Vous êtes sur la page 1sur 11

ASKEP Apendiksitis

A. Pengertian
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berIungsi
terletak pada bagian inIerior dzri sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
abstruksi lumen oleh Ieses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inIlamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan
iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995).
ASKEP Apendiksitis
A. Pengertian
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berIungsi
terletak pada bagian inIerior dzri sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
abstruksi lumen oleh Ieses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inIlamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan
iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inIlamasi akut pada kuadran bawah kanan
rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Askep Appendiksitis
B. Etiologi
1. Menurut Syamsyuhidayat, 2004 :
* Fekalit/massa Iekal padat karena konsumsi diet rendah serat.
* Tumor apendiks.
* Cacing ascaris.
* Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
* Hiperplasia jaringan limIe.
2. Menurut Mansjoer , 2000 :
* HiperIlasia Iolikel limIoid.
* Fekalit.
* Benda asing.
* Striktur karena Iibrosis akibat peradangan sebelumnya.
* Neoplasma.
3. Menurut Markum, 1996 :
* Fekolit
* Parasit
* Hiperplasia limIoid
* Stenosis Iibrosis akibat radang sebelumnya
* Tumor karsinoid
Askep Appendiksitis
C. PatoIisiologi
Menurut Mansjoer, 2000:
Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
Iolikel limIoid, Iekalit, benda asing, striktur karena Iibrosis akibat peradangan sebelumnya,
atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan
obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah Iekolit yang akhirnya sebagai
kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun
elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limIe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut Iokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan
epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan
mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah
peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut,
tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan
ini yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratiI akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi inIark diding apendiks yang diikuti dengan
gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh
pecah, akan menyebabkan apendisitis perIorasi.
Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke
arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut inIiltrate apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perIorasi. Sedangkan pada orang tua perIorasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah.
Tahapan Peradangan Apendisitis
Menurut Mansjoer, 2000:
Apendiksitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia
Iolikel limIoid, Iekalit, benda asing, striktur karena Iibrosis akibat peradangan sebelumnya,
atau neoplasma. Feses yang terperangkap dalam lumen apendiks akan menyebabkan
obstruksi dan akan mengalami penyerapan air dan terbentuklah Iekolit yang akhirnya sebagai
kausa sumbatan. Obstruksi yang terjadi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa mengalami bendungan. Semakin lama mukus semakin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limIe yang mengakibatkan edema,
diapedesis bakteri, dan ulserasi mukus. Pada saat ini terjadi apendisitis akut Iokal yang
ditandai oleh nyeri epigastrium. Sumbatan menyebabkan nyeri sekitar umbilicus dan
epigastrium, nausea, muntah. invasi kuman E Coli dan spesibakteroides dari lumen ke lapisan
mukosa, submukosa, lapisan muskularisa, dan akhirnya ke peritoneum parietalis terjadilah
peritonitis lokal kanan bawah.Suhu tubuh mulai naik.Bila sekresi mukus terus berlanjut,
tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di area kanan bawah. Keadaan
ini yang kemudian disebut dengan apendisitis supuratiI akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi inIark diding apendiks yang diikuti dengan
gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh
pecah, akan menyebabkan apendisitis perIorasi.
Bila proses tersebut berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke
arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut inIiltrate apendikularis.
Peradangan apendiks tersebut akan menyebabkan abses atau bahkan menghilang.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks
lebih tipis. Keadaan demikian ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perIorasi. Sedangkan pada orang tua perIorasi mudah terjadi karena
telah ada gangguan pembuluh darah.
Tahapan Peradangan Apendisitis
1. Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perIorasi)
2. Apendisitis akuta perIorate ( termasuk apendisitis gangrenosa, karena dinding apendiks
sebenarnya sudah terjadi mikroperIorasi)
Askep Appendiksitis
D. ManiIestasi Klinik
1. Menurut Betz, Cecily, 2000 :
* Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
* Anoreksia
* Mual
* Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar)
* Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
* Nyeri lepas.
* Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
* Konstipasi.
* Diare.
* Disuria.
* Iritabilitas.
* Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah
munculnya gejala pertama.
2. ManiIestasi klinis menurut Mansjoer, 2000 :
Keluhan apendiks biasanya bermula dari 3eri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang
berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah,
yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan a34reksia,
malaise, da3 demam a3 tidak terlalu ti3i. Biasanya juga terdapat k43stipasi, tetapi
kada3kada3 terjadi diare, mual, da3 mu3tah. Pada permulaan timbulnya penyakit
belum
ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah
akan
semakin progresiI, dan denghan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik
dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu
menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing,
psoas, dan obturatorpositiI, akan semakin meyakinkan diagnosa klinis.
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri
yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut
sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa
mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah
ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersiIat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang
tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak
terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. InIeksi yang
bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
Askep Appendiksitis
E. Komplikasi
1. Menurut Hartman, dikutip dari Nelson, 1994 :
* PerIorasi.
* Peritonitis.
* InIeksi luka.
* Abses intra abdomen.
* Obstruksi intestinum.
2. Menurut Mansjoer, 2000 :
Apendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan spontan, tetapi peyakit ini tidak

dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresiI dan mengalami perIorasi. Karena perIorasi jarang
terjadi dalam 8 jam pertama, observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.
Tanda-tanda perIorasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan
bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise,
leukositosis semakin jelas. Bila perIorasi dengan peritonitis umum atau pembentukan abses
telah terjadi sejak klien pertam akali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesiIik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup
asal perIorasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posisi Iowler
medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang,
pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotik yang sesuai
dengan kultur, transIusi utnuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensiI,
bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung
menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik
(misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses
akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 minggu kemudian. Pada
abses yang tetap progresiI harus segera dilakukan drainase. Abses daerah pelvis yang
menonjol ke arah rektum atau vagina dengan Iruktuasi positiI juga perlu dibuatkan drainase.
TromboIlebitis supuratiI dari sistem portal jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang
letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan
ikterus setelah terjadi perIorasi apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian
antibiotik kombinasi dengan drainase. Komplikasi lain yang terjadi ialah abses subIrenikus
dan Iokal sepsis intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat
perlengketan.
Askep Appendiksitis
F. Pemeriksaan
Pemeriksaan menurut Betz(2002), Catzel(1995), Hartman(1994), antara lain :
1. Anamnesa
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah :
* Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke
perut kanan bawah.
* Muntah oleh karena nyeri viseral.
* Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
* Gejala lain adalah badan lemah dan kurang naIsu makan, penderita nampak sakit,
menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada Ioto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa
apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran
sebagai berikut: Adanya sedikit Iluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan.
Kadang ada Iecolit (sumbatan). pada keadaan perIorasi ditemukan adanya udara bebas dalam
diaIragma.
3. Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari
13000/mm3 umumnya pada apendisitis perIorasi. Tidak adanya lekositosis tidak
menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan urin :
sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang
meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat
sebagai respon Iisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perIorasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb
(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis
inIiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada inIeksi pada ginjal.
Askep Appendiksitis
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
1. Sebelum operasi
* Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
* Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
* Rehidrasi
* Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
* Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka
pembuluh pembuluh darah periIer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
* Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
* Apendiktomi.
* Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perIorasi bebas,maka abdomen dicuci dengan
garam Iisiologis dan antibiotika.
* Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses
mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan
bila abses dilakukan operasi elektiI sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3. Pasca operasi
* Observasi TTV.
* Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah.
* Baringkan pasien dalam posisi semi Iowler.
* Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.
* Bila tindakan operasilebih besar, misalnya pada perIorasi, puasa dilanjutkan sampai Iungsi
usus kembali normal.
* Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan
harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
* Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30
menit.
* Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
* Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktiI yang ditandai dengan :
* Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
* Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda
peritonitis
* Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena
dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan
harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit inIeksi luka lebih tiggi daripada
pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perIorasi.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :
* Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.
* Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.
* Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa
dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
* Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatiI dengan pemberian antibiotik dan istirahat di
tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak,
lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit
perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa
peritonitis umum.
Askep Appendiksitis
Asuhan Keperawatan Anak dengan Apendiksitis
A. Pengkajian
Pengkajian menurut Wong (2003), Doenges (1999), Catzel (1995), B etz (2002), antara lain :
1. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
* Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.SiIat keluhan
nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama.
Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
* Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien
sekarang ditanyakan kepada orang tua.
* Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
* Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisik
* Pemeriksaan Iisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
* Sirkulasi : Takikardia.
* Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
* Aktivitas/istirahat : Malaise.
* Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
* Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus.
* Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat
berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau
napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak.
* Demam lebih dari 380C.
* Data psikologis klien nampak gelisah.
* Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
* Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada
daerah prolitotomi.
* Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
3. Pemeriksaan Penunjang
* Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan
mungkin terlihat
ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau
ileum).
* Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis inIiltrat.
* Urine rutin penting untuk melihat apa ada inIeksi pada ginjal.
* Peningkatan leukosit, neutroIilia, tanpa eosinoIil.
* Pada enema barium apendiks tidak terisi.
* Ultrasound: Iekalit nonkalsiIikasi, apendiks nonperIorasi, abses apendiks.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis berdasarkan rumusan diagnosa
keperawatan menurut NANDA (2006) antara lain :
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, anoreksia.
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervention ClasssiIication (NIC), dan hasil
yang diharapkan menurut Johnson (2000) Nursing Outcome ClassiIication ( NOC) , antara
lain :
Pre Operasi
Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
* Nyeri berkurang
* Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
* Kegelisahan atau keteganganotot
* Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
* Menunjukkan teknik relaksasi yang eIektiI untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
* Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensiI meliputi lokasi, keparahan, Iactor
presipitasinya.
* Observasi ketidaknyamanan non verbal.
* Gunakan pendekatan yang positiI terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang
tidak terburu-buru.
* Kendalikan Iactor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan.
* Anjurkan pasien untuk istirahat.
* Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
* Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.
Kriteria Hasil :
* Mempertahankan berat badan.
* Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
* Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
* Turgor kulit baik.
Intervensi
* Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
* Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
* Berikan inIormasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
* Minimalkan Iaktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah.
* pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
Post Operasi
Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau
hilang.
Kriteria Hasil :
* Nyeri berkurang
* Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
* Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10.
* Menunjukkan teknik relaksasi yang eIektiI untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
* Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensiI meliputi lokasi, keparahan.
* Observasi ketidaknyamanan non verbal
* Gunakan pendekatan yang positiI terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan yang
tidak terburu-buru.
* Kendalikan Iactor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan.
* Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.
* Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
* Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pasien
normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Kriteria Hasil :
* Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal.
* Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
* Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab.
* Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi
* Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
* Monitor vital sign dan status hidrasi.
* Monitor status nutrisi
* Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na albumin dan waktu pembekuan.
* Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi.
* Atur kemungkinan transIusi darah.

Vous aimerez peut-être aussi