A. Definisi Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan naIas). (Polaski : 1996).
Asma adalah gangguan pada jalan naIas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asma adalah penyakit jalan naIas obstruktiI intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktiI terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Asma bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon. trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan maniIestasi adanya penyempitan jalan naIas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
B. Etiologi Ada beberapa hal yang merupakan Iaktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial. 1. aktor predisposisi Genetik imana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan Ioktor pencetus. Selain itu hipersentiIisitas saluran pernaIasannya juga bisa diturunkan. 2. aktor presipitasi ergen imana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1.nhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. 2.ngestan, yang masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan. 3.Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam dan jam tangan. !erubahan cuaca. uaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. AtmosIir yang mendadak dingin merupakan Iaktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. Stress. Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. isamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerfa. Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Oah raga/ aktifitas fasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktiIitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktiIitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktiIitas tersebut.
. Klasifikasi Asma Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasiIikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 1. kstrinsik (alergik) itandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh Iaktor-Iaktor pencetus yang spesiIik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada Iaktor-Iaktor pencetus spesiIik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik. 2. ntrinsik (non alergik) itandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesiIik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya inIeksi saluran pernaIasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emIisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
D. Patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernaIas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asthma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody g abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesiIikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody g orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anaIilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), Iaktor kemotaktik eosinoIilik dan bradikinin. Iek gabungan dari semua Iaktor-Iaktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu Iungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
E. Manifestasi Klinik ManiIestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. an pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernaIas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernaIasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu : 1. Tingkat : o Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan Iisik dan Iungsi paru. o Timbul bila ada Iaktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium. 2. Tingkat : o Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan Iisik tapi Iungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan naIas. o Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. 3. Tingkat : o Tanpa keluhan. o Pemeriksaan Iisik dan Iungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan naIas. o Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali. 4. Tingkat ' : o Klien mengeluh batuk, sesak naIas dan naIas berbunyi wheezing. o Pemeriksaan Iisik dan Iungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan naIas.
5. Tingkat ' : o Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersiIat reIrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. o Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan naIas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernaIasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium. o Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya: E Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. E Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. E reole yang merupakan Iragmen dari epitel bronkus. E NetroIil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersiIat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. o Pemeriksaan darah. E Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. E Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LH. E Hiponatremia dan kadar leukosit kadang - kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu inIeksi. E Pada pemeriksaan Iaktor-Iaktor alergi terjadi peningkatan dari g pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
1. Pemeriksaan Radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinIlasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diaIragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: o Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. o Bila terdapat komplikasi empisema (OP), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. o Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran inIiltrate pada paru. o apat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. o Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit ilakukan untuk mencari Iaktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positiI pada asma.
3. lektrokardiograIi Gambaran elektrokardiograIi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu : o Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. o Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block). o Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, S'S, dan 'S atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning Paru engan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan naIas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan '1 atau ' sebanyak lebih dari 20 menunjukkan diagnosis asthma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan eIek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
. Penatalaksanaan 1. Pengobatan Iarmakologik : 4 Br4nk4/iat4r : obat yang melebarkan saluran naIas. Terbagi dalam 2 golongan : 1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan eIedrin). Nama obat : E Orsiprenalin (Alupent) E enoterol (berotec) E Terbutalin (bricasma) Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: M (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup ('entolin iskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts 'entolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
2. Santin (teoIilin) Nama obat : E AminoIilin (Amicam supp) E AminoIilin (uphilin Retard) E TeoIilin (Amilex) Iek dari teoIilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan eIeknya saling memperkuat. ara pemakaian : Bentuk suntikan teoIillin / aminoIilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. tulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. TeoIilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teoIilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
4 Kr4main Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. ManIaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan eIeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
4 Ket4ifen Mempunyai eIek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
3.Pengobatan non Iarmakologik: o Memberikan penyuluhan. o Menghindari Iaktor pencetus. o Pemberian cairan. o isiotherapy. o Beri O2 bila perlu
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENAN ASMA BRONKIAL
A. Pengkajian 1. Riwayat kesehatan yang lalu: o Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya. o Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitiIitas terhadap zat/ Iaktor lingkungan. o Kaji riwayat pekerjaan pasien. 6.Aktivitas o Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas. o Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. o Tidur dalam posisi duduk tinggi. 7.Pernapasan o ipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan. o Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur. o Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung. o Adanya bunyi napas mengi. o Adanya batuk berulang. 8. Sirkulasi o Adanya peningkatan tekanan darah. o Adanya peningkatan Irekuensi jantung. o Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. o Kemerahan atau berkeringat. 9. ntegritas ego o Ansietas o Ketakutan o Peka rangsangan o Gelisah 10.Asupan nutrisi o Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan. o Penurunan berat badan karena anoreksia. 11.Hubungan sosal o Keterbatasan mobilitas Iisik. o Susah bicara atau bicara terbata-bata. o Adanya ketergantungan pada orang lain. 12.Seksualitas o Penurunan libido.
