Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi merupakan cara analisis volumetrik yang digunakan dengan cara penambahan reagen pada reagen yang lain yang mana volumenya diketahui; penambahan dilakukan perlahan-lahan hingga mencapai titik akhir titrasi tercapai, dengan bantuan indikator. Volume yang digunakan untuk mencapai titik akhir dicatat. Jika salah satu larutan diketahui konsentrasinya, maka konsentrasi reagen lainnya dapat dihitung (Daintith, 1994). Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran; tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Akan tetapi metode tua dalam penentuan Cl-, Br-, I- dengan Ag(I) (disebut juga metode Argentometri) adalah sangat penting. Alasan utama kurangnya digunakan metode tersebut adalah sulitnya memperoleh indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi pengendapan. (Khopkar, 1990). Menurut Rivai (1995), dalam titrasi pengendapan, zat yang ditentukan bereaksi dengan zat peniter membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Karena itu kepekatan zat yang ditentukan tersebut berkurang selama berlangsungnya proses titrasi. Perubahan kepekatan tersebut diamati dekat titik kesetaraan dengan bantuan indikator atau peralatan yang sesuai. Namun Yang kedua, komposisi tidak selalu diketahui

demikian, sebenarnya cara ini menghendaki persyaratan yang ketat, sehingga pemakaiannya terbatas dalam titrimetri. berikut: 1. Terjadinya kesetimbangan yang serbaneka harus berlangsung dengan cukup cepat. 2. Zat yang akan ditentukan harus bereaksi secara stokiometri dengan zat pentitar. 3. Endapan yang terbentuk harus cukup sulit larut sehingga terjamin kesempurnaan reaksi sampai 99,9%. 4. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai Titrasi pengendapan melibatkan penggunaan larutan baku seperti perak nitrat, natrium klorida dan kalium/ammonium tiosianat. Larutan baku perak nitrat digunakan untuk penetapan korida dan bromida (metode Mohr); penetapan klorida (metode Volhard dan metode Fajans) dan penetapan campuran kloridaiodida. Larutan baku KSCN atau NH4SCN digunakan bersama larutan baku Persyaratan tersebut adalah sebagai

AgNO3 dalam metode Volhard tak langsung dalam penetapan klorida, bromida atau iodida; dan untuk penetapan perak (Mulyono, 2005). a. Metode Mohr Titrasi Mohr merupakan salah satu dari tiga metode dalam titrasi argentometri, dalam mana menggunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir titrasi. Tentu saja diperlukan bahwa pengendapan indikator itu terjadi pada atau dekat di titik kesetaraan dari titrasi tersebut. Perak kromat lebih dapat larut

(sekitar 8,4 x 10-5 mol/liter) daripada perak klorida (sekitar 1 x 10-5 mol/liter). Jika ion perak ditambahkan ke dalam suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi tinggi dan ion kromat dengan konsentrasi rendah, maka perak klorida akan mengendap terlebih dahulu; perak kromat baru akan mengendap bila konsentrasi ion perak cukup tinggi sehingga Ksp perak kromat akan terlampaui. Dapat dihitung dengan mudah konsentrasi kromat yang mengendapkan perak kromat pada titik kesetaraan, dimana p Ag = p Cl = 5,00. Karena Ksp Ag2CrO4 adalah 2 x 10-12 dan [Ag+] = 1 x 10-5 pada titik kesetaraan. b. Metode Volhard Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi(III) untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat. Metode tersebut dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tidak langsung ion klorida. Dalam kedua kasus ini, ditambahkan perak nitrat standar berlebih dan kelebihannya dititrasi dengan tiosianat standart. Anion lain seperti bromida dan iodida, dapat ditetukan dengan prosedur yang sama. Anion asam lemah seperti oksalat, karbonat, dan arsenat, yang garam-garam peraknya dapat larut dalam asam, dapat ditetapkan dengan pengendapan pada pH yag lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan tersebut kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan peraknya dititrasi langsung dengan menggunakan tiosianat. c. Metode Fajans Metode Fajans ini juga merupakan salah satu metode titrasi argentometri yang mana menggunakan indikator absorbsi. Indikator absorbsi merupakan indikator yang dapat menyerap senyawa organik yang berwarna ke permukaan

