Vous êtes sur la page 1sur 3

ANALISIS VALUASI EKONOMI MENGGUNAKAN TRAVEL COST METHOD DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH KUNJUNGAN KE HUTAN WISATA

SUNGAI DUMAI Iwan Victor Leonardo Sitindaon, SH, MH Pendahuluan Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan konsekwensi bertambahnya kewenangan pemerintah daerah sebagai akibat dari pelimpahan beberapa urusan yang semula oleh pemerintah pusat dan kemudian dialihkan kepada daerah. Salah satu contohnya adalah perubahan kewenangan dalam hal pengelolaan aset negara (Aset Pemerintah). Upaya mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan di suatu daerah sangat terkait erat dengan kualitas perencanaan pembangunan daerah dalam upaya memanfaatkan serta mengelola sumber daya yang dimiliki, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai daerah otonom Kota Dumai dituntut untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam hal menggali dan mengelola sumber-sumber keuangan daerah. Kota Dumai yang dikenal sebagai Kota Pengantin (Perdagangan, Tourizem dan industri) memiliki letak geografis yang sangat strategis sebagai pintu gerbang Provinsi Riau bagian Utara yang memiliki aksesibilitas tinggi dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Luas wilayahnya 1.727.385 km2, berdekatan dengan Selat Malaka .yang menjadi urat nadi perekonomian di era perdagangan bebas. Oleh karena faktor geografis yang strategis tersebut, tidak sedikit wisatawan lokal maupun mancangera yang datang mengunjungi kota pengantin ini. Jumlah pengunjung lokal dan mancanegara untuk berekreasi ke kota Dumai pada tahun 2008, 2009 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2008, 2009, 2010 JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA PADA TAHUN 2008 15.206 Sumber : Dinas Pariwisata Kota Dumai

2009 12.641

2010 14.338

Para wisatawan tersebut mengunjungi beberapa objek wisata yang ditawarkan oleh Pemda Kota Dumai. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kota Dumai bahwa aset daerah berupa objek wisata yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Dumai dapat dikategorikan sebagai berikut : Sumber : Dinas Pariwisata Kota Dumai Hutan Wisata Sungai Dumai yang terletak di Jalan Soekarno Hatta Kecamatan Dumai Barat yang merupakan salah satu aset Pemerintah Daerah Kota Dumai yang perlu dioptimalkan pengelolaannya (Hendry Fasial, 2006 : 54). Hutan Wisata Sungai Dumai yang ditunjuk sebagai taman wisata alam berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Riau Nomor SK.Gubernur KDH Tk.I Riau No.85/I/1985 tanggal 23 Januari 1985 dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.Menhut No.154/Kpts-II/1990 tanggal 10 April 1990. Luas kawasan Hutan Wisata Sungai Dumai ini seluas 4.712, 50 Ha (Temu Gelang), 131-138 LU dan 10031-10128 BT. Terletak secara administrasi pemerintahan di Kota Dumai (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau BBKSDA : 2010).

Jumlah pengunjung yang datang ke lokasi objek rekreasi ini berdasarkan data yang diperoleh dari pengelola hutan wisata sungai dumai adalah : Tabel 3 Jumlah Pengunjung Hutan Wisata Sungai Dumai

No 1 2 3

Hari Senin-Jumat Sabtu dan Minggu Hari Libur Nasional

Jumlah Pengunjung Antara 20-30 orang per hari Antara 150-250 orang per hari Antara 500-700 orang per hari

Sumber : Pengelola Hutan Wisata Sungai Dumai Dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata maka Pemerintah Kota Dumai berusaha mengoptimalkan potensi daerah khususnya dari obyek wisata yang merupakan aset daerah di wilayah Kota Dumai seperti Hutan Wisata dan kawasan danau bunga tujuh yang jaraknya berdekatan dengan kawasan hutan wisata sungai kota dumai. Namun sebaliknya Hutan Wisata Sungai Kota Dumai karena kurang optimal dalam pengelolaannya mengakibatkan banyaknya fasilitas yang tersedia menjadi kurang terurus bahkan terbengkalai (Surat Kabar Harian Dumai Pos tanggal 24 Januari 2011, hal 4). Sebagai salah satu aset daerah Kota Dumai, Hutan Wisata Sungai Dumai merupakan salah satau sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi apabila dikembangkan dengan baik. Oleh karena itu sangat penting untuk bisa mengetahui nilai ekonomi dari Hutan wisata Sungai Dumai. Tempat rekreasi tidak memiliki nilai pasar yang pasti, maka penilaian tempat rekreasi dilakukan dengan pendekatan biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan (travel cost method) ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi (Yakkin,1997 dalam Sahlan, 2008). Bulov dan Lundgren (2007:1) menyebutkan bahwa jasa lingkungan seringkali tidak dihargai oleh pasar, sehingga kerap dinilai jauh di bawah nilai sesungguhnya dan dianggap sebagai sumber daya yang tidak layak dihargai sebagai aset. Pendekatan travel cost adalah suatu metode yang didasarkan pada survei atas biaya perjalanan responden sebagai dasar perhitungan atas kesediaan membayar (willingness to pay) ketika berkunjung ke suatu objek wisata. Kesediaan membayar tersebut menjadi dasar untuk mengetahui permintaan terhadap hutan wisata. Besarnya permintaan (demand) inilah yang digunakan untuk menghitung nilai ekonomi jasa rekreasi hutan wisata sungai Dumai. Masyarakat/konsumen datang dari berbagai daerah untuk menghabiskan waktu di tempat rekreasi tentu akan mengeluarkan biaya perjalanan ke tempat rekreasi tersebut. Disini pendekatan biaya perjalanan mulai berfungsi. Karena makin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas tempat rekreasi maka makin kurang harapan pemanfaatan atau permintaan tempat rekreasi tersebut. Metode biaya perjalanan ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Misalnya, untuk menyalurkan hobi memancing, seorang konsumen akan mengorbankan biaya untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui pola pengeluaran dari konsumen ini, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Sampai saat ini pihak pengelola Hutan Wisata maupun pemerintah daerah kota Dumai belum mengetahui berapa besar nilai ekonomi dari Hutan Wisata Sungai Dumai ini dan dari data serta fakta dilapangan diketahui bahwa jumlah pengunjung yang datang ke lokasi wisata ini bisa dikatakan relatif minim pengunjung. Dengan melihat latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan suatu permasalahan yaitu berapakah estimasi nilai ekonomi Hutan Wisata Sungai Dumai yang diharapkan dapat menjadi acuan pihak Pemerintah Daerah Kota Dumai untuk menentukan besarnya anggaran pengelolaan aset sesuai nilai ekonominya sebagai salah satu aset publik yang dikunjungi masyarakat khususnya masyarakat Kota Dumai untuk pengembangan/optimalisasi lebih lanjut dimasa mendatang sehingga diperoleh pemasukan pendapatan asli daerah (PAD) dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Hutan Wisata Sungai Dumai sehingga berguna dalam optimalisasi pengelolaan aset dan pengembangan fasilitas selanjutnya. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang valuasi ekonomi jasa rekreasi wisata alam yang bertujuan untuk mengestimasi nilai ekonomi (value economic) Hutan Wisata Sungai Dumai dengan pendekatan metode travel cost.

Vous aimerez peut-être aussi