Vous êtes sur la page 1sur 5

1998I. Kesadaran Gangguan kesadaran paling sering berhubungan dengan adanya kelainan pada otak. 1.

Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat, orang. 2. Kesadaran berkabut : kejernihan ingatan yang tidak lengkap. 3. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidak sadaran lingkungan sekeliling. 4. Delirium : bingung, gelisah, disorientasi, takut dan halusinasi. 5. Somnolen : mengantuk yang abnormal. 6. Drowsiness : cenderung selalu tidur II. Emosi Emosi adalah keadaan perasaan yang komplek berhubungan dengan afek dan mood. A. Afek : ekspresi emosi yang terlihat Afek serasi : irama emosional sesuai gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai. 1. Afek tidak serasi : ketidak sesuaian antara perasaan emosional dengan gagasan pikiran atau pembicaraan yang menyertai. 2. Afek tumpul : penurunan berat intensitas irama perasaan yang di ungkapkan keluar. 3. Afek sempit : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah dibawah afek tumpul. 4. Afek datar : tidak ada atau hampir tidak ada ekspresi afek, suara monoton dan wajah tidak bergerak. 5. Afek labil : perubahan irama perasaan cepat dan tiba-tiba tidak berhubungan stimuli eksternal. B. Mood Mood adalah emosi meresap dan dipertahankan, subjektif dan dilaporkan pasien pada orang lain. 1. Euforia : elasi kuat dengan perasaan kuat dengan perasaan kebesaran. 2. Depresi : kesedihan yang psiko patologis. 3. Anhedonia : hilang minat menarik diri dari semua aktifitas rutin yang menyenangkan. 4. Elasi : perasaan menyenangkan dan gembira yang berlebihan, puas diri sendiri atau optimis. C. Emosi lain 1. Kecemasan : ketakutan disebabkan dugaan bahaya dari dalam atau luar. 2. Agitasi : kecemasan berat diserati kegelisahan motorik. 3. Ketegangan : peningkatan aktifitas motorik dengan psikologis yang tidak menyenangkan. 4. Panik :cemas akut episodik dan kuat. 5. Ambivalensi :teradap sama-sama dua impuls yang berlawanan. D. Gangguan psikologis yang berhubungan dengan mood : tanda disfungsi somatik pada seseorang paling sering berhubungan dengan depresi. 1. Anoreksia : menurunnya nafsu makan. 2. Hiperfagia : meningkatnya nafsu makan. 3. Insomnia : menurunnya kemampuan untuk tidur. 4. Hipersomnia : tidur yang berlebihan. 5. Bulimia : perasaan lapar yang tidak habis-habisnya dan makan yang berlebih. III. Perilaku motorik : aspek jiwa yang termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan, instink dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh prilaku. 1. Ekoprasia : peniruan gerakan yang patologis seseorang pada orang lain. 2. Katatonia : terlihat pada skizofrenia katatonik dan beberapa kasus penyakit pada otak.

3. Negativisme : tahanan tanpa motifasi terhadap semua usaha untuk menggerakkan terhadap semua instruksi. 4. Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan sementara yang dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional. 5. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural. 6. Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari. 7. Hiperaktivitas : kegelisahan, agresif, aktivitas destruktiv, seringkali disertai dengan patologik otak dasar. 8. Ataksia : kegagalan koordinasi otot. 9. Tremor : gangguan pergerakan ritmik, berkurang saat istirahat dan tidur, dan meningkat pada waktu marah dan ketegangan. 10. Konvulsi : kontraksi ototatau spasme yang involunter. 11. Kejang klonik : kejang dimana otot secara bergantian kontaksi dan relaksasi. 12. Kejang tonik : kejang dimana terjadi kontraksi otot yang terus menerus. 13. Distonia : Perlambatan kontraksi terus menerus dari tubuh. IV. Berpikir Berpikir adalah aliran gagasan, simbol, dan asosiasi yang di arahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu masalah dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan. A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikir 1. Gangguan mental : sindrom prilaku yang bermakna secara klinis, disertai dengan penderitaan atau ketidakmampuan. 2. Psikosis : ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi. 3. Berpikir autistik : preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi. B. Gangguan spesifik pada bentuk pikir 1. Sirkumstansialitas : berbicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Tangensialitas : ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan. 3. Inkoherensi : pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti. 4. Ekolalia : pengulangan kata-kata atau frase-frase seseorang oleh seseorang lain secara psikopatologis. 5. Asosiasi longgar : penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan. 6. Flight of ideas : verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yang menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain. 7. Blocking : terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan diselesaikan. C. Gangguan spesifik pada isi pikir 1. Waham : keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan inteligensia pada pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. 2. Waham bizar : keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan samasekali tidak masuk akal. 3. Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa diringa, orang lain, dan dunia adalah

