya diliputi oleh mebran dasar

epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus, maka bersentuhan dengan makanan yang sudah cair dan lemak yang sudah diabsorpsi ke dalam lakteal. Lalu makanan berjalan melalui pembuluh limfe dan masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili usus, lalu masuk ke vena porta dengan mengalami beberapa perubahan. Proses absorbsi dalam usus halus: a. Karbohidrat : Gula sederhana (monosakarida: glukosa, galaktosa, fruktosa) diserap melalui mekanisme transport aktif menuju kapiler darah di vili intestinalis. Galaktosa merupakan bentuk gula yang siap diserap. Fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi. b. Protein : Diserap dalam bentuk asam amino menuju ke kapiler darah melalui vili intestinalis oleh transport aktif. c. Lemak : Kebanyakan (60 sd 70 % diemulsifikasi oleh garam empedu dan diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol melalui lakteal di vili intestinalis menuju ke sirkulasi darah melalui lymphatic thoracic duct. Sisa lemak yang telah dipecah oleh lipase menjadi asam lemak dan gliserol, terlarut dalam air dan memasuki vili menuju ke hati melalui sistem porta hepatika. Vitamin dan mineral : vitamin larut lemak akan diangkut melalui lacteal sedangkan vitamin larut air diserap melalui kapiler. Elektrolit seperti Na, Cl, potassium dan Ca diserap melalui dinding usus halus melalui transport aktif.

Gambar 6. Anatomi usus halus (sumber: http://www.colorado.edu/intphys/Class/IPHY3430-200/image/villi.jpg)

4.

Iyum

5.

Peran Insulin dan Glukagon dalam proses metabolism Jawab:

Glukagon: disekresikan oleh sel (alfa) pankreas, berperan sebagai faktor hiperglikemik artinya sebagai faktor yang menyebabkan meningkatnya kadar glukosa darah. Karena glukagon berperan merangsang proses glikogenolisis dan

glukoneogenesis. Glukagon bersifat lebih poten daripada epinefrin. Fungsinya: 1. Meningkatkan pengubahan glikogen menjadi glukosa dalam hati 2. Meningkatkan penggunaan asam amino yg berlebihan dan Lemak sebagai sumber energi Insulin : disekresikan oleh sel (beta) pankreas, merupakan faktor hipoglikemik artinya sebagai faktor yang menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Insulin berperan untuk meningkatkan sintesis glikogen. Fungsinya: 1. Meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel dan penggunaannya untuk produksi energi 2. Meningkatkan pengubahan glukosa yang berlebihan menjadi glikogen di hati dan otot 3. Meningkatkan transpor asam amino dan asam lemak ke dalam sel dan penggunaannya dalam reaksi sintesis

6.

a. Gambarkan dan jelaskan proses-proses metabolisme tubuh dalam keadaan puasa? Jawab: Pada saat puasa ada beberapa organ pencernaan yang beristirahat, organ-organ tersebut adalah lambung, usus, pangkreas, empedu dan liver. Liver merupakan organ yang aktivitas metaboliknya paling tinggi karena selain menyimpan dan mendistribusi zat-zat makanan yang doperlukan sel-sel tubuh, liver juga mengendalaikan keluar masuknya racun yang ada pada tubuh kita. Secara bertahap dengan berkurangnya kalori saat berpuasa, liver akan mengubah glikogen menjadi glukosa dan energi. Berkurangnya jumlah glikogen karena puasa, tubuh akan menggunakan protein dalam otot penghasil glukosa dan energi dengan cara mengubah protein menjadi asam amino. Kemudian asam lemak digunakan paling akhir setelah energi dari protein mulai menipis. Seperti protein, lemak juga diubah menjadi energi sehingga dapat digunakan oleh otak. Proses ini disebut ketosi. Proses ketosi dalam puasa merupakan adaptasi tubuh untuk mencegah kekurangan protein akibat pembakaran. Pembentukan keton baru dimulai pada hari ketiga, sehingga sebagian orang merasakan pusing.

