Vous êtes sur la page 1sur 31

Atas nama hak asasi manusia, saat ini orang bisa membenarkan seorang melakukan prilaku yang hanya

layak dilakukan oleh seekor binatang. Seperti penampilan yang tidak senonoh dan penyimpangan sexual yang kemudian dieksploitasi secara besar-besaran. Atas nama hak asasi manusia, saat ini orang bisa membenarkan seorang melakukan prilaku yang hanya layak dilakukan oleh seekor binatang. Seperti penampilan yang tidak senonoh dan penyimpangan sexual yang kemudian dieksploitasi secara besar-besaran. Mereka dengan percaya diri menyebarluaskannya ke khalayak ramai, bahwasannya mereka berhak melakukan apa saja sesuai dengan keinginan dan seleranya berlandaskan kepada kebebasan dan hak dasar manusia., walaupun sebenarnya semua manusia yang masih sehat berfikir menganggap perbuatan mereka ini aneh, menyimpang dan amoral. Aneh memang bangsa ini, bangsa yang menyatakan diri berbudaya dan beragama tetapi pada saat yang bersamaan menolak peran nilai-nilai agama dalam membingkai kehidupan sosial budaya masyarakat. Lebih aneh lagi kalau ternyata orang yang beragama menganggap penyimpangan sosial budaya adalah dibenarkan atas nama hak asasinya sebagai manusia, karena ia menganggap bahwa setiap manusia boleh dengan sekehendaknya melakukan apapun termasuk penyimpangan prilakunya karena ia dijamin oleh haknya sendiri sebagai manusia.

Artinya seseorang sah melakukan ? Kumpul kerbau? walaupun masyarakat disekitarnya mengetahui dan menolaknya, karena ia telah dijamin oleh haknya sendiri sebagai manusia. Sekiranya cara berfikir seperti ini yang dijadikan pijakan untuk pembenaran penyimpangan, maka bagaimana mungkin orang yang beragama memiliki keyakinan seperti ini-kalau tidak logika seperti ini hanya dianut oleh orang yang amoral. Padahal kita yakin bahwa Allah SWT hanya membenarkan yang baik, menyehatkan dan menguntungkan bagi kehidupan manusia, selain itu adalah penyimpangan yang perlu di perbaiki. (untuk menghindari kata dibasmi,).

?Kebebasan? yang di jagokan oleh sekolompok orang dalam melindungi hak asasinya, sering disalah artikan sebagai ?kebebasan tanpa kendali?. Sehingga kata bebas meluas hingga tanpa batas makna yang bisa dipahami oleh seseorang yang cerdas sekalipun. Kata kebebasan menjadi dalil satu-satunya untuk memaksakan kehendaknya. Bahkan memang tidak ada lagi argumentasi yang sehat untuk mempertahankan prilaku yang menyimpang ini, kecuali dengan memanipulasi tiga rangkaian kata ini: HAK ASASI MANUSIA?! Pada akhirnya mereka menginginkan nilai-nilai agama (apapun agamanya) tidak berhak sama sekali intervensi dengan peristiwa-peristiwa seperti ini. Atau mungkin bisa jadi mereka ini tidak mengerti sama sekali apa makna dari kata Hak Asasi Manusia?

Manusia adalah makhluk yang bermartabat dan bernilai tinggi, ia berbeda sama sekali dengan makhluk-makhluk lainnya. Oleh karenanya Allah memilihnya sebagai makhluk yang mengemban tugas dan tanggung jawab tinggi, memelihara dan menjaga kehidupan di dunia ini. Di dalam Al Qur?an disebutkan;

?Sesungguhnya aku telah memberikan amanah ini kepada Langit, bumi dan gunung-gunung, tapi mereka menolak, karena mereka takut mengkhianati-Nya, tapi kemudian amanah ini diambil manusia, sesungguhnya manusia itu amat zholim dan bodoh?(Al Ahzab: 72)

?Dan tatkala Allah berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya aku akan mnciptakan seorang khalifah dimuka bumi? (Al Baqarah: 30)

?Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melaikan agar kamu menyembah-KU? (Adzdzariyat : 56)

?Kamu sekalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk semua manusia, yang mangajak kepada yang ma?ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah?. (Ali Imran :110)

Manusia - yang jelas bukan langit, bukan bumi, gunung-gunung, lautan, pepohonan, binatang-binatang dan makhluk lainnya. Ia adalah makhluk yang paling sempurna diciptkan Allah. Makhluk yang mampu mengingat dan menyebut Rab-Nya yang menciptakan, memikirkan tentang pergantian siang dan malam, memikirkan tentang penciptaan alam raya ini seraya memuji Allah dan membenarkan melalui iman dan pengamatannya, sesungguhnya penciptaan alam raya ini tidak sematamata diciptakan untuk sesuatu tanpa makna dan tujuan.

Berfikir rasional bukan berarti tidak memiliki muatan nilai. Manusia yang berfikir rasional justru akan menghantarkan kepada keyakinan bahwa, ia adalah manusia bukan binatang, oleh karena itu ia harus memiliki nilai, etika dan prilaku yang jelasjelas berbeda sama sekali dengan binatang! Bukankah ?Kumpul kerbau? sama artinya berkumpulnya dua ekor kerbau kemudian melakukan hubungan intim dan beranak pinak?

Dua ekor kerbau mengekpresikan keinginannya tidak membutuhkan pembenaran, karena mereka dilahirkan tanpa nilai-kecuali sebagai binatang. Tetapi manusia, apapun agamanya, bagaimanapun bentuk pemikirannya tetap ada nilai-nilai yang membingkainya secara sistemik.

Inilah kegagalan sistim sosial budaya Barat, mereka cendrung berfikir destruktif dengan nilai-nilai agama. Apatis dan sinis terhadap semua nilai-nilai yang sebenarnya melindungi dan mengangkat kemuliaannya sebagai manusia. Sistim sosial dan budaya seperti ini yang sebenarnya melanggar HAK ASASI MANUSIA! Hak yang mendasar yang seharusnya dimiliki dan dilindungi setiap manusia untuk berbeda dengan makhluk lainnya.

Seorang manusia mustahil meluluhlantakan bangunan yang dihuni ribuan manusia dari berbagai ras, begitu juga seorang manusia mustahil menghancur leburkan satu negri dengan negri yang lainnya (Palestina, Afghanistan dan Irak, red) yang dihuni oleh jutaan manusia, hanya melandaskan kepada pijakan befikir yang picik dan irasional seperti ini, kecuali karena mereka mengkhianati dirinya sendiri sebagai manusia. Dan ini adalah pembenaran bahwa, dia lebih memilih sifat-sifat yang melekat pada diri seekor binatang, seperti buas, sadis dan menyeramkan.

Manusia mustahil diperlakukan oleh manusia yang lain seperti batu yang dieksploitasi, binatang yang disembelih dan hutan yang ditumbangkan. Manusia mustahil tidak berpakaian seperti seekor lembu, manusia mustahil melakukan zina dengan disaksikan oleh manusia lainnya sebagaimana berlaku didunia binatang. Manusia mustahil membunuh tanpa sebab yang dibenarkan, manusia juga jelas tidak mungkin memakan sesama jenisnya sebagaimana terjadi dirimba-rimba , kecuali sekiranya mereka sudah menjadi binatang itu sendiri! Peristiwa di penjara Abu Ghraib Irak dan pembantaian di Thailand terhadap Muslim Pathani adalah ekspresi perlakuan binatang kepada manusia yang sudah diluar batas nilai apapun yang diyakini makhluk yang pernah ada di jagat raya ini. Tidak usah lagi bicara hak asasi manusia kepada tipologi manusia yang memiliki prilaku seperti ini!