B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul 1. Tidak eIektiInya kebersihan jalan naIas berhubungan dengan akumulasi mukus. 2. Tidak eIektiInya pola naIas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
. Intervensi
No Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1 Tidak eIektiInya kebersihan jalan naIas berhubunga n dengan akumulasi mukus.
Jalan naIas kembali eIektiI. Sesak berkurang Batuk berkurang Klien dapat mengeluarkan sputum Wheezing berkurang/ hilang TT' dalam batas normal keadaan umum baik. Auskultasi bunyi naIas, catat adanya bunyi naIas, misalnya: mengi, erekeis, ronkhi.
Kaji / pantau Irekuensi pernaIasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
R/Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan naIas. Bunyi naIas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada Iungsi naIas (asma berat). R/Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dpat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses inIeksi akut. PernaIasan dapat melambat dan Irekuensi
O Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran. O Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keeIektipan memperbaiki upaya batuk. mahan. Berikan air hangat.
Kolaborasi obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva 11 (inhalasi). ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. R/Peninggian kepala tidak mempermudah Iungsi pernaIasan dengan menggunakan gravitasi.
R/Batuk dapat menetap tetapi tidak eIektiI, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.
R/Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. R/Membebaskan spasme jalan naIas, mengi dan produksi mukosa. Tidak eIektiInya pola naIas berhubunga n dengan penurunan ekspansi paru.
Pola naIas kembali eIektiI Pola naIas eIektiI Bunyi naIas normal atau bersih TT' dalam batas normal Batuk berkurang Kaji Irekuensi kedalaman pernaIasan dan ekspansi dada. atat upaya pernaIasan termasuk penggunaan otot bantu pernaIasan / pelebaran nasal. Auskultasi bunyi naIas dan catat adanya bunyi R/Kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernaIasan bervariasi tergantung derajat gagal naIas. xpansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada. R/Ronki dan mengi kspansi paru mengembang.
naIas seperti crekels, mengi. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Observasi pola batuk dan karakter sekret. orong/bantu pasien dalam naIas dan latihan batuk.
Kolaborasi o Berikan oksigen tambahan. o Berikan humidiIikasi tambahan misalnya : nebulizer. menyertai obstruksi jalan naIas / kegagalan pernaIasan.
R/uduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernaIasan. R/Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi. R/apat meningkatkan/ banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyaman upaya bernaIas. R/Memaksimalkan bernaIas dan menurunkan kerja naIas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubunga n dengan intake yang tidak Kebutuha n nutrisi dapat terpenuhi. Keadaan umum baik Mukosa bibir lembab NaIsu makan baik Tekstur kulit baik Klien Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva). Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Timbang berat badan dan tinggi badan. R/ Menentukan dan membantu dalam intervensi lanjutnya.
