Vous êtes sur la page 1sur 31

Sindrom Klinefelter adalah kelainan genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X.

Laki-laki normal memiliki kromosom seks berupa XY, namun

penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar susu dan berefek pada perbesaran payudara). ANAMNESIS Anamnesis harus meliputi semua gangguan endokrin pada ibu selama kehamilan, derajat maturitas/ prematuritas umur kehamilan, ibu mengkonsumsi hormone dari luar, juga cara yang digunakan untuk membantu reproduksi dan atau kontrasepsi yang digunakan selama kehamilan. Riwayat keluarga digunakan untuk mengskrining beberapa kelainan urologi, kematian neonatal yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, anomaly organ genital, pubertas dini, amenorrhea, infertilitas pada keluarga dekat atau terkaitan keluarga. Riwayat keluarga menetukan apakah terdapat ciri tertentu yang ditentukan secara genetic atau bersifat familial. Kalau perlu, tanyakanlah tentang kejadian-kejadian yang mengungkapkan penyimpangan dari pertumbuhan dan perkembangan normal. Tanyakanlah berapa berat badannya pada umur-umur tertentu, erupsi gigi, ukuran-ukuran pertumbuhan (tinggi badan, lingkar kepala), dan kejadian fisiologis seperti timbulnya menarke dan perkembangan pubertas. 1-3 Factor genetic Paling jelas terlihat pada tinggi badan pasien tinggi pasien mungkin secara statistic abnormal tetapi normal untuk keluarga tersebut. Kebanyakkan kelainan genetic yang menambah tinggi badan pasien melibatkan kromososm seks. Hormone-hormon ini menyebabkan kelainan maturasi seksual. PEMERIKSAAN FISIK Tinggi dan Berat Badan

Ukurlah tinggi badan pasien anda dalam posisi berdiri. Tafsirkan tinggi dan berat badan relative terhadap riwayat keluarga dan riwayat berat badan masa lampau.

Target height / mid parental height : Laki laki = {TB ayah + (TB Ibu + 13 )} x Perempuan = {TB Ibu + (TB ayah 13 )} x

Prakiraan tinggi dewasa ( potensi tinggi genetik) dapat dihitung dari midparental height dengan rumus : Potensi tinggi genetik = mid parental height 8,5 cm ( Potensi tinggi genetik adalah: Rentang nilai tinggi badan akhir seseorang akibat dari kedua orang tua biologis )

Distribusi Lemak, Otot dan Jaringan Ikat

Wanita normal mempunyai pusat gaya berat di daerah pinggul dan relative mempunyai lebih banyak lemak daripada otot. Otot lebih dominan pada pria, dengan masa terbesar yang berpusat di sekitar bahu. Sifat-sifat Kulit

Penyakit genetic, hormonal, atau gizi selama pertumbuhan dan perkembangan menyebabkan kelainan bentuk yang tersebar luas dan khas. Kematangan Seksual

Perkembangan seksual wanita mencerminkan efek androgen dan estrogen. Perkembangan seksual pria hanya mencerminkan efek androgen sahaja. Gangguan perkembangan beberapa ciri tertentu mencerminkan kekurangan atau ketidakefektifan rangsangan masing-masing hormone. Jumlah hormone abnormal atau produksi hormone pada waktu yang abnormal juga dapat berefek pada tinggi badan melalui efeknya pada epifisis tulang.

Pada waktu pemeriksaan pria; perhatikanlah delapan efek androgen; ukuran testis, perkembangan penis, pengerutan skrotum, rambut aksila dan pubis, dalamnya suara, seborea atau akne, perkembangan prostat dan tinggi badan Perhatikanlah efek estrogen dan peranan dalam perkembangan sifat-sifat tersebut; puting susu, areola, kelenjar mammae, labia minora, vulva, vagina, uterus dan ovarium .

Inspeksi Penis

Jika perlu, tarik prepusium kea rah atas (hal ini seharusnya mudah dan tidak menimbulkan sakit) untuk melihat orifisum uretra, terutama keberadaan duh/ secret. Orifisum uretra menyerupai suatu celah dan jika celah nin dibuka dengan melakukan pengurutan di sepanjang celah aksis tersebut, mukosa uretra yang berwarna agak kemerahan tanpa dosertai perlepasan secret seharusnya terlihat. Palpasi Skrotum dan Isinya

Skrotum merupakan suatu kantung otot yang tipis yang berisi testis dan struktur terkait. Pemeriksaan testis seharusnya berada dalam keadaan pasien berbaring dan kemudian berdiri. Testis kiri biasanya lebih rendah dibandingkan testis kanan. Epididimis menempel pada permukaan atas dan permukaan posterior atas testis. Epididimis membawa spermatozoa ke vas deferens yang menuju ke atas melalui kanalis inguinalis dan bergabung dengan vesika seminalis tepat di sebelah lateral prostat. 1 o Testis yang tidak turun atau ektopik Jika salah satu sisi skrotum tidak mengandung testis (meskipun pasien berdiri), testis yang tidak turun atau ektopik tersebut harus dicari yang dapat berada apakah terdapat di daerah inguinal, femoral atau perineal. Pada beberapa keadaan, testis berada di dalam perut dan tidak dapat diraba, serta memiliki kecenderungan untuk menjadi suatu keganasan.

o Testis yang kecil Jika kedua testis kecil, kemungkinan terdapat keadaan-keadaan yang sifatnya bilateral seperti kegagalan ransangan hipofisis atau disfungsi testis primer yang dapat terjadi pada sindrom Klinefelter atau eunuchchoidism. Parameter Awitan Obat penyebab Riwayat keluarga Penyakit kronis Ginekomastia pubertas Usia 10-18 tahun Tidak ada Ginekomastia transien (-) Ginekomastia patologis Sebelum usia 10 tahun Riwayat positif Ginekomastia permanen Hati, ginjal, fibrosis kistik, hipertiroid, kolitis ulseratif, trauma dinding dada Penyakit genital (-) Orkitis, trauma testis, kriptorkismus, hipospadia Awitan pubertas Normal dan sebelum terjadi ginekomastia Pemeriksaan fisis Gizi baik, testis membesar, pubertas stadium II-IV Prekoks atau setelah terjadi ginekomastia Kurang gizi, goiter, testis kecil atau asimetris, under masculinized Massa mamae Pusat cakram di bawah papila Keras, massa asimetris tidak di bawah papila, limfadenopati regional Tabel : Perbedaan gambaran ginekomastia pubertas dan patologis

Perkembangan Perempuan Normal XX Ovarium berkembang Androgen tidak diproduksi Duktus Wolfii regresi MIS tidak diproduksi Duktus Mulleri berkembang Genitalia eksterna perempuan

Sindrom Klinefelter

Perkembangan Laki-laki Normal

XXY Testis kecil saat pubertas Produksi androgen menurun Duktus Wolffii berkembang MIS diproduksi Duktus Mulleri regresi Genitalia eksterna laki-laki dengan penis kecil