suatu endapan sehingga terjadi modifikasi pada struktur dari senyawaan tersebut dan warnanya dapat sangat diubah dan dapat mejadi lebih tua. Fajans, menemukan fakta bahwa fluoresein da beberapa fluoresein tersubtitusi dapat bertindak sebagai indikator untuk titrasi perak. Bila suatu perak nitrat

ditambahkan ke dalam suatu larutan natrium klorida, partikel perak klorida yang sangat halus tersebut kemudian cenderung memegangi pada permukaannya (mengabsorpsi) sejumlah ion klorida berlebihan yang ada dalam larutan tersebut. Ion-ion klorida ini dikatakan membentuk lapisan terabsorpsi primer dan dengan demikian menyebabkan partikel koloidal perak klorida tersebut bermuatan negatif. Partikel ini kemudian cenderung menarik ion-ion posiif dalam larutan untuk membentuk lapisan adsorpsi sekunder yang terikat dengan longgar. Jika perak nitrat ditambahkan secara berlebih maka ion-ion tersebutlah yang akan menggantikan ion klorida dalam lapisan primer. Maka partikel-partikel menjadi bermuatan positif dan anion dalam larutan ditarik membentuk lapisan sekunder (Day dan Underwood, 1989). Metode Volhard digunakan secara meluas untuk perak dan klorida karena titrasi tersebut dapat dilakukan dalam suasan asam. Memang diinginkan untuk menggunakan medium asam utuk mencegah hidrolisis indikator ion besi(III). Metode-metode lain yag lazim untuk perak dan klorida memerlukan larutan yang hampir netral agar titrasinya sukses. Banyak kation yang mengendap pada

kondisi semacam ini dan karena itu mengganggu dalam metode-metode ini. Merkurium merupakan satu-satunya kation yang lazim, yang mengganggu dalam meode Volhard tersebut. Memang merkurium dapat ditentukan dengan titrasi dengan tiosianat, karena merkurium(II) tiosianat merupakan senyawa yang sangat

sedikit sekali terdisosiasi.

Konsentrasi yang tinggi dari kation-kation yang

berwarna, seperti kobalt(II), nikel(II) dan tembaga(II) menimbulkan kesulitan dalam mengamati titik akhir titrasi. Asam nitrit mengganggu dalam titrasi, karena bereaksi dengan tiosianat dengan menghasilkan warna merah peralihan (Day dan Underwood, 1989). Selain kalium tiosianat, larutan ammonium tiosianat 0,1 M sering pula dipakai sebagai larutan baku dalam titrasi argentometri. Namun karena

ammonium tiosianat sangatlah mudah menyerap air, maka larutannya harus dibakukan terlebih dahulu dengan memakai larutan baku perak nitrat dengan memakai cara titrasi Volhard (Rivai, 1995).

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu cara pemeriksaan atau dalam analisis kuantitatif adalah titrimetri, yakni pemeriksaan jumlah zat yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stokiometri dengan zat yang ditentukan. Cara titrimetri ini sangat luas pemakaiannya, yang mana disebabkan karena beberapa alasan. Salah satunya adalah cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya sangat mudah dan cepat, ketelitiannya dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan karena dapat digunakan untuk menentukan beberapa kadar dari berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Pemeriksaan kimia secara titrimetri dapat digolongkan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan berdasarkan reaksi antara penitar dan zat yang

ditentukan, dimana dapat dibagi menjadi empat jenis yakni reaksi/ titrasi asambasa, titrasi pembentukan kompleks, titrasi pengendapan atau argentometri, dan titrasi oksidasi-reduksi. Titrasi pengendapan terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag+ dan anion-anion X- yaitu halida, tiosianat dan sianida. Cara-cara ini dimana larutan AgNO3 diperlukan sebagai larutan standart. Titrasi pengendapan/argentometri juga terdiri atas tiga metode, salah satunya adalah metode Volhard yakni dengan menggunakan kalium tiosianat dan indikator Fe3+.

