Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
+3 dalam senyawanya. Logam aluminium tahan terhadap korosi udara karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen membentuk lapisan nonpori dan membungkus permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lanjut (Sugiyarto, 2003). Endapan putih seperti gelatin, yaitu aluminium hidroksida Al(OH)2 yang larut sedikit dalam reagensia berlebihan. Kelarutan berkurang dengan adanya garam-garam ammonium disebabkan oleh efek ion sekutu. Sebagian kecil endapan masuk ke dalam larutan sebagai aluminium hisroksida koloid (sol aluminium hidroksida); sol ini berkoagulasi pada pendidihan atau pada penambahan garam-garam yang larut (misalnya aluminium klorida), dengan menghasilkan endapan aluminium hidroksida yang dikenal sebaai gel aluminium hidroksida. Untuk menjamin pengendapan yang sempurna, dengan larutan amonia. Larutan amonium itu ditambahkan dengan sedikit berlebihan dan caampuran didihkan sampai larutan sedikit berbau amonia. Bila baru diendapkan, ia mudah melarut dalam asam kuat, tetapi setelah dididihkan ia menjadi sangat sedikit larut : Al3+ + NH3 + H2O Al(OH)3 + 3 NH4+ (Svehla, 1990). D. Alat dan Bahan a) Alat 1. Tabung reaksi 9 buah 2. Rak tabung reaksi 2 buah 3. Gelas ukur 10 mL 1 buah 4. Neraca digital 5. Botol semprot 1 buah 6. Pipet tetes 7. Klem kayu 1 buah 8. Lampu spiritus 1 buah 9. Corong biasa 1 buah b) Bahan 1. Aluminium klorida (AlCl3), larutan dan anhidrat 2. Natrium hidroksida (NaOH) 3. Ammonium hidroksida (NH4OH) 4. Asam klorida encer (HCl) 5. Metal violet (ungu) 6. Magnesium klorida anhidrat (MgCl2) 7. Aquadest (H3O+) 8. Indicator universal 9. Magnesium Oksida (MgO) 10. Aluminium Oksida (Al2O3) 11. Kertas saring E. Prosedur Kerja a) Sifat Aluminium Hidroksida 1. Memasukkan 2 mL larutan AlCl3 ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan beberapa tetes amonia. Mengamati apa yang terjadi. Setelah itu menambahkan amonia hingga berlebih dan mengamati perubahan yang terjadi. 2. Memasukkan 2 mL larutan AlCl3 ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan beberapa tetes larutan NaOH. Membagi dua endapan yang terbentuk. Meneruskan penambahan NaOH hingga berlebih pada bagian pertama dan menambahkan HCl pada bagian kedua kemudian mengamati apa yang terjadi.
3. Menyediakan endapan aluminium hidroksida dengan cara mereaksikan larutan AlCl3 dengan larutan NaOH encer. Menyaring endapan yang terbentuk kemudian mencuci endapan yang ada di kertas saring dengan aquadest kemudian menambahkan larutan berwarna seperti metil violet dan mengamati apa yang terjadi b) Membandingakan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida 1. Memanaskan AlCl3 anhidrat dalam tabung reaksi. Mengamati apa yang terjadi. Setelah itu mengulangi percobaan dengan menggunakan MgCl2 anhidrat sebagai pengganti AlCl3 anhidrat kemudian mengamati apa yang terjadi. 2. Memasukkan 1 sendok aAlCl3 anhidrat ke dalam tabung reaksi kemudian menambahkan air setetes demi setetes. Mengamati dan mengukur pH-nya dengan menggunakan indicator universal. Mengulangi percobaan dengan menggunakan MgCl2 anhidrat. c) Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO 1. Memasukkan 0,1 gram Al2O3 dan 0,1 gram MgO ke dalam tabung reaksi yang berbeda kemudian menambahkan 3 mL aquadest dan mengocoknya. Mengamati apa yang terjadi dan mengukur pH-nya. 2. Memasukkan kurang lebih 0,1 gram Al2O3 dan 0,1 gram MgO ke dalam tabunhg reaksi yang berbeda kemudian menambahkan 3 mL HCl encer. Mengamati apa yang terjadi dan mengukur pH-nya. Setelah itu mengulangi percobaan di atas dengan menggunakan NaOH sebagai pengganti HCl encer.
d) Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Magnesium 1. Memasukkan 3 mL larutan AlCl3 0,1 M ke dalam tabung reaksi dan 3 mL larutan MgCl2 0,1 M ke dalam tabung reaksi yang lain. Kemudian memeriksa pH setiap larutan dengan indicator universal. 2. Menambahkan larutan NaOH encer pada 3 mL larutan AlCl3 0,1 M hingga endapan yang terbentuk larut lagi. 3. Mengulangi percobaan di atas dengan mengganti AlCl3 0,1 M dengan MgCl2 0,1 M. F. Hasil Pengamatan a. Sifat Aluminium Hidroksida 1. 2 mL AlCl3 (bening) + beberapa tetes NH4OH (bening) dikocok Keruh + NaOH berlebih 2 lapisan (atas bening, bawah keruh) dikocok larutan keruh 2. 2 mL AlCl3 (bening) + beberapa tetes NaOH (bening) 2 lapisan (atas bening, bawah keruh) dikocok larutan keruh dibagi dua tabung I + beberapa tetes HCl encer dikocok bening tabung II + beberapa tetes NaOH 2 N dikocok bening 3. 2 mL AlCl3 (bening) + beberapa tetes NaOH 2N (bening) larutan bening + endapan disaring endapan putih (Kristal) dicuci dengan air dingin Kristal putih + metil violet (ungu) serbuk ungu b. Membandingakan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida 1. Pemanasan AlCl3 anhidrat (serbuk putih) dipanaskan serbuk putih + sedikit serbuk berwarna kuning MgCl2 anhidrat dipanaskan serbuk berwarna perak 2. Penambahan air AlCl3 anhidrat (serbuk putih) diteteskan air tidak larut diukur pH pH = 1 ditambahkan beberapa tetes lagi larut
MgCl2 anhidrat diteteskan air tidak larut diukur pH pH = 1 ditambahkan beberapa tetes lagi tidak larut c. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO 0,1 gram MgO + 3 mL H2O larutan berwarna putih, pH = 9 0,1 gram Al2O3 + 3 mL H2O tidak larut, pH = 7 0,1 gram MgO + 3 mL HCl tidak larut, pH = 1 0,1 gram Al2O3 + 3 mL H2O tidak larut, pH = 1 0,1 gram MgO + 3 mL H2O larutan berwarna putih, sedikit larut, pH = 13 0,1 gram Al2O3 + 3 mL H2O tidak larut, pH = 9 d. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Magnesium 3 mL AlCl3 0,1 M diukur pH pH = 3 + 3 mL NaOH 2 N keruh (encer) didiamkan bening diukur pH pH = 4 3 mL MgCl2 0,1 M diukur pH pH = 5 + 3 mL NaOH 2 N keruh (encer) diukur pH pH = 10 G. Pembahasan a. Sifat Aluminium Hidroksida Pada percobaan ini, penambahan beberapa tetes NH4OH pada larutan AlCl3 akan membentuk endapan Al(OH)3 yang berwarna keruh. Saat ditambahkan NH4OH berlebih, endapan yang terbentuk menjadi lebih keruh. Hal ini menunjukkan bahwa Al(OH)3 masih terbentuk. Hali ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika garam aluminium direaksikan dengan amonia maka akan membentuk endapan Al(OH)3 yang jika ditambahkan sedikit berlebih akan terjadi pengendapan sempurna dengan persamaan reaksi : AlCl3 + 3 NH4OH Al(OH)3 + 3NH4+ Pada percobaan selanjutnya, penambahan beberapa tetes larutan NaOH pada larutan AlCl3 akan menghasilkan endapan Al(OH)3 yang berwarna keruh. Kemudian endapan yang terbentuk dibagi menjadi dua bagian dimana bagian pertama ditambahkan dengan HCl encer yang menyebabkan larutan menjadi bening (larut kembali) dan bagian kedua ditambahkan dengan NaOH berlebih yang juga menyebabkan larutan menjadi bening (larut kembali). Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika garam aluminium ditambhakan dengan basa (alkali hidroksida) akan membentuk endapan Al(OH)3 yang jika ditambahkan dengan basa ataupun asam yang berlebih menyebabkan hidroksida yang terbentuk melarut kembali dengan persamaan reaksi : AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H3O Al(OH)3 + NaOH Na[Al(OH)4] (natrium tetraaminhidroksoaluminat) Pada percobaan selanjutnya, penambahan NaOH pada larutan AlCl3 akan menghasilkan endapan Al(OH)3 yang kemudian disaring dan dicuci dengan aquadest setelh itu ditambahkan dengan metil violet (ungu) menghasilkan serbuk berwarna ungu. Metil ungu memiliki trayek pH sekitar 0,5-1,5. Jika pH < 0,5, akan menunjukkan perubahan menjadi kuning sedang jika pH > 1,5 maka akan menunjukkan perubahan menjadi ungu (Sumber : http://dinisitedinisite.blogspot.com/2009/06/asam-basa-dan-garam.html) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa endapan Al(OH)3 bersifat asam dengan pH > 1,5 b. Membandingkan Aluminium Klorida dan Magnesium Klorida Pada percobaan ini, serbuk aluminium klorida, AlCl3 anhidrat dipanaskan membentuk serbuk putih dan sedikit serbuk berwarna kuning. Sedangkan serbuk magnesium klorida MgCl2 saat