XY Testis berkembang Androgen diproduksi Duktus Wolffii berkembang MIS diproduksi Duktus Mulleri regresi Genitalia eksterna laki-laki

Feminisasi saat pubertas

Maskulinisasi saat pubertas dengan produksi androgen menurun

Maskulinisasi saat pubertas

Table: Perbandingan anak laki-laki dan perempuan normal dengan pasien Sindrom Klinefelter

Foto: Sindrom Klinefelter

PENGUJIAN GEN Untuk melakukan pengujian genetika, pertam-pertama DNA harus disolasi dulu dari salah satu sel. DNA relative stabil dan bisa diperoleh dari setiap sel hidup dengan sebuah nucleus. Jenis sel yang digunakan adalah sel darah putih kerana mudah diperoleh dari sampel darah. Dalam kasus lain biisa digunakan sel janin atau sel sumsum tulang. 2 Analisis Kromosom Analisis kromosom (karyotyping) dilakukan untuk mencari kerusakan pada sebuah kromososm dari gen tertentu. Paling sering digunakan untuk mengevaluasi DNA dari pasangan yang memiliki riwayat keguguran atau mendeteksi adanya keabnormalan pada janin. Biasanya, analisis kromososm dilakukan dari beberapa sel untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi akibat adanya pertumbuhan sel yang abnormal setelah dikeluarkan dari tubuh.

Foto: Karyotipe Klinefelter

Analisis DNA Analisis DNA paling sering dilakukan untuk memeriksa gangguan gen tunggal seperti fibrosis sistik dan hemophilia. Sesudah DNA diisolasi dari sampel sel, dengan enzim pemotong yang bekerja seperti gunting molekul, DNA dipotong menjadi 4-8 frgamen dasar.

Salah satu teknik laboratorium untuk menemukan berbagai gen atau mutasi genetic adalah teknik PCR (polymerase chain reaction). Dengan PCR,DNA dalam jumlah sangat kecil pun mampu diproduksi ulang dalam tabung tes. PCR juga digunakan untuk menggandakan DNA dari sel tunggal.

Analisis Protein Dalam beberapa kasus, secara tidak lansung perubahan DNA bisa terdeteksi melalui ada tidaknya produk gen (yaitu protein atau enzim) dalam sampel sel tubuh, biasanya dari darah, air seni, atau cairan ketuban atau sel. Contohnya, PKU (phenylketonuria) merupakan gangguan autusom resesif yang langka yang disebabkan oleh hilangnya sebuah enzim (hidroksilase fenilalanin).

Manfaat tes genetika i. ii. iii. iv. Skrining pada bayi baru lahir Menguji para pembawa (carrier) Pemeriksaan diagnostic pralahir Pemeriksaan prediksi mengidentifikasi perubahan gen yang bisa menimbulkan penyakit v. Memperkuat sesuatu diagnosis

PEMERIKSAAN HORMONAL Sintesa hormone steroid seks diproduksi terutama oleh gonad dan diatur oleh dua jenis hormone gonadotrofik yang dihasilkan oleh adenohipofise. Secara garis besar terdapat tiga hirarki hormonal yang berperan saat pubertas pada manusia yaitu (1) Gonadotopin-releasing hormone (GnRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus, (2) Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior sebagai respons atas GnRH, dan (3) Estrogen, testosteron dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium atau testis sebagai respons atas FSH dan LH.2 Pemeriksaan LH dan FSH Tujuan pemeriksaan FSH dan Lh adalah untuk melihat fungsi sekresi hormone yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan mekanisme fisiologis umpan balik dari organ target

yaitu testis dan ovarium. Kadar FSH akan meningkat pada hipogonadism, pubertas prekoksm menopause, kegagalan diferensiasi testis, orchitis, seminoma, acromegali, sindrom Turner. Serta menurun pada keadaan insufisiensi hipotalamus, disfungsi gonad, anovulasi, insufisiensi hipofise dan tumor ovarium. Sekresi LH dan FSH dikontrol oleh GnRH yang merupakan pusat kontrol untuk basal gonadotropin, masa ovulasi dan onset pubertas pada masing-masing individu. Estrogen Kadar estrogen meningkat pada keadaan ovulasi, kehamilan, pubertas prekoks, ginekomastia, atropi testis, tumor ovarium, dan tumor adrenal, kadarnya menurun pada keadaan menopause, disfungsi ovarium, infertilitas, sindroma Turner, amenorea akibat hipopituitari, anoreksia nervosa, keadaan stress dan sindroma testicular feminisasi pada wanita. Testosterone Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utama testosteron adalah testis pada jantan dan indung telur (ovari) pada betina, walaupun sejumlah kecil hormon ini juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini merupakan hormon seks jantan utama dan merupakan steroid anabolik. Kadar androgen meningkat pada hirsustisme, amenorea hipotalamus, dan tumor sel Sertoli. Dan menurun pada andropause, sindrom Klinefelter, aplasia sel Leydig dan criptorchidism.

Hormone

Jenis Kelamin

Unit Konvensional (ng/dL)

Testosterone Prepubertas Pubertas Dewasa

Wanita 5-13 9-24 30-70 Pria Prepubertas Pubertas Dewasa 8-14 84-180 300-1000

Tabel: Harga Normal Hormon Testosteron pada Pria dan Wanita Prolaktin Prolaktin merupakan hormon yang disekresikan oleh hipofisis anterior. Fungsi dari prolaktin adalah menstimulasi ekskresi air susu. Selama paruh pertama kehamilan, kelenjar payudara sebenarnya telah siap untuk memproduksi air susu, namun dihambat oleh estrogen dan progesteron kehamilan. Setelah kehamilan selesai, barulah kelenjar payudara bisa memproduksi air susu.

Foto: Jalur pembentukan hormone

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Radiologi

i.

Jenis Panggul

Menurut Caldwell-Moloy panggul terdiri dari : 1. Jenis ginekoid: ditemukan pada 45% wanita. Panjang diameter anteroposterior hamper sama dengan transversa 2. Jenis android: Bentuk PAP hamper segitiga. Pada umumnya pada pria. Diameter anteroposterior hamper sama panjangnya dengan diameter tranversa, tetapi diameter tranversa dekat dengan sacrum. Bagian dorsal PAP gepeng, bagian ventral menyempit ke muka. Ditemukan pada 15% wanita 3. Jenis anthropoid: bentuk PAP agak lonjong seperti telur, ditemukan pada 35 % wanita. Jenis panggul ini diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter tranversa 4. Jenis platipelloid: ditemukan pada 5 % wanita . diameter transversa lebih besar dapirada diameter anteroposterior. Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4 macam bentuk pelvis dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untuk menentukan kombinasi ini mula mula yang disebut adalah jenis segmen pelvis bagian belakang dahulu kemudian baru bagian segmen depan.3

Pemeriksaan foto rontgen dapat menentukan jenis panggul pasien.