Pada akhirnya bangsa kita yang beragama dan berbudaya dengan keragamannya, adalah sekolompok manusia bukan? Oleh karena itu mengapa masih ada saja yang mengagungkan keberadaan hak asasi manusia dengan tendensi menghina dan mengharubirukan martabat kita sebagai manusia? Mengapa perbuatan zina (penyimpangan) yang sudah jelas-jelas menghina kita sebagai manusia, di perlakukan bersahabat bahkan cendrung dieksploitasi (dilokalisasi) dengan dalih

justru melanggar hak kita sebagai manusia yang bermartabat? Mengapa upayaupaya kearah memuliakan dan meninggikan kembali nilai-nilai kemanusiaan di eksekusi sebagai upaya membunuh dan menghinakan hak dasar manusia? Mengapa???

Hak azazi manusia

Wednesday, 30. July 2008, 03:04:32 HAM atau hak azazi manusia adalah hak hidup manusia untuk menjalankan kehidupan nya,dan isu ham ini adalah isu yang paling sering kita dengar,dan tidak sedikit orang menjadi rancu kemudian terbelah menjadi dua golongan,ada golongan yang mengacu kepada ham internasional yang notabene menjalankan kehidupan yang sangat libral,bahkan hampir sampai ketitik pemusmahan dogma2 moral dan etika,kehidupan seperti ini tak ada bedanya dengan kehidupan di dalam hutan,yang di dalamnya di huni oleh sekumpulan belbagai jenis hewan2,kemudian ham yang mengacu kepada kaum agamis pada umunya,yang menjalankan kehidupan yang menjungjung tinggi moral dan etika,karna moral dan etika inilah yang membedakan manusia dengan hewan,karna manusia di berkati akal dan fikiran. Contoh yang paling di anggap hal biasa di masa ini adalah seksualitas,dimana orang yang saling menyukai laki dan perempuan berhubungan badan tanpa di awali dengan pernikahan dan perselingkuhan yang menyebabkan perzinahan sering skali kita dengar di media2 masa,yang di lakukan oleh muda mudi bahkan para orang tua,ada juga seklompok orang2 yang meminta di akui penyimpangan sexnya oleh masyarakat yaitu kaum gay dan lesbian yang di sebut dengan homo sexsual,naudzubillah,perbuatan ini adalah perbuatan yang paling rendah,karna hewan pun tidak ada yang melakukan perbuatan yang seperti ini,dan kaum ini ada di antara kita akan tetapi dengan dalih isu ham tadi pemerintah pun diam dan orang2 alimpun takut dibuatnya,ketahuilah hal ini menandakan pergeseran moral dan akhlak di sekitar kita mulai terjadi dan menuju ke arah yang buruk,dan hal ini bukan termasuk kemoderenan akan tetapi salah satu dari tanda2 akhir jaman... Semoga alloh menjadikan kita mahluk yang di tunjukan jalan yang benar dan di jadikan mahluk yang tidak pengecut untuk menegakan yang benar....

Hak & Kewajiban Azazi Manusia 12 10 2008 This ad zapped.

Sebenarnya hak azazi manusia sudah sangat difahami oleh semua orang yang hidup didunia. Untuk membuat hal ini lebih dimengerti, kitapun sudah dari dulu selalu berupaya agar istilah Hak Azazi Manusia ini dapat benar benar dimengerti maupun dapat diamalkan setiap orang kepada orang lain. Sebegitu banyaknya orang berbicara masalah H A M ini, dan sebegitu banyaknya orang berbicara bagaimana caranya agar H A M ini dilaksanakan dengan benar dan bertanggung jawab, tetapi sebegitu banyak juga orang yang berusaha untuk tidak mengikuti apa yang dia sangat sadari sebagai H A M. Mengapa ? Pertama : Hak Azazi Manusia hanyalah sebuah istilah yang merupakan singkatan dari apa dan bagaimana seseorang dapat hidup dengan baik dan layak. Kedua : Hak Azazi Manusia bukan merupakan suatu kewajiban didalam menyelenggarakan suatu kehidupan orang lain dan bukan pula sesuatu yang akan berdampak kepada tidak hidupnya seseorang karena orang lain tidak terlalu memperhatikan apa yang menjadi hak azazinya

Ketiga : Apabila seseorang merasa tahu tentang apa itu Hak Azazi Manusia, maka dia akan bicara sangat panjang lebar dan sangat hati hati, tetapi sebenarnya tidak menyentuh suati arti dan nilai yang sangat mendasar, bahkan cenderung hanya untuk menampilan dirinya sebagai sosok yang sangat peduli pada manusia lain ataupun sangat peduli kepada nasib orang lain yang kelihatannya hak azazinya dilanggar Keempat : Didalam menjalankan suatu proses kehidupan, manusia memang dituntut untuk selalu menghormati Hak Azazi orang lain, terutama bagi orang yang kegiatan sehari seharinya selalu berhubungan dengan Hak Pribadi Orang. Sayangnya apa yang dituntut ini tidak selalu adil bagi setiap orang ataupun kelompok masyarakat, karena ternyata yang sering dibicarakan adalah seolah olah Hak Azazi Manusia itu hanya berisi suatu kepribadian yang tidak menyakitkan orang lain ataupun merugikan kehidupan orang lain. Sebenarnya apa yang terkandung didalam kata kata HAK AZAZI MANUSIA itu ? Untuk menguraikan hal ini sebaiknya kita melompat dulu jauh kebelakang, dimana suatu fenomena pernah terjadi, dimana seorang manusia begitu menderita dikala hak dia sebagai manusia dicabik cabik oleh sebuah kekuasaan yang saat itu sedang gemilang gemilangnya berkuasa. Pada saat itu muncul suatu aliran yang dinamakan aliran Humanis atau sebuah aliran yang sangat peduli kepada harga diri seorang manusia dan sangat peduli kepada apa yang disebut sekarang ini Hak Azazi Manusia. Istilah Hak Azazi Manusia belum seperti sekarang dan juga belum terlalu merasuk pada setiap kehidupan masyarakat, karena kata kata ini sangat tabu untuk disebutkan dan juga sangat beresiko tinggi terhadap kehidupan orang yang berani menyebutnya. Segala kehidupanpun tetap berlangsung seperti air mengalir tanpa ada suatu gejolak yang membuat Hak Azazi Manusia ini mencuat kepermukaan. Namun suatu saat dimana terjadi sebuah revolusi yang cukup menjungkir balikkan kaum penguasa, kata Hak Azazi Manusia ini mulai berdengung dimasyarakat sehingga setiap orang sepertinya menuntut untuk segala hal yang sifatnya Hak Azazi mereka dipenuhi oleh orang lain, terutama oleh para penguasa. Ketika hal ini mencapai puncaknya, terjadilah suatu perang antara kaum penuntut Hak Azazi Manusia dan kaum yang tidak ingin masalah ini sampai muncul kepermukaan karena hal ini berarti akan berakhirnya dominasi mereka terhadap manusia yang lain yang mereka anggap sangat lebih lemah dari mereka. Saat inilah terjadi suatu fenomena dimana masyarakat yang merasa Hak Azazinya diinjak injak penguasa, mereka membuat suatu slogan yang berbunyi selamatkan jiwa kami karena hal ini merupakan Hak Azazi kami yang paling utama selain hak hidup kami yang selama ini selalu dianggap tidak bermakna dan tidak bernilai sebagai manusia. Lalu apa yang terjadi setelah hal ini begitu menggema dan tidak dipedulikan oleh para penguasa waktu itu, seluruh penguasa mendapat ancaman hukuman yang