Untuk melakukan penghematan energi, tubuh secara refleks mempertahankan diri dengan melakukan pengurangan beban, yaitu dengan melakukan pengeluaran zat-zat yang bersifat racun, sisa metabolisme seperti timbunan lemak, jaringan yang rusak, tumor, dan berbagai bentuk jaringan abnormal lainnya dengan mengaktifkan organorgan pembuangan (proses autolisasi). Dalam proses ini tubuh juga akan menstimulasi dan mempercepat pertumbuhan sel-sel baru, pada saat protein yang diperlukan disintesa ulang, dengan demikina kadar protein dalam darah tetap konstan dan normal selama berpuasa. Racun-racun dan sisa metabolisme yang tidak bisa disintesis ulang maka akan dibuang oleh organ-organ pembuangan. Dalam proses ini, pengeluaran racun dapat dilihat dari warna urine yang lebih keruh, pengeluaran mukus melalui

hidung,tenggorokan dan berlanjut melalui usus besar. Dengan berkurangnya racum dalam tubuh akan meningkatkan sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan jaringan, sehingga sel dan jaringan bisa memperbaiki diri dan meningkatkan fungsinya secara optimal. b. Jelaskan proses autolisis tubuh terkait puasa! Jawab: Autolisis yang dikenal juga dengan sebutan 'self digest' ini adalah program yang terdapat pada setiap makhluk hidup terkait dengan proses penyerapan makanan untuk memperoleh energi dan nutrisi ini, melalui serangkaian proses pembakaran sel-sel tubuh dalam mekanismenya. Dengan adanya proses autolisis yang oleh sebagian ahli dipandang sebagai program pengaturan mekanisme selular organ-organ tubuh ini, autolisis akan berfungsi dalam pembuangan sel-sel yang sudah rusak dan mati, sehingga lebih lanjut akan berperan dalam pencegahan berbagai gangguan dan penyakit yang berkaitan dengan zat-zat toksik yang kita dapatkan setiap hari lewat asupan makanan kita. Lewat metabolisme tubuh secara normal, akan terjadi proses pembentukan dan pembelahan sel-sel jaringan tubuh yang diperlukan bagi kelangsungan kesehatan kita. Di saat sistem pencernaan beristirahat akibat pengosongan lambung selama berpuasa, sel-sel lemak dan zat yang tidak dibutuhkan akan dibawa ke hati. Dengan adanya pengosongan lambung tersebut, maka hati akan bekerja penuh menyaring racun-racun hasil autolisis untuk menghasilkan energi. Sebagai hasilnya, aliran darah akan menjadi lebih lancar dengan energi dan nutrisi yang semestinya, sehingga pembentukan dan penggantian sel-sel tubuh akan berlangsung sebagaimana mestinya,

sementara sisa energi yang dihemat dari sistem pencernaan akan digunakan untuk aktifitas tambahan sistem kekebalan tubuh serta proses berpikir oleh otak. Walaupun proses autolisis berlangsung sebagai bagian dari setiap proses metabolisme, namun dalam aktifitas berpuasa ada sedikit perbedaan yang terjadi dibandingkan masa-masa di luar puasa. Ketika berpuasa manusia terlambat makan dan otak memberikan sinyal lapar di kala kadar glikogen darah mulai mencapai batas minimalnya. Pada saat ini biasanya otak akan memerintahkan organ-organ pencernaan untuk memproduksi liur dan enzim-enzim lambung, hati dan usus yang bila tidak segera berinteraksi dengan makanan akan menyebabkan berbagai gangguan pencernaan. Di saat berpuasa, otak tak lantas mengaktifkan sinyal ini karena dari perubahan pola makan di saat sahur tubuh masih memiliki cadangan karbohidrat dan lemak untuk digunakan sebagai sumber energi. Di saat inilah proses autolisis selanjutnya akan terpicu untuk mengoptimalisasikan pembakaran zat-zat makanan yang cenderung bisa menumpuk bila tak digunakan terutama simpanan lemak berlebihan yang dapat membahayakan kesehatan.

