Vous êtes sur la page 1sur 13

Seni Menurut Pandangan Islam

Seni sebagai salah satu bentuk kebesaran Allah SWT menciptakan keadaan yang
bernama keindahan. Setiap bangsa dan negara mempunyai bentuk atau aliran seni
yang bermacam macam tergantung kepada kebudayaan atau kebiasaan penduduk
setempat, namun dapat di pengaruhi oleh kebudayaan dari luar daerah atau bangsa.

Seni sebagai salah satu bentuk hiburan masyarakat atau penduduk pada suatu
tempat, juga sebagai pelembut rasa seseorang kepada orang lain. Islam dalam hal
ini memperbolehkan mencintai seni tetapi tidak mengalahkan cinta kepada sang
pencipta, tidak mengandung kata-kata keji, kotor, atau menggiring pendengar dan
yang melihatnya untuk berbuat dosa.

'berhibur tiada salahnya karna hiburan itu indah,
Hanya pabila salah memilihnya membuat kita jadi bersalah

Itulah salah satu bait syair yang dinyanyikan Nasyid Raihan tentang Seni Menurut
Pandangan Islam pada kegiatan 'Ramadhan Bersama Raihan yang
diselenggarakan oleh Remaja Islam Sunda Kelapa pada 5 Desember 2001 kemarin
dengan pebicara Ust Subkhi Al Bughuridan dan moderator Agus Snada. Di Masjid
Sunda Kelapa Menteng Jakarta.

Nasyid Raihan yang pada saat itu sebagai bintang tamu, mengupas banyak tentang
seni yang pada dasarnya untuk memberikan siraman rohani kepada umat Islam
atau dakwah. Nasyid Raihan sama seperti yang lainnya, lahir sebagai manusia yang
mempunyai kekurangan dan mereka ingin merubah diri dengan musik karena
mereka memang senang dengan musik.

Pada waktu itu mereka takut kalau mendalami seni tidak dapat berdakwah atau
ibadah, namun pada kenyataannya mereka bisa memberikan hiburan untuk dirinya
sendiri dan umat Islam yang bersumber dari Al Qur`an dan Ahklak. Mereka
menyebutnya sebagai 'Education Entertainment atau hiburan yang mendidik.

Hiburan yang dikehendaki oleh Islam adalah : mendidik, menghibur, memberikan
ilmu dan kesadaran pada diri umat Islam dengan sering menyebut nama Allah.
Hiburan bukan semata untuk hiburan saja akan tetapi untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Hiburan tidak untuk merusak orang lain, membangkitkan naIsu
syahwat, dan membuat perilaku seperti binatang.

'Wahai Aisyah, mereka tidak menyertakan hiburan ?
Orang-orang Anshar itu menyukai hiburan

Itulah yang dikatakan Rasulullah SWT ketika sedang mengatar pengatin kaum
Anshar. Lalu bagaimana pandangan mesjed terhadap seni ? mesjid merupakan
pusat aktivitas dakwah bagi umat Islam. Sehingga masjid tidak hanya dipandang
sebagai sekedar tempat ibadah shalat dan membaca Al Qur`an. Tetapi dari
masjid kita bisa menciptakan seni yang bisa menyentuh dan mengingatkan akan
keagungan dan keindahan Allah SWT.

Marilah kita ciptakan seni yang Islami, berbahagialah orang yang mencintai seni
dan ditujukan kepada manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Cinta
keindahan sama dengan mencintai Allah. ()