dijatuhkan oleh mereka yang merasa dirinya diinjak injak dan mereka menuntut para penguasa berganti posisi, dimana mereka berada pada posisi dimana hak hidup mereka benar benar ada ditangan orang lain dan mereka baru menyadari bahwa sesungguhnya setiap orang siapapun dia, akan selalu menuntut apa yang mereka tidak dapatkan dan apa yang mereka inginkan dan apabila hal ini tidak tercapai maka mereka akan merasa hak azazi mereka tidak terpenuhi. Lalu apa sebenarnya arti dan makna dari hak azazi manusia ini? Menurut seorang ahli filsafat kuno, hak azazi manusia sudah terdapat didalam hati nurani setiap insan manusia, dan manusia itu sendiri yang terus mengembangkan apa itu yang dinamakan hak azazi manusia, tetapi apapun yang didefinisikan ternyata yang paling penting adalah bahwa manusia sebagai seorang mahluk hidup didunia menginginkan suatu kehidupan yang damai, tentram dan bahagia, tetapi yang kemudian terjadi adalah hak azazi manusia dijadikan suatu slogan untuk menutupi keinginan pribadi yang sebenarnya sangat bertentangan dengan apa yang ingin dicapai oleh orang lain dan pada akhirnya terjadi salah pengertian mengenai arti dan makna dari hak azazi manusia itu sendiri. Kembali kepada soal yang menyangkut kebutuhan hidup manusia yang sering dipolitisir oleh para politikus, maka terjadilah suatu fenomena dimana sekelompok manusia akan dijadikan alat untuk mendengungkan apa yang disebut Hak azazi manusia ini untuk membuat suatu kesan dimasyarakat bahwa kita sangat peduli kepada hak azazi manusia dan kita sangat prihatin dengan kondisi hak azazi manusia ini, namun pada kenyataannya kita hanya menunjuk pada orang lain yang harus bertanggung jawab terhadap sebuah hak azazi yang dianggap telah diperkosa dan telah dibunuh oleh suatu rencana pribadi ataupun oleh suatu ambisi yang tidak tertahan, sehingga timbul polemik yang mengarah kepada perbedaan pendapat yang dipertajam dengan silang pendapat dari para pembicara politik kita, dan pada akhirnya kita melihat bahwa seluruh kegiatan yang katanya sangat mempedulikan hak azazi manusia tidak mencerminkan lagi kepentingan orang yang dianggap hak azazinya diinjak tetapi lebih kepada pemanfaatan situasi untuk kepentingan diri sendiri dan sekelompok orang yang sangat haus akan kekuasaan dan popularitas. Jadi apapun yang didengungkan orang atau apapun yang selalu dibicarakan orang mengenai hak azazi ini, maka hanya sebagian kecil saja yang benar benar didasarkan pada keinginan yang tulus untuk tetap mempertahankan akan arti dan makna dari hak azazi manusia ini dan yang kemudian terjadi justru lebih banyak mengarah kepada pengkultusan dari tokoh yang seolah olah sangat peduli kepada hak azazi manusia ini sehingga seringkali terjadi kesalah fahaman diantara orang yang mengerti betul apa arti hak azazi manusia ini dengan orang yang hanya mengikuti apa yang diucapkan oleh tokoh yang mereka anggap sebagai tokoh hak azazi manusia. Sekian

KEWAJIBAN AZAZI MANUSIA

Apabila kita memperhatikan seluruh dunia sering sekali berbicara mengenai sebuah hak azazi yang diinjak injak, sebuah hak azazi yang diperkosa atau banyak lagi berita yang mengandung terjemahan dari hak azazi yang sangat mengarah kepada bagaimana seharusnya manusia dihargai hak hidupnya oleh orang lain. Tapi bagaimana dengan kewajiban manusia yang juga sebenarnya harus dipikirkan dan diingat karena selain manusia mempunyai hak, manusia juga mempunyai kewajiban yang sifatnya sangat mendasar dan hal ini sangat sering dilupakan oleh kita, karena seperti halnya manusia yang bijak dan sangat dipengaruhi oleh kebutuhan hidup manusia sering melupakan apa yang menjadi kewajiban manusia itu sendiri terhadap orang lain maupun lingkungannya. Bagaimanapun majunya suatu peradaban manusia, bagaimanapun majunya suatu negara, masalah kewajiban manusia sering hanya dikaitkan dengan apa yang tertulis didalam peraturan ataupun apa yang tersirat didalam suatu undang undang yang sering kali tidak dimengerti ataupun diketahui oleh masyarakat luas, sehingga didalam praktek kehidupannya banyak terjadi mereka hanya mengerti apa yang disebut hak azazi manusia dari pada kewajiban azazi manusia dan akibat dari ketidak mengertian ini mereka berbuat semaunya karena hak azazi mereka untuk hidup sangat mendominasi pikiran mereka. Lalu bagaimana sebenarnya kewajiban manusia itu bisa dilaksanakan oleh seluruh umat manusia didunia ini? Untuk mengenal lebih jauh apa itu kewajiban azazi, maka kitapun harus mengenal dulu suatu peradaban kuno yang sangat mengerti kepada kewajiban azazi ini. Dijaman batu dulu, mungkin manusia tidak diperkenalkan kepada apa yang disebut kehidupan modern karena memang saat itu mereka hanya berfikir tentang kehidupan yang mendasar yaitu mereka membutuhkan makanan dan perlindungan sehingga didalam hati mereka yang tersirat hanyalah mencari makan dan membuat perlindungan. Ketika ada orang yang berusaha meningkatkan kebutuhan utama ini dengan menambahkan faktor kenyamanan maka timbullah berbagai reaksi yang sangat tidak diduga karena ternyata setelah adanya keinginan untuk mendapatkan kenyamanan timbul berbagai tindakan yang mengarah kepada saling memburu apa yang menurut mereka dapat memenuhi kebutuhan akan faktor kenyamanan tadi sehingga dari sini mulailah terjadi egoisme dan saling menjatuhkan kebutuhan orang lain demi untuk kenyamanan diri sendiri. Sebenarnya apa arti dari uraian diatas tadi?

Jika kita menyimak dengan teliti, bahwa apa yang tersirat dari uraian diatas adalah menggambarkan bagaimana sebuah tuntutan kenyamanan dapat begitu berpengaruh didalam kehidupan manusia dan dapat menjungkirbalikan makna dasar dari suatu kehidupan dan akhirnya manusia lupa pada yang hakiki dari suatu nilai kehidupan yaitu kebersamaan yang didasari oleh rasa saling menghargai kehidupan orang lain dan rasa kebersamaan yang didasari oleh rasa cinta kasih akan suatu kenyamanan hidup bersama tanpa harus mengorbankan hak hidup seseorang sehingga didalam pelaksanaan kehidupannya akan timbul rasa saling tolong menolong dan saling menghargai hak hidup orang lain tanpa menuntut suatu penghargaan.