dipanaskan membentuk serbuk berwarna perak. Menurut teori, kedua serbuk tersebut akan meleleh dan membutuhkan waktu yang berbeda. Serbuk MgCl2 lebih cepat meleleh dibandingka dengan AlCl3 karena MgCl2 memiliki densitas yang lebih kecil dibandingkan dengan AlCl3. Pada percobaan ini, AlCl3 anhidrat ditetesi dengan air menghasilkan campuran yang tidak larut, saat pH diukur, menunjukkan pH = 1 (asam) yang pada saat ditambahkan dengan air berlebih menjadi larut. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan jika AlCl3 padat diteteskan dengan air berlebih akan menghasilkan larutan asam dengan pH 2-3 atau lebih rendah jika larutan yang diperoleh lebih pekat. Reaksi yang terjadi : AlCl3(s) + 6H2O(l) [Al(H2O)6]3+(aq) + 3Cl-(aq) Pada saat MgCl2 anhidrat ditetesi dengan air, MgCl2 tidak larut dan pada saat pH diukur menunjukkan pH = 8 (basa) yang saat ditambahkan dengan air berlebih tetap tidak larut. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa MgCl2 larut dalam air menghasilkan asam lemah (pH = kira-kira 6) dengan persamaan reaksi : MgCl2(s) + 6H2O [Mg(H2O)6]2+(aq) + 2Cl-(aq) c. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO Pada percobaan ini, MgO ditambahkan dengan air menghasilkan larutan berwarna putih, sedikit larut, dengan pH = 9 (basa) sedangkanAl2O3 ditambahkan dengan iar, tidak larut dengan pH = 7 (netral). Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika serbuk MgO direaksikan dengan air akan terbentuk Mg(OH)2 yang hanya sedikit larut. Namun, jika menguji pH larutan tersebut akan menemukan pH = 9 (basa). Reaksi yang terjadi : MgO + H2O Mg(OH)2 Seusai teori, Al2O3 tidak dapat bereaksi dengan air dan tidak larut dalam air. Walaupun masih mengandung ion oksida, tapi gterlalu kuat berada di dalam kisi padatan untuk bereaksi dengan air. Pada percobaan selanjutnya, Al2O3 direaksikan dengan HCl, tidak alrut dengan pH = 1 sedang saat direaksikan dengan NaOH, tidak larut dengan pH = 9. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Al2O3 dapat bereaksi dengan asam klorida encer menghasilkan AlCl3 yang menunjukkan sisi basa dari sifat amfoternya sedangkan jika bereaksi dengan basa akan menghasilkan larutan natrium tertahidroksoaluminat yang menunjukkan sisi asam dari sifat amfoternya. Denga persamaan reaksi: Al2O3 + 6HCl 2AlCl3 + 3H2O Al2O3 + NaOH 2Na[Al(OH)4] Namun, hal tersebut (tidak terjadinya reaksi antara Al2O3 dengan NaOH dan HCl) dapat terjadi jika Al2O3 yang digunakan berasal dari pemanasan Al(OH)3 di atas suhu 850 oC. menurut teori, jika suhu pembuatan di atas 850 oC, maka oksida yang terbentuk tidak larut dalam asam maupun basa sehingga saat pH diukur, bukan pH Al2O3 yang terbaca tetapi pH dari HCl dan NaOH itu sendiri. Saat MgO direaksikan dengan HCl, tidak larut dan pH=1 sedang dengan NaOH, sedikit larut dengan pH = 13. Hal ini tidsak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa MgO akan bereaksi dengan HCl menghasilkan larutan MgCl2 yang menunjukkan sisi basa dari oksidanya dengan persamaan reaksi : MgO + 2HCl MgCl2 + H2O Sedangkan MgO tidak akan bereaksi dengan NaOH. d. Membandingkan Sifat Basa ion aluminium dan magnesium Pada percobaan ini, pH awal dari AlCl3 yaitu 3 sedangakn pH MgCl2 yaitu 5. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa AlCl3 lebih bersifat asam dibandingkan dengan MgCl2. Hal ini karena
AlCl3 berasal dari asam kuat dan basa lemah sedangkan MgCl2 berasal dari asam kuat dan basa kuat. Setelah itu, ditambahkan NaOH pada masing-masing larutan untuk AlCl3 membentuk larutan keruh (encer) yang merupakan endapan Al(OH)3 sedangkan MgCl2 membentuk larutan keruh (kental) dengan persamaan reaksi : AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika larutan garam aluminium dan magnesium (AlCl3 dan MgCl2) direaksikan dengan basa (NaOH) akan membentuk endapan Al(OH)3.
H. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1) Aluminium hidroksida, Al(OH)3 dapat larut dalam pH asam maupun basa sedang amonia akan membentuk Al(OH)3 (endapan sempurna) 2) Al(OH)3 bersifat asam 3) Al2O3 tidak larut dalam air dan bersifat amfoter 4) AlCl3 bersifat asam dibandingkan MgCl2 b. Saran Diharapkan agar praktikan selanjutnya lebih cermat dan teliti saat praktikum sehingga diperoleh hasil yang diharapkan
nk.blogspot.com/2008/12/logam-utama-golongan-iiia.html diakses pada 13 April 2010. Mulyono. 2007. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara. Sugiarto, Kristian. H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : UNJ. Svehla. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka. Tim Dosen Kimia Anorganik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar : Laboratorium Kimia, FMIPA, UNM.