SENI DALAM PANDANGAN ULAMA` ISLAM


Sebelum kita membahas dan mendiskusikan pendapat para Iuqah`, khususnya
para imm madzhab yang empat terlebih dahulu kami kutipkan pendapat mereka
tentang seni suara beserta dall-dallnya, baik dari golongan yang mengharmkan
maupun yang membolehkannya.
1. Imm Asy-Syaukn, dalam kitabnya NAIL-UL-AUTHR menyatakan sebagai
berikut (Lihat Imm Asy-Syaukni, NAIL-UL-AUTHR, Jilid JIII, hlm. 100-103).
a. Para ulam` berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik.
Menurut mazhab Jumhur adalah harm, sedangkan mazhab Ahl-ul-Madnah, Azh-
Zhhiriyah dan jamah SIiyah memperbolehkannya.
b. Ab Mansyr Al-Baghdd (dari mazhab Asy-SyIi) menyatakan:
"ABDULLH BIN JAFAR berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak
menjadi masalah. Dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan
para pelayan (budak) wanita (jawr) dengan alat musik seperti rebab. Ini terjadi
pada masa Amr-ul-Mu`minn Al bin Ab Thlib r.a.
c. Imm Al-Haramain di dalam kitbnya AN-NIHYAH menukil dari para ahli
sejarah bahwa Abdullh bin Az-Zubair memiliki beberapa jriyah (wanita budak)
yang biasa memainkan alat gambus. Pada suatu hari Ibnu Umar datang kepadanya
dan melihat gambus tersebut berada di sampingnya. Lalu Ibnu Umar bertanya:
"Apa ini wahai shahbat Raslullh? " Setelah diamati sejenak, lalu ia berkata: "Oh
ini barangkali timbangan buatan negeri Sym," ejeknya. Mendengar itu Ibnu
Zubair berkata: "Digunakan untuk menimbang akal manusia."
d. Ar-Ruyn meriwayatkan dari Al-QaIIl bahwa mazhab Maliki membolehkan
menyanyi dengan maziI (alat-alat musik yang berdawai).
e. Ab Al-Fadl bin Thhir mengatakan: "Tidak ada perselisihan pendapat antara
ahli Madnah tentang, menggunakan alat gambus. Mereka berpendapat boleh saja."
Ibnu An Nawawi di dalam kitabnya AL-UMDAH mengatakan bahwa para
shahbat Raslullh yang membolehkan menyanyi dan mendengarkannya antara
lain Umar bin Khattb, Utsmn bin AIIn, Abd-ur-Rahmn bin AuI, Saad bin
Ab Waqqs dan lain-lain. Sedangkan dari tbin antara lain Sad bin Musayyab,
Salm bin Umar, Ibnu Hibbn, Khrijah bin Zaid, dan lain-lain.
2. Ab Ishk Asy-Syirz dalam kitbnya AL-MUHAZZAB (Lihat Ab Ishk
Asy-Syir:i, AL-MUHAZZAB, Jilid II, hlm. 237) berpendapat:
a. Diharmkan menggunakan alat-alat permainan yang membangkitkan hawa
naIsu seperti alat musik gambus, tambur (lute), mizah (sejenis piano), drum dan
seruling.
b. Boleh memainkan rebana pada pesta perkawinan dan khitanan. Selain dua acara
tersebut tidak boleh.
c. Dibolehkan menyanyi untuk merajinkan unta yang sedang berjalan.
3. Al-Als dalam taIsrnya RH-UL-MAN (Lihat Al-Alsi dalam tafsirnya
RH-UL-MAN, Jilid XXI, hlm. 67-74).
a. Al-Muhsibi di dalam kitbnya AR-RISLAH berpendapat bahwa menyanyi
itu harm seperti harmnya bangkai.
b. Ath-Thursusi menukil dari kitb ADAB-UL-QADHA bahwa Imm SyI
berpendapat menyannyi itu adalah permainan makrh yang menyerupai pekerjaan
bthil (yang tidak benar). Orang yang banyak mengerjakannya adalah orang yang
tidak beres pikirannya dan ia tidak boleh menjadi saksi.
c. Al-Manawi mengatakan dalam kitbnya: ASY-SYARH-UL-KABR bahwa
menurut mazhab SyIi menyanyi adalah makrh tanzh yakni lebih baik
ditinggalkan daripada dikerjakan agar dirinya lebih terpelihara dan suci. Tetapi
perbuatan itu boleh dikerjakan dengan syarat ia tidak khawatir akan terlibat dalam
Iitnah.
d. Dari murd-murd Al-Baghw ada yang berpendapat bahwa menyanyi itu
harm dikerjakan dan didengar.
e. Ibnu Hajar menukil pendapat Imm Nawaw dan Imm SyIi yang
mengatakan bahwa harmnya (menyanyi dan main musik) hendaklah dapat
dimengerti karena hl demikian biasanya disertai dengan minum arak, bergaul
dengan wanita, dan semua perkara lain yang membawa kepada maksiat. Adapun