HAK ASASI MANUSIA MENURUT ISLAM Oleh : ARIEF ACHMAD SMAN 21 Bandung

A. Latar Belakang Manusia, pada hakikatnya, secara kodrati dinugerahi hak-hak pokok yang sama oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak pokok ini disebut hak asasi manusia (HAM). Hak asasi manusia adalah sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat

pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. Pada gilirannya, hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, di mana hakhak asasi ini menjadi dasar daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain.

Umumnya, kita, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam (sebagai akibat dari pola pendidikan ala Barat yang dikembangkan semenjak jaman penjajahan Belanda dan diteruskan di era republik pasca proklamasi kemerdekaan hingga kini) mengenal konsepsi HAM yang berasal dari Barat. Kita mengenal konsepsi HAM itu bermula dari sebuah naskah Magna Charta, tahun 1215, di Inggeris, dan yang kini berlaku secara universal mengacu pada Deklarasi Universal HAM (DUHAM), yang diproklamasikan PBB, 10 Desember 1948.

Padahal, kalau kita mau bicara jujur serta mengaca pada sejarah, sesungguhnya semenjak Nabi Muhammad S.A.W. memperoleh kenabiannya (abad ke-7 Masehi, atau sekira lima ratus tahun/lima abad sebelum Magna Charta lahir), sudah dikenalkan HAM serta dilaksanakan dan ditegakkannya HAM dalam Islam. Atas dasar ini, tidaklah berlebihan kiranya bila sesungguhnya konsepsi HAM dalam Islam telah lebih dahulu lahir tinimbang konsepsi HAM versi Barat. Bahkan secara formulatif, konsepsi HAM dalam Islam relatif lebih lengkap daripada konsepsi HAM universal.

Untuk memverifikasi benar-tidaknya bahwa konsepsi HAM dalam Islam telah lahir lebih dulu tinimbang konsepsi HAM versi Barat atau universal, maka perlu ditelusuri tentang sejarah HAM universal dan sejarah HAM dalam Islam. Selain itu, perlu pula ditelaah mengenai konsepsi HAM universal dibandingkan dengan konsepsi HAM dalam Islam. Dari sini, diharapkan akan terkuak kebenaran "historis" tentang sejarah HAM dan konsepsi HAM secara universal serta sejarah HAM dan konsepsi HAM dalam Islam.

B. Sejarah Hak Asasi Manusia dalam Islam Apabila kita berbicara tentang sejarah HAM, maka hal ini senantiasa mengenai konsepsi HAM menurut versi orang-orang Eropa/Barat, sebagaimana telah di bahas di muka. Padahal kalau kita mau bicara jujur, sesungguhnya agama Islam telah mendominasi benua Asia, Afrika, dan sebagian Eropa selama beratus-ratus tahun lamanya dan telah menjadi faktor penting bagi kebangkitan bangsa-bangsa Eropa

(Luhulima, 1999). Tetapi fakta historis seperti ini jadinya diabaikan mereka, sesudah orang-orang Islam ditaklukkan dalam perang Salib terakhir (abad 14-15) di Eropa, hingga pasca perang dunia kedua (1945).

Menurut Ismail Muhammad Djamil (1950), fakta telah membuktikan, bahwa risalah Islam (sejak permulaannya kota suci Mekah sudah memasukkan hak-hak asasi manusia dalam ajaran-ajaran dasarnya bersamaan dengan penekanan masalah kewajiban manusia terhadap sesamanya .

Oleh karenanya, kita dapat menemukan di berbagai surat dalam Kitab Suci Al Qur`an yang diturunkan pada awal-awal periode Mekah, yang berbicata tentang pengutukan terhadap berbagai bentuk pelanggaran hak-hak asasi manusia yang berlaku pada masa itu. Al Qur`an tidak hanya mengutuk berbagai pelanggaran hakhak asasi manusia yang terjadi pada masa itu, tetapi juga memberikan motivasi secara positif kepada manusia untuk menghargai hak-hak tersebut.

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah S.W.T :

"Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh" (Q.S. At-Takwir : 8-9)

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin" (Q.S. AlMa`un : 1-3)

"Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan" (Q.S. Al-Balad : 12-13)

Nabi Muhammad S.A.W. yang kehidupannya merupakan praktik nyata dari kandungan Al-Qur`an, sejak awal kenabiannya telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap hak-hak asasi manusia ini. Setelah beliau hijrah ke kota Madinah dan mendirikan secara penuh suatu negara Islam sesuai dengan petunjuk Illahi, maka beliau segera menerapkan program jangka panjang untuk menghapus segala bentuk tekanan yang ada terhadap hak-hak asasi manusia.

Nabi Muhammad S.A.W. telah mengadakan berbagai tindakan sebagaimana telah ditetapkan dalam Al Qur`an yang menghendaki terwujudnya pelaksanaan hak-hak asasi mansia. Selain itu, beliau telah memproklamasikan kesucian hak-hak asasi manusia ini untuk segala zaman ketika berkhutbah di depan kaum muslim pada waktu haji wada` (perpisahan), yakni sebagaimana diriwayatkan dalam H.R. Muslim ("Kitab al-Hajj"), sebagai berikut :

"Jiwamu, harta bendamu, dan kehormatanmu adalah sesuci hari ini. Bertakwalah kepada Alloh dalam hal istri-istrimu dan perlakuan yang baik kepada mereka, karena mereka adalah pasangan-pasanganmu dan penolong-penolongmu yang setia. Tak ada seorang pun yang lebih tinggi derajatnya kecuali berdasarkan atas ketakwaan dan kesalehannya. Semua manusia adalah anak keturunan Adam, dan Adam itu diciptakan dari tanah liat. Keunggulan itu tidak berarti orang Arab berada di atas orang nonArab dan begitu juga bukan nonArab di atas orang Arab. Keunggulan juga tidak dipunyai oleh orang kulit putih lebih dari orang kulit hitam dan begitu juga bukan orang kulit hitam di atas orang kulit putih. Keunggulan ini berdasarkan atas ketakwaannya"

Kedudukan penting HAM sesudah wafatnya Rosulullah S.A.W. dan diteruskan oleh Khulafa ar-Rosyidin, serta sistem kekuasaan Islam berganti dengan monarki. Di sini HAM dalam Islam tetap mendapatkan perhatian luar biasa masyarakat Islam. HAM dalam Islam bukanlah sifat perlindungan individu terhadap kekuasaan negara yang terbatas, namun merupakan tujuan dari negara itu sendiri untuk menjaga hak-hak asasi manusia terutama bagi mereka yang terampas hak-haknya. Jadi, setiap prinsip dasar pemerintahan Islam pada hakikatnya adalah berlakunya suatu praktik usaha perlindungan dari terjadinya pelanggaran HAM. Kini Islam telah memberikan sinar harapan bagi umat manusia yang menderita dengan cara memberikan, melaksanakan, dan menjamin respek terhadap hak-hak asasi manusia itu.

