JAKARTA, SENIN - Tren penurunan kemiskinan pada pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Jusuf Kalla menunjukkan pola yang fluktuatif karena kebijakan yang diambil tidak tepat. Hal tersebut disampaikan pengamat ekonomi nstitute for Development of Economics and Finance (NDEF) Fadhil Hasan, saat diskusi "Akhir Tahun Evaluasi Pemerintahan SBY", di Jakarta, Senin (29/12). "ndikator kemiskinan flukuatif, naik turun, karena kebijakan yang diambil tidak hati-hati dan kebablasan," kata Fadhil. Fadhil memaparkan, kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga 126 persen tahun 2005 lalu dinilai tidak tepat. Pasalnya, kebijakan tersebut melejitkan angka kemiskinan ke angka 17,6 persen pada periode berikutnya dari sebelumnya yang hanya 15,9 persen. Berikut adalah angka kemiskinan sepanjang pemerintahan SBY-JK: tahun 2005 angka kemiskinan mencapai 15,9 persen, tahun 2006 sekitar 17,6 persen, tahun 2007 sekitar 16,4 persen, dan pada bulan Maret 2008 sebesar 15,4 persen. "Setidaknya hingga Maret 2008 sekitar 34,9 juta jiwa penduduk ndonesia masih hidup dalam kemiskinan," tutur Fadhil.
Presiden Janjikan Reformasi Bidang Kesehatan
Kamis, 3 September 2009 | 16:05 WB JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjanjikan reformasi di bidang kesehatan pada masa jabatannya yang kedua periode 2009-2014.
Usai menyaksikan pengambilan sumpah 17 anggota Konsil Kedokteran periode 2009-2014 di stana Negara, Jakarta, Rabu (2/9), Presiden menjanjikan kenaikan anggaran di bidang kesehatan serta mobilisasi sumber daya seperti yang dilakukan dalam reformasi di bidang pendidikan.
"Sekarang tengah disusun cetak biru rencana lima tahun mendatang, banyak agenda-agenda di bidang kesehatan yang akan kita lakukan," ujarnya.
Reformasi kesehatan itu, lanjut dia, akan membuat gebrakan mendasar untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan pelayan kesehatan seperti bidan dan perawat di daerah terpencil.
Selain itu, pemerintah selama lima tahun mendatang juga akan meningkatkan fungsi pencegahan seperti program penerangan kepada masyarakat.
Kepala Negara berharap dalam lima tahun mendatang di ndonesia sudah ada rumah sakit berkelas dunia sehingga tidak ada lagi warga negara ndonesia yang merasa perlu berobat ke luar negeri.
a meminta masyarakat untuk percaya kepada keahlian serta pelayanan kesehatan dalam negeri dengan mencontohkan dirinya yang selalu memeriksa kesehatan dan berobat di dalam negeri.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyaksikan pengambilan sumpah 17 anggota Konsil Kedokteran periode 2009-2014 di stana Negara, Jakarta, Rabu.
Konsil kedokteran ndonesia masa jabatan 2009-2014 beranggotakan 17 orang, di antaranya Ketua katan ndonesia (D) Fachmi dris, dan telah dikukuhkan keanggotaannya dengan Keppres No 45/M Tahun 2009 tentang terbentuknya Konsil Kedokteran ndonesia masa jabatan 2009-2014.
Konsil kedokteran dibentuk berdasarkan Undang-undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dengan tujuan memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan, dan meningkatkan mutu pelayanan medis. Dalam melaksanakan tugasnya, konsil bertanggungjawab kepada presiden.