Vous êtes sur la page 1sur 8

Ajang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan Sebagai Awal Penepisan Afro-Pesimism Piala Dunia menjadi sebuah wadah

kompetisi sepakbola internasional dari beberapa negara di dunia. Piala Dunia ini diselenggarakan oleh Fdration Internationale de Football

Association (FIFA) dan diadakan setiap empat tahun sekali (FIFA, 2002). Dalam pelaksanaan Piala Dunia 2010, FIFA, melalui

presidennya Joseph Blatter membuat keputusan penting, dengan melakukan rotasi untuk menentukan negara yang menjadi tuan rumah ajang sepakbola terbesar ini (Satrio, 2010). Setelah ajang sebelumnya diadakan di benua biru dengan segala keindahannya, pada tahun 2010 yang lalu, Piala Dunia diadakan di benua hitam, Afrika, dengan memilih negara Afrika Selatan sebagai tuan rumah. Afrika merupakan benua yang dipandang sebelah mata oleh belahan dunia lainnya dengan segala macam permasalahannya, kelaparan, kemiskinan, perang saudara, kehidupan primitif,

berbagai penyakit, diskriminasi ras. Pandangan Afro-pesimism ini yang tertanam dalam diri kita apabila mendengar kata Afrika. Afrika Selatan sebagai negara yang baru saja keluar dari permasalahan diskriminasi ras. Menjadi suatu hal yang sangat membanggakan bagi Afrika Selatan sendiri. Karena hal ini dapat menjadi suatu citra yang baik bagi Afrika Selatan disamping adanya pandangan sebagai negara dengan diskriminasi ras yang tinggi akibat politik apartheid. Penduduk belahan dunia lain, Eropa, Amerika, Asia, Australia, sangat menyambut baik Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Bahkan,
1

banyak dari mereka sangat tertarik untuk melihatnya langsung berkunjung ke Afrika Selatan. Atas dasar inilah, saya mengambil judul untuk tulisan ini adalah Ajang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan Sebagai Awal Penepisan Afro-Pesimism. Dengan judul tersebut, tulisan ini akan menjelaskan mengenai Bagaimana pandangan dunia tentang Afrika dapat berubah

melampaui Afro-pesimisme melalui Piala Dunia 2010?. Pertanyaan tersebut menjadi fokus pembahasan saya dalam tulisan ini, karena melihat bagaimana pandangan dunia mengenai Afrika kini tidak menganggap sebagai negara yang terbelakang, sehingga

meleburkan dari pikiran mengenai Afro-pesimism. Dalam tulisan ini akan dijelaskan mengenai beberapa konsep yang terkait dengan judul dan menyajikan pandangan dunia yang ditujukan adalah negara-negara lain terhadap Afrika. Afrika Selatan merupakan negara yang telah berhasil keluar dari masalah politik Apartheid. Politik Apartheid adalah suatu kebijakan yang merupakan perpaduan antara praktek-praktek kolonialisme dan superioritas rasial kulit putih. Politik Apartheid mengajarkan bahwa setiap ras mempunyai panggilan tertentu dan harus memberikan sumbangan budaya kepada dunia, oleh karena itulah ras-ras tersebut harus dipisahkan satu sama lain, agar mereka dapat hidup dan berkembang sesuai dengan kebudayaan mereka sendiri (Iliffe, 2006: 279). Politik Apharteid ini merupakan salah satu masalah yang termasuk dalam pandangan afro-pesimism. Afro-pesimism yang
2

dihubungkan pada ide bahwa tidak ada sesuatu yang baik yang kita lihat dari Afrika, hanya ada masalah yang terpikirkan oleh kita, seperti eksploitasi, perdagangan budak, imperialism/kolonialism dan apartheid (Aiwuyor, 2009). Negara belahan dunia lain akan sulit

membuka hubungan politik, ekonomi atau apapun dengan Afrika Selatan karena mempertimbangkan masalah-masalah yang sering terjadi dalam negara tersebut. Pandangan afro-pesimism seperti itulah yang membuat masyarakat belahan dunia lain menjadikan Afrika termarginalkan. Namun, berhasilnya Afrika Selatan keluar dari kekangan apartheid, semakin berkembang pembangunan dalam negara

tersebut. FIFA, sebagai badan penyelenggara ajang sepakbola dunia, memilih Afrika Selatan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010. Hal yang sangat berarti bagi Afrika Selatan dalam membuka diri dan menjalin hubungan dengan negara-negara lain, dan mengejutkan bagi masyarakat dunia. Masyarakat belahan negara lain mengkhawatirkan dari keputusan FIFA tersebut, karena