7.

a. Gambarkan dan Jelaskan proses mengunyah Jawab: Proses mengunyah: Proses mengunyah dalam mulut adalah proses penyerdehanaan makanan yang melibatkan gigi, kontror volunteer oto mulut, gusi, dan lidah. Proses mengunyah dilakukan secara sadar dan diatur oleh system saraf pusat. Proses mengunyah dilakukan untuk memudahkan makanan masuk ke dalam esofagus dan tidak mengiritasinya. Dalam proses ini, terjadi percampuran makanan dengan saliva yang menyebabkan terjadinya pemecahan makanan di mulut dan digesti. Hal tersebut disebabkan karena adanya kandungan enzim ptialin dalam saliva yang dapat mengubah amilum menjadi maltosa. Pada umumnya otot-otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial kelima dan proses mengunyah diatur oleh nukleus dalam batang otak. Mengunyah merupakan proses mekanik pertama saat melalui saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan, melicinkannya, dan membasahi makanan yang kering dengan saliva, serta mengaduk makanan sampai rata. Jika terdapat makanan dalam mulut maka terjadi rangsangan refleks otot-otot untuk menggerakkan mandibula otot. Dalam hal ini yang berfungsi adalah otot elevator dan otot depresor.

Otot elevator yang mengangkat rahang. Proyektornya m. masseter dan m. pterigoideus dan retraktornya m. temporalis. Otot depresor yang menurunkan rahang. Proyektornya m. pterigoideus eksternus dan m. digastrikus dan retraktornya m. milohioideus dan m. geniohioideus serta m. geniohioideus. Kerja sama otot pengunyah dengan otot lidah dan pipi sangat penting dalam proses mengunyah yang efisien untuk membentuk bolus yang ditelan. Tindakan ritmik mengunyah dikendalikan oleh saraf somatik yang menuju otot mulut dan rahang. Gerakan mengunyah secara refleks diaktifkan oleh tekanan pada makanan terhadap gusi, gigi, palatum durum, dan lidah. Awalnya terjadi proses mengunyah yang dilakukan oleh N.V (trigeminus),

makanan dipindah-pindahkan dari kiri ke kanan atau sebaliknya, dilakukan oleh lidah (N.XII), kemudian makanan didorong ke oropharinx hal ini dikerjakan otot lidah, otot pharinx, dilakukan oleh N.XII dan N.IX. Untuk menelan tekanan di ruang mulut ditinggikan oleh konstraksi otot pipi N.VII (Fascialis) agar tekanan ini bisa mendorong makanan ke oropharinx, palatum mole menutup hubungan antara naso dan oropharinx dilakukan N.X, demikian juga pada keadaan ini epiglotis akan menutup dikerjakan juga oleh N.X Pasase makanan melalui pharinx diurus oleh N.XII dan N.X.

b. Bagaimana proses mengunyah dengan pasien koma yang menggunakan NGT? Jawab: Pasien koma tidak bisa menjalani aktivitas seperti biasanya, termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, pasien koma harus dibantu karena tidak mampu mengunyah dan menelan. Maka, perlu dilakukakan pemasangan NGT pada pasien koma. Makanan yang diberikan pun dalam bentuk cair dan langsung masuk menuju lambung melalui NGT.

8.

a. Proses Terjadinya Halitosis Jawab: Proses Terjadinya Halitosis Mekanisme terjadinya halitosis sangat dipengaruhi oleh penyebab yang mendasari keadaan tersebut. Pada halitosis yang disebabkan oleh makanan tertentu, bau nafas berasal dari makanan yang oleh darah ditransmisikan menuju paru-paru yang selanjutnya dikeluarkan melalui pernafasan. Secara khusus, bakteri memiliki peranan yang penting pada terjadinya bau mulut yang tak sedap atau halitosis. Bakteri dapat berasal dari rongga mulut sendiri seperti plak, bakteri yang berasal dari poket yang dalam dan bakteri yang berasal dari lidah memiliki potensi yang sangat besar menimbulkan halitosis (Jurnal Kedokteran Gigi Mahasaraswati Volume 2). VSC (Volatile Sulfur Compounds) merupakan unsure utama penyebab halitosis. VPC merupakan hasil produksi dari akrivitas bekteri-bakteri anaerob di dalam mulut