nyanyian pada saat bekerja, seperti mengangkut suatu yang berat, nyanyian
orang Arab untuk memberikan semangat berjalan unta mereka, nyanyian
ibu untuk mendiamkan bayinya, dan nyanyian perang, maka menurut Imm
Awz adalah sunat.
I. Jamah SIiah berpendapat boleh menyanyi dengan atau tanpa iringan alat-alat
musik.
g. Sebagian ulam` berpendapat boleh menyanyi dan main alat musik tetapi
hanya pada perayaan-perayaan yang memang dibolehkan Islam, seperti pada pesta
pernikahan, khitanan, hari raya dan hari-hari lainnya.
h. Al-Izzu bin Abd-us-Salm berpendapat, tarian-tarian itu bidah. Tidak ada
laki-laki yang mengerjakannya selain orang yang kurang waras dan tidak pantas,
kecuali bagi wanita. Adapun nyanyian yang baik dan dapat mengingatkan
orang kepada khirat tidak mengapa bahkan sunat dinyanyikan.
i. Imm Balqin berpendapat tari-tarian yang dilakukan di hadapan orang banyak
tidak harm dan tidak pula makrh karena tarian itu hanya merupakan gerakan-
gerakan dan belitan serta geliat anggota badan. Ini telah dibolehkan Nabi s.a.w.
kepada orang-orang Habsyah di dalam masjid pada hari raya.
j. Imm Al-Maward berkata: "Kalau kami mengharamkan nyanyian dan bunyi-
bunyian alat-alat permainan itu maka maksud kami adalah dosa kecil bukan dosa
besar."
. ABD-UR-RAHMN AL-JAZAR di dalam kitabnya AL-FIQH AL AL-
MADZHIB-IL ARBAA (Lihat Abd-ur-Rahmn Al-Ja:ari, AL-FIQH AL AL-
MADZHIB-IL ARBAA, Jilid II, hlm. 42-44) mengatakan:
a. Ulam`-ulam` SyIiiyah seperti yang diterangkan oleh Al-Ghazali di dalam
kitab IHYA ULUMIDDIN. Beliau berkata: "Nash nash syara' telah menunjukkan
bahwa menyanyi, menari, memukul rebana sambil bermain dengan perisai dan
senjata-senjata perang pada hari raya adalah mubah (boleh) sebab hari seperti itu
adalah hari untuk bergembira. Oleh karena itu hari bergembira dikiaskan untuk
hari-hari lain, seperti khitanan dan semua hari kegembiraan yang memang
dibolehkan syara'.
b. Al-Ghazali mengutip perkataan Imam SyaIi'i yang mengatakan bahwa
sepanjang pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para ulama Hijaz yang benci
mendengarkan nyanyian, suara alat-alat musik, kecuali bila di dalamnya
mengandung hal-hal yang tidak baik. Maksud ucapan tersebut adalah bahwa
macam-macam nyanyian tersebut tidak lain nyanyian yang bercampur dengan hal-
hal yang telah dilarang oleh syara'.
c. Para ulama HanIiyah mengatakan bahwa nyanyian yang diharamkan itu adalah
nyanyian yang mengandung kata-kata yang tidak baik (tidak sopan), seperti
menyebutkan siIat-siIat jejaka (lelaki bujang dan perempuan dara), atau siIat-siIat
wanita yang masih hidup ("menfurus" point, lead in certain direction, etc.).
Adapun nyanyian yang memuji keindahan bunga, air terjun, gunung, dan
pemandangan alam lainya maka tidak ada larangan sama sekali. Memang ada
orang orang yang menukilkan pendapat dari Imam Abu HaniIah yang mengatakan
bahwa ia benci terhadap nyanyian dan tidak suka mendengarkannya. Baginya
orang-orang yang mendengarkan nyanyian dianggapnya telah melakukan
perbuatan dosa. Di sini harus dipahami bahwa nyanyian yang dimaksud Imam
HanaIi adalah nyanyian yang bercampur dengan hal-hal yang dilarang syara'.
d. Para ulama Malikiyah mengatakan bahwa alat-alat permainan yang digunakan
untuk memeriahkan pesta pernikahan hukumnya boleh. Alat musik khusus untuk
momen seperti itu misalnya gendang, rebana yang tidak memakai genta, seruling
dan terompet.
e. Para ulama Hanbaliyah mengatakan bahwa tidak boleh menggunakan alat-alat
musik, seperti gambus, seruling, gendang, rebana, dan yang serupa dengannya.
Adapun tentang nyanyian atau lagu, maka hukumnya boleh. Bahkan sunat
melagukannya ketika membacakan ayat-ayat Al-Quran asal tidak sampai
mengubah aturan-aturan bacaannya.