tidak ada atau berakhir. 4. Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seorang yang berlebihan. 5. Sisi pikir : waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lian. 6. Siar pikir : waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain seperti pikeran mereka sedang disiarkan ke udara. 7. Obsesi : ketakutan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat di tentang yang tidak dapat di hilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan. 8. Kompulsi : kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan, menyebabkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri selain dari pada untuk mencegah sesuatu dari terjadi di masa depan. 9. Fobia : rasa takut patologis yang resisten, irasional, berlebihan dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu, menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindaristimulus yang ditakuti. 10. Fobia sederhana : rasa takut dengan obyek yang jelas. 11. Fobia sosial : rasa takut akan keramain masyarakat. 12. Agorafobia : rasa takut terhadap tempat yang terbuka. 13. Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi. 14. Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri. 15. Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing. 16. Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu. 17. Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup. 18. Zoofobia : rasa takut terhadap binatang. V. Bicara Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang di ekspresikan melalui bahasa, komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa. Gangguan bicara 1. Logorrhea : bicara yang banyak sekali, bertalian dan logis. 2. Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal. 3. Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas. 4. Kekacauan : bicara yang aneh dan distrimik, yang mengandung semburan yang cepat dan menyentak. VI. Presepsi Presepsi adalah proses stimulasi fisik nenjadi informasi psikologis. A. Gangguan presepsi 1. Halusinasi : presepsi sensori yang palsu tidak disertai dengan stimuli eksternal yang nyata, mungkin tredapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi. 2. Halusinasi auditoris : presepsi bunyi yang palsu. 3. Halusinasi visual : presepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang berbentuk dan citra yang tidak berbentuk.

4. Ilusi : mispresepsi terhadap stimuli eksternal yang nyata. B. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif 1. Agnosia : ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterpretasikan kepentingan kesan sensoris. 2. Anosognosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologi yang terjadi pada dirinya. 3. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda atau orang. 4. Somatopagnosia : ketidak mampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai milik tubuhnya sendiri. 5. Aura : sensasi perasaan akan adanya bahaya seperti rasa penuh pada lambung, wajah memerah, dan perubahan respirasi, perubahan kognisi dan keadaan mood biasanya terjadi sebelum serangan. C. Gangguan yang berhubungan dengan fenomen koversi dan disosiatif : somatisasi material direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang melibatkan otot volunter dan tidak disebabkan oleh suatu gangguan fisik. 1. Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali berbeda. 2. Dissosiasi : mekanisme pertahanan yang tidak disadari meliputi pemisahan dari kelompok proses mental atau proses prilaku dari sisa aktivitas psikis seseorang. VII. Daya ingat : fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya di ingat kembali ke kesadaran. A. Gangguan daya ingat 1. Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat pengalaman masa lalu 2. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan. 3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpangan dan pengingatan. 4. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang di tandai oleh pelupaan secara tidak disadari terhadap gagasan yang tidak diterima. 5. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau kata benda yang tepat. 6. Blackout : amnesia yang di alami oleh alkoholik berkaitan dengan perilaku selama minum. B. Tingkat daya ingat 1. Segera (immediate) : reproduksi atau pengingatan hal-hal yang dirasakan dalam beberapa detik sampai menit. 2. Baru saja (recent) : peringatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari. 3. Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama beberapa bulan. 4. Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi. VIII. Inteligensia Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakan dan menyatukansecara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru. A. Retardasi mental : kurangnya inteligensia sampai derajat dimana terdapatgangguan pada kinerja sosial dan kejuruan : ringan (IQ 50 atau 55 70), sedang (IQ 35 atau 40 50 atau 55), berat (IQ 20

atau 25 35 atau 40), sangat berat (IQ dibawah 20 atau 25). B. Demensia : pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran. C. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik. IX. Insight Insight adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi. A. Tilikan intelektual : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk mengatasi situasi. B. Tilikan sesungguhnya : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu situasi, disertai dengan daya pendorong,motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi. C. Tilikan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan obyektif dari suatu situasi. DAFTAR PUSTAKA 1. Kaplan dan Sadock, Sinopsis Psikiatri, Edisi 7, Jilid 1 dan 2, Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997 2. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya,

Vous aimerez peut-être aussi