R/ Petikan pengetahuan klien dapat menaikan partisi bagi klien dalam asuhan keperawatan. R/ Penurunan berat badan adekuat.
menghabiskan porsi makan yang disediakan Bising usus 6-12 kali/menit Berat badan dalam batas normal.
Anjurkan klien minum air hangat saat makan. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering. Kolaborasi o onsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
o Berikan obat sesuai indikasi.
o 'itamin B squrb 21. o Antiemetik rantis 21 yang signipikan merupakan indikator kurangnya nutrisi. R/ Air hangat dapat mengurangi mual.
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
R/ Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan. R/ eIisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi. R/ untuk menghilangkan mual / muntah.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENAN EMPISEMA
A. PENERTIAN mpiema adalah keadaan terkumpulnya nanah ( pus ) didalam ronggga pleura dapat setempat atau mengisi seluruh rongga pleura( Ngastiyah,1997).
mpiema adalah penumpukan cairan terinIeksi atau pus pada cavitas pleura (iane . Baughman, 2000).
mpiema adalah penumpukan materi purulen pada areal pleural ( Hudak & Gallo,1997 ).
mpiema adalah kondisi dimana terdapatnya udara dan nanah dalam rongga pleura dengan yang dapati timbul sebagai akibat traumatik maupun proses penyakit lainnya.
B. ETIOLOI 1. Berasal dari Paru -Pneumonia -Abses Paru -Adanya istel pada paru -Bronchiektasis -TB -nIeksi Iungidal paru 2. nIeksi iluar Paru - Trauma dari tumor - Pembedahan otak - Thorakocentesis - SubdIrenic abces - Abses hati karena amuba 3. Bakteriologi - Staphilococcus Pyogenes,. Terjadi pada semua umur, sering pada anak - Streptococcus Pyogenes - Bakteri gram negatiI - Bakteri anaerob . PATOSOLOG Akibat invasi kuman progekin ke pleura timbul keradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat serous. engan makin banyaknya sel-sel PMN baik yang hidup atau yang mati serta peningkatan kadar cairan menjadi keruh dan kental serta adanya endapan Iibrin akan membentuk kantong-kantong yang melokalisir nanah tersebut. . GJALA KLNS ibagi menjadi dua stadium yaitu : 1. mpiema akut Gejala mirip dengan pneumonia yaitu panas tinggi, nyeri pleuritik, apabila stadium ini dibiarkan dalam beberapa minggu akan timbul toksemia, anemia, pada jaringan tubuh. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul Iistel bronchopleura dan empiema neccesitasis. 2. mpiema kronik Batasan antara akut dan kronis sukar ditentukan disebut kronis apabila terjadi lebih dari 3 bulan. Penderita mengelub badannya lemah, kesehatan penderita tampak mundur, pucat pada jari tubuh. . AGNOSS Pemeriksaan isik Adanya tanda cairan disertai pergerakan hemithoraks yang sakit berkurang. Terdengar suara redup pada perkusi. Pada auskultasi suara naIas menurun sampai menghilang disisi hemithorak yang sakit.
