Vous êtes sur la page 1sur 4

Membangun Karakter Melalui Pendidikan Sejak Usia Dini

Ditulis oleh ediw


Selasa, 12 Oktober 2010 12:57
Oleh: Edi Waluyo
Membangun karakter anak sejak dini, sangat penting bagi orang tua dan guru, harapannya agar
anak sejak dini memiliki karakter yang baik. Membangun karekter anak dapat dilakukan melalui
jalur pendidikan Iormal, non Iormal maupun inIormal.
Semakin meningkatnya perhatian orang tua dan pemerintah terhadap pendidikan anak usia dini,
disatu sisi merupakan hal yang sangat menggembirakan. Akan tetapi, disisi lain, seringkali
orangtua dan pendidik juga masih memiliki pandangan yang kurang tepat dan sempit tentang
proses pelaksanaan pembentukan pribadi pada anak usia dini, yakni terbatas pada kegiatan
akademik saja seperti membaca, menulis, menghitung, dan mengasah kreativitas.
Pada dasarnya setiap orang tua mendambakan anak-anak yang cerdas dan berperilaku baik dalam
kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka kelak akan menjadi anak-anak yang unggul dan
tangguh menghadapi berbagai tantangan dimasa depan. Namun perlu disadari bahwa generasi
unggul semacam demikian ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh
memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi
anak-anak itu dapat tumbuh optimal sehingga menjadi lebih sehat, cerdas dan berperilaku baik.
Dalam hal ini orang tua mempunyai peran yang amat penting.
Suasana penuh kasih sayang mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak,
memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara
kognitiI, aIektiI, sosioemosional, moral, agama, dan psikomotorik, semua sungguh merupakan
jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi yang berkarakter dimasa yang akan datang.
Pada era globalisasi tidak jarang kehadiran seorang anak justru menimbulkan berbagai masalah
dalam suatu keluarga. Berbagai media massa, baik media cetak maupun elektronik
menginIormasikan kasus-kasus tindak kriminal yang dilakukan oleh anak-anak seperti narkoba,
penyimpangan seksual bahkan pembunuhan.
Tindakan-tindakan amoral yang dilakukan oleh anak-anak tersebut pada dasarnya akibat dari
kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan anak dalam setiap jenjang usianya. Orang
tua yang terlalu sibuk cenderung membuat anak bebas bertindak mengekspresikan kehendaknya
dan rasa ingin tahunya.
Suatu keprihatinan yang dirasakan para orang tua adalah bagaimana menanamkan kepada anak-
anaknya dengan nilai-nilai, cita-cita dan motivasi yang akan menolong mereka bukan hanya
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, tetapi juga membuat keputusan-keputusan
yang benar dan bertanggung jawab.
Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan telah berbuah
kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki
kualitas yang baik. Karakter berbeda dengan kepribadian dan temperamen. Kepribadian adalah
respon atau biasa disebut etika yang ditunjukkan ketika berada di tengah-tengah orang banyak,
seperti cara berpakaian, berjabat tangan, dan berjalan. Temperamen adalah siIat dasar anak yang
dipengaruhi oleh kode genetika orang tua, kakek nenek, dan kakek buyut dan nenek buyut.
Sedangkan karakter adalah respon ketika sedang 'diatas' atau ditinggikan. Apakah anak putus
asa, sombong, atau lupa diri. Bentuk respon itulah yang disebut karakter
Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit 5 Iaktor, yaitu: temperamen dasar
(dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang dipercayai, paradigma), pendidikan (apa
yang diketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan
perjalanan (apa yang telah dialami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan).
Karakter yang dapat membawa keberhasilan yaitu empati (mengasihi sesama seperti diri sendiri),
tahan uji (tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, bersyukur dalam keadaan apapun, dan
beriman (percaya bahwa Tuhan). Ketiga karakter tersebut akan mengarahkan seseorang ke jalan
keberhasilan. Empati akan menghasilkan hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan
ketekunan dan kualitas, beriman akan membuat segala sesuatu menjadi mungkin. (Megawangi,
2003:19).
Membangun Karakter Anak Usia Dini
Membangun karakter terhadap anak hendaknya menjadikan seorang anak terbiasa untuk
berperilaku baik, sehingga ia menjadi terbiasa dan akan merasa bersalah kalau tidak
melakukannya. Sebagai contoh, seorang anak yang terbiasa makan tiga kali sehari, akan merasa
tidak enak bila makan hanya dua kali sehari. Dengan demikian, kebiasaan baik yang sudah
menjadi instink, otomatis akan membuat seorang anak merasa kurang nyaman bila tidak
melakukan kebiasaan baik tersebut.
Pendidikan karakter bagi anak adalah solusi yang mujarab yang dapat diharapkan akan
mengubah prilaku negatiI ke positiI. Pertama kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitiI
dalam kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia dini. Pendidikan intelektual (kognitiI) yang
berlebihan akan memicu pada ketidak seimbangan aspek-asepk perkembangannya.
Kedua, setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitiI, tambahkan materi pendidikan karakter.
Materi pendidikan karakter tidak identik dengan mengasahkan kemampuan kognitiI, tetapi
pendidikan ini adalah mengarahkan pengasahan kemampuan aIIektiI. Metode pembelajaran
karakter ini dilakukan dengan cerita-cerita keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi,
sahabat-sahabat nabi, pahlawan-pahlawan Islam, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang
dianggap baik dilakukan adalah dengan contextual learning, yaitu dalam setiap pembelajaran
anak-anak diberikan contoh kegiatan yang baik dengan langsung diperlihatkan dalam tindakan-
tindakan seluruh pendidik dalam suatu lembaga pendidikan.
Membangun karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak, akan
tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula.
Dengan begitu, Iitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Oleh karenanya
ada tiga pihak yang mempunyai peran penting yaitu, keluarga, sekolah, dan komunitas.
(Megawangi, 2003:23)
Pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti
baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal
yang baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk.
Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau
mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan.
Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses sembilan
pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan dan alam
semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; hormat dan
santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatiI, kerja keras, dan pantang
menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan
persatuan.
Tujuan mengembangkan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Begitu
tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmenya
untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukannya dengan benar, dan cenderung
memiliki tujuan hidup. Membangun karakter yang eIektiI, ditemukan dalam lingkungan sekolah
yang memungkinkan semua anak menunjukan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang
sangat penting (Baittstich, 2008:45)
Peran Guru dalam Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini
Pengembangan karakter anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan terutama dari orangtua. Anak
belajar untuk mengenal nilai-nilai dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dilingkungannya tersebut. Dalam pengembangan karakter anak, peranan orangtua dan guru
sangatlah penting, terutama pada waktu anak usia dini.
Berbagai bentuk kejahatan dan tindakan tidak bermoral dikalangan anak menunjukan bahwa
anak didik kita belum memiliki karakter yang baik. Hal ini perlunya pengembangan karakter
yang sesuai dengan anak, yang tidak sekedar pengetahuan, dan doktrinasi, tetapi lebih
menjangkau dalam wilayah emosi anak
Upaya yang dilakukan oleh guru dan orangtua dalam membangun karakter anak usia dini:
1. Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak.
2. Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan
yang bergizi.
3. Pola pendidikan guru dengan orangtua yang dilaksanakan baik dirumah dan di sekolah saling
berkaitan.
4. Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku yang terpuji.
5. Berikan Iasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya.
6. Bersikap tegas, konsisten dan bertanggungjawab

Vous aimerez peut-être aussi