Foto: Jenis-jenis Panggul

ii.

Usia Tulang (Bone Age)

Disebut juga usia skelet, usia anatomic atau usia radiologi merupakan cara menilai tingkat maturitas seorang anak menuju dewasa dengan mengamati perubahan tulang yang dapat terekam dalam film secara serial. Dilihat epiphyseal disc dan dibandingkan dengan Atlas Standard dari Greulich Pyle atau Tanner (TW2) Score.

Foto: Pemeriksaan Rontgen Umur Tulang PRENATAL DIAGNOSIS Pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan janin. Dapat memeriksa manifestasi penyakit atau cacat tubuh dapat terjadi sejak masa janin atau setelah lahir yang merupakan kelainan genetik atau non genetik Indikasi o Hanya dilakukan untuk penyakit yang menyebabkan sakit berat atau kecacatan (mental/ fisik) pada anak yang tidak dapat diobati secara optimal o Kelainan yang menyebabkan sakit berat/ fatal pada ibu hamil Prediksi risiko kelainan janin o Ibu usia lanjut Usia 35 tahun ke atas Peristiwa non disjunction (gagal berpisah)

Risiko sindrom Down (trisomi 21) dan kelainan kromosom lain meningkat sesuai dengan usia ibu

o Riwayat penyakit keturunan dalam keluarga o Riwayat kelainan kromosom atau cacat bawaan pada anak terdahulu o Salah satu dari pasangan mempunyai kelainan struktur kromosom Amniosintesis Amniosintesis adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap cariran amniotik (air ketuban) yang terdapat di sekitar bayi di dalam uterus. Cairan ini diambil dengan menggunakan jarum. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk medeteksi kelainan-kelainan pada bayi. Cairan amnion diambil dengan menusukkan jarum melalui perut menembus kandungan. Amniosintesis umumnya dilakukan antara minggu 15 dan 20 kehamilan (biasanya sekitar minggu ke 16) untuk melihat informasi genetik. Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan pada kehamilan yang lebih tua untuk mengetahui keadaan bayi. Resiko Amniosintesis o Kebocoran atau infeksi terhadap air ketuban o Jarum menyentuh bayi o Kelahiran premature o Keguguran Thallasemia Duchenne Muscular Dystrophy Cystic Fibrosis Spinal Muscular Atrophy Hemofilia

o Latar belakang etnik dengan frekuensi penyakit keturunan yang tinggi Thallasemia Cystic fibrosis Sickle cell anemia Hemophilia

WORKING DIAGNOSIS Klinefelter syndrome adalah suatu kondisi di mana satu atau lebih tambahan kromosom X yang hadir pada sel tubuh laki-laki. Daripada memiliki pola kromosom XY yang biasa dimiliki oleh laki-laki, penderita sindrom ini memiliki pola XXY. Sindrom ini merupakan kelainan kromosom yang paling umum dikaitkan dengan hipogonadism dan infertilitas pada laki-laki. Sindrom ini mengenai 1/1000-1/2000 kelahiran hidup dan dapat ditemui pada 0,003% dari abortus spontan dan berhubungan dengan nondisjunction dari paternal meiosis (55%), maternal meosis I (34%), dan maternal meosis II (9%). Sindrom ini pertama kali diidentifikasi dan dijelaskan oleh Harry Fitch Klinefelter, Jr, seorang dokter Amerika. Pada tahun 1942, Klinefelter dkk menerbitkan laporan tentang 9 lakilaki yang memiliki payudara membesar, rambut wajah dan tubuh jarang, testis kecil, dan ketidakmampuan untuk menghasilkan sperma. Pada tahun 1959, penderita sindrom Klinefelter ini ditemukan memiliki kromosom seks ekstra (genotipe XXY) daripada kromosom laki-laki biasa (genotipe XY). Meskipun semua pria dengan sindrom Klinefelter memiliki kromosom X tambahan, tidak semua laki-laki XXY memiliki semua gejala. Karena tidak semua laki-laki dengan pola XXY memiliki semua gejala sindrom Klinefelter, biasanya istilah XXY male digunakan untuk menggambarkan penderita sindrom ini, atau kondisi XXY untuk menggambarkan gejala. 2,3 Manifestasi klinis Infertilitas dan ginekomastia adalah dua gejala yang paling umum yang membantu diagnosis pada pasien dengan sindrom Klinefelter. Gejala lain termasuk kelelahan, kelemahan, disfungsi ereksi, osteoporosis, gangguan bahasa, kesulitan akademik, subnormal libido, kurang percaya diri, dan masalah perilaku. Pertumbuhan

Bayi dan anak-anak mencapai ketinggian, berat badan, dan lingkar kepala yang normal. Sekitar 25% memiliki clinodactyly. Kecepatan tinggi meningkat pada usia 5 tahun, dan

orang dewasa dengan sindrom Klinefelter biasanya lebih tinggi dari orang dewasa normal. Penderita juga memiliki lengan dan kaki panjang yang tidak proporsional.

Beberapa individu dengan varian, Klinefelter 49 XXXXY memiliki perawakan pendek

SSP

Berbeda dengan sindrom genetik lain yang timbul dari trisomi kromosom (misalnya, sindrom Down, trisomi 18), kemampuan kognitif umum pasien tidak dalam kisaran cacat intelektual.

Kebanyakan laki-laki dengan kariotipe 47 XXY memiliki kecerdasan normal. Latar belakang keluarga mempengaruhi skor intelligence quotient (IQ). Kecerdasan subnormal atau retardasi mental dapat dikaitkan dengan kehadiran kromosom X yang lebih banyak.

Sekitar 70% dari pasien memiliki cacat perkembangan dan belajar minor. Ini mungkin termasuk kesulitan akademik, penguasaan bahasa dan berbicara terlambat, berkurangnya memori jangka panjang, penurunan keterampilan pengambilan data, kesulitan membaca, dyslexia, dan attention deficit disorder .

Pasien mungkin menunjukkan masalah perilaku dan psikologis. Hal ini mungkin karena sangat kurang percaya diri dan pengembangan psikososial atau menurunnya kemampuan untuk mengatasi stres.

Gangguan kejiwaan melibatkan ansietas, depresi, neurosis, dan psikosis lebih umum di grup ini daripada di populasi umum.

Dental Sekitar 40% dari pasien memiliki taurodontism, yang dicirikan oleh pembesaran gigi geraham dengan perpanjangan pulpa. Tingkat insiden adalah sekitar 1% pada laki-laki sehat.

Karakteristik Seksual

Pasien mungkin kurang karakteristik seksual sekunder karena penurunan produksi androgen. Hal ini menyebabkan rambut pada tubuh, wajah dan seksual jarang, high pitched voice, dan distribusi lemak seperti wanita.

Pada akhir pubertas, 30-50% pasien hadir dengan gynecomastia, yang disebabkan oleh peningkatan kadar estradiol dan rasio estradiol/testosteron meningkat. Risiko mendapat karsinoma payudara minimal 20 kali lebih tinggi dari pada individu sehat.

