Vous êtes sur la page 1sur 1

ABRASI PANTAI dan HUTAN MANGROVE

REP , 06 August 2011 , 20:36 158 0 Nihil



Abrasi pantai di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Sampang dan Pamekasan, Madura, Provinsi Jawa Timur yaitu di jalan
raya desa Sejati, Kec. Camplong, Sampang telah mengakibatkan tangkis laut rusak. Hal yang sama juga terjadi di sepanjang pesisir pantai
pulau Sapeken, Sumenep. Dampak dari rusaknya tangkis laut itu menyebabkan jalan raya tergerus, banyak tanaman mangrove yang mati,
daerah pesisir laut menjadi gersang, serta merusak aneka jenis tanaman lainnya.
Secara umum abrasi disebabkan oleh oleh dua Iaktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Penyebab Iaktor alam karena (1)
adanya arus gelombang yang terjadi akibat pasang surut air laut, sehingga lama-kelamaan mengikis tepian pantai, (2) pemanasan global
yang mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat, sehingga membuat permukaan air di seluruh dunia meningkat dan kemudian
merendam daerah yang permukaannya rendah. Sedangkan abrasi yang disebabkan oleh Iaktor manusia, yaitu (1) pengambilan batu
karang dan pasir di pesisir pantai sebagai bahan bangunan, (2) penebangan pohon-pohon pada hutan mangrove atau hutan pantai.
Jika anda setiap hari sering melintasi jalan raya yang menghubungkan Sampang dan Pamekasan, maka abrasi yang disebabkan
oleh Iaktor manusia akan nampak kelihatan dengan jelas. Di sepanjang pesisir pantai selatan itu banyak sekali aktivitas pembangunan,
baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah. Adanya reklamasi pantai, penambangan batu dan pasir, bangunan rumah,
gudang, pabrik dan gedung milik pemerintah, mengakibatkan jarang sekali ditemukan hutan mangrove, bahkan tanaman bakau sebagai
salah satu penyusun hutan mangrove tiap tahun jumlahnya semakin menyusut.
Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan
muara sungai yang tergenang pada saat air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut yang komunitas tumbuhannya
adaptif terhadap garam (Kusmana: 2003).
Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis 2angue dan bahasa Inggris grove (Macnae: 1968 dalam
Kusmana: 2003). Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan
pasang surut maupun jenis-jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut.
Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah hutan payau (bahasa Indonesia). Selain itu, hutan mangrove oleh masyarakat
Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Penggunaan istilah hutan bakau
untuk hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhi:ophora, sementara hutan
mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Oleh karena itu, penyebutan hutan mangrove dengan
hutan bakau sebaiknya dihindari.
Hutan mangrove memberikan perlindungan kepada berbagai organisme baik hewan darat maupun hewan air untuk hidup dan
berkembang biak. Hutan mangrove dipenuhi pula oleh kehidupan lain seperti mamalia, amIibi, reptil, burung, kepiting, ikan, primata,
serangga dan sebagainya. Selain menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity), ekosistem mangrove juga sebagai plasma nutIah
(geneticpool) dan menunjang keseluruhan sistem kehidupan di sekitarnya. Habitat mangrove merupakan tempat mencari makan (feeding
ground) bagi hewan-hewan tersebut dan sebagai tempat mengasuh dan membesarkan (nursery ground), tempat bertelur dan memijah
(spawning ground) dan tempat berlindung yang aman bagi berbagai ikan-ikan kecil serta kerang (shellfish) dari predator.
Beberapa manIaat hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut: pertama, manIaat dari segi Iisik (menjaga agar garis
pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, menahan badai/angin kencang dari laut, menahan hasil
proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru, menjadi wilayah penyangga, serta berIungsi menyaring
air laut menjadi air daratan yang tawar, mengolah limbah beracun, penghasil O
2
dan penyerap CO
2
.
Kedua,manIaat dari segi biologi (menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga
penting pula bagi keberlangsungan rantai makanan, tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang,
tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain, sumber plasma nutIah dan sumber genetik, merupakan
habitat alami bagi berbagai jenis biota).
Ketiga manIaat dari segi ekonomi (penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan, penghasil bahan baku industri : pulp, kertas,
tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, tempat wisata, penelitian dan pendidikan).
Hutan mangrove merupakan salah satu bagian dari ekosistem pantai (pesisir). Tipe hutan ini beserta tipe-tipe ekosistem lainnya
(terumbu karang, estuaria) saling berinteraksi dalam upaya memelihara produktivitas perairan pantai dan kestabilan habitat atau
lingkungan pantai.
Untuk mengatasi persoalan abrasi ini, pemerintah bersama masyarakat seharusnya mempunyai komitmen yang kuat untuk
melakukan penghijauan hutan mangrove dan upaya pelestariannya di sekitar pantai yang terkena ancaman abrasi. Semoga ...

Vous aimerez peut-être aussi