yang berupa senyawa berbau yang tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau yang mudah tercium oleh orang lain disekitarnya. Di dalam aktivitasnya di dalam mulut, bakteri anaerob bereaksi dengan protein-protein yang ada, protein di dalam mulut dapat diperoleh dari sisa-sisa makanan yang mengandung protein, sel-sel darah yang telah mati, bakteri-bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut. Seperti yang telah diketahui, di dalam mulut banyak terdapat bakteri baik gram positif maupun gram negatif. Kebanyakan bakteri gram positif adalah bakteri sakarolitik artinya di dalam aktivitas hidupnya banyak memerlukan karbohidrat, sedangkan kebanyakan bakteri gram negatif adalah bakteri proteolitik dimana untuk kelangsungan hidupnya banyak memerlukan protein. Protein akan dipecah oleh bakteri menjadi asam-asam amino ( Agus Djaya, 2000). Sebenarnya terdapat beberapa macam VSC serta senyawa yang berbau lainnya di dalam rongga mulut, akan tetapi hanya terdapat 3 jenis VSC penting yang merupakan penyebab utama halitosis, diantaranya metal mercaptan (CH3SH), dimetil mercaptan (CH3)2S, dan hidrogen sulfide (H2S). Ketiga macam VSC tersebut menonjol karena jumlahnya cukup banyak dan mudah sekali menguap sehingga menimbulkan bau. Sedangkan VSC lain hanya berpengaruh sedikit, seperti skatole, amino, cadaverin dan putrescine (Agus Djaya, 2000). b. Penyebab terjadinya Halitosis Jawab: Halitosis dapat timbul oleh karena beberapa faktor, antara lain ( Jurnal Kedokteran Gigi Mahasaraswati Volume 2) : a. Makanan dan Minuman Makanan-makanan tertentu yang dapat menimbulkan halitosis antara lain bawang putih, bawang merah dan lobak sedangkan minuman yang dapat menyebabkan halitosis antara lain minuman beralkohol, produk susu dan lain-lain. Pada keadaaan ini, permasalahannya bukan diawali pada saat makanan atau minuman berada di dalam rongga mulut tetapi terjadi setelah bahan makanan atau minuman ini diserap pada pembuluh darah. Bau makanan atau minuman yang tersebut selanjutnya akan ditransmisikan ke dalam paru-paru, yang kemudian keluar bersama dengan udara pernafasan melalui mulut, dan semua keadaan ini bersifat sementara. b. Oral Higiene Bila oral hygiene tidak dilakukan dengan baik, sisa-sisa makanan akan mengumpul diantara gigi. Cepat atau lambat makanan yang telah mengalami pembusukan akan

terbentuk, dan hampir keseluruhan dari produk-produk yang disebabkan oleh pembusukan akan mengeluarkan bau yang tidak sedap. c. Penyakit Periodontal Keadan periodontal mungkin merupakan keadaan patologi yang paling sering terlihat dan dapat menimbulkan halitosis. Penyebab utama dari keberadaan penyakit ini adalah plak. d. Xerostomia Merupakan istilah untuk keadaan mulut yang kering. Xerostomia atau kekeringan di dalam rongga mulut dapat pula menyebabkan terjadinya bau mulut atau halitosis. e. Kebiasaan Halitosis juga dapat disebabkan oleh penggunaan tembakau. Kebiasaan ini berkaitan dengan resiko yang besar untuk terjadinya penyakit periodontal dan kanker di dalam rongga mulut pada individu yang memiliki kebiasaan ini. f. Penyakit Sistemik Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan halitosis diantaranya: infeksi pada saluran nafas, diabetes, permasalahan pada saluran pencernaan, infeksi pada sinus dan kelainan hati serta ginjal. g. Obat-obatan Beberapa obat dapat menimbulkan halitosis. Obat-obat tertentu dapat juga merubah rasa dan bau, obat-obat tertentu tersebut dapat menimbulkan berkurangnya

produksi saliva yang menyebabkan terjadinya halitosis.

9.