Seni Dalam Islam Bagian 2.

AKULTURASI BUDAYA

Jatuhnya peradaban dan kebudayaan Islam setelah diakulturasikan antara
kebudayaan Barat dengan kebudayaan umat Islam membuahkan sekulerisme dunia
Islam. Karenanya tidak mengherankan bila sekarang ini kita dapat menemukan
dengan amat mudah akibat akibat yang ditimbulkannya, antara lain sebagai
berikut:

A. Kebudayaan yang diterapkan di dunia Islam sekarang ini telah tercemar dalam
kondisi cukup parah oleh kebudayaan Barat, dan lebih parahnya lagi kebudayaan
itu dijadikan sebagai konsepsi kebudayaan umat Islam.
B. Masyarakat kaum Muslimin telah menjauhi konsepsi masyarakat Islam yang
dulu berdasarkan aqidah, ide ide, jiwa dan peraturan Islam. Sekarang ini mereka
lebih mirip dengan masyarakat Eropa, Amerika, Rusia dan Cina daripada
masyarakat Islam.
C. Prinsip prinsip sosio-budaya yang dipraktekkan oleh umat Islam telah jauh dari
prinsip prinsip sosio-budaya Islam, baik dari segi hubungan antara kaum pria
maupun wanitanya. Demikian pula halnya dengan segi segi hiburan, kesenian,
peragaan, busana ataupun bentuk bentuk bangunan (arsitektur).
D. Dengan semakin giatnya akulturasi dalam bidang kesenian, seni umat Islam
telah diwarnai oleh kesenian Barat yang sekularistik. Dengan demikian semakin
banyaklah karya seni kaum Muslimin saat ini yang berlawanan dengan konsepsi
seni Islam.

PENGERTIAN SENI

Dalam perjalanan sejarah, boleh dikatakan pada setiap masa orang selalu bertanya
tentang apa dan bagaimana bentuk seni itu. Para IilsuI sejak masa peradaban
Yunani sampai sekarang telah memberikan beragam deIinisi. Dalam kesempatan
ini kami paparkan salah satu deIinisi yang dapat dianggap global dan
menyeluruh.

Dari ensikopedi dipetik bahwa deIinisi seni yaitu penjelmaan rasa indah
yangIndomesia terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan
alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni
suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni
tari, drama).

