Vous êtes sur la page 1sur 6

TANGGUNG JAWAB ATAS PELAPORAN KEUANGAN DAN TUJUAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tanggung Jawab Manajemen Manajemen bertanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang sehat, menyelenggarakan pengendalian intern yang memadai serta membuat berbagai penyajian laporan keuangan secara wajar. Transaksi entitas dan aktiva, utang, dan ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian langsung manajemen. Pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern tersebut terbatas pada yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia merupakan bagian yang tersirat dan terpadu dalam tanggung jawab manajemen. Tanggung Jawab Auditor Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh tingkat keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan itu telah terbebas dari kesalahan penyajian yang material, baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan. Karena sifat audit dan berbagai karateristik kecurangan auditor dapat memperoleh tingkat keyakinan, walaupun tidak mutlak, bahwa kesalahan penyajian yang material dapat dideteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian baik disebabkan oleh kekeliruan maupun oleh kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan dapat dideteksi. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun buku mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertangung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan. Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik

sebagai auditor independen. Mereka tidak termasuk orang yang terlatih untuk atau berkeahlian dalam profesi atau jabatan lain. Sebagai contoh, dalam hal pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan, auditor tidak bertindak sebagai seorang ahli penilai, penaksir atau pengenal barang. Begitu pula, meskipun auditor mengetahui hukum komersial secara garis besar, ia tidak dapat bertindak dalam kapasitas sebagai seorang penasihat hukum dan ia semestinya menggantungkan diri pada nasihat dari penasihat hukum dalam semua hal yang berkaitan dengan hukum.

Penggunaan Kemahiran Profesional dalam Pelaksanaan Pekerjaan Auditor. Asersi (assertion) adalah suatu deklarasi, atau suatu rangkaian deklarasi secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas deklarasi tersebut. Jadi, asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Tanggung jawab dan fungsi auditor independen juga berlaku untuk laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; pengacuan dalam Seksi ini ke laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia juga mencakup penyajian sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia tersebut. Dalam mengamati standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, auditor independen harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan prosedur audit yang diperlukan sesuai dengan keadaan, sebagai basis memadai bagi pendapatnya. Pertimbangannya harus merupakan pertimbangan berbasis informasi dari seorang profesional yang ahli. Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya. Dalam mengakui pentingnya kepatuhan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia telah menerapkan aturan yang

mendukung standar tersebut dan membuat basis penegakan kepatuhan tersebut, sebagai bagian dari Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang mencakup Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Tujuan Audit yang Terkait dengan Transaksi Merupakan asersi manajemen dan kerangka kerja yang dapat membantu auditor dalam mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten serta memutuskan jumlah bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan bagi berbagai kelas transaksi. Tujuan audit umum yang terkait dengan transaksi : 1. Keberadaan - Berbagai transaksi yang tercatat memang terjadi. 2. Kelengkapan - Berbagai transaksi yang terjadi telah dicatat.

3. Akurasi - Berbagai transaksi yang tercatat telah dinyatakan dalam nilai yang benar. 4. Klasifikasi - Berbagai transaksi yang tercatat dalam jurnal klien telah diklasifikasikan secara tepat. 5. Pemilihan waktu yang tepat (timing) - Berbagai transaksi dicatat pada tanggal yang benar. 6. Pemindahbukuan (posting) dan pengikhtisaran - Berbagai transaksi tercatat dengan tepat telah dicantumkan pada master file serta telah diikhtisarkan dengan benar. Tujuan Audit yang Terkait dengan Saldo Minimal akan terdapat satu tujuan audit spesifik yang terkait dengan saldo untuk masing-masing tujuan audit umum yang terkait dengan saldo, kecuali jika auditor meyakini bahwa suatu tujuan audit umum yang terkait dengan saldo tidak relevan atau tidak penting dalam situasi tertentu. Tujuan audit umum yang terkait dengan saldo : 1. Keberadaan - Nilai yang tercantum memang terjadi. 2. Kelengkapan - Nilai yang mempengaruhi saldo akun telah dicantumkan. 3. Akurasi Nilai yang tercantum telah dinyatakan dengan benar. 4. Klasifikasi - Nilai yang tercantum dalam daftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat. 5. Cut off - Berbagai transaksi yang terjadi disekitar tanggal neraca telah dicatatkan pada periode yang tepat. 6. Kaitan rinci - Berbagai rincian dalam saldo akun sesuai dengan nilai pada master file yang terkait, tercakup dalam nilai total saldo akun dan sesuai dengan nilai total dalam buku besar. 7. Nilai yang terealisasi Berbagai aktiva dicantumkan salam sejumlah nilai yang diperkirakan akan terealisasi. 8. Hak dan kewajiban. 9. Penyajian dan pengungkapan Saldo akun dan berbagai ketentuan pengungkapan yang terkait dengan saldo akun

tersebut telah disajikan dengan tepat dalam laporan keuangan. Persamaan dan Perbedaan Tujuan Audit yang Terkait dengan Transaksi dan Tujuan Audit yang Terkait dengan Saldo a. Persamaan : merupakan asersi manajemen dan kerangka kerja yang dapat membantu auditor dalam mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten. b. Perbedaan : i. Diterapkan pada saldo akun. ii. Mempunyai tujuan audit yang lebih banyak dibanding pada kelas transaksi. Proses audit yaitu suatu metodologi yang tersusun baik untuk mengorganisasikan suatu audit untuk memastikan bahwa bukti yang terkumpul telah memadai dan kompeten serta semua tujuan audit yang tepat telah terspesifikasi dan dipenuhi. Tujuan audit tersebut dapat dipenuhi melalui empat fase proses audit: Fase I - Merencanakan dan Mendesain Pendekatan Audit Harus terkumpulnya bukti audit yang cukup kompeten agar dapat memenuhi tanggungjawab profesional auditor dan biaya pengumpulan bukti audit ini haruslah seminimal mungkin.

1. Memperoleh pemahaman akan strategi bisnis klien dan memproses serta menilai resiko. 2. Memahami pengendalian intern dan menilai resiko pengendalian. Fase II Melaksanakan Uji Pengendalian dan Uji Substantif atas Transaksi Uji Pengendalian (test of control): untuk menyesuaikan pengurangan taksiran resiko pengendalian dari yang

Fase

Fase Audit kesimpulan menyeluruh tentang apakah suatu laporan keuangan itu telah disajikan secara wajar.

direncanakan semula (menguji efektivitas pengendalian tersebut). Uji substantif atas transaksi (substantive tests of transactions): melakukan evaluasi atas pencatatan berbagai transaksi yang dilakukan oleh klien dengan memverifikasi nilai moneter dari berbagai transaksi. III Melaksanakan Prosedur Analitis dan Uji Rincian Saldo Prosedur Analitis (analytical procedures): menggunakan perbandingan serta berbagai hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau tampilan sata lainnya tampak wajar. Uji rincian saldo (tests of details of balances): berbagai prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah saji secara moneter pada akun dalam laporan keuangan. IV Melengkapi Proses Audit dan Menerbitkan suatu Laporan

Vous aimerez peut-être aussi