memandang Afrika Selatan yang begitu tidak baik untuk menjadi tuan rumah sebuah ajang olahraga terbesar itu. Masyarakat dunia mengklaim bahwa FIFA telah melakukan kesalahan dengan menjadikan Afrika Selatan sebagai tuan

rumahnya. Koresponden sepakbola menilai bahwa tuan rumah ajang ini seharusnya di Mesir, yang merupakan salah satu dari tiga kandidat negara yang mengadakan kegiatan terbesar di dunia. Afrika Selatan merupakan negara yang memiliki tingkat kejahatan
3

tertinggi di dunia (Mannak, 2010). Ini yang menjadi ketakutan dari masyarakat dunia akan pelaksanaan Piala Dunia 2010. Karena masyarakat Internasional mengetahui bahwa Afrika Selatan

memiliki tingkat kejahatan pertama paling tinggi di dunia. Namun, FIFA tetap menberikan kesempatan bagi Afrika Selatan untuk menjadi tuan rumah, dan menunjukkan perkembangan baik di negara ini. Hilangnya politik apartheid yang ada dalam negara tersebut membuktikan bahwa Afrika Selatan dapat maju dan berkembang, sehingga FIFA memilihnya menjadi tuan rumah untuk ajang Piala Dunia 2010. Situasi dan kondisi yang terjadi saat ini di Afrika Selatan telah jauh berbeda ketika pada saat masa politik apartheid diberlakukan. Ketika politik apartheid diberlakukan, terjadi tindak kejahatan kemanusiaan dengan membedakan ras dan warna kulit. Orangorang yang berkulit hitam diperlakukan dengan tidak baik, dan tidak mendapatkan kehidupan yang layak. Pendidikan yang sulit, akses transportasi dan komunikasi yang sulit, serta suara yang

dibungkam. Sehingga terlihat perbedaan kehidupan yang jauh antara kulit putih dan kulit hitam. Afrika berakhirnya telah menjadi negara yang demokrasi menjadi setelah tonggak

apartheid.

Afrika

Selatan

perekonomian dan aspek industri yang besar di Afrika. Tingkat perekonomiannya semakin meningkat menurut laporan UNDP

(United Nations Development Programme). Afrika Selatan pun telah banyak melakukan transformasi dalam bidang ekonomi, sosial dan
4

politik, dengan mulai membuka hubungan kerjasama dengan negara-negara di Afrika lainnya, dan berpartisipasi dalam ekonomi dunia (Whiteman, 2004). Hal ini membuat masyarakat dunia menilai Afrika Selatan sebagai negara yang mulai berkembang dan beradab dan tidak dipandang sebelah mata. Keputusan yang diberikan oleh FIFA kepada Afrika Selatan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010 ini dalam rangka memberi kesempatan kepada Afrika Selatan dan untuk

menghubungkan negara-negara belahan dunia lain dengan benua yang termarginalkan ini. Dengan demikian negara-negara lain dapat mengetahui dan memahami kondisi di Afrika Selatan. Mereka dapat melihat sendiri secara langsung mengenai Afrika Selatan.

Permasalahan yang ada di Afrika Selatan menjadi perhatian bagi masyarakat internasional, sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut, tidaklah dengan cara memarginalkan mereka melainkan dengan menghubungkan dan merangkul mereka untuk membantu mereka keluar dari masalah (Aiwuyor, 2009). FIFA ingin

menunjukkan pembangunan dan kemajuan yang ada di Afrika Selatan sehingga masyarakat internasional tidak memandang Afrika Selatan hanya hal-hal yang buruk saja. Ajang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan menjadi sebuah penghargaan tersendiri bagi masyarakat Afrika Selatan dalam memperbaiki citra negaranya. Afrika Selatan mengusahakan

pelaksanaan Piala Dunia 2010 sebaik mungkin dibanding tahun lalu, dengan rancangan Piala Dunia Hijau. Rancangan Piala Dunia Hijau
5

ini dilakukan melalui pembangunan stadium untuk pertandingan yang megah dengan ditanami beratus tanaman hijau demi