Dalam pembahasan ini kami hanya akan memaparkan secara terbatas beberapa
jenis seni yaitu seni musik, seni suara, dan seni tar 8|.estetika

1. Seni Musik
Seni musik adalah bidang seni yang berhubungan dengan alat alat musik dan irama
yang ke luar dari alat musik tersebut. Bidang ini membahas cara menggunakan
instrumen musik. Masing masing alat musik memiliki nada tertentu. Di samping
itu seni musik juga membahas cara membuat not dan bermacam aliran musik,
misalnya musik vokal dan musik instru-mental. Seni musik dapat disatukan dengan
seni instrumental atau seni vokal. Seni instrumental adalah seni suara yang
diperdengarkan melalui media alat alat musik, sedangkan seni vokal adalah
melagukan syair yang hanya dinyanyikan dengan perantaraan oral (suara saja)
tanpa iringan instrumen musik.

2. Seni pendengaran (auditory art)
Seni pendengaran adalah bidang seni yang menggunakan suara (vokal maupun
instrumental) sebagai medium pengutaraan, baik dengan alat alat tunggal (biola,
piano, kecapi, suling, gambang) maupun dengan alat majemuk seperti orkes
simponi, band, gamelan juga lirik puisi berirama atau prosa yang tidak berirama,
serta perpaduan nada dan kata seperti lagu asmara, qasidah dan tembang
(Sunda/Jawa). Seni inilah yang menjadi topik bahasan.

3. Seni Tari
Seni tari adalah seni menggerakkan tubuh secara berirama dengan iringan musik.
Gerakannya dapat sekedar dinikmati sendiri, merupakan ekspresi suatu gagasan
atau emosi, dan cerita (kisah). Seni tari juga digunakan untuk mencapai ekskatase
(semacam mabuk atau tak sadar diri) bagi yang melakukannya.

Dari jaman dahulu, seni tari telah memainkan peranan penting dalam upacara
kerajaan, di kalangan masyarakat maupun individu. Seni tari merupakan akar tari
Barat yang populer pada masa kini. Bangsa bangsa primitiI bahkan percaya pada
daya magis tari, seperti tampak pada tari kesuburan dan hujan, tari Erotissme, tari
Perburuan dan Perang. Begitu pula halnya tarian tradisional Asia Timur yang
hampir seluruhnya bersumber dari kea-gamaan walaupun ada juga tarian yang
bersiIat sosial. Selain itu ada pula tarian komunal (Iolk dance) yang umumnya
berbentuk tarian rakyat (atau kreasi baru). Biasanya tarian seperti ini dijadikan
sebagai perlambang kekuatan kerjasama secara kelompok dan sebagai perwujudan
saling hormat menghormati. Semua itu didasari oleh tradisi tradisi masyarakat.

Seni tari modern lebih mengutamakan keindahan dan irama gerak dengan Iokus
hiburan. Seni sekarang berbeda halnya dengan tarian abad abad sebelumnya,
seperti balet, tap-dace, ketoprak atau sendratari. Gaya tarian abad 21 kini
berkembang dengan irama irama musik pop singkopik, misalnya dansa Cha-cha,
tango, soul, twist dan yang akhir akhir ini menggejala adalah brake dance dan
disko. Kedua tarian ini mempunyai gerakan yang 'menggila" dan banyak
digandrungi kawula muda.

SENI DALAM PANDANGAN ULAMA ISLAM

Sebelum kita membahas dan mendiskusikan pendapat para Iuqaha, khususnya para
imam mazhab yang empat terlebih dahulu kami kutipkan pendapat mereka tentang
seni suara beserta dalil dalilnya, baik dari golongan yang mengharamkan maupun
yang membolehkannya.

:1. Imam Asy Syaukani, dalam kitabnya Nailut Authar menyatakan sebagai
berikut

a. Para ulama berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik.
Menurut mazhab jumhur adalah haram, sedangkan mazhab Ahlul Madinah, Azh
Zhohiriyah dan jama'ah SuIlyah memperbolehkannya.

b. Abu Mansyur Al Baghdadi (dari mahzab Asy SyaIi'i) menyatakan: 'Abdullah bin
Ja`Iar` berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak menjadi masalah. Dia
sendiri pemah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan
(budak) wanita (jawari) dengan alat musik seperti rebab. Ini terjadi pada masa
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib RA.