Untuk lebih jelasnya maka dilakukanlah percobaan kali ini, yakni titrasi Argentometri dengan menggunakan metode Mohr dan metode Volhard. 1.2 Maksud dan Tujuan Perecobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan mempelajari analisis argentometri menggunakan metode Mohr dan metode Volhard. 1.2.2 Tujuan Percobaan Menentukan konsentrasi air kelapa dengan menggunakan metode Mohr dan metode Volhard. 1.3 Prinsip Percobaan Penentuan konsentrasi air kelapa dengan metode Mohr menggunakan standar AgNO3 dengan indikator K2CrO4 dan metode Volhard menggunakan larutan standar KCNS dengan indikator Fe(NH4)(SO4)2.

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaCl 0,01 N, larutan AgNO3 0,01 N, larutan HNO3 4 N, larutan KCNS 0,01 N, larutan indikator K2CrO4 5 %, larutan indikator Fe(NH4)(SO4)2 20 %, aquades, detergen, kertas saring, tissue roll dan aquades. 3.2 Alat Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret 50 mL, buret 100 mL, gelas kimia 300 mL, gelas kimia 250 mL, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 100 mL, gelas ukur 25 mL, gelas ukur 10 mL, labu semprot, kaca arloji, sendok tanduk, pipet volume 50 mL, pipet volume 25 mL, pipet volume 10 mL, labu takar 100 mL, labu takar 250 mL, bulb, pipet tetes, pipet skala, corong, erlenmeyer 250 mL, erlenmeyer 100 mL, dan neraca analitik. 3.3 Prosedur Percobaan 3.3.1 Metode Mohr 3.3.1.1 Standarisasi larutan AgNO3 Larutan NaCl 0,01 N dipipet sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan dengan larutan indikator K2CrO4 5 % sebanyak 2 mL lalu dihomogenkan. Selanjutnya, dititrasi dengan AgNO3 sampai berwarna merah bata. Dicatat volume AgNO3 yang dibutuhkan dan dihitung konsentrasi larutan AgNO3. Pekerjaan dilakukan secara duplo.

3.3.1.2 Penetapan konsentrasi Cl- dalam air kelapa Larutan sampel dipipet sebanyak 25 mL kemudian ditambahkan dengan larutan indikator K2CrO4 5 % sebanyak 2 mL lalu dihomogenkan. Selanjutnya, dititrasi dengan AgNO3 sampai berwarna merah bata. Dicatat volume AgNO3 yang dibutuhkan dan dihitung konsentrasi Cl-. Pekerjaan dilakukan secara duplo. 3.3.2 Metode Volhard 3.3.2.1 Standarisasi larutan KCNS Larutan AgNO3 0,01 N dipipet sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan dengan larutan HNO3 4 N sebanyak 3 mL serta larutan indikator Fe(NH4)(SO4)2 20 % sebanyak 2 mL lalu dihomogenkan. Selanjutnya, dititrasi dengan KCNS sampai berwarna merah darah. Dicatat volume KCNS yang dibutuhkan dan dihitung konsentrasi larutan KCNS. Pekerjaan dilakukan secara duplo. 3.3.2.2 Penentuan konsentrasi Cl- dalam air kelapa Larutan sampel dipipet sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan larutan AgNO3 sampai jenuh. Dicatat volume AgNO3 yang digunakan. Selanjutnya, diencerkan dengan aquadest sampai 100 mL dalam labu ukur kemudian disaring. Setelah disaring, filtratnya dipipet kembali sebanyak 25 mL dan ditambahkan dengan larutan HNO3 4 N sebanyak 3 mL kemudian ditambahkan lagi dengan indikator Fe(NH4)(SO4)2 20 % sebanyak 2 mL. Dititrasi kembali dengan KCNS sampai berwarna merah darah. Dicatat volume KCNS yang dibutuhkan dan dihitung konsentrasi Cl-.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Metode Mohr 4.1.1.1 Standarisasi larutan AgNO3 No. 1. 2. Volume NaCl 10 mL 10 mL Volume AgNO3 Indikator K2CrO4

4.1.1.2 Penentuan konsentrasi Cl- dalam air kelapa No. 1. 2. Volume Sampel 25 mL 25 mL Volume AgNO3 Indikator K2CrO4

4.1.2 Metode Volhard 4.1.2.1 Standarisasi larutan KCNS No. 1. 2. Volume AgNO3 10 mL 10 mL Volume KCNS Indikator Fe(NH4)(SO4)2