Selanjutnya, untuk menandai permulaan abad ke-15 Era Islam, bulan September 1981, di Paris (Perancis), telah diproklamasikan Deklarasi HAM Islam Sedunia. Deklarasi ini berdasarkan Kitab Suci Al-Qur`an dan As-Sunnah serta telah dicanangkan oleh para sarjana muslim, ahli hukum, dan para perwakilan pergerakan Islam di seluruh dunia.

Deklarasi HAM Islam Sedunia itu terdiri dari Pembukaan dan 22 macam hak-hak asasi manusia yang harus ditegakkan, yakni mencakup :

1. Hak Hidup 2. Hak Kemerdekaan 3. Hak Persamaan dan Larangan terhadap Adanya Diskriminasi yang Tidak Terizinkan 4. Hak Mendapat Keadilan 5. Hak Mendapatkan Proses Hukum yang Adil 6. Hak Mendapatkan Perlindungan dari Penyalahgunaan Kekuasaan 7. Hak Mendapatkan Perlindungan dari Penyiksaan 8. Hak Mendapatkan Perlindungan atau Kehormatan dan Nama Baik 9. Hak Memperoleh Suaka (Asylum) 10. Hak-hak Minoritas 11. Hak dan Kewajiban untuk Berpartisipasi dalam Pelaksanaan dan Manajemen Urusan-urusan Publik 12. Hak Kebebasan Percaya, Berpikir, dan Berbicara 13. Hak Kebebasan Beragama 14. Hak Berserikat Bebas 15. Hak Ekonomi dan Hak Berkembang Darinya 16. Hak Mendapatkan Perlindungan atas Harta Benda 17. Hak Status dan Martabat Pekerja dan Buruh 18. Hak Membentuk Sebuah Keluarga dan Masalah-masalahnya 19. Hak-hak Wanita yang Sudah Menikah. 20. Hak Mendapatkan Pendidikan 21. Hak Menikmati Keleluasaan Pribadi (Privacy) 22. Hak Mendapatkan Kebebasan Berpindah dan Bertempat Tinggal

C. Konsepsi Hak Asasi Manusia dalam Islam

Menurut Syekh Syaukat Hussain (1996), hak asasi manusia (HAM) yang dijamin oleh agama Islam dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu : 1. HAM dasar yang telah diletakkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia; dan 2. HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok rakyat yang berbeda dalam situasi tertentu, status, posisi dan lain-lainnya yang mereka miliki. Hak-hak asasi manusia khusus bagi nonmuslim, kaum wanita, buruh/pekerja, anak-anak, dan lainnya merupakan beberapa contoh dari kategori hak asasi manusia-hak asasi manusia ini.

Hak-hak dasar yang terdapat dalam HAM menurut Islam ialah : (1) Hak Hidup; (2) Hak-hak Milik; (3) Hak Perlindungan Kehormatan; (4) Hak Keamanan dan Kesucian Kehidupan Pribadi; (5) Hak Keamanan Kemerdekaan Pribadi; (6) Hak Perlindungan dari Hukuman Penjara yang Sewenang-wenang; (7) Hak untuk Memprotes Kelaliman (Tirani); (8) Hak Kebebasan Ekspresi; (9) Hak Kebebasan Hati Nurani dan Keyakinan; (10) Hak Kebebasan Berserikat; (11) Hak Kebebasan Berpindah; (12) Hak Persamaan Hak dalam Hukum; (13) Hak Mendapatkan Keadilan; (14) Hak Mendapatkan Kebutuhan Dasar Hidup Manusia; dan (15) Hak Mendapatkan Pendidikan

HAK ASASI MANUSIA DALAM ISLAM

MAKALAH LK II

Ahmad Marthin Hadiwinata*

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hak asasi manusia atau biasa disingkat HAM merupakan sebuah hal yang menjadi keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam konstitusinya. Melalui deklarasi universal ham 10 desember 1948 merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak mengenai manusia sebagai manusia. Sejarah HAM dimulai dari magna charta di inggris pada tahun 1252 yang kemudian kemudian berlanjut pada bill of rights dan kemudian berpangkal pada DUHAM PBB. Dalam konteks keIndonesiaan penegakan HAM masih bisa dibilang kurang memuaskan. Banyak faktor yang menyebabkan penegakan HAM di Indonesia terhambat seperti problem politik, dualisme peradilan dan prosedural acara (kontras, 2004;160).

Islam sebagai agama bagi pengikutnya meyakini konsep Islam adalah sebagai way of life yang berarti pandangan hidup. Islam menurut para penganutnya merupakan konsep yang lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia. Begitu juga dalam pengaturan mengenai hak asasi manusia Islam pun mengtur mengenai hak asasi manusia. Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang berarti agama rahmat bagi seluruh alam. Bahkan dalam ketidakadilan sosial sekalipun Islam pun mengatur mengenai konsep kaum mustadhafin yang harus dibela.

Dalam Islam, konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat tersendiri dalam pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam sebenarnya yang telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena dalam demokrasi, pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial. Berbagai macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan didalamnya konsep tentang penegakan HAM.

Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep tentang pengakuan HAM. berangkat dari itu makalah ini akan mencoba memberikan sedikit penerangan mengenai wacana HAM dalam Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa yang menjadi topik sentral permasalahan dalam makalah ini yang akan dibahas adalah:

1.2.1 Apakah islam itu?

1.2.2 Apakah ham itu?

1.2.3 Adakah ham dalam islam

1.2.4 Seperti apa bentuk ham dalam Islam?

1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

Setiap kegiatan yang dilakukan scara sistematis pasti mempunyai tujuan yang diharapkan, begitu pula makalah ini. Tujuan pembahasan makalah ini adalah:

1.3.1 Mengetahui apakah Islam itu

1.3.2 Mengetahui apakah HAM itu

1.3.3 Mengetahui apakah ada HAM dalam Islam

1.3.4 Mengetahui bentuk HAM dalam Islam

BAB II

Pembahasan

2.1. Apakah Islam Itu?

Apakah islam itu sebenarnya? Kata Islam berasal dari bahasa arab , dari kata aslama, yuslimu islaman yang berarti menyerah patuh (DR Zainuddin Nainggolan, 2000;9). Menurut Nurcholish Madjid yang dikutip dari buku Junaidi Idrus (2004;87) Islam itu adalah sikap pasrah kehadirat Tuhan. Kepasrahan merupakan karakteristik pokok semua agama yang benar. Inilah world view Al-Quran, bahwa semua agama yang benar adalah Al-Islam, yakni sikap berserah diri kehadirat Tuhan. Dan bagi orang yang pasrah kepada Tuhan adalah muslim.

Menurut Masdar F. Masudi (1993;29) klaim kepasrahan dalam pengertian Islam termaktub dalam tiga tataran. Pertama, Islam sebagai aqidah, yaitu sebagai komitmen nurani untuk pasrah kepada Tuhan. Kedua, Islam sebagai syariah, yakni ajaran mengenai bagaimana kepasrahan itu dipahami. Ketika, Islam sebagai akhlak, yakni suatu wujud perilaku manusia yang pasrah, baik dalam dimensi diri personalnya maupun dalam dimensi sosial kolektifnya. Berangkat dari pengertian diatas Islam adalah agama yang mengajarkan seseorang untuk menyerah pasrah kepada aturan Allah (Sunnatullah) baik tertulis maupun tidak tertulis. Dan orang yang menyerah pasrah kepada Tuhan dan hukum-Nya disebut seorang muslim.