Pasien postpubertal mungkin memiliki disgenesis testis (testis kecil, ukuran testis, <10 mL).

Infertilitas, azoospermia, atau keduanya mungkin akibat dari atrofi tubulus seminiferus. Hampir semua individu dengan kariotipe 47 XXY infertil. Pasien dengan mosaicism sindrom Klinefelter (46 XY/47 XXY) dapat fertil.

Pasien mungkin memiliki peningkatan frekuensi tumor sel germ extragonadal seperti karsinoma embrional, teratoma, dan tumor sel germ mediastinum primer.

Meskipun kelainan kelamin tidak umum diamati pada pasien dengan sindrom Klinefelter, proses asosiasi ini penting untuk diperhatikan karena sindrom Klinefelter merupakan salah satu penyebab kelainan atau ambiguitas kelamin. Fenotipe ini meliputi kebalikan seks lengkap, true hemaphroditism (misalnya, ovotestes), testicular feminization, ambigu alat kelamin/ undervirilization (misalnya, hipospadia , mikropenis, epispadia, genitalia eksternal perempuan), dan kelainan alat kelamin ringan.

Masalah peredaran darah dan jantung


mitral valve prolapse terjadi pada 55% pasien. Varises vena terjadi pada 20-40% pasien. Prevalensi ulkus vena sekitar 10-20 kali lebih tinggi dibandingkan pada individu sehat, dan risiko deep vein thrombosis dan pulmonary embolism meningkat.

Varian Klinefelter

48, XXYY varian: Pasien biasanya memiliki keterbelakangan mental ringan, perawakannya tinggi; eunuchoid body habitus ; rambut tubuh jarang, gynecomastia, kaki panjang dan kurus; hipogonadisme hipergonadotropik, dan testis kecil.

48, XXXY varian: Pasien biasanya memiliki keterbelakangan mental ringan sampai sedang, keterlambatan bicara, perkembangan motorik lambat, koordinasi yang buruk, perilaku belum matang, perawakannya normal atau tinggi, wajah abnormal (lipatan

epicanthal, hypertelorism, bibir menonjol), hipogonadisme, ginekomastia ( 33-50%), hipoplasia penis, infertilitas, clinodactyly, dan radioulnar synostosis dan mempunyai manfaat dari terapi testosteron.

49, XXXYY: Pasien biasanya memiliki keterbelakangan mental sedang sampai parah, perilaku pasif tetapi kadang-kadang agresif dan mudah marah, perawakannya tinggi, fitur wajah dismorfik, ginekomastia, dan hipogonadisme.

49, XXXXY varian: Triad klasik adalah keterbelakangan mental ringan sampai sedang, synostosis radioulnar, dan hipogonadisme hipergonadotropik. Fitur klinis lainnya termasuk gangguan bahasa parah, masalah perilaku, berat lahir rendah, perawakan pendek pada beberapa individu, wajah abnormal (muka bulat pada masa bayi, fitur kasar pada usia yang lebih tua, hypertelorism, lipatan epicanthal, prognathism), leher pendek atau lebar, ginekomastia (jarang ), cacat jantung bawaan ( patent ductus arteriosus adalah yang paling umum), anomali tulang (valgus genu, pes cavus, jari kelima clinodactyly), hypotonia otot, sendi hyperextensible, alat kelamin hipoplasia, dan kriptorkismus. Testis berukuran seperti kacang pea, cirri seks sekunder seperti infant. 5

DIAGNOSA BANDING Sindrom XX Male

Foto: Sindrom XX Male

Sindrom XX male terjadi ketika individu yang terkena dampak lahir sebagai laki-laki normal, namun mempunyai kromosom perempuan. Dua jenis sindrom XX male dapat terjadi: mereka yang terdeteksi gen SRY dan mereka yang tidak terdeteksi SRY (sex determining region Y). SRY adalah faktor genetik utama untuk menentukan bahwa embrio yang berkembang akan menjadi laki-laki. Sindrom XX male adalah suatu kondisi di mana kromosom seks individu tidak sesuai dengan jenis kelamin fisik orang yang terkena. Secara normal, terdapat 46 kromosom, atau 23 pasang kromosom, di setiap sel. 22 pasang yang pertama adalah sama pada pria dan wanita. Pasangan terakhir, kromosom seks, adalah dua kromosom X pada wanita (XX) dan X dan kromosom Y pada laki-laki (XY). Pada sindrom XX male, penderita mempunyai kromosom wanita tetapi cirri-ciri fisik laki-laki. Sebagian besar penderita dengan sindrom XX male memiliki gen SRY ( yang secara normal melekat di kromosom Y ) yang melekat pada salah satu kromosom X mereka. Sisanya dari individu-individu dengan sindrom XX male tidak memiliki SRY . Oleh karena itu, gen lain pada kromosom lain yang berperan dalam menentukan fitur fisik mereka. Pada sindrom XX male yang disebabkan oleh gen SRY, translokasi antara kromosom X dan kromosom Y menyebabkan terjadinya kondisi tersebut. Translokasi terjadi bila bagian dari satu kromosom terpisah dan bertukar tempat dengan bagian kromosom yang lain. Pada sindrom XX male, ujung kromosom Y yang mengandung SRY di translokasi ke kromosom X. Akibatnya, embrio dengan kromosom XX dengan gen SRY translokasi akan mempunyai karakteristik fisik dari laki-laki. Pada individu dengan sindrom XX laki-laki yang tidak memiliki gen SRY, penyebab kondisi tersebut tidak diketahui. Para ilmuwan percaya bahwa satu atau lebih gen yang terlibat dalam pengembangan jenis kelamin embrio telah bermutasi atau berubah dan menyebabkan karakteristik fisik pria pada orang yang mempunyai kromosom perempuan. Gen ini bisa

ditemukan di kromosom X atau di salah satu dari 22 pasang autosom yang sama-sama dimiliki laki-laki dan perempuan.