4.1.2.2 Penentuan konsentrasi Cl- dalam air kelapa No. 1. 2. Volume Sampel 25 mL 25 mL Volume KCNS Indikator Fe(NH4)(SO4)2

4.2 Reaksi

4.2.1 Metode Mohr 4.2.1.1 Standarisasi larutan AgNO3 AgNO3 + NaCl 2 AgNO3 + K2CrO4 AgCl + NaNO3 (merah bata) + 2 KNO3

Ag2CrO4

4.2.1.2 Penetapan konsentrasi Cl- dalam air kelapa AgNO3 + Cl2 AgNO3 + K2CrO4 4.2.2 Metode Volhard 4.2.2.1 Standarisasi larutan KCNS AgNO3 + KCNS KCNS + Fe3+ AgCNS + KNO3 AgCl + NO3Ag2CrO4 + 2 KNO3

K3[Fe(CNS)6] Merah darah

4.2.2.2 Penentuan konsentrasi Cl- dalam air kelapa AgNO3 + KCNS KCNS + Fe3+ AgCNS + KNO3

K3[Fe(CNS)6] Merah darah

4.3 Perhitungan 4.3.1 Metode Mohr 4.3.1.1 Standarisasi larutan AgNO3 N AgNo3 = mg NaCl Fp x VAgNO3 x Mr NaCl mg mL x 58,5 mg/mol

N AgNo3 =

N AgNo3 =

mg

N AgNo3 = 4.3.1.2 Penetapan konsentrasi Cl- dalam air kelapa N Cl- = VAgNO3 x NAgNO3

Volume sampel x mL

N Cl- =

N Cl- =

N Cl- = 4.3.2 Metode Volhard 4.3.2.1 Standarisasi larutan KCNS N KCNS = VAgNO3 x NAgNO3 VKCNS

N KCNS =

mL x mL

N KCNS =

N KCNS =

4.3.2.2 Penentuan konsentrasi Cl- dalam air kelapa N Cl- = Fp1 (VAgNO3 x NAgNO3 ) (VKCNS x NKCNS ) Fp2 x Volume sampel ( x x ( )( ) )( x )

N Cl- =

N Cl- =

N Cl- =

N Cl- = 4.4 Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Daintith, J., 1994, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta. Day, R. A., dan Underwood, A. L., 1989, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga, Jakarta. Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.

Mulyono, 2005, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Bumi Aksara, Bandung. Rivai, H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Jakarta.

BAGAN KERJA

METODE MOHR A. Standarisasi larutan AgNO3 NaCl 0,01 N

Dipipet sebanyak 10 mL Ditambahkan 2 mL K2CrO4 5 % Dihomogenkan Dititrasi dengan AgNO3 sampai berwarna merah bata Dicatat volume AgNO3 yang dibutuhkan Dihitung konsentrasi AgNO3 Dilakukan secar duplo Hasil

B. Penetapan konsentrasi Cl- dalam air kelapa Sampel Dipipet sebanyak 25 mL Ditambahkan 2 mL K2CrO4 5 % Dititrasi dengan AgNO3 sampai berwarna merah bata Dicatat volume AgNO3 yang dibutuhkan Dihitung konsentrasi Cl Dilakukan secar duplo Hasil

METODE VOLHARD A. Standarisasi larutan KCNS AgNO3 0,01 N Dipipet sebanyak 10 mL

Ditambahkan HNO3 4 N sebanyak 3 mL Ditambahkan 2 mL Fe(NH4)(SO4)2 20 % Dititrasi dengan KCNS sampai berwarna merah darah Dicatat volume KCNS yang dibutuhkan Dihitung konsentrasi KCNS Dilakukan secar duplo Hasil

B. Penentuan konsentrasi Cl- dalam air kelapa Sampel Dipipet sebanyak 10 mL Ditambahkan AgNO3 sampai jenuh Dicatat volume AgNO3 Diencerkan dengan aquadest sampai 100 mL dalam labu ukur Disaring Filtrat Dipipet sebanyak 25 mL Ditambahkan 3 mL HNO3 4 N Ditambahkan 2 mL Fe(NH4)(SO4)2 20 % Dititrasi dengan KCNS sampai berwarna merah darah Dicatat volume KCNS yang dibutuhkan Dihitung konsentrasi Cl Hasil

Endapan

Vous aimerez peut-être aussi