oto ada oto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity yang menunjukkan adanya cairan dengan atau tanpa kelainan paru. Bila terjadi Iibrothoraks, trakea di mediastinum tertarik ke sisi yang sakit dan juga tampak adanya penebalan. iagnosa : Aspirasi pleura akan menunjukkan adanya nanah didalam rongga dada (pleura). Nanah dipakai sebagi bahan pemeriksaan : itologi, Bakteriologi, Jamur, Amoeba dan dilakukan pembiakan terhadap kepekaan antibiotik. PNATALAKSANAAN : Prinsip pengobatan pada empiema : a. Pengosongan ronga pleura dari nanah O Aspirasi Sederhana ilakukan berulangkali dengan memakai jarum lubang besar. ara ini cukup baik untuk mengeluarkan sebagian besar pus dari empiema akut atau cairan masih encer. Kerugian teknik seperti ini sering menimbulkan 'pocketed empiema. USG dapat dipakai untuk menentukan lokasi dari pocket empiema. O rainase Tertutup Pemasangan 'Tube Thoracostomy losed rainage (WS) ndikasi pemasangan darin ini apabila nanah sangat kental, nanh berbentuk sudah dua minggu dan telah terjadi pyopneumathoraks. Pemasangan selang jangan terlalu rendah, biasanya diaIagma terangkat karena empiema. Pilihlah selang yang cukup besar. Apabila tiga sampai 4 mingu tidak ada kemajuan harus ditempuh dengan cara lain seperti pada empiema kronis. O rainase Terbuka (open drainage) Tindakan ini dikerjakan pada empiema kronis dengan memotong sepenggal iga untuk membuat 'jendela. ara ini dipilih bila dekortikasi tidak dimungnkinkan dan harus dikerjakan dalam kondisi betul-betul steril. b. Pemberian antibiotika Mengingat sebab kematian umumnya karena sepsis, maka pemberian antibiotik memegang peranan yang penting. Antibiotik harus segera diberikan begitu diagnosa diegakkan dan dosisnya harus adekuat. Pilihan antibiotik didasarkan pada hasil pengecatan gram dari hapusan nanah. Pengobatan selanjutnya tergantung pada hasil kultur dan tes kepekaan obat. Bila kuman penyebab belum jelas dapat dipakai Benzil Penicillin dosis tinggi. c. Penutupan rongga pleura mpiema kronis gagal menunjukkan respon terhadap drainase selang, maka dilakukan dekortikasi atau thorakoplasti. Jika tidak ditangani dengan baik akan menambah lama rawat inap. d. Pengobatan kausal Tergantung penyebabnya misalnya amobiasis, TB, aktinomeicosis, diobati dengan memberikan obat spesiIik untuk masing-masing penyakit. e. Pengobatan tambahan dan isioterapi ilakukan untuk memperbaiki keadaan umum Komplikasi : 1. 'istula Bronchopleura 2. Syock 3. Sepsis 4. Kegagalan jantung 5. KongestiI 6. Otitis media. . PNATALAKSANAAN KPRAWATAN 1. Pengkajian ata asar Riwayat/adanya Iaktor-Iaktor penunjang O Merokok, terpapar polusi udara yang berat, riwayat alergi pada keluarga
Riwayat yang dapat mencetuskan O ksaserbasi seperti : Alergen (debu, serbuk kulit, serbuk sari, jamur) O Stress emosional, aktivitas Iisik berlebihan O nIeksi saluran naIas O rop out pengobatan
Pemeriksaan isik O ManiIestasi klasik dari PPOM O Peningkatan dispnea O Retraksi otot-otot abdominal, menganngkat bahu saat inspirasi, pernaIasan cuping hidung (penggunaan otot aksesories pernaIasan) O Penurunan bunyi naIas : Tachipnea, orthopnea
Gejala-gejala menetap pada proses penyakit dasar : 1. ASMA O Batuk (produktiI/non produktiI) O ada terasa seperti terikat O Mengi saat inspirasi dan ekspirasi (terdengar tanpa stetoskop) O PernaIasan cuping hidumng O Ketakutan dan diaphoresis 2. BRONHTS O Batuk produktiI dan sputum warna putih, terjadi pada pagi hari (disebut batuk perokok)