c. Imam Al Haramain di dalam kitabnya An Nihayah menukil dari para ahli sejarah
bahwa Abdullah bin Az Zubair memiliki beberapa jariyah (wanita budak) yang
biasa memainkan alat gambus. Pada suatu hari Ibnu Umar datang kepadanya dan
melihat gambus tersebut berada di sampingnya. Lalu Ibnu Umar bertanya, "Apa ini
wahai sahabat Rasulullah?" Setelah diamati sejenak, lalu ia berkata, "Oh, ini
barangkali timbangan buatan negeri Syam," ejeknya. Mendengar itu Ibnu Zubair
berkata, "Digunakan untuk menimbang akal manusia."

d. Ar Ruyani meriwayatkan dari Al QaIIal bahwa mazhab Maliki membolehkan
menyanyi dengan ma'aziI (alat alat musik yang berdawai).

e. Abu Al Fadl bin Thahir mengatakan: "Tidak ada perselisihan pendapat antara
ahli Madinah tentang menggunakan alat gambus. Mereka berpendapat boleh saja."

I. Ibnu An Nawawi di dalam kitabnya Al Umdah mengatakan bahwa para sahabat
Rasulullah yang membolehkan menyanyi dan mendengarkannya antara lain Umar
bin Khatab, Utsman bin AIIan, Abdurrahman bin AuI, Sa'ad bin Abi Waqas dan
lain lain. Sedangkan dari tabi'in antara lain Said bin Musayyab, Salim bin Urnar,
Ibnu Hibban, Kharijah bin Zaid, dan lain lain.


2. Abu Ishak Asy Syirazi dalam kitabnya Al Muhazzab berpendapat:

a. Diharamkan menggunakan alat alat permainan yang membangkitkan hawa
naIsu seperti alat musik gambus, tambur (lute), mi'zah (sejenis piano), drum dan
seruling.
b. Boleh memainkan rebana pada pesta perkawinan dan khitanan. Selain dua
acara tersebut tidak boleh.
c. Dibolehkan menyanyi untuk merajinkan unta yang sedang, berjalan.

3. Al'Alusi dalam taIsirnya Ruhul M mengatakan:`ni

a. Al Muhasibi di dalam kitabnya Ar Risalah berpendapat bahwa menyanyi itu
haram seperti haramnya bangkai.

b. At Thursusi menukil dari kitab Adabul Qadha bahwa Imam SyaIi`i berpendapat
menyanyi itu adalah permainan makruh yang menyerupai pekedaan batil (yang
tidak benar). Orang yang banyak mengerjakannya adalah orang yang tidak beres
pikirannya dan ia tidak boleh menjadi saksi.

c. Al Manawi mengatakan dalam kitabnya Asy SvaIbut Kabir bahwa menurut
mazhab SyaIi'i menyanyi adalah makruh tanzih yakni lebih baik ditinggalkan
daripada dikelakan agar dirinya lebih terpelihara dan suci. Tetapi perbuatan itu
boleh dikerjakan dengan syarat ia tidak khawatir akan terlibat dalam Iitnah.

d. Dari murid murid Al Baghawi ada yang berpendapat bahwa menyanyi itu haram
dikerjakan dan didengar.

e. Ibnu Hajar menukil pendapat imam Nawawi dan Imam SyaIi'i yang mengatakan
bahwa haramnya (menyanyi dan main musik hendaklah 'dapat dimengerti` karena.
hal demikian biasanya disertai dengan minum arak, bergaul dengan wanita, dan
semua perkara lain yang membawa kepada maksiat. Adapun nyanyian pada saat
bekerja, seperti mengangkat suatu yang berat, nyanyian orang Arab untuk
memberikan semangat berjalan unta mereka, nyanyian ibu untuk mendiamnkan
bayinya, dan nyanyian perang, maka menurut Imam Awza'iy adalah sunat.