menciptakan lingkungan hijau dan membatasi polusi yang terjadi akibat banyaknya pesawat yang beroperasi di atas langit karena banyaknya penduduk luar yang datang baik itu Raja dan Ratu, Kepala Negara, Para Pebisnis, Selebriti Internasional dan lainnya yang ingin melihat Piala Dunia 2010 (Mannak, 2010). Dalam pelaksanaan Piala Dunia 2010 ini, pemerintah Afrika Selatan berusaha menjaga keamanan dari tindak kejahatan yang mungkin akan muncul ketika Piala Dunia dimulai. Dengan

mengerahkan 50.000 pasukan tentara maupun kepolisian untuk menjaga pelaksanaan ajang olahraga mendunia tersebut (Mannak, 2010). Afrika Selatan juga bekerjasama dengan Interpol, Kepolisian, Tentara, dan Unit Anti Terorisme dari Eropa, sehingga pelaksanaan Piala Dunia 2010 dapat aman tanpa ada gangguan. Sikap Afrika Selatan yang mengusahakan dengan kerasnya keamanan dan kenyamanan pelaksanaan Piala Dunia 2010 ini menarik para penduduk luar untuk berkunjung dan mengikuti pertandingan sepakbola dunia tersebut. Media massa juga ikut menyoroti situasi kemeriahan yang ditampilkan Afrika Selatan. Afrika Selatan berbeda dari pandangan afro-pesimism yang selama ini kita tahu. Kehidupan yang baik, dengan suasana lingkungan yang damai. Afrika antar Selatan bangsa bisa dan menjadi ras tanah terjadi. dimana Afrika

persaudaraan

Selatan membuktikan bahwa mereka tidak kalah dengan negara6

negara benua lain dalam menyelenggarakan suatu event. Hal ini menjadi nilai ketertarikan bagi masyarakat dunia untuk percaya terhadap Afrika Selatan sebagai negara yang baik dan membuang pandangan yang tidak baik mengenai Afrika Selatan. Stadium-stadium megah yang dibangun oleh Afrika Selatan dengan arsitektur kebudayaan Afrika yang ditampilkan menjadi hal yang menarik untuk dilihat oleh penduduk asing. Bangunan hotel yang menjulang tinggi telah ditempati oleh penduduk asing, baik itu orang kalangan pemerintahan, artis internasional dan lainnya. Taman-taman hijau dibuat menambah keasrian lingkungan. Devisa negara meningkat dengan banyaknya penduduk yang datang yang ingin menonton pertandingan sepakbola tersebut. Lagu pembuka dalam pertandingan Piala Dunia 2010 berasal dari lagu daerah Afrika Selatan Waka-waka, yang dinyanyikan oleh artis kulit putih Shakira. Lagu ini dinikmati oleh hampir semua penonton sepak bola dan dinilai sebagai lagu persatuan yang tidak menunjukkan perbedaan apapun baik kulit putih atau kulit hitam. Hal ini membuktikan tidak ada lagi pandangan afro-pesimism terhadap Afrika Selatan. Dunia hari ini dilanda paranoid akan ras-ras tertentu. Orangorang Arab dianggap teroris, orang-orang Amerika dianggap

memiliki pengaruh buruk, orang-orang Jerman dianggap arogan, dan sebagainya. Hangatnya isu nuklir beberapa negara serta konflik-konflik di berbagai area di bumi membuat orang-orang yang mengharapkan kerukunan dan keharmonisan berharap semoga
7

Afrika Selatan bisa menjadi semacam tempat deklarasi tidak resmi bagi perdamaian dan kerukunan dunia. Dengan ajang Piala Dunia 2010 ini hal tersebut mungkin saja dapat terjadi. Karena Piala Dunia menjadi wadah bagi semua negara di dunia untuk ikut serta, menjalin hubungan yang baikdengan rasa persaudaraan yang tinggi dalam kompetisi olehraga. Pandangan afro-pesimism yang tercermin dalam Afrika,

khususnya Afrika Selatan dapat sedikit demi sedikit menghilang dengan melihat kebaikan yang ada di negara tersebut, tidak hanya melihat hal-hal buruk yang dulu pernah terjadi di negara tersebut. Ini menjadi poin penting bagi kita, bahwa permasalahan di Afrika dapat diselesaikan tidak dengan memandang sebelah mata,

sehingga memarginalkan negara atau benua tersebut, melainkan dengan menjalin hubungan, mengajak dan merangkul bersamasama menyelesaikan masalah-masalah yang ada disana, karena kita merupakan warga dunia yang hidup dalam bumi yang sama tanpa ada perbedaan apapun.

Vous aimerez peut-être aussi