Jelaskan 4 aspek motilitas lambung Jawab: 1) pengisian, 2) penyimpanan, 3) pencampuran, dan 4) pengosongan lambung. Pengisian lambung. Jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter (1000 ml) ketika makan. Akomodasi perubahan volume yang besarnya hingga 20 kali lipat menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan sangat meningkatkan tekanan intralambung dan sangat meningkatkan tekanan intralambung jika tidak terdapat plastisitas otot polos lambung dan relaksasi reseptif lambung pada saat ia terisi. Plastisitas mengacu pada kemampuan otot polos mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, tidak seperti otot rangka dan otot jantung, yang

memperlihatkan hubungan panjang ketegangan. Dengan demikian pada saat serat otot polos lambung teregang pada pengisian lambung, serat-serat itu melemas tanpa menyebabkan peningkatan ketegangan otot. Namun, peregangan yang melebihi batas tertentu akan memicu kontraksi yang dapat menutupi perilaku plastisitas yang pasif tersebut. Peregangan dalam tingkat tertentu menyebabkan depolarisasi sel-sel pemacu, sehingga sel-sel itu mendekati potensial istirahat yang membuat potensial gelombang lambat mampu mencapai ambang dan mencetuskan aktivitas kontraktil. Sifat dasar otot polos itu diperkuat relaksasi refleks lambung saat terisi. Interior lambung membentuk lipatan yang disebut rugae yang selama makan akan mengecil dan mendatar saat lambung perlahan melemas terisi, disebut relaksasi reseptif, dimana relaksasi ini meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume makanan tambahan dengan sedikit saja penaikan tekanan. Bila makanan yang masuk lebih dari 1 liter maka seseorang akan tidak nyaman, relaksasi reseptif diperantarai saraf vagus. Penyimpanan lambung. Sebagian sel otot polos lambung dapat mengalami depolarisasi parsial yang otonom dan berirama, sel ini terletak di fundus bagian atas dari gaster. Sel-sel ini menghasilkan potensial gelombang lambat yang menyapu ke bawah sepanjang lambung menuju sfingter pilorus dengan kecepatan 3 gelombang per menit. Pola depolarisasi ini atau BER (basic electrical rhythm) lambung, berlangsung secara terus menerus dan mungkin disertai kontraksi lapisan otot polossirkuler lambung. Bergantung pada tingkat eksitabilitas otot polos, BER dapat dibawa ke ambang oleh aliran arus dan mengambil potensial aksi, yang kemudian memulai kontraksi otot yang dikenal sebagai gelombang peristaltik yang menyapu isi lambung dengan kecepatan BER, 3 kali per menit. Gelombang peristaltik kemudian menyebar ke seluruh fundus dan korpus melalui anthrum dan sfingter pilorus. Karena lapisan otot lapisan otot di fundus dan korpus tipis, kontraksi peristaltik di kedua daerah tersebut lemah. Saat sampai di anthrum gelombang menjadi jauh lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur yang terjadi kurang kuat, makanan yang masuk ke lambung tersimpan tenang tanpa mengalami pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan tapi hanya berisi sejumlah gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke anthrum tempat berlangsung pencampuran makanan. Pencampuran lambung. Kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter polirus dalam keadaan normal menjaga sfingter hampir tertutup

rapat. Lubang sisa yang tersedia cukup unutk air dan cairan lain lewat, tetapi terlalu kecil unutk kimus yang kental, kecuali kimus terdorong oleh gerakan peristaltik yang kuat. Walupun demikian dari 30 ml kimus yang ditampung antrum hanya beberapa mililiter isi yang akan terdorong ke duodenum setiap gelombang peristaltik. Sebelum lebih banyak kimus dapat diperas diperas keluar, gelombang sudah mencapai sfingter pilorus mengakibatkan kontraksi kuat sfingter menutup pintu dan menghambat aliran kimus. Bagian terbesar kimus antrum yang terdorong ke depan dan tertolak kembali saat gelombang baru datang disebut gerakan retropulsi menyebabkan kimus bercampur merata di antrum. Pengosongan lambung. Kontraksi peristaltik antrum selain menyebabkan

pencampuran lambung juga menghasilkan gaya pendorong unutk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik sebelum sfingter tertutup erat terutama bergantung pada kekuatan peristalsis. Intensitas peristaltis antrum dapat sangat bervariasi di bawah pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan duodenum; sehingga pengosongan lambung diatur oleh faktor lambung dan duodenum. Dengan sedikit menimbulkan depolarisasi atau hiperpolaisasi otot polos lambung, faktor-faktor tersebut mempengaruhi ekstabilitas, semakin sering BER menghasilkan potensial aksi, semakin besar aktivitas peristaltik di antrum, dan semakin cepat pengosongan lambung. Gambar Faktor yang mengatur motilitas dan pengosongan lambung.

Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. 10. a. Gambarkan dan jelaskan aliran darah hati

Di dinding sinusoid hati terdapat banyak celah besar antar sel endotel, dan sinusoid ini sangat permeabel. Penggabungan cabang-cabang intrahepatik arteri hepatika dan vena porta pada sinusoid-sinusoid dan alirannya ke vena lobularis sentral di hati. Unit fungsional hati adalah asinus. Setiap asinus terletak di akhir suatu tangkai vaskular yang mengandung cabang terminal vena porta, arteri hepatika dan duktus biliaris. Darah mengalir dari bagian tengah unit fungsional ini ke cabang-cabang terminal vena hepatika di perifer. Hal ini merupakan penyebab mengapa bagian sentral asinus, yang kadang-kadang disebut zona 1, mendapat oksigenisasi baik, zona intermedia (zona 2) mendapat oksigenisasi sedang, dan zona perifer (zona 3) kurang mendapat oksigen dan paling rentan terhadap cedera anoksik. Vena hepatika bermuara ke dalam vena cava inferior. Asinus sering disamakan dengan anggur atau arbei, yang masingmasing terletak pada tangkai vaskular. Hati manusia memiliki sekitar 100.000 asinus. Pada manusia, tekanan vena porta pada keadaan normal adalah sekitar 10 mm Hg, dan tekanan vena hepatika adalah sekitar 5 mm Hg. Tekanan rerata di cabang arteri hepatika yang menyatu ke dalam sinusoid adalah sekitar 90 mm Hg, tetapi tekanan di

dalam sinusoid lebih rendah daripada tekanan vena porta sehingga terjadi penurunan tekanan yang besar di sepanjang arteriol-arteriol hati. Penurunan tekanan ini mengalami penyesuaian sehingga terjadi hubungan terbalik antara aliran darah areri hepatika dan vena porta. Hubungan terbalik ini dapat dipertahankan sebagian oleh kecepatan pengeluaran adenosin dari daerah di sekitar arteriol. Menurut hipotesis ini, adenosin dibentuk oleh metabolisme dengan kecepatan yang konstan. Bila aliran porta berkurang, adenosin akan terbawa lebih lambat pleh aliran darah, dan penimbunan lokal adenosin menyebabkan dilatari arteriol terminal. Cabang vena porta intrahepatik memiliki otot polos di dindingnya yang disarafi oleh serabut saraf vasokonstriktor noradrenergik yang mencapai hati melalui radiks ventral torakal ketiga sampai kesebelas dan nervus splanknikus. Persarafan vasokonstriktor arteri hepatika berasal dari pleksus simpatikus hepatika. Tidak diketahui adanya serabut vasodilator yang mencapai hati. Pada keadaan istirahat, sirkulasi di bagian perifer hati berlangsung lambat, dan hanya sebagian dari organ yang mendapat perfusi aktif. Jika tekanan vena sistemik meningkat, cabang vena porta mengalami dilatasi pasif dan jumlah darah dalam hati akan meningkat. Pada gagal jantung kongestif, kongesti vena hepatika ini dapat sangat hebat. Sebaliknya, bila pelepasan impuls noradrenergik difus terjadi sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah sistemik, cabang porta intrahepatik akan berkonstriksi, tekanan porta meningkat, dan aliran darah di hati berlangsung cepat, dan melewatkan sebagian besar organ. Sebagian besar darah di hati masuk ke sirkulasi sistemik. Konstriksi arteriol hati mengalihkan darah di hati, dan konstriksi asteriol mesenterium mengurangi

aliran darah porta. Pada syok berat, aliran darah hati dapat berkurang sampai pada tahap terjadinya patchy necrosis di hati. b. Gambarkan dan jelaskan peran empedu
1.Menetralkan chyme yg datang dari lambung 2. Jalur utama eksresi kolesterol 3. Jalur ekresi pigmen empedu yg merupakan produk pemecahan heme 4. Mengelmulsi lemak dgn garam empedu shg menurunkan tegangan permukaan butir2 lemak shg lebih sempurna

Vous aimerez peut-être aussi