Dalam Islam itu terdapat dua kelompok sumber ajaran Islam. Kelompok pertama disebut ajaran dasar (qatI al-dalalah), yaitu Al-Quran dan Hadist sebagai dua pilar utama ajaran Islam. Al-Quran mengandung 6236 ayat dan dari ayat-ayat itu, menurut para ulama hanya 500 ayat yang mengandung ajaran mengenai dunia dan akhirat selebihnya merupakan bagian terbesar mengandung penjelasan tentang para nabi, rasul, kitab dan ajaran moral maupun sejarah ummat terdahulu. Kelompok kedua disebut ajaran bukan dasar (zhanni al-dalalah), yaitu ajaran yang merupakan produk ulama yang melakukan ijtihad dan muatan ajarannya bersifat relative, nisbi, bisa berubah dan tidak harus dipandang suci, sakaral ataupun mengikat (Junaidi Idrus, 2004;95-96).

2.2 Apakah Hak Asasi Manusia?

Tonggak berlakunya HAM internasional ialah pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pada 10 Desember 1948 di Paris, Prancis. Disini tonggak deklarasi universal mengenai hak asasi manusia yang mengakui hak setiap orang diseluruh dunia. Deklarasi ini ditanda tangani oleh 48 negara dari 58 negara anggota PBB dan disetujui oleh majelis umum PBB. Perumusan penghormatan dan pengakuan norma-norma HAM yang bersifat universal, nondiskriminasi, dan imparsial telah berlangsung dalam sebuah proses yang sangat panjang.

Sejarah awal hak asasi manusia di barat berkembang sejak tahun 1215 yaitu dalam Magna Charta yang berisi aturan mengenai tindakan dan kebijakan negara supaya tidak berjalan sewenang-wenang. Isi dari Magna Charta ialah bermaksud untuk mengurangi kekuasan penguasa. Usaha untuk diadakannya Magna Charta ini

dimulai dari perjuangan tuan tanah dan gereja untuk membatasi kekuasaan raja dan para anggota keluarga. Pada periode awal ini hubungan antara isi dasar HAM adalah mengenai (hubungan) antara anggota masyarakat yang berada dibawaha kekuasaan yang diatur kebendaanya.

Sekelompok tuan tanah dan ksatria menggalang kekuatan dan mereka berhasil mendesak raja untuk tidak lagi memberlakukan tindakan penahan, penghukuman dan perampasan benda benda secara sewenag-wenang. Raja Jhon terpaksa menyetujui tuntutan ini dengan memberikan cap pengesahan yang berlangsung pada juni 1215 di Runnymede, sebuah padang rumput di pinggir sungai Thames. Isi dari Magna Charta ini ada tiga. Pertama, raja dilarang menarik pajak sewenang wenang. Kedua, pejabat pemerintah dilarang mengambil jagung dengan tanpa membayar. Dan yang ketiga, tidak seorang pun dapat dipenjara tanpa saksi yang jelas. Pengesahan ini menjadi dokumen tertulis yang pertama tentang hak-hak tuan tanah, gereja, ksatria dan orang merdeka atau orang sipil yang belum menikmati kebebasan.

Berlanjut setelah keberhasilan tuan tanah, bangsawan dan orang merdeka untuk memperjuangkan hak-hak mereka di hadapan raja membangkitkan kesadaran diberbagai kalangan masyarakat terhadap pentingnya hak-hak untuk dihormati dan dilindungi. Pada 1628, kaum bangsawan menuntut hak-hak mereka kepada raja. Mereka mencetuskan Petition Of Right. Yang menuntut sebuah negara yang konstitusional, termasuk didalamnya fungsi parlemen dan fungsi pengadilan. Jhon locke (1632-1704) bersama lord Ashley merumuskan tuntutan bagi toleransi beragama. Selain itu, juga menyatakan bahwa semua orang diciptakan sama dan memiliki hak-hak alamiah yang tidak data dicabut seperti hak untuk hidup, kemerdekaan hak milik dan hak untuk meraih kebahagiaan.

Salah satu karya Locke yang terkenal ialah second treaties on civil government yang berisi mengenai negara atau pemerintah harus berfungsi untuk melindungi hak milik pribadi. Pemerintah dibentuk guna menjamin kehidupan, harta benda dan kesejahteraan rakyat. Gagasan locke ini sesuai dengan perkembangan didalam masyarakat inggris yang mulai berubah dari nehgara kerajaan yang absolut menuju kerajaan yang konstitusional.

Pada 1653 instrument of government berhasil didesakkan. Pembatasan kekuasaan raja semakin dikukuhkan dengan lahirnya Habeas Corpus Act pada Mei 1679. Lonceng kebebasan terus berdentang dan pada 16 desember 1689 Bill Of Rights

lahir. Mereka tidak hanya berhasil membebaskan diri dari kesewenangan raja. Dan mereka juga berhasil membentuk parlemen yang mempunyai kewenangan untuk mengontrol kekuasaan raja. Itulah sekilas sejarah awal dari HAM yang berkembang di barat khususnya yang berkembang diwilayah Inggris.

Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi manusia, yaitu berlaku secara universal, bersifat non-diskriminasi dan imparsial. Prinsip keuniversalan ini dimaksudkan agar gagasan dan norma-norma HAM telah diakui dan diharapkan dapat diberlakukan secara universal atau internasional. Prinsip ini didasarkan atas keyakinan bahwa umat manusia berada dimana-mana,disetiap bagian dunia baik di pusat-pusat kota maupun di pelosok pelosok bumi yang terpencil. Berdasar hal itu ham tidak bisa didasarkan secara partikular yang hanya diakui kedaerahahan dan diakui secara local.

Prinsip kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non-diskriminasi. Prinsip ini bersumber dari pandangan bahwa semua manusia setara (all human being are equal). Pandangan ini dipetik dari salah satu semboyan Revolusi Prancis, yakni persamaan (egalite). Setiap orang harus diperlakukan setara. Seseorang tidak boleh dibeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi latar belakang kebudayaan sosial dan tradisi setiap manusia diwilayahnya berbeda-beda. Hal ini tidak bisa dipandang sebagai suatu hal yang negatif, melainkan harus dipandang sebagai kekayaan umat manusia. Karena manusia berasal dari keanekaragaman warna kulit seperti kulit putih,hitam, kuning dan lainnya. Keanekaragam kebangsaan dan suku bangsa atau etnisitas. Kenekaragaman agama juga merupakan sesuatu hal yang mendapat tempat dalam sifat non-diskriminasi ini. Pembatasan sesorang dalam beragama merupakan sebuah pelanggaran HAM.

Prinsip ketiga ialah imparsialitas. Maksud dari prinsip ini penyelesaian sengketa tidak memihak pada suatu pihak atau golongan tertentu dalam masyarakat. Umat manusia mempunyai beragam latar belakang sosial aupun latar belakang kultur yang berbeda antara satu dengan yang lain hal ini meupakan sebuah keniscayaan. Prinsip imparsial ini diimaksudkan agar hukum tidak memihak pada suatu golongan. Prinsip ini juga dimaksudkan agar pengadilan sebuah kasus diselesaikan secara adil atau tidak meihak pada salah satu pihak. Pemihakan hanyalah pada norma-norma ham itu sendiri.