Sindrom XX male terjadi pada sekitar 1 : 20.000 hingga 1 : 25.000 individu. Sebagian besar, sekitar 90%, mempunyai SRY terdeteksi dalam sel mereka. 10% sisanya adalah SRY negative. Sindrom XX male dapat terjadi dalam berbagai latar belakang etnis dan biasanya terjadi sebagai peristiwa sporadis, tidak diwarisi dari ibu dan ayah. Pria dengan sindrom XX male dan SRY positif terlihat seperti laki-laki. Mereka

memiliki fitur fisik laki-laki termasuk tubuh, alat kelamin, dan testis. Semua laki-laki sindrom XX male adalah infertile (tidak dapat memiliki anak kandung) karena mereka tidak memiliki gen lain pada kromosom Y yang terlibat produksi sperma. Pria dengan sindrom XX male biasanya lebih pendek daripada rata-rata laki-laki, karena mereka tidak memiliki gen tertentu pada kromosom Y yang terlibat dalam ketinggian. Individu-individu dengan 46XX hadir dengan kondisi yang mirip dengan Klinefelter, seperti testis kecil dan panjang kaki yang abnormal. Pada pasien XX male yang SRY negatif, kebanyakannya menderita hipospadia dan kriptokismus ( undescenden testis ). Kadang-kadang memiliki beberapa organ wanita seperti rahim dan saluran tuba. Mereka juga dapat menderita gynecomastia , atau perkembangan payudara selama pubertas , dan pubertas juga bisa tertunda. Mereka tidak subur dan lebih pendek dari rata-rata . Sebagian kecil penderita sindrom XX male dengan SRY negatif merupakan hermafrodit sejati ( true hermaphrodite ) . Ini berarti mereka mempunyai jaringan testis dan ovarium pada gonad mereka. Mereka biasanya dilahirkan dengan alat kelamin ambigu , dimana alat kelamin bayi memiliki kedua karakteristik laki-laki dan perempuan. Sindrom XX laki-laki dan hermafrodit sejati dapat terjadi dalam keluarga yang sama, menunjukkan adanya kelainan genetic yang terjadi pada kedua-duanya.

Diagnosa : Untuk penderita dengan sindrom XX male yang memiliki alat kelamin ambigu , hipospadia , dan / atau testis tidak turun , diagnosis dicurigai saat lahir . Untuk penderita sindrom XX male yang mempunyai fitur laki-laki normal, diagnosis dapat dicurigai sewaktu pubertas ketika perkembangan payudara terjadi. Banyak pria tidak tahu bahwa mereka memiliki

sindrom XX male sampai mereka mencoba untuk memiliki anak mereka sendiri, tetapi tidak mampu untuk melakukannya, dan oleh karena itu dievaluasi untuk infertilitas . Bila kondisi ini diduga dalam laki-laki, pemeriksaan kromosom dapat dilakukan pada sampel kecil jaringan seperti darah atau kulit. Hasil penelitian menunjukkan kromosom seks yang normal, atau kromosom XX. Selanjutnya tes genetik tersedia dan diperlukan untuk menentukan apakah gen SRY hadir. Beberapa individu yang terkena memiliki SRY yang ditemukan dalam jaringan testis, tetapi tidak dalam sel darah mereka. Ini disebut mosaicism . Kebanyakan laki-laki hanya menguji SRY dalam darah dan bukan jaringan testis mereka. Oleh karena itu, beberapa orang yang berpikir bahwa mereka adalah penderita sindrom XX male yang SRY nya negative, tetapi sebenarnya merupakan mosaik dan mempunyai gen SRY dalam gonad mereka.

Pengobatan dan manajemen : Bagi mereka dengan sindrom XX male dengan alat kelamin dan testis normal, pengobatan tidak diperlukan. Penderita dengan hipospadia atau testis tidak turun mungkin memerlukan satu atau lebih operasi untuk memperbaiki kondisi tersebut. Jika ginekomastia cukup parah, operasi

pengurangan payudara mungkin diperlukan. Pasien hermaphrodism sejati biasanya memerlukan pembedahan untuk menghapus gonad, karena ianya dapat menjadi kanker. Prognosis untuk laki-laki dengan sindrom XX male sangat baik. Pembedahan biasanya bisa memperbaiki masalah fisik. Pria dengan sindrom XX male memiliki kecerdasan normal dan rentang hidup normal. Namun, semua yang terkena akan infertile. Hipogonadisme Hipogonadisme pada pria adalah suatu kondisi yang hasil dari ketidakmampuan testis untuk menghasilkan hormon seks testosteron, sperma atau keduanya. Sebagai bagian dari sistem reproduksi mereka, laki-laki memiliki organ genital eksternal yang disebut testis. Jika testis

menghasilkan testosteron terlalu sedikit, maka baik pertumbuhan organ seksual atau fungsi mereka terganggu. Hormon ini juga memainkan peran penting dalam pengembangan dan pemeliharaan khas karakteristik fisik maskulin. Hipogonadisme pada laki-laki terbagi atas dua, yaitu hipogonadisme primer dan sekunder. Hipogonadisme primer yang juga dikenal sebagai kegagalan testis primer, berasal dari kelainan di testis. Penyebab umum dari hipogonadisme primer termasuk sindrom Klinefelter, kelainan bawaan dari seks kromosom X dan Y, kriptokismus ( undescended testis ), hemochromatosis, akibat dari terlalu banyak zat besi dalam darah, cedera pada testis, operasi hernia sebelumnya, pengobatan kanker dan proses penuaan. Hipogonadisme sekunder disebabkan oleh gangguan pada kelenjar pituitari yang terhubung ke otak dan berperan dalam mengontrol produksi hormon. Jika pesan kimiawi dari kelenjar pituitari ke testis tidak dikirim, akan terjadi gangguan fungsi testis. Kondisi ini bisa terjadi akibat dari cacat pada perkembangan kelenjar pituitari, penyakit radang tertentu, dan penggunaan obat-obatan tertentu yang digunakan dalam pengobatan gangguan kejiwaan dan penyakit gastroesophageal reflux. Gejala : Efek dari hipogonadisme terutama ditentukan oleh tahap kehidupan di mana ia terjadi. Jika gonad menghasilkan terlalu sedikit hormon selama perkembangan awal janin, pertumbuhan atau fungsi organ seks eksternal dan internal mungkin terganggu. Hal ini dapat menyebabkan kondisi di mana jenis kelamin anak tidak jelas dengan pemeriksaan luar pada saat lahir. Selama pubertas, gejala hipogonadisme memperlambat pertumbuhan dan mempengaruhi perkembangan normal. Perubahan fisik dapat mencakup menurunnya perkembangan massa otot, kurangnya pendalaman suara, gangguan dari pertumbuhan testis, penis dan rambut tubuh, serta terjadinya pembesaran dari payudara ( ginekomastia ). Gejala umum lainnya termasuk fisikal yang tinggi dan proporsi tubuh yang abnormal.