I. Jama'ah SuIiah berpendapat boleh bernyanyi dengan atau tanpa iringan alat alat
musik.

g. Sebagian ulama berpendapat boleh menyanyi dan main alat
musiktetapihanyapada perayaan perayaan yang memang dibolehkan Islam, seperti
pada pesta pernikahan, khitanan, hari raya dan hari had lainnya.

h. Al 'Izzu bin Abdussamarn berpendapat, tarian tarian itu bid'ah. Tidak ada laki
laki yang mengerjakannya selain orang yang kurang waras dan tidak pantas,
kecuali bagi wanita. Adapun nyanyian yang baik dan dapat mengingatkan orang
kepada akhirat tidak mengapa bahkan sunat dinyanyikan.

i. Imam Balqini berpendapat tari tarian yang dilakukan dihadapan orang banyak
tidak haram dan tidak pula makruh karena tarian itu hanya merupakan gerakan
gerakan dan belitan serta geliat anggota badan. Ini telah dibolehkan Nabi SAW
kepada orang orang Habsyah di dalam mesjid pada hari raya.

j. Imam Al Mawardi berkata, "Kalau kami mengharamkan nyanyian dan bunyi
bunyian alat alat permainan itu maka maksud kami adalah dosa kecil bukan dosa
besar."

. Abdurrahman At Jaziri di dalam kitabnya Al Fiqh Al Mazahibi Al Arba`a
mengaatakan:

a. Ulama ulama SyaIi'iyah seperti yang diterangkan oleh Al Ghazali di dalam kitab
Ihya Ulumuddin. Beliau berkata, "Nash nash syara' telah menunjukkan bahwa
menyanyi, menari, memukul rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata
senjata perang pada hari raya adalah mubah (boleh) sebab hari seperti itu adalah
hari untuk bergembira. Oleh karena itu hari bergembira dikiaskan untuk hari hari
lain, seperti khitanan dan semua hari kegembiraan yang memang dibolehkan
syara'.

b. Al Ghazali mengutip perkataan Imam SyaIi'i yang mengatakan bahwa sepanjang
pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para ulama Hijaz yang benci
mendengarkan nyanyian suara alat alat musik, kecuali bila di dalamnya
mengandung hal hal yang tidak baik. Maksud ucapan tersebut adalah bahwa
macam macam nyanyian tersebut tidak lain nyanyian yang bercampur dengan hal
hal yang telah dilarang oleh syara'.

c. Para ulama HanaIiyah mengatakan bahwa nyanyian yang diharamkan itu adalah
nyanyian yang mengandung kata kata yang tidak baik (tidak sopan), seperti
menyebutkan siIat siIa jejaka (lelaki bujang dan perempuan dara), atau siIat siIat
wanita yang masih hidup. Adapun nyanyian yang memuji keindahan dan
pernandangan alam lainnya maka tidak ada larangan sama sekali. Memang ada
orang orang yang menukilkan pendapat dari imam Abu HaniIah yang mengatakan
bahwa ia benci terhadap nyanyian dan tidak suka mendengarkannya. Baginya
orang orang yang mendengarkan nyanyian dianggapnya telah melakukan
perbuatan dosa. Di sini harus dipahami bahwa nyanyian yang dimaksud Imam
HanaIi adalah nyanyian yang bercampur dengan hal hal yang dilarang syara'.

d. Para ulama Malikiyah mengatakan bahwa alat alat permainan yang digunakan
untuk memeriahkan pesta pernikahan hukumnya boleh. Alat musik khusus untuk
momen seperti itu misalnya gendang, rebana yang tidak memakai genta, seruling
dan terompet.

e. Para ulama Hanbaliyah mengatakan bahwa tidak boleh menggunakan alat alat
musik, seperti gambus, seruling, gendang, rebana, dan yang serupa dengannya.
Adapun tentang nyanyian atau lagu, maka hukumnya boleh. Bahkan sunat mela-
gukannya ketika membacakan ayat ayat Al Qur'an asal tidak sampai mengubah
aturan aturan bacaannya.

Vous aimerez peut-être aussi