Terdapat dua garis besar pembagian hak asasi manusia yaitu Hak Negatif dan Hak Positif. Pembagian hak-hak ini berhubungan dengan dengan ukuran keterlibatan negara dalam pemenuhan hak asasi manusia. Pembagian ini tidak berdasarkan baik atau buruk dalam hak yang terkandung di dalamnya.

Mengenai Hak Negatif adalah hak meminimalkan peran campur tangan negara, maka semakin terpenuhi pula hak-hak sipil dan politik. Sebaliknya, bila negara terlalu banyak melakukan campur tangan, maka semakin terhambat pula pelaksanaan hak-hak sipil politik warganya. Peminimalisiran peran negara dalam pemenuhan hak-hak sipil dan politik karena hak-hak yang berkaitan dengan sipil dan politik adalah hak yang berkaitan dengan kebebasan. Karena sebagian besar kandungan hak-hak sipil politik adalah hak-hak atas kebebasan (rights to liberty).

Hak yang terkandung dalam hak sipil dan politik ada dua puluh dua hak. Pertama hak atas kehidupan, karena hidup seseorang harus dilindungi. Kedua hak untuk tidak disiksa dan diperlakukan secara keji. Karena setiap orang berhak untuk memperoleh perlakuan secara manusiawi dan tidak merendahkan martabat. Ketiga, hak untuk tidak dperbudak dan dipekerjakan secara paksa. Keempat, hak atas kebebasan dan keselamatan pribadi. Kelima, hak setiap orang yang ditahan untuk diperlakukan secara manusiawi. Keenam, hak setiap orang untuk tidak dipenjara akibat tidak mampu memenuhi kewajiban kontrak. Ketidakmampuan sesorang dalam memenuhi suatu perjanjian kontrak, tidak boleh dipenjara. Hanya boleh melalui hukum perdata hanya melalui penyitaan. Ketujuh, hak atas kebebasan bergerak dan memilih tempat tinggal. Kedelapan hak setiap warga asing. Kesembilan, hak atas pengadilan yang berwenang, independen dan tidak memihak. Kesepuluh, hak atas perlindungan dari kesewenangan hukum pidana. Kesebelas, hak atas perlakuan yang sama didepan hukum. Keduabelas, hak atas urusan pribadi. Ketigabelas, hak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama. Keempatbelas, hak berpendapat dan berekspresi. Kelimabelas, hak atas kebeasan berkumpul. Keenambelas, hak atas kebebasan berserikat. Ketujuh belas, hak untuk menikah dan membentuk keluarga. Kedelapanbelas, hak anak atas perlindungan bagi perkembangannya. Kesembilanbelas, hak untuk berpartisipasi dalam politik. Keduapuluh, hak atas kedudukan dan perlindungan yang sama didepan hukum. Keduapuluhsatu, hak bagi golongan minoritas. Keduapuluhdua, larangan propaganda perang dan diskriminasi.

Selain hak hak sipil dan politik diatas hak asasi manusia juga mencakup hak dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Hak ini termasuk dalam pembagan hak positif yang mengusahakan peran negara secara maksimal dalam pemenuhannya. Adanya hak ini dalam HAM universal adalah buah dari perdebatan blok sosialis eropa timur

dengan blok liberal. Karena blok sosialis lebih berpegangan pada ekonomi sebagai dasar masyarakat. Kebijakan negara sosialis lebih menitikberatkan pada pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya seperti pendidikan gratis. Sedangkan masyarakat blok liberal lebih menekankan manusia sebagai individu yang bebas. Namun, akhirnya usulan dari blok sosialis diterima. Sehingga HAM universal menganjurkan melindungi dan memnuhi hak-hak ekonomi, sosial dan budaya setiap warganya.

Pengakuan dan perlindungan universal atau jaminan normatif atas terpenuhinya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya tercantum dalam Kovenan Internasional HakHak Ekonomi, Sosial dan Budaya (international covenant on economic, social and culture rights). Ada sepuluh hak yang diakui dalam kovenan tersebut. Hak-hak tersebut dapat diuraikan sebaagai berikut.

Pertama, hak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Kedua, hak atas pekerjaan. Ketiga, hak atas upah yang layak, kondisi kerja yang aman dan sehat, peluang karir dan liburan. Keempat, hak berserikat dan mogok kerja bagi buruh. Kelima, hak atas jaminan sosial. Keenam, hak atas perlindungan keluarga termasuk ibu dan anak. Ketujuh, hak atas standar hidup yang layak, yakni sandang, pangan dan perumahan. Kedelapan, hak atas kesehatandan lingkungan yang sehat. Kesembilan, hak atas pendidikan. Kesepuluh, hak untuk berpartisipasi dalam kebudayaan.

Itulah sekilas gambaran singkat mengenai HAM internasional. Dari mulai sejarah awal Magna Charta sampai ke isi dari HAM internasional yang dibagi atas dua pokok garis besar yaitu hak positif dan hak negatif. Kedua hak itu didasarkan atas partisipasi negara dalam pemenuhannya.

2.3 Adakah HAM dalam Islam?

Pertanyaan adakah ham dalam Islam harus dirunut secara sejarah dialektika HAM dalam Islam. Menurut Anas Urbaningrum hak asasi manusia atau lebih dikenal manusia modern sebagai HAM, telah lebih dahulu diwacanakan oleh Islam sejak empat belas abad silam. Hal ini memberi kepastian bahwa pandangan Islam yang khas tentang HAM sebenarnya telah hadir sebelum deklarasi universal HAM PBB pada 18 Shafar 1369 Hijriyah atau bertepatan dengan 10 Desember 1948 Masehi (Anas, 2004;91). Secara internasional umat Islam yang terlembagakan dalam

Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi tentang HAM dari perspektif Islam. Deklarasi yang juga dikenal sebagai Deklarasi Kairo mengandung prinsip dan ketentuan tentang HAM berdasarkan syariah (Azra).

HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas Urbaningrum, 2004;91). Ini dibuktikan oleh adanya Piagam Madinah (mitsaq AlMadinah) yang terjadi pada saat Nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam Dokumen Madinah atau Piagam Madinah itu berisi antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat yahudi, umat nasrani maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan satu bangsa (Idris, 2004;102). Dari pengakuan terhadap semua pihak untuk bekerja sama sebagai satu bangsa, didalam piagam itu terdapat pengakuan mengenai HAM bagi masingmasing pihak yang bersepakat dalam piagam itu. Secara langsung dapat kita lihat bahwa dalam piagam madinah itu HAM sudah mendapatkan pengkuan oleh Islam

Memang, terdapat prinsip-prinsip HAM yang universal; sama dengan adanya perspektif Islam universal tentang HAM (huqul al-insan), yang dalam banyak hal kompatibel dengan Deklarasi Universal HAM (DUHAM). Tetapi juga harus diakui, terdapat upaya-upaya di kalangan sarjana Muslim dan negara Islam di Timur Tengah untuk lebih mengkontekstualisasikan DUHAM dengan interpretasi tertentu dalam Islam dan bahkan dengan lingkungan sosial dan budaya masyarakatmasyarakat Muslim tertentu pula.