Pada

orang

dewasa,

hipogonadisme

dapat

mengakibatkan

disfungsi

ereksi,

ketidaksuburan, penurunan pertumbuhan rambut tubuh dan janggut, peningkatan lemak tubuh, pengembangan jaringan payudara dan penurunan ukuran atau ketegasan dari testis, otot dan massa tulang (osteoporosis). Perubahan mental dan emosional juga dapat terjadi pada hipogonadisme. Apabila kadar testosteron menurun, sebagian pria mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala yang mirip dengan gejala menopause pada wanita. Ini termasuk hot flashes, penurunan dorongan seksual, iritabilitas, depresi dan kelelahan. Diagnosis : Deteksi dini pada anak laki-laki dapat membantu mencegah pubertas tertunda, dan pria dewasa akan lebih terlindungi terhadap osteoporosis dan kondisi terkait lainnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengujian hipogonadisme jika ada gejala yang hadir. Untuk mengevaluasi hipogonadisme, pengujian dilakukan di pagi hari, karena biasanya kadar testosteron paling tinggi di pagi hari. Jika tes konfirmasi kadar testosteron rendah, pengujian laboratorium lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui apakah adanya gangguan testis. Studi ini dapat mencakup pengujian hormon, analisis air mani, pencitraan hipofisis, studi genetik dan biopsi testis. Pengobatan Terdapat beberapa metode pengobatan dengan menggunakan testosterone. Ini termasuk suntikan, patch, dan salep topikal testosteron. Suntikan testosteron dianggap aman dan efektif. Suntikan diberikan kira-kira setiap 2 minggu. Pasien sering mengalami fluktuasi gejala antara pemberian dosis. Alternatif lain adalah dengan menggunakan patch testosterone. Testosteron dapat dicampur dengan perekat dan patch baru tersebut dipakai ke beberapa bagian tubuh tapi sedikit menyebabkan iritasi kulit. Sebuah patch yang berbeda menggunakan testosteron dalam sistem

reservoir diaplikasikan pada kulit. Sistem ini lebih erat melekat pada kulit tetapi dapat menyebabkan iritasi kulit lebih. Juga tersedia adalah gel topical testosterone 1 %. Gel ini dipakai satu kali sehari pada bahu, lengan atas atau abdomen yang bersih dan kering. Tangan harus dicuci dan tempat aplikasi gel dibiarkan kering selama 3-5 menit sebelum berpakaian. Kemeja harus dipakai selama kontak dengan wanita atau anak-anak untuk mencegah perpindahan testosteron kepada mereka. Efek samping dari setiap terapi testosteron mungkin termasuk jerawat, ginekomastia, memburuknya apnea tidur, dan berkurangnya kadar HDL. Jika hipogonadisme terjadi selama dewasa, gaya hidup dan perubahan pola makan harus dilakukan untuk mencegah osteoporosis. Regular exercise in addition to adequate amounts of calcium and vitamin D to maintain bone strength are important to reduce the risks of osteoporosis. Olahraga teratur di samping intake diperlukan untuk mengurangi risiko osteoporosis. Pria yang didiagnosis hipogonadisme mungkin mengalami gangguan psikologis dan masalah dalam suatu perhubungan akibat disfungsi ereksi atau infertilitas. Keluarga pasien haruslah mendukung pasien dalam keadaan seperti ini. Selain itu, pasien harus berbicara dengan seorang dokter tentang bagaimana mengurangi kecemasan dan stres yang sering menyertai kondisi ini. Dukungan kelompok dapat membantu mereka dengan hipogonadisme dan kondisi yang terkait menghadapi situasi dan tantangan yang sama. Sindrom Kallman Sindrom Kallmann adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tiada atau terlambatnya pubertas dan disertai gangguan penciuman. Gangguan ini adalah bentuk hipogonadotropik hipogonadisme (HH), yang merupakan kondisi yang mempengaruhi produksi hormon yang berperan dalam perkembangan seksual. Pria dengan hipogonadisme hipogonadotropik seringkali lahir dengan penis yang kecil (micropenis) dan testis yang tidak turun (kriptorkismus). Pada masa pubertas, kebanyakan kalsium dan vitamin D yang adekuat

individu yang terkena tidak mempunyai perkembangan karakteristik seks sekunder, seperti pertumbuhan rambut wajah dan pendalaman suara pada laki-laki. Perempuan yang terkena biasanya tidak didatangi menstruasi pada pubertas dan

perkembangan payudara sedikit atau tidak ada. Pada beberapa orang, pubertas dapat tidak lengkap atau tertunda. Pada sindrom Kallmann, indera penciuman dapat berkurang (hyposmia) atau sama sekali tidak ada (anosmia ). Kondisi ini membedakan sindrom Kallmann dari bentuk-bentuk lain hipogonadotropik- hipogonadisme yang tidak mempengaruhi indera penciuman. Banyak orang dengan sindrom Kallmann tidak menyadari bahwa mereka tidak dapat mendeteksi bau sehinggalah kelainan tersebut dideteksi melalui pengujian tertentu. Gejala klinis dari sindrom Kallmann bervariasi.. Tanda-tanda dan gejala tambahan dapat termasuk kegagalan perkembangan satu ginjal (agenesis ginjal unilateral), bibir sumbing dengan atau tanpa bukaan pada atap mulut (sumbing langit-langit), gerakan mata tidak normal, gangguan pendengaran, dan gangguan pertumbuhan gigi. Beberapa individu dapat terkena suatu kondisi yang disebut synkinesis bimanual, di mana gerakan satu tangan akan dicerminkan oleh tangan yang satu lagi . Synkinesis bimanual membuatkan sulit untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan tangan untuk bergerak secara terpisah, seperti bermain alat musik. Para peneliti telah mengidentifikasi empat bentuk sindrom Kallmann, tipe 1 sampai 4, yang dibedakan oleh penyebab genetik mereka. Empat tipe tersebut masing-masing ditandai dengan hipogonadotropik hipogonadisme dan gangguan penciuman. Gejala tambahan, seperti sumbing langit-langit hanya terjadi pada tipe 1 dan 2. Kallmann sindrom diperkirakan mempengaruhi 1 dari 10.000 hingga 86.000 orang dan terjadi lebih sering pada laki-laki. Sindrom Kallmann tipe 1 adalah bentuk paling umum dari gangguan tersebut.

Etiologi : Mutasi pada gen KAL1 , FGFR1 , PROKR2 , dan PROK2 menyebabkan sindrom Kallmann. Mutasi KAL1 bertanggung jawab untuk sindrom Kallmann 1. Kallmann sindrom 2 hasil dari mutasi pada gen FGFR1. Mutasi pada gen PROK2 PROKR2 masing-masing menyebabkan jenis sindrom Kallmann 3 dan 4. Studi menunjukkan bahwa mutasi pada PROKR2 KAL1, FGFR1,, atau gen PROK2 mengganggu migrasi sel saraf pencium dan sel saraf GnRH di otak yang masih berkembang. Jika sel-sel saraf penciuman tidak diperluas ke bulbus olfaktorius, deria penciuman akan terganggu atau tidak ada. Gangguan dari penempatan neuron yang berperan dalam produksi GnRH akan mencegah produksi hormon seks tertentu, yang mengganggu perkembangan seksual normal dan menyebabkan ciri karakteristik dari hipogonadisme hipogonadisme. Tidak jelas bagaimana mutasi gen menyebabkan tanda-tanda lain yang mungkin dari sindrom Kallmann. Karena gejala klinis sindrom ini bervariasi antara individu, peneliti menduga bahwa faktor genetik dan lingkungan mungkin terlibat. 6 ETIOLOGI Pada tahun 1959, sindrom Klinefelter ditemukan disebabkan terdapatnya ekstra kromosom X pada laki-laki. Kariotipe 47 XXY pada sindrom Klinefelter muncul ketika

pasangan kromosom X gagal untuk berpisah (nondisjunction dalam tahap I atau II meiosis, selama oogenesis atau spermatogenesis). Sekitar 50% penyebab sindrom Klinefelter adalah disebabkan nondisjunction pada ibu dan ayah. Tujuh puluh lima persen kasus nondisjunction ibu disebabkan oleh kesalahan meiosis I, yang berhubungan dengan peningkatan usia ibu. Peningkatan usia ayah telah dihubungkan dengan peningkatan risiko kemungkinan terjadinya sindrom Klinefelter. Nondisjunction postfertilization ( nondisjunction mitosis setelah pembuahan zigot ) bertanggung jawab untuk mosaicism, yang terlihat pada sekitar 10% dari penderita sindrom