Makanan/airan O Mual, muntah, anorkesia, penurunan BB menetap (empisema) O Peningkatan BB menetap (oedema) pada bronchitis O Turgor menurun O Penurunan massa otot/lemak sub kutan (emIisema) O Hepatomegali (bronchitis) Higiene Penurunan kemampuan AL - PernaIasan a. NaIas pendek (disepnea sebagai keluhan menonjol pada emphisema) b. pisode sukar bernaIas (asma) c. Rasa dada tertekan d. Batuk menetap dan produksi sputum daat banun tidur tiap hari, minimum selama tiga bulan berturut-turut sedikitnya selama dua tahun e. Sputum banyak sekali (pada bronchitis kronis) I. Riwayat pneumonia berulang, terpajan polusi pernaIasan/zat kimia (rokok, debu/asap, asbes, kain katun, serbuk gergaji) g. eIisiensi alIa antitripsin (emphisema) h. Penggunaan otot bantu pernaIasan i. Buny naIIas : redup denga ekspirasi mengi (emIisema) j. Perkusi : Hipersonan (jebakan udara pada emIisema) O Bunyi pekak (konsolidasi, cairan) k. Kesulitan bicara kalimat / lebih dari 4 5 kata l. Pink buIIer (warna kulit normal kalau Irekuensi naIas cepat)
Seksualitas - Penuruan Libido
2. iagnosa Keperawatan A. Bersihan jalan naIas tidak eIektiI b.d bronchus spsame, peningkatan produksi secret. Tujuan : O Bersihan Jalan naIas eIektiI O Secara verbal menyatakan kesulitan bernaIas O Penggunaan otot bantu penaIasan O Mengi, ronchi, cracles O Batuk (menetap) dengan/tanpa produksi sputum Kriteria Hasil : O Bunyi naIas bersih O Batuk eIektiI O Mengi (-), Ronchii (-) racles (-) INTERVENSI RASIONAL Auskultasi bunyi naIas catat adanya bunyi naIas, kaji dan pantau suara pernaIasan Untuk mengetahui adanya obstruksi jalan naIas, tachipneu merupakan derajat yan ditemukan adanya proses inIeksi akut. Kaji Irekuensi pernaIasan Prose inIeksi akut (tachipnea) atat adanya atau derajat isIungsi pernaIasan merupakan tahap dispneu, gelisah ,ansietas dan distress pernaIasan proses kronis yang yang dapat menimbulkan inIeksi atau reaksi alergi. Pertahankan lingkungan bebas polusi Pencetus tipe reaksi alergi pernaIasan yang dapat mentriger episode akut Kaji pasien untuk posisi yang nyaman , misalnya peninggian kepala tempat tidur. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah Iungsi pernaIasan dengan menggunakan gravitasi. Bantu latihan naIas abdomen atau bibir. Memberikan pasien berbagai cara untuk mengatasi dan mengontrol dispneu dan menurunkan jebakan udara. Observasi karakteristik batuk Batuk dapat menetap tetapi tidak eIektiI khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml per hari sesuai toleransi jantung. Hidrasi membantu menurunkan kekentalan secret , mempermudah pengeluaran Memberikan obata sesaui indikasi Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan naIas, mengi, dan produksi mukosa.
B. Gangguan Pertukaran Gas b.d Obstruksi Jalan NaIas sekunder terhadap penumpukan sekret, Bronchospasme Tujuan : O Pertukaran gas dapat dipertahankan ata : O ispnea, gelisah, ketidakmampuan mengeluarkan sekret, GA (hipoksia), Perubahan tanda vital, penurunan toleransi aktivitas Kriteria Hasil : O Perbaikan sirkulasi dan oksigenasi O GA dalam batas normal O Tanda distress pernaIasan tidak ada INTERVENSI RASIONAL Kaji Irekuensi dan kedalaman pernaIasan, catat penggunaan otot bantu pernaIasan dan ketidakmampuan bicara karena sesak valuasi derajad distress naIas dan kronis atau tidaknya proses penyakit. Bantu klien untuk mencari posisi yang nenudahkan bernaIas, dengan kepala lebih tinggi Suplai O 2 dapat diperbarui dalam latihan naIas agar paru tidak kolaps. Bantu klien untuk batuk eIektiI Batuk eIektiI membantu mengeluarkan sputum sebagai sumber utama gangguan pertukaran gas. Auskultasi suara naIas Suara naIas redup oleh karena adanya penurunan penurunan aliran udara/ konsolidasi. Mengni menunjukkan adanya bronkospasme dan kracles menunjukkan adanya cairan Palpasi primitus. Penurunan getarn Iibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau udara terjebak Awasi tanda vital dan irama jantung. Tachikardia ,disritmia, perubahan tekanan darah dapat menujukkan eIek hipoksemia sistemik pada Iungsi jantung. . Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Sesak naIas,anoreksia, mual, muntah, eIek obat, kelemahan. Tujuan : O Status nutrisi dapat dipertahankan ata : O Penurunan B, ntke makanan dan minuman menurun, mengatakan tidak naIsu makan Kriteria : O BB tidak mengalami penurunan O ntake makanan dan cairan adekuat O NaIsu makan meningkat/baik INTERVENSI RASIONAL Obserasi intake dan output/8 jam. Jumlah makanan dikonsumsi tiap hari dan timbang BB tiap hari MengidentiIikasi adanya kemajuan/ penyimpanan dari tujuan yang diharapkan iptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yang bebas dari bau selama waktu makan : Bau-bauan dan pemandangan yang tidak menyenangkan selama waktu makan dapat menyebabkan anoreksia. - Lakukan perawatan mulut sebelum dan setelah makan - Bersihkan lingkungan tempat penyajian makanan - Hindari pengunaan pengharum berbau menyengat - Lakukan chest Iisioterapi dan nebulizer selambat-lambatnya satu jam sebelum makan - Sediakan tempat yang tepat untuk membuang tissue/sekret batuk Obat-obatan yang dberikan segera seelah makan dapat mencetuskan mual dan muntah. Auskultasi bunyi usus Penurunan atau hipoaktiI bising usus menunjukkan motilitas gaster dan kostipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia. orong klien untuk makan diet TKTP Peningkatan pemenuhan kebutuhan dan kebutuhan pertahanan tubuh Anjurkan makan dalam prosi kecil dan sering istensi abdomen akibat makanan banyak mungkin menriger adanya nyeri Hindari makan yang mengandung apat menghasilakan distensi abdomen yang menganggu gas.dan minuman karbonat naIas abdomen dan gerakan diagIrama yang dapat meningkatan dispnea. Hindari makan yang sangat panas dan dingin Suhu ekstrim dapat mencetuskan / meningkatkan spasme batuk Timbang berat badan sesuai indikasi Berguna untuk menetukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Kolaborasi dengan ahli gizi / nutrisi. Metode makan dan kebutuhan dengan upaya kalori didasarkan pada kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien /penggunaan energi.
. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d proses inIeksi pada paru Tujuan : O Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam nyeri berkurang dan klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang ada Kriteria hasil : O Mengungkapkan rasa nyeri di dada kiri berkurang O apat bernaIas tanpa rasa nyeri O Tanda vital dalam batas normal O Hasil laborat : Leukosit dalam batas normal Intervensi Rasional Pantau nadi dan tekanan darah tiap 3 4 jam dentiIikasi kemajuan/penyimpangan dari hasil yang diharapkan Kaji tinkat nyeri dan kemampuan adaptasi Memantau tingkat nyeri dan respon klien terhadap nyeri yang timbul Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman/menurangi nyeri Berupa relaksasi, distraksi visual, distraksi motorik, pengaturan posisi Kolaborasi : pemberian analgetik Mengontrol nyeri dan memblok jalan rangsang nyeri Konsultasi ke dokter bila nyeri bertambah Merupakan gejala yang berat yang mungkin timbul
DATAR PUSTAKA
O Hudak & Gallo, ( 1997 ), Keperawatan kritis . suatu pen/ekatan h4istic, G, Jakarta O iana . Baughman, ( 2000 ), !at4fisi44gi, G, Jakarta. O Marilyn . oengoes, (2000 ), #encana asuhan keperawatan, pen/ekatan untuk perencanaan /an pen/4kumentasian perawatan pasien., G, Jakarta. O Ngastiyah, ( 1997 ), !erawatan anak sakit , G, Jakarta