Islam sebagai agama universal membuka wacana signifikan bagi HAM. tema-tema HAM dalam Islam, sesungguhnya merupakan tema yang senantiasa muncul, terutama jika dikaitkan dengan sejarah panjang penegakan agama Islam. Menurut Syekh Syaukat Hussain yang diambil dari bukunya Anas Urbaningrum, HAM dikategotrikan dalam dua klasifikasi. Pertama, HAM yang didasarkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia. Dan kedua, HAM yang diserahkan kepada seseorang atau kelompok tertentu yang berbeda. Contohnya seperti hak-hak khusus bagi nonmuslim, kaum wanita, buruh, anak-anak dan sebagainya, merupakan kategori yang kedua ini (Anas, 2004;92).

Berdasarkan temuan diatas akan kita coba mencari kesamaan atau kompatibilitas antara HAM yang terkandung dalam Islam. Akan kita coba membagi hak asasi manusia secara klasifikasi hak negatif dan hak positif. Dalam hal ini hak negatif

yang dimaksud adalah hak yang memberian kebebasan kepada setiap individu dalam pemenuhannya.

Yang pertama adalah hak negatif yaitu memberikan kebebasan kepada menusia dalam pemenuhannya. Bebrapa yang dapat kita ambil sebagai contoh yaitu:

Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. Islam menegaskan bahwa pembunuhan terhadap seorang manusia ibarat membunuh seluruh umat manusia. Hak ini terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 63 yang berbunyi :

Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani israil, bahwa: barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memlihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keternagan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantar amereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS 5;63)

Hak untuk mendapat perlindungan dari hukuman yang sewenarg wenang. yaitu dalam surat Al Anam : 164 dan surat Fathir 18 yang masing masing berbunyi :

Katakanlah: Apakah aku mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah sesorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan. (QS 6;164)

Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika sesorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya,

sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu). (QS 35;18)

Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat 58 dan surat Al-Hujurat : 6 yang berbunyi seperti ini:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS 4;58)

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang yang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS 49;6)

Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani. Yang bisa kita lihat secara tersirat dalam surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat 46 yang berbunyi:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada yang thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 2;256)

Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka, dan katakanlah: kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri. (QS 29;46)

Hak atas persamaan hak didepan hukum secara tersirat terdapat dalam surat AnNisa ayat 1 dan 135 dan Al Hujurat ayat13:

Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciotakan dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS 4;1)

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tau kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS 4;135)

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjdaikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS 49;13)

Dalam hal kebebasan berserikat Islam juga memberikan dalam surat Ali Imran ayat 104-105 yang berbunyi:

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang yang beruntung. (QS 3;104)

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS 3;105)

Dalam memberikan suatu protes terhadap pemerintahan yang zhalim dan bersifat tiran. Islam memberikan hak untuk memprotes pemerintahan yang zhalim, secara tersirat dapat diambil dari surat An-Nisa ayat 148, surat Al Maidah 78-79, surat Al Araf ayat 165, Surat Ali Imran ayat 110 yang masing masing berbunyi:

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS 4;148)

Telah dilanati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa Putera Maryam. Yang demikian itu. Disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (QS 5;78)

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan yang munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS 5;79)

Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (QS 7;165)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab Beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka yang ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS 3;110)

Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak ekonomi sosial dan Islam pun mengandung secara tersirat mengenai hak ini.

Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia secara tersirat terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 29, surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumuah ayat 10, yang berbunyi:

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dimuka bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 2;29)

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS 51;19)

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS 62;10)

Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara tersirat dalam surat Yunus ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah ayat 11 dan surat Az-Zumar ayat 9 yang masing-masing berbunyi berbunyi:

Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS 10;101)

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:berdirilah kamu, maka berdirilah kamu, niscaya Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 58;11)

(apakah kamu hai orang yang musyrik) ataukah orang-orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhrat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: adakah sama orangorang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik keimpulan berdasarkan beberapa analisis. Dari analisis diatas antara HAM yang berkembang di dunia internasional tidak bertentangan antara satu sama lain. Bahkan organisasi Islam internasional yang terlembagakan dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990 mengeluarkan deklarasi HAM.

Kemudian Islam mematahkan bahwa dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun yang lalu (Anas Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak memiliki konsep tentang pengakuan HAM. Ini dibuktikan oleh adanya piagam madinah (mitsaq Al-Madinah) yang terjadi pada saat Nabi Muhammad berhijrah ke kota Madinah. Dalam dokumen madinah atau piagam madinah itu berisi antara lain pengakuan dan penegasan bahwa semua kelompok di kota Nabi itu, baik umat yahudi, umat nasrani maupun umat Islam sendiri, adalah merupakan satu bangsa (Idris, 2004;102). Dalam dokumen itu dapat disimpulkan bahwa HAM sudah pernah ditegakkan oleh Islam

Berdasar analisis diatas Islam mengandung pengaturan mengenai HAM secara tersirat. Dapat kita bagi menjadi sembilan bagian hak asasi manusia dalam islam yang pengaturannya secara tersirat.

Hak atas hidup, dan menghargai hidup manusia. surah Al-Maidah ayat 63. Hak untuk mendapat pelindungan dari hukuman yang sewenag wenang yaitu dalam surat Al Anam : 164 dan surat Fathir 18. Hak atas keamanan dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam surat An Nisa ayat 58 dan surat Al-Hujurat ayat 6. Hak atas kebebasan beragama memilih keyakinan berdasar hati nurani secara tersirat dalam surat Al Baqarah ayat 256 dan surat Al Ankabut ayat 46. Hak atas persamaan hak didepan hukum secara tersirat terdapat dalam surat An-Nisa ayat 1 dan 135 dan Al Hujurat ayat13. Dalam hal kebebasan berserikat Islam juga memberikan dalam surat Ali Imran ayat 104-105. Dalam memberikan suatu protes terhadap pemerintahan yang zhalim dan bersifat tirani secara tersirat dapat dilihat pada

surat an-nisa ayat 148, surat al maidah 78-79, surat Al Araf ayat 165, surat Ali Imran ayat 110.

Dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti bentuk hak positif dalam hak ekonomi sosial dan budaya Islam pun mengandung secara tersirat mengenai hak ini. Hak mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia secara tersirat terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 29, surat Ad-Dzariyat ayat 19, surat Al Jumuah ayat 10. Dalam hak mendapatkan pendidikan Islam juga memiliki pengaturan secara tersirat dalam surat Yunus ayat 101, surat Al-Alaq ayat 1-5, surat Al Mujadilah ayat 11 dan surat Az-Zumar ayat 9.

Daftar Pustaka

Al-Quran

Thaha, Idris, Demokrasi Religius: Pemikiran Politik Nurcholish Madjid dan M. Amien Rais, Jakarta: Penerbit Teraju, 2004

Radjab, Suryadi, Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia, Jakarta: PBHI, 2002

Idrus, Junaidi, Rekonstruksi Pemikiran Nurcholish Madjid Membangun Visi dan Misi Baru Islam Indonesia, Jogjakarta: LOGUNG PUSTAKA, 2004

Pramudya, Willy, Cak Munir, Engkau Tak Pernah Pergi, Jakarta: GagasMedia 2004

Nainggolan, Zainuddin S., Inilah Islam, Jakarta: DEA, 2000

Urbaningrum, Anas, Islamo-Demokrasi Pemikiran Nurcholish Madjid, Jakarta: Penerbit Republika, 2004

Vous aimerez peut-être aussi