Klinefelter. Pria dengan mosaicism tidak begitu terpengaruh dan seringkali tidak didiagnosis. Bentuk Varian sindrom Klinefelter termasuk 48, XXXY; 49, XXXXY; 48, XXYY, dan 49, XXXYY. PATOFISIOLOGI Sindrom Klinefelter yang mempunyai karyotipe 47, XXY terjadi bila pasangan kromosom gagal untuk terpisah, yaitu terjadi non-disjunction pada miosis I atau II, sewaktu proses spermatogenesis atau oogenesis. Sekitar 10 % pasien Klinefelter merupakan tipe mosaicicm, yaitu non-disjunction yang terjadi setelah fertilisasi terjadi ( post fertilization nondisjunction ). Pasien dengan mosaicism biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dan

jarang terdeteksi. Kehamilan usia lanjut serta usia bapa berperan dalam meningkatkan insidens Sindrom Klinefelter. Kromosom X mengandung gen yang berperan dalam pelbagai fungsi system tubuh termasuk fungsi testis, perkembangan otak dan pertumbuhan. Penderita Klinefelter biasanya infertile disebabkan kegagalan testicular primer. Penderita biasanya mempunyai kadar testosterone serum yang rendah, kadar LH dan FSH yang tinggi serta peningkatan kadar estradiol. Mereka biasanya rentan terhadap penyakit auto-imun, diabetes, ulkus di kaki, osteoporosis, tumor ( payudaya ), dan risiko mortalitas tinggi. Tidak diketahui sama ada peningkatan morbiditas disebabkan oleh hipogonadisme dan hiperestrogenisme atau disebabkan fungsi kromosom X yang abnormal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diasumsi bahwa penderita sindrom Klinefelter sewaktu dilahirkan adalah spermatogonia. Bagaimanapun, pada awal pubertas,

spermatogonia tersebut melalui apoptosis massif. Tiga mekanisme yang dikatakan menyebabkan kegagalan spermatogenesis pada penderita sindrom Klinefelter : imbalance hormone intratesticular, disfungsi sel Sertoli dan defek pada pembaruan spermatogonial stem cell. Penurunan kadar testosterone dan peningkatan kadar estradiol merupakan symptom khas pada sindrom ini. Pada kebanyakan pria, peningkatan kadar LH dan FSH terjadi seawal usia pubertas. Hiperestrogenisme sering terlihat pada penderita sindrom ini, dengan disertai

peningkatan rasio estrogen-testosteron dan perlambatan dari peningkatan kadar testosterone sewaktu pubertas yang berperan terhadap karakteristik ginekomastia dan proporsi badan.4,6 PENATALAKSANAAN Salah satu tujuan penatalaksanaan ini adalah agar penderita sindrom Klinefelter dapat melakukan fungsi reproduksi. Kebanyakan lelaki datang ke dokter dengan keluhan infertilitas dan mencari pengobatan intervensi terutama ekstraksi sperma testicular (TESE) mikrobedah dengan fertilisasi in vitro (IVF). Penanganan kelainan ini ditujukan pada 3 hal, ginekomastia, dan masalah psikososial. Terapi Androgen Pemberian testosteron (testosterone replacement) harus dimulai pada saat pubertas, sekitar umur 12 tahun. Dosisnya ditingkatkan sampai cukup untuk mempertahankan konsentrasi testosteron, estradiol, follicle-stimulating hormone (FSH), dan Luteinizing Hormon (LH) dalam serum sesuai umur. Injeksi testosteron secara teratur dapat memacu kekuatan otot dan pertumbuhan rambut wajah, membuat lebih banyak otot tubuh, meningkatkan nafsu seksual, memperbesar testis, memperbaiki mood,dan perilaku dan memberikan perlindungan terhadap osteoporosis dini. Androgen eksogen (testoteron) merupakan terapi pilihan untuk sindrom Klinefelter. Biasanya dalam bentuk testosterone enantat (Delatestryl) atau cypionate (depo-testosteron). Dosis dewasa : 200 mg IM 4 kali dalam 2-3 minggu. Dosis anak : dimulai pada usia 1112 tahun, 50 mg 4 kali/bulan. Dosis ditingkatkan pertahun menurut keadaan pasien, tingkat virilisasi, pertumbuhan, kadar gonadotropin serum, sampai mencapai dosis orang dewasa.7,8 Infertilitas Ada penelitian yang menemukan bahwa sindrom Klinefelter merupakan penyebab 97% kemandulan pada laki laki. Oleh karena itu setiap usaha seharusnya dilakukan untuk memelihara kesuburan pada anak-anak yang didiagnosa dengan sindrom Klinefelter. Kehilangan sel yaitu; hipogonadisme,

spermatogonia pada laki laki sindrom Klinefelter terjadi secara progresif. Beberapa teknik baru seperti xenografting testis dan transplantasi stem sel spermatogonia sedang diteliti. Ada juga program yang bertujuan untuk maturasi spermatogonia dari anak laki-laki yang menderita sindrom Klinefelter. Waktu yang optimal untuk biopsi testis adalah ketika spermatogenesis sedang berlangsung menuju tahap penyelesaian dan sperma yang bergerak dapat diambil. Biasanya dilakukan pada pria yang tidak bisa ejakulasi atau tidak ada sperma dalam ejakulatnya. Saat ini ada yang menggunakan USG skrotum dan spektroskopi MRI untuk pasien dewasa untuk menentukan waktu yang optimal untuk biopsi testis Microsurgery Testicular Sperm Extraction (Micro TESE)

(gambar diundah dari

http://www.health-res.com/for-

non-obstructive-azoospermia/) Lebih dari 60 anak telah lahir setelah keberhasilan injeksi sperma intra sitoplasmik (ICSI) pada pasangan dimana prianya menderita sindrom Klinefelter. Hanya sedikit pria dengan sindrom Klinefelter yang memiliki sperma hidup dalam ejakulat mereka dan mampu menghasilkan sperma untuk kriopreservasi pada kehamilan selanjutnya. Proses intracytoplasmic sperm injection (ICSI)

Terapi Bicara dan Tingkah Laku Pada anak-anak, terapi bicara dan bahasa sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan memahami dan menghasilkan kemampuan bahasa yang lebih baik. Lelaki yang menderita Sindrom Klinefelter harus dilakukan evaluasi psikoedukasi yang komprehensif untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka. Informasi yang diperoleh dari evaluasi ini bisa membantu dalam merencanakan jenis dan penempeatan kelas dan sekolah. Terapi Okupasi dan Fisik Terapi fisik harus direkomendasikan pada anak laki-laki yang mengalami hipotonia atau keterlambatan kemampuan motorik yang mempengaruhi tonus otot, keseimbangan, dan kordinasi. Terapi okupasional dianjurkan pada anak laki-laki yang mengalami dispraksia motorik. Konseling Genetika Orang tua pasien harus diberikan informasi yang tepat tentang keadaan anak mereka yang menderita sindrom Klinefelter. Waktu yang paling tepat untuk menjelaskan keadaan sebenarnya pada penderita adalah pada usia dewasa akhir, dimana pada usia tersebut dianggap sudah bisa mengerti dan menerima kondisi yang sebenarnya. Konseling Genetika Reproduksi Pasien dengan kariotip 47,XXY nonmosaik telah berhasil ditolong dalam hal reproduksi sehingga dapat menghasilkan keturunan. Namun terdapat resiko genetic pada anak yang dilahirkan. Resiko genetik pada keturunan pasien dengan kariotip 47,XXY masih belum diketahui dan diasumsikan rendah. Resiko ini terkait dengan kromosom seks dan aneuploidi autosomal. Konseling ini masih cukup sulit. Namun pada penelitian lanjut di dapati bahawa penyakit ini tidak di turunkan karena ianya terjadi akibat kesalahan kromosom setelah di buahi yang di mana tidak terjadi non disjunction.

Bedah Ketika memasuki masa puber, banyak anak laki-laki yang mengalami pembesaran payudara namun cenderung menghilang dalam waktu yang singkat. Hanya sekitar 10% pria XXY yang memerlukan mastektomi. Mastektomi diindikasikan pada ginekomastia yang menimbulkan tekanan psikologis pada pasien dan meningkatkan resiko kanker payudara. Pemeriksaan Antenal Care Sindrom ini dapat di deteksi dengan melaksanakan amniosintesis maupun cytogenic amniotic fluid. Kemudian ibu bapa diberikan konsul mengenai informasi penyakit ini dengan sebaiknya , lengkap dan terperinci. PENCEGAHAN Sehingga kini di dapati langkah yang terbaik dalam menangani masalah ini adalah dengan melakukan pemeriksaan antenalcare yang dini. Ini adalah karena sebarang kemungkinan yang bakal terjadi kelak pada anak yang bakal di lahirkan kondisinya dapat di ketahui dengan segera yang mungkin. Terdapat teknis seperti amniosintesis dan cytogenic amniotic fluid PROGNOSIS Dengan adanya teknis yang serba kini, lelaki yang menghidap sindrom ini kini mampu hidup sehat seperti lelaki normal yang lain juga.Namun demikian ,lelaki dengan sindrom ini selalu akan mengalami kematian akibat daripada penyakit seperti kanker pada payudara, osteoporosis dan penyakit auto imun seperti diabetis maupun hipotirodisme. Tetapi dengan adanya pemeriksaan kesehatan yang dini dan kerap sebarang perubahan yang terjadi dapat diketahui dengan dini dan ianya dapat di atasi dengan segera. Jika ini dapat di lakukan dengan baik maka sebarang komplikasi dapat di cegah dan prognosis akan lebih membaik.

EPIDEMIOLOGI Sindrom Klinefelter merupakan kelainan kromosom seks yang paling sering. Kelainan ini mengenai laki-laki yang membawa kromososm X tambahan yang meyebabkan terjadinya hipogonadisme pada laki laki, defisiensi androgen, dan kerusakan spermatogenesis. Beberapa pasien mungkin menunjukkan gejala klasik yakni ginekomastia, testis kecil, rambut tubuh yang jarang, postur tinggi dan infertil atau manifestasi klinis lainnya.Kelainan ini ditemukan satu dalam 500-1.000 bayi laki-laki lahir dengan kromosom X tambahan yakni, 47,XXY. Kariotip inilah yang menyebabkan sindrom Klinefelter. Kariotip ini dideteksi pada atau sebelum kelahiran dalam 10 persen anak laki-laki yang menderita sindrom Klinefelter, dan ditemukan pada 25% orang dewasa yang mengelami kelainan ini. Dulu dikatakan bahwa hampir semua lelaki dengan kariotip 47,XXY akan infertile. Sindrom Klinefelter terhitung 3% menjadi penyebab infertiltas pada pria dengan oligospermia atau azoospremia (5-10 persen). Secara umum, berat ringannnya malformasi pada Sindrom Klinefelter tergantung jumlah kromosom X. Retardasi mental dan hipogonadisme lebih berat pada pasien dengan kariotip 49,XXXXY dibandingkan dengan 48,XXXY.9

KESIMPULAN 1. Sindrom ini merupakan kelainan sex kromosom yang sering di jumpai yang akan menyebabkan hipogonadism dan infertilitas pada laki laki 2. Fungsi seksual dan orientasi adalah normal 3. Intelligensi pesakit ini juga normal dan lebih baik dari pesakit sindrom down tetapi hal ini bergantung kepada jumlah X yang di milikinya. 4. Individu ini hasil prognosisnya akan lebih baik jika mempunyai supportive yang baik dari lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA 1. Bickley L.S. Genitalia Pria dan Hernia. Dalam: Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates Edisi ke-5. EGC. 2008. 2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Idrus Alwi, Marcellus SK, Siti Setiati. Genetik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke-4. FKUI. 2006 3. Clarke. Klinefelter. Dalam: Genetika Manusia dan Kedokteran. Edisi Ke-3. EGC. 2005. 4. R.Lewis.Huamn Genetic : Concept and Application 5th edition..McGrew Hill 2003 5. J.Visootsak.JM Graham. Klinefelter Syndrome and its variant.Departmen of pediatric King Drew medical Centre. Di undah dari http://www.orpha.net/data/patho/GB/ukKS.pdf Maret 2003 pada 4 october 2010. 6. J.A.Houghton. Human Genetic: Sex Chromosome Aneuploidy. Department of National University of Ireland Galway. 7. Katzung B.G. The Gonadal Hormones and Inhibitors. Dalam: Basic and Clinical Pharmacology 10th Edition. McGraw Hill. 2007. 8. RF Mueller. ID Young. Emerys Elements of Medical genetic.Churchill Livingstone 2004. 9. S.Shefi. PJ Turek.Definition and current evaluation of subfertile men. Departmen of Urology and Obstetrics University of California. Diundah dari

http://www.scielo.br/scielo.php?pid=s1677-55382006000400002&script=sci_arttext July 2006 pada 4 Oktober 2010.

Vous